Anda di halaman 1dari 10

19

Tinjauan Pustaka

Demam pada Anak

Purnamawati Sujud Pujiarto


Yayasan Orangtua Peduli, Jakarta

Abstrak: Demam pada anak merupakan gangguan kesehatan yang banyak menimbulkan
kecemasan pada orangtua yang memicu kepanikan tenaga kesehatan sehingga berakhir
dengan tata laksana yang tidak rasional. Pemahaman akan proses pengaturan suhu tubuh,
bahkan pada orangtua si sakit sekalipun, akan sangat membantu dokter dalam bertindak
rasional. Demam hanya gejala dari suatu penyakit dan dapat dipandang sebagai respons
pertahanan tubuh dalam menghadapi penyakit. Tidak semua demam perlu diturunkan, tetapi
ada beberapa keadaan yang merupakan tanda kegawatan; yang perlu diobati adalah
penyakit penyebab demam yang pada anak justru paling banyak adalah infeksi virus.
Beberapa kebiasaan lama dalam penanganan demam pada anak terbukti tidak berdasar
bahkan menyesatkan seperti pemberian antibiotik, memberikan kombinasi parasetamol
dan luminal, atau penggunaan metampiron. Langkah pertama dalam tata laksana demam
adalah menegakkan diagnosis setepat mungkin, kemudian menetapkan modalitas terapi yang
be/um tentu obat. Kalau diperlukan obat, maka timbanglah empat ha!: efektivitas obat,
keamanannya, cocok tidaknya, dan harganya. Kata kunci: demam, antipiretik, virus

346

Maj Kedokt lndon, Volum: 58, Nomor: 9, September 2008

Demam pada Anak

Demam pada Anak


Pumamawati Sujud Pujiarto
Yayasan Orangtua Peduli, Jakarta

Abstract: Fever in children is common problem that more anxious than dangerous. The panic
mothers usually frighten the health providers and this will end up in irrational management.
Understandinghow the body regulate its temperature as well as thepathophysiology of"fever;
even ofparents, will help doctors rationally solve the problem. Fever is only a symptom
reflecting the effective defense mechanism towards disease and it is the disease that should be
overcome not the fever. However, the most common disease that causefever in children is viral
infection that need no antibiotics at all. In fact, many old fashionedpractice in treating
children with fever are irrational or even related to some risk. Antibiotic prescribing,
sometime more than one, combin ingparacetamol and luminal inpulvus or the use of
methampirone are the example. Thefirst step to be taken in managing/ever is making diagnosis
and then applying appropriate therapy which is not necessarily drug therapy, but when drug
should be prescribed there are 4 criterias to be fulfilled: efficacy,safety, suitability and
affordability.
Keywords: fever, antipyretic,
virus

Pendahuluan
Demam merupakanbagian dariproses tumbuh
kembang anak. Balitakhususnya,kerap mengalamidemam
karenapada dasarnya,balita memang rentan terhadap
infeksi virus seperti infeksi saluran pemapasan atas/lSPA
(common cold/flu). Di lain pihak, demam merupakan
alasan terbanyak dari orangtua untuk membawa anak ke
dokter. Demam juga kerap identik dengan peresepan
polifarmasi dan peresepan antibiotik yang berlebihan.
Memang, demam sering inenimbulkan "kepanikan";
bukan cuma orangtua yang panik, tenaga medisnya pun
ikut-ikutan "panik".
Dahulu kala, demam dianggap sebagai penyakit dan
hams diatasi seketika. Penggunaan termometer dalam
dunia klinis diperkenalkan pertama kali oleh Sanctorius
pada abad ke-1 7. Dua ratus tahun kemudian,
Wunderlich memulai penelitian termometri medikal.
Sejak saat itu, berakhirlah anggapan bahwa demam
merupakan suatu penyakit; demam hanyalah bagian atau
gejala dari suatu penyakit.
Overmedication yang dialami anak ketika demam
disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, kepanikan dan
"tuntutan" pasien, yang sebenarnya disebabkan oleh
ketidaktahuanmereka akan demam. Kedua, keinginan
dokter untuk sesegera mungkin melenyapkan demam
sehingga seringkali tata laksana demam tidak berdasarkan
proses pengaturan suhu tubuh di otak dan patogenesis
demam .itu sendiri. Ketiga, iklan obat demam yang tidak
sepenuhnya

Maj Kedokt lndon, Volum: 58, Nomor: 9, September 2008

edukatif. YayasanOrangtua Peduli (YOP), melakukan


survei pola peresepan dan respondennya adalah anggota
mailing list sehat atau sehat@yahoogroups.com (n=160).
Pola peresepan yang diteliti adalah peresepan terhadap 4
kondisi umum yaitu demam (n=43), ISPA (n=55), diare
(n=27) dan batuk tanpa demam (n=41). Khusus untuk
demam, jumlah total obat yang diperoleh 43 anak adalah
186 (median 4 obat, maksimum 9 obat). Obat yang paling
banyak diresepkanselain antipiretik adalah antibiotik
(86%)
diikuti
dengan
antikonvulsan (55.8%),
antihistamin
(53.5%),
steroid
42%
(umumnya
triamnisolon) serta 34.9% anak diberi suplemen. Sedihnya
lagi, tingkat peresepan obat generiknya sangat rendah
yaitu 9.7%. Pola peresepan seperti itu tidak akan terjadi
apabila kita memahami patofisiologi demam serta

memahami langkah-langkahpenulisan resep yang baik


(good prescribing
practice).
Anak juga
dapat
terhindar dari peresepan di atas seandainya dokter dan
orang tua memiliki pemahaman yang benar perihal
demam. Penelitian membuktikan bahwa edukasi kepada
orangtua meningkatkan rasionalitas tata laksana demam
pada anak.
Pengobatan rasional terhadap demam memerlukan
pemahaman terhadap regulasi suhu tubuh, produksi dan
konservasi panas, serta penerapan patofisiologi demam
pada beberapa keadaan, dan pengetahuan mengenai
mekanisme penurunan suhu tubuh.

347

Demam pada Anak


Tabet 1. Beberapa Zat yang dapat Menimbulkan Efek Terrno
regulasi di SSP
Pusat pengaturan suhu (termostat)
terletak di hipotalamus di area yang
disebut sebagai set point.
Set point mempertahankan suhu
tubuh pada suhu sekitar 37C
(manusia = mahluk homotermal).
Dasar pengaturan: mekanisme umpan
balik.

Gambar. 1. Mekanisme Pengaturan Suhu Tubuh

Termostat hipotalamus bekerja berdasarkan masukan


dari ujung saraf dan dari suhu darah yang beredar di tubuh.
Berdasarkan input tersebut maka set point akan membentuk
panas atau justru membuang panas. Berikut ini dikemukakan
secara ringkas neuron dan transmiter yang berperan pada
pengaturan suhu tubuh.
Neuron. Di daerah praoptik terdapat dua jenis neuron
termosensitif, warm sensitive neurons yang meningkatkan
pembuangan panas (firing rate) ketika suhu praoptik
meningkat, dan cold sensitive neurons yang meningkatkan
firing rate ketika suhu prsoptik turun. Neuron sensitifpanas
jumlahnya lebih banyak dan respons regulasinya lebih kuat
ketimbang neuron sensitif dingin. Pada keadaan normal, suhu
tubuh mengalami variasi diurnal, paling tinggi di penghujung
sore menjelang malam; paling rendah di pagi hari saat bangun
tidur. Ritrne ini dikendalikan oleh nukleus suprakiasmatik
hipotalamus melalui proyeksi langsung ke bagian dorsal zona
subparaventrikular,
suatu area di bagian ventral
paraventrikular (PVN). Oleh karena itu, lesi fokal bilateral di
dorsal zona subparaventrikular akan mengganggu variasi
sirkadian suhu tubuh, sedangkan lesi bilateral di PVN itu
sendiri, tidakmenimbulkan dampak. Nukleus suprakiasmatik
meneruskan informasi ke neuron termosensitif melalui jaras
multisinaps di daerah praoptik zona subparaventrikular.
Neurotransmiter. Belum banyak diketahui perihal me
diator neurotransmiter/peptid dan jaras untuk respons termo
regulasi, namun beberapa zat terbukti dapat menimbulkan
respons hipotermik atau hipertermik. Set point juga sensitif
terhadap kadar steroid seks dalam sirkulasi darah sehingga
pada perempuan, suhu tubuh turun di pertengahan siklus
menstruasi dan meningkat pada fase luteal. Estrogen, turut
berperan pada penurunan suhu tubuh di bagian akhir fase
luteal melalui preoptic warm sensitive neurons, sedangkan
progesteron kebalikannya. Oleh karena itu, pada periode
pascamenopause, respons termoregulator meningkat (hot

flashes).
Patofisiologi Demam
Peningkatan suhu dalam tubuh (demam) dapat terjadi
akibat beberapa hal yaitu:
348

Hipertermik

Hipo.termik

Asetilkolin
Angiotensin II
CCK
Dopamin
Estrogen
MSH
Neurotensin
Norepinefrin
Peptida opioid
Somatostatin
Substansi P
Vasopresin

CRH
GABA
Peptida opioid
Progesteron
Prostaglandin
Serotonin
TRH

1.

ketika suhu set point meningkat misalnya saat infeksi


yang merupakan penyebab utama demam
2. ketika terjadi produksi panas metabolik misalnya pada
hipertiroid
3. ketika asupan panas lingkungan melebihi kemampuan
pelepasan panas misalnya pada hiperpireksia maligna
akibat anestesia, ruang kerja industri yang sangat panas,
dan sauna
4. ketika ada gangguan pelepasan panas misalnya displasia
ektodermal
5. kombinasi dari beberapa faktor.
Pada kondisi tertentu, peningkatan suhu tubuh di atas
rerata fisiologis justru membawa manfaat adaptif. Misalnya,
saat terjadi
infeksi, demam merupakan respons yang
dibutuhkan untuk memfasilitasi penyembuhan melalui
peningkatan kerja sistem imun dan menghambat replikasi
mikro-organisme. 0 leh karena itu, secara ilmiah, demam dapat
disebut sebagai respons homeostatik. Pada kondisi tersebut,
endotoksin dan sitokin proinflamasi berinteraksi dengan
reseptor tertentu di sel endotelial vaskular dan/atau suben
dotelial mikroglia dan terjadilah aktivasi cycloocxygenase
(Cox) untuk memproduksi PGE2 (Gambar 1 dan 2).
Meski jarang terjadi, demam juga dapat terjadi akibat
pirogen endogen endotoksemia, demam steroid (etioklo
nalon), dan alergi. Demam alergi diperantarai oleh limfosit
yang terangsang lalu melepaskan limfokin yang menyebabkan
Ieukosit PMN menginduksi produksi pirogen endogen.
Pirogen endogen juga dapat diproduksi oleh beberapa sel
tumor. Penelitian yang dilakukan pada pasien leukemia
granulositik menunjukkan bahwa sel monositik juga mem
produksi pirogen endogen.
Selain menyebabkan demam, endotoksin juga secara
otomatis mengaktifkan respons antidemam sehingga suhu
tubuh tidak meningkat berlebihan. Dilakukan dengan men
stimulasi sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal.
Aktivasi
sumbu ini mengurangi respons terhadap sitokin yang
dikemukakan di atas.

Maj Kedokt lndon, Volum: 58, Nomor: 9, September 2008

Demam pada Anak

infeksi

Peningkatan
Endotoksin
Sitokin
proinflamasi

Reseptor endothelial
Reseptor subendotelial

Peningkatan :
Cox
PGt:j (termasuk yang diproduksi sel Kupfer)

I Norepinefrin I
PGE dilepaskan ke jaringan sekitar
hipotalamus anterior

Mengaktifkanneuron sekitar

Peningkatan sel neuron

ventromedial preoptic nucleus (VMPO)

noradrenergic (A2 cell group)


ventroiateral medulla

Inbibisi firing rate di warm-sensitive neurons

(peningkatan "set point':)

Potensiasi respons
febris terhadap
LPS

Si diteruskan ke neuron otonom


nukleus
di paravenlrikular lalu
kan ke
diproyeksi
batang otak, mednlla spinalis (sislemotonom)

Gambaran Kiinis Demam


Pemahaman tentang regulasi suhu tubuh, produksi dan
konservasi panas, dan penerapan patofisiologi demam pada
beberapa keadaan, serta mekanisme penurunan suhu tubuh
akan menuntun kita dalam menangani demam secara
rasional.Hal terpenting adalah meyakini bahwa demam
merupakan suatu bentuk pertahanan tubuh yang tidak
semuanya perlu diatasi. Penatalaksanaan lebih ditujukan
untuk mengatasi penyakit yang mendasari demam tersebut.
Demam adalah kondisi ketika otak mematok suhu di
atas setting normal yaitu di atas 38C.Beberapa buku
menyatakan bahwa demam adalah suhu tubuh >
38.5Cuntuk waktu mini mal 24 jam. Akibat tuntutan
peningkatan setting tersebut
maka tubuh akan memproduksi panas.
Proses pembentukan panas terdiri atas tiga fase yaitu:
1. Fase pertama, menggigil (fase pelepasan sitokin
proinflamasi) yang berlangsung sampai suhu tubuh
mencapai puncaknya;
2. Fase kedua, .suhu menetap tinggi untuk beberapa saat
(sitokin berhasil meningkatkan set point) tetapi
3. Fase ketiga, akhimya suhu turun, dengan atau tanpa
obat demam (sitokin melakukan antipyretic
response.).
Tabel 2. Batasan Demam Menurut Tingginya Suhu
Normal Demam
Ketiak
Oral

Gambar 2. Patofisiologi Demam Pada Infeksi

Proses pengendalian peningkatan suhu tubuh ini juga


dilakukan oleh MSH di susunan syaraf pusat. Tetapi MSH
hanya bekerjajika sitokin sudah diaktivasi (MSH tidak
punya efek mengatur suhu tubuh dalam kedaan tidak
demam).
HJTP:IIWCS.trolFCAr.GOWFITP/11\l~

I
"

Tissuebecome,
Infect.cf with
bacteria,
etc.

vi-.

POA/AH

p
102

,
10
u

Pnmaglandlns crou

37.2C - 38.3C
37.7C - 38.8C

Demam

Sedang

38.3C- 39.5C
38.8C - 40C

Demam Tinggi
> 39.5C
> 40C

Beberapa hal yang perlu dilakukan pada saat demam


adalah (1) mengukur temperatur anak; (2) memeriksa ada
tidaknya kegawatdaruratan; (3) menentukan diagnosis atau
diagnosis dugaan; (4) menentukan langkah selanjutnya
(langkah good prescribing practice); (5) memberikan
informasi yang jelas, objektif sekaligus menenangkan
orangtua; (6) memulai tata laksana.
Mengukur temperatur. Jangan menyatakan demam
berdasarkan perabaan tangan karena perabaan tangan kita
dapat menyesatkan. Suhu tubuh dapat saja meningkat saat

White blood cells


(leuk~)
respond
to l~ectlon I. release
a protein

causes ANS
to Riise

Rendah

0'

lnlerleukln 1

Selain menyebabkan demam, endotoksin juga secara otomatis


mengaktifkan respons antidemam
sehingga suhu tubuh tidak
meningkat berlebihan. Dilakukan dengan rnen-stimulasi
sumbu
hipotalamus-hipofisis-adrenal. Aktivasi sumbu ini mengurangi respons

the blood-brain

banter I. signal the


POA/AH

terhadap sitokin yang dikemukakan di atas.

lnterleuken-1

dmula!Nlhe

production ol

Proses pengendalian peningkatan suhu tubuh ini juga dilakukan oleh


MSH di susunan syaraf pusat. Tetapi MSH hanya bekerja jika sitokin
sudah diaktivasi (MSH tidak punya efek mengatur suhu tubuh dalam
kedaan tidak demam).

Gambar 1 dan 2. Patofisiologi Demam pada Infeksi


Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 9, September 2008

349

Demam pada Anak

suhu di luar tinggi, atau anak bermain dengan aktivitas


fisik yang tinggi. Sebaliknya, anak yang dehidrasi akan
teraba dingin meski suhu di dalam tubuh meningkat.
Tersedia berbagai pilihan termometer. Sebenamya
termometerkaca merkuri sangatakurat dan tidak mahal,
tetapi atas dasar pencemaran lingkungan (bila termometer
pecah), dianjurkan untuk tidak lagi digunakan.
Altematifyang aman dan akurat adalah termometer digital
yang dapat digunakan di mulut (anak besarj.dimasukkan
melalui anus (bayi), atau digunakandi ketiak (kurang
akurat). Pilihan lainnya adalah termometer telinga
(tympanic thermometer) yang pemakaiannya mudah
dan dengan cepat dapat mengukur temperatur di dalam
liang telinga. Meskipun
demikian, pengukuran
termometer telinga tidak dianjurkan untuk bayi berusia
kurang dari 3 bulan. Apapun tipe termometer yang
digunakan,janganmengukur
suhu
tubuh
segerasetelahmandi karena akan mempengaruhi basil
pengukuran.
Kegawatdaruratan. Tulisan ini tidak akan
membahas
rinci kondisi gawat darurat seperti sesak napas, penurunan
kesadaran,kejang
lama/berulang,dehidrasiberat,
sakitkepala hebat/kaku kuduk, dll. Bagian ini hanya akan
menekankan tiga kunci pegangan bagi tenaga medis.
Pertama, behavior anak merupakan parameter klinis yang
sangat sensitif untuk menentukan ada
tidaknya
kegawatdaruratan. Kedua, tingginya demambukan
parameterkegawatdaruratan.Ketiga, demam umumnya
tidak berbahaya; komplikasi yang dapat terjadi adalah
dehidrasi berat dan kejang demam.
Kejang demam adalah bangkitan kejang akibat
kondisi di luar otak. Meski tampaknya mengerikan, kejang
demam TIDAK merusak otak dan TIDAK mengganggu
intelegensia.
Menentukan diagnosis/diagnosis banding. Sesuai
. dengan patofisiologinya, banyak sekali penyebab demam.
Tulisan ini membatasipada demam akibat infeksi. Pada
anak, penyebabutama demam adalah infeksi virus.
AmericanAcad emy of Pediatrics (AAP) membuat clues
perihal penyebab demam.
Tarik-tarik telinga, rewel, habis/sedang flu berat
Radang/infeksi telinga (OME),
Bila tanpa flu, pikirkan tumbuh gigi
Demam, mual, muntah, diare akut - cair
Gastroenteritis, virus
Sakit berat, sakit kepala hebat, muntah, kaku kuduk
Meningitis
Sakit waktu pipis, demam >72 jam tanpa batuk pilek - pikirkan
lnfeksi saluran kemih (ISK)

Suhu > 38.SC, batuk berdahak, sesak napas, napas cuping


hidung, chest indrawing
Pneumonia
Umur lebih dari 3 th, sakit menelan, tanpa batuk, kelenjar
getah bening submandibula membesar dan nyeri
Radang tenggorokan kemungkinan kuman Streptococcus
Demam, meler, diare, lesu, rewel
FLU atau common colds (selesma), Penyebab: infeksi virus

Gambar 2. Meneiitukan Diagnosis Banding

350

Bagaimanadengandemam
tifoid
dan
demam
berdarah dengue? Kedua kondisi tersebut juga sering
menimbulkan kerancuan. Prevalensi demam tifoid pada
bayi dan anak di bawah 3 tahun sangat rendah. Di lain
pihak, kecurigaan terhadapdemamtifoidbaru muncul
apabilaanak demamtinggi (pola pelana) lebih dari 5 hari,
keadaan umum toksik dengan kesadaran yang berkabut
disertai sakit perut, sulit buang air besar atau bahkan diare.
Bayi dan batita juga jarang terkena demam berdarah
dengue. Demam berdarah dengue baru dipertimbangkan
apabila anak demam mendadak tinggi dan sudah
berlangsung lebih dari 72 jam tanpa batuk pilek,
keadaan umum lemah, mual, sakit kepala hebat,
perdarahan
serta
hepatomegali.
Pemeriksaan
laboratoriumketika demam belum 72 jam, umumnya tidak
informatif. Selain itu, kadar trombosit yang rendah belum
berarti DBD karena semua infeksi virus dapat
menyebabkan penurunan kadar trombosit. Pada DBD,
selain penurunan kadar trombosit, terjadi peningkatan
hematokrit.
Prinsip Tata Laksana Demam
Demam ibarat alarm; demam BUKAN penyakit! Hal
pertama yang harus kita pikirkan adalah PENYEBAB
terjadinya demam. Demam umurnnya tidak berbahaya;
pem berian obat yang berlebihanjustru potensial
membahayakan anak. Tata laksana yang rasional menurut
konsep WHO adalah tepat diagnosis, tepat pemilihan
obat, tepat dosis, tepat jangka waktunya, tepat
informasinya, dan tepat pula harganya. WHO juga

memberikan pegangan praktis dan ilmiah untuk


menjalankan konsep pengobatan yang rasional yaitu tiridak
peresepan yang baik (good prescribing prac tice).

PERMASALAH AN

DIAGNOSIS

PASIEN

Efektlvltas

Suitability
BIAVA
Kemudahan

HASIL & KESIMPULAN TERAPI

Gambar 3. Prinsip Tatalaksana Demam

Sesuai dengan EBM, kebanyakan demam pada anak


disebabkanoleh infeksivirus, oleh karena itu, tujuan
terapinya
BUKANmenyembuhkaninfeksinyamelainkanmembuatana
k lebih nyaman serta mengamati dan mencegah komplikasi.
Di sisi lain, kita sering mengartikan terapi adalah selalu
obat, padahal, definisi terapi menurut WHO sebagai
berikut:
Maj Kedokt lndon, Volum: 58, Nomor: 9, September 2008

Demam pada Anak


1.
2.

3.
4.
5.

Advis dan informasi


Terapi nonobat
Terapi dalam bentuk obat
Merujuk
Kombinasi di atas
Penggalan peresepan P drug WHO pada kasus selesma

danflu:
1.
2.

Goal of treatment: Comforting the child, Not curing the


infection
Inventory - effective treatment:
a. Advice & Information:
- Offer plenty of fluids;
- Encourage rest.
- Moisten the air.
b. Drug treatment:
- Try saline drops. Saline nose drops can loosen
thick nasal mucus and make it easier for your child
to breathe.
- Soothe a sore throat. For older children, gargling
salt water or sucking on hard candy may soothe a
sore throat.
c. Referral for treatment: not necessary

Artinya, tata laksana demam pada anak oleh tenaga medis


adalah sebagai berikut:
1.

2.

Tujuan terapi:
- membuat anak merasa nyaman
- memantau keadaan umum serta penyebab timbulnya
demam.
Daftar terapi yang efektif:
- Nasihat dan informasi
Jangan panik ( orangtua ditenangkan dan
diberi penjelasan)
Amati perilaku anak
Beri cairan lebih sering. Bila sering muntah berikan
cairan rehidrasi oral.
Beri tahu tanda gawat darurat agar tahu kapan harus
menghubungi dokter (lihat boks di bawah ini)
Biarkan anak makan yang dia inginkan (jangan cemas
bila nafsu makan berkurang). Hindari makanan ber
lemak dan sulit dicema.
Ruangan dijaga agar tidak terlalu panas, ventilasi baik.
Bajujangan tebal
Jika perlu kompres air hangat
Terapi obat:
Obat demamjika anak rewel atau demam tinggi.
Pilihan: obat demam golongan asetaminofen/parase
tamol.
Jangan berikan duajenis obat demam berselang-seling
Jangan berikan sediaan supositoria karena kadar pa
rasetamol di darah lebih stabil pada pemberian oral.

Pemberian obat demam per rektal hanya apabila anak


muntah terns menerus atau anak tidak sadar.
Jangan berikan ibuprofen apabila:
Anak berusia kurang dari 6 bulan
Anak diare dan muntah
Anak dicurigai mengalami demam berdarah dengue
Jangan berikan aspirin/asetosal
buat anak berusia
kurang dari 16 tahun karena ditakutkan .mengalami
sindrom reye
Jangan berikan obat puyer parasetamol bersama
fenobarbital karena keduanya berinteraksi
Jangan berikan metamizol karena obat ini berada di urutan
teratas penyebab reaksi alergi berat (anafilaksis) dan
dapat menyebabkan supresi sumsum tulang
Diazepam per rektal jika kejang
Rujukan: tidak perlu
Kapan Menghubungi Dokter
Rekomendasi penanganan demam: beberapa kondisi yang
mengharuskan orangtua menghubungi dokter:
Bila bayi berusia <3 bulan dengan suhu tubuh 3 38C
Bila bayi berusia 3-6 bulan dengan suhu tubuh 38.5C
Bayi dan anak berusia >6 bulan, dengan suhu tubuh 3 40C
Beberapa kondisi lainnya yang perlu dikomunikasikan
dengan dokter
Tidak mau minum atau sudah mengalami dehidrasi
Iritabel atau menangis terns menerus, tidak dapat
ditenangkan
Tidur terns menerus, lemas, dan sulit dibangunkan (le
thargic) Kejang
Kakukuduk,
Sesak napas
Gelisah,
Muntah, diare
Sakit kepala he bat
Antipiretik
Obat penurun panas, bekerja menghambat enzim Cox
prostaglandin
terganggu. Akibat terganggunya produklsi prostaglandin
maka proses peningkatan suhu tubuh pun terganggu pula.
Obat penurun panas sama sekali tidak mengobati
penyebab demamnya. Tujuan pemberian obat demam bukan
untuk melenyapkan demam melainkan agar anak merasa lebih
nyaman dengan mengurangi suhu tubuh 1-2 derajat belaka.
Oleh karena itu, jangan terobsesi ingin dan harus dalam
"seketika" berhasil menormalkan suhu tubuh karena demam
pasti muncul selama infeksi masih berlangsung. Kalau
terobsesi demikian, maka peresepan kita cenderung
polifarmasi, sarat off label use drugs ( obat yang tak sesuai

(cyclo-oxygenase) sehingga pembentukan

351
Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 9, September 2008

Demam pada Anak

dengan indikasinya seperti antibiotik padahal infeksi virus,


atau steroid padahal tidak relevan dan lebih besar
risikonya tanpa ada benejit-nya).
Tidak sedikit peresepan yang mempuyerkan parase
tamol dengan fenobarbital. Katanya untuk mencegah
kejang demam. Hindari peresepan kombinasi kedua obat
ini karena (1) kejang demam tidak dapat dicegah; (2)
fenobarbital merangsang enzim hati yang kerjanya
menetralisir asetaminofhen sehingga klirens/bersihan
asetaminofen dipercepat dan kadamya di darah menurun
sehingga efek antipiretiknyapun dikurangi; (3) induksi
enzim sitokrom hati oleh fenobarbital selain meningkatkan
bersihan parasetamol, juga
mempercepatterbentuknyametabolit asetaminofenyang
toksik (radikal bebas) sehingga risiko hepatotoksisitas
meningkat.
Di lain pihak, beberapa obatjustru dapat
meningkatkan
suhu tubuh seperti antikanker, antibiotik tertentu seperti
ampisillin, klokasillin, tetrasklin, linkomisin, kotrimok
sazol, INH, metrosnidazolrnetoklorpamid.
Perdarahan Saluran
Cernavs
Obat
Demam
Pada dasarnya tidak ada obat yang tidak berisiko
menimbulkan efek samping. Pemberian obat demam dapat
menimbulkan efek samping mulai dari nyeri dan
perdarahan lambung (yang paling kerap),
hepatitis
(kerusakan sel hati yang ditandai dengan peningkatan
enzim SGOT dan SGPT, pembengkakan dan nyeri di
daerah hati), gangguan pada sumsum tulang (produksi sel
darah merah, sel darah putih, dan trombosit ditekan),
gangguan fungsi ginjal, rasa pusing, vertigo, penglihatan
kabur, penglihatan ganda (diplopia), mengantuk, lemas,
merasa cemas, dan sebagainya
Risiko efek sampingperdarahan saluran cema
misalnya, akan meningkat bila digunakan lebih dari satu
obat (misalnya parasetamol dengan
aspirin
atau
parasetamol dengan ibuprofen),
pemakaian jangka
panjang, atau pemakaian bersama dengan steroid. Di lain
pihak, faktor individu juga dapat meningkatkan risiko efek
samping, seperti usia lanjut, perempuan, peminum alkohol
atau perokok dan peminum kopi. Risikoperdarahanjuga
akan
meningkatbila
sebelumnya
memang
sudahmenderitatukak lambungataubila ada riwayat
perdarahan pada keluarga.
Perlukah
Diobati?
Uinurnnya, demam bukan merupakan kondisi yang
membahayakanjiwa. Demamjustru merupakan mekanisme
pertahanan tubuh yang membantu membasmi infeksi; yang
paling penting adalah mencari tahu penyebab demam dan
memahami saat kapan orangtua harus mengontak dokter
anaknya.

Bila demam tidak tinggi,jangan berikanobat demam,


tidak perlu dikompres,min um banyak saja. Obat demam
dan kompres hangat hanya diberikanbila demam tinggi
atau anak merasa uncomfortable. Upaya yang penting
lainnya adalahmencegah komplikasi dehidrasi dengan
memberikan anak minum lebih dari biasanya.
Penutup
Salah satu tugas dokter adalah melakukan kegiatan
promotifedukatif sehingga konsumen kesehatan
menyadari
bahwaupaya
pemeliharaan
kesehatan
merupakan tanggung jawab mereka juga, bahwa menjadi
konsumen kesehatan yang baik menempatkan dirinya
sebagai partner dokter antara lain dengan senantiasa
mencari informasi yang berkaitan dengan kesehatan
mereka, sehingga dapat bersikap rasional termasuk dalam
ha! demam pada anak.
Saat ini, kita hidup di era informasi. Masyarakat sangat
dimudahkan karena informasi kesehatan yang terpercaya
dapat merekaperolehdengan mudah dan murah.Jadi, semakin
banyak konsumen kesehatan yang rasional dan mengetahui
mekanisme terjadinya demam. Mereka juga mengetahui
bahwa yang terpenting adalah mengetahui penyebab
demarnnya, menyadari bahwa obat tidak selalu
merupakan jawaban atas gangguan kesehatan yang
sedang dialami karena tahu bahwa
padadasarnyasemuaobatdapatmeracuni tubuh. Konsumen
kesehatan yang rasional tidak akan menuntut obat untuk
setiap gejala kesehatan yang dialami (a pill for an ill).
Konsumen yang cerdas dan bijak merupakan mitra
yang menyenangkan.
Pada dasamya, hubungan dokter dengan pasien
laiknya dua orang yang tengah berdansa. Dua pihak yang
sepakat untuk bekerja sama, mengatur langkah sesuai
irama, sehingga mencapai harmoni yang indah. Siapkah
kita menghadapi perubahan yang terjadi di masyarakat?
Semoga!
Daftar Pustaka:
l.
2.

Information of Fever Management - IOWA University


Febrile on Children under 3 years - Clinical Practice Guideline,
Royal Children Hospital
3.
Febrile seizure - Clinical Practice Guideline, Royal Children Hos
pital
4. Pathophysiologic
Basis for Symptomatic Treatment of Fever
Robert C. Stern, Pediatrics l 977;59;92-98, This information is
current as of February 17, 2007 - American Academic of Pediat
ric
5. Approach to the Adult Patient with Fever of Unknown
Origin,ALAN R. ROTH, D.O., and GINA M. BASELLO, D.O.,
Am Fam Physician 2003;68:2223-8. CopyrightA 2003 Ameri
can Academy of Family Physicians
6.
WHO Essential Drug Program, 1998. Guide to Good Prescribing.
~SS

Maj Kedokt lndon, Volum: 58, Nomor: 9, September 2008

352

Anda mungkin juga menyukai