Kecamatan Entikong
a. Petani
: 5. 847 orang.
b. Buruh
265 orang.
c. Pedagang
592 orang.
d. Jasa
420 orang.
e. PNS
237 orang
f.
108 orang.
TNI/Polri
g. Lain-lain
146 orang
sumber : http://setda.sanggau.go.id/
SEBELUM
sejak tahun 1970-an di Entikong sudah ada
perdagangan perbatasan dengan negeri jiran
(Malaysia). "Saat itu pelaku usaha di perbatasan
masih bersifat barter barang, hasil bumi atau
produk lokal ditukar dengan barang asal jiran,
SESUDAH
Banyak warga yang kehilangan mata
pencaharian dikarenakan tidak ada lalu lintas
barang di Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB)
Entikong
Dikabarkan di Entikong banyak warga Indonesia yang hijrah ke Tebedu dan memilih
menjadi warga negara Malaysia. Mereka tidak mempunyai pilihan karena di
daerahnya berbagai infrastruktur, seperti jalan raya, listrik, air bersih, dan pendidikan
jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan di Malaysia di wilayah perbatasan. Di
Malaysia listrik, air bersih dan gas merupakan kebutuhan dasar yang menjadi hak
warga negara sehingga pemerintah wajib menyediakannya. Tentu saja hal itu
terbalik dengan kondisi di Indonesia (baca: di perbatasan). Penduduk di Entikong
harus menadah air hujan untuk keperluan MCK (mandi, cuci dan kakus). (2011)
kebijakan Kartu Identitas Lintas Batas (KILB) hanya mengakomodir kepentingan pribadi.
Masyarakat perbatasan, memerlukan mata pencaharian dari perdagangan.