Pendahuluan
Batuk merupakan salah satu dari gejala yang paling sering ditemukan pada pelayanan
kesehatan primer. Batuk adalah suatu reflex nafas yang terjadi karena adanya rangasangan
reseptor iritan yang terdapat di seluruh saluran napas. Batuk juga dapat terjadi akibat penyakit
pada telinga atau akibat gangguan perut yang disebabkan oleh iritasi diafragma. Batuk pada
anak-anak paling sering disebabkan oleh adanya post infeksi dari virus atau bakteri. 1 Salah satu
penyakit yang menimbulkan batuk adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai laporan hasil observasi pada satu pasien anak
di Puskesmas Kelapa Dua pada 24 Juli 2015. Dalam makalah ini akan dijelaskan secara singkat
mengenai ISPA dan berikut hasil observasi yang dilakukan.
Laporan Hasil Kunjungan Rumah
Nama Pasien: Egy Bachtiar Fadel
Tanggal Lahir: 5 Juni 2005 (10 tahun)
Jenis kelamin: Laki-laki
Alamat: Jl. Masjid Al-Ittihad
No telepon: Pekerjaan: Pelajar
Pendidikan terakhir: SD Kelas 5
Nama Keluarga dan Anggota Serumah yang Bukan Keluarga
Nama
Mahmud
Tursini
Muhamad
Tgl lahir
3-3-1967
4-4-1980
5-6-2012
Pekerjaan
Satpam
IRT
-
Prayoga
Pendidikan
SMA
SMA
Belum
Sekolah
Hub.
Status
Domisili
Keadaan
Keluarga
Perkawinan
serumah/
kesehatan
tidak
penyakit
Serumah
Serumah
Serumah
(bila ada)
-
Ayah
Ibu
Adik
Menikah
Menikah
Belum
Menikah
Ilmi
Tingkat Ekonomi: Rendah
1
Keluhan Utama Pasien: Batuk dan demam sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang: Batuk berdahak berwarna putih, tidak sesak nafas, lemas.
Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang: Riwayat flek
jajan sembarangan, hanya Egi yang suka jajan sembarangan sehingga sering batuk.
Pola makan (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga): pola makan teratur 3 kali sehari
PAM yang ditampung (mencuci sayur), memasak makanan sendiri dan tidak pernah bersisa.
Pola minuman sehari-hari: kebutuhan minum mencukupi, untuk minum menggunakan aqua.
Olahraga (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga): tidak pernah berolahraga
Kebersihan hygiene: (mandi, cuci tangan, kuku, sandal, keramas, sikat gigi , ganti
baju,dll) baik, mandi 3 kali sehari dan berikut ganti pakaiannya juga, kuku sering
Pola membersihkan rumah/lingkungan: baik, rumah sering dibersihkan dengan menyapu dan
mengepel, dan sering ada kegiatan kerja bakti tiap 2-3 bulan.
Pola pengobatan (tradisional, puskesmas, dll): membeli obat warung dahulu kemudian ke
puskesmas.
Pola hubungan sosial: hubungan dengan tetangga baik
Pola aktifitas kemasyarakatan: dalam kegiatan masyarakat, seperti gotong royong.
Pola kunjungan ke posyandu: rutin datang ke posyandu untuk mendapat imunisasi dan
pembagian vitamin.
Keadaan psikologis pasien dan keluarga yang mempengaruhi atau dipengaruhi penyakit
dalam keluarga: saat anak (Egi) flek dahulu membuat keluarga cemas akan terulang kembali.
Adat istiadat/sosial budaya yang mempengaruhi: Jangan potong kuku dan rambut kalau
sedang sakit
Keadaan rumah yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga atau dapat menimbulkan
penyakit di kemudian hari
Keadaan dapur dan kebersihan tempat penyimpanan makanan (tercemar debu, kotoran,
vektor, dll): dapur sempit dan banyak terdapat perabotan, sampah masih menumpuk namun
lemari tertutup.
Tempat cuci tangan (air mengalir, sabun dan lap tangan bersih dll): lap tangan bersih kurang,
dan air namun tempat menampung air kurang baik (dalam drum).
Tipe kakus dan sistem pembuangan: Kakus duduk dan sistem pembuangannya baik.
Keadaan WC: baik
Sumber air sehari-hari: air PAM
Tempat penyimpanan air: drum di kamar mandi saja
Sumber air minum: menggunakan aqua
Kebersihan tempat penyimpanan air minum: baik
Tempat sampah di dalam rumah (tertutup atau terbuka, vektor, bau, dll): tong sampah
Status upaya pencegahan penyakit dalam keluarga yang dilakukan oleh keluarga
Nama
Promotif
Preventif
Kuratif
Rehabilitatif
Promotif: adanya pemberian penyuluhan mengenai ISPA, cara mencegah dan mengobatinya.
Preventif: mempertahankan daya tahan tubuh dengan gizi seimbang dan makanan yang tidak
memicu terjadinya ISPA, menjaga kondisi udara sekitar. Khusus bayi melalui pemberian ASI
eksklusif, upaya mencuci tangan, menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan, rutin
Perkiraan Akan Timbulnya Keadaan Penyakit Ditinjau Dari Perilaku Dan Lingkungan
Kurangnya kebersihan rumah dimana masih terdapat banyak barang dan tempat penampungan
air yang kurang baik (tidak ada tutup, dan nampak keruh), hal ini perlu diperhatikan lebih lagi
karena dapat menimbulkan masalah baru seperti demam berdarah karena menjadi tempat tinggal
nyamuk.
Strategi intervensi mahasiswa ke pasien dan keluarga:
Psikobiologi: pasien memiliki riwayat TBC dan imunisasi yang kurang oleh karena itu sebaiknya
pasien selalu menjaga kondisi tubuh dengan baik lewat gizi yang seimbang, tidak jajan
sembarangan. Kondisi keluarga cukup baik karena tidak pernah terserang penyakit yang berat.
Psikologis tiap anggota keluarga sudah baik, disarankan agar pasien tidak takut menyampaikan
setiap gejala yang dirasakan saat sakit kepada ibunya.
Sosial: interaksi sosial keluarga baik antar keluarga maupun dengan masyarakat sudah baik.
Gaya hidup dan perilaku: menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat baik di rumah, di tempat
kerja maupun di sekolah.
Lingkungan rumah dan sekitar rumah: disarankan agar lebih memperhatikan kebersihan
lingkungan, di rumah agar menyimpan barang-barang denga rapi dan benar agar, membereskan
dapur agar kondisi dapur tetap bersih dan rapi (sampah rumah tangga dibuang, lantai dapur
dibersihkan, alat-alat masak dirapikan dengan benar). Di lingkungan luar rumah tempat sampah
yang penuh bisa dibersihkan atau diangkut ke tempat penampungan sampah agar tidak penuh
dan mengundang vektor penyakit (lalat, nyamuk).
Pelayanan kesehatan: perlu untuk mendaftar dalam asuransi kesehatan (BPJS), dari puskesmas
bisa mendata pasien yang belum memiliki kartu BPJS dan dilaporkan agar bisa diurus, apabila
ada keluarga yang sakit dengan gejala yang berat tidak menunggu untuk dibawa ke puskesmas.
Saran upaya pencegahan penyakit pasien dan keluarga oleh mahasiswa
Promotif: penyuluhan mengenai ISPA, faktor risiko, tanda bahaya ISPA, pola hidup bersih dan
sehat, anjuran makanan yang bergizi seimbang kepada pasien dan keluarga pasien sehingga
adanya perubahan perilaku untuk kesembuhan dan kesehatan pasien.
Preventif: menerapkan perilaku bersih dan sehat, menjaga keadaan gizi dengan makanan yang
bergizi seimbang dan pola makan teratur, tidak jajan sembarangan (minum es, makan makanan
ringan, mie kering atau gorengan), istirahat yang cukup, imunisasi dilengkapi, batuk dan bersin
tidak sembarangan, menghindari kontak dengan orang yang sakit, jaga kebersihan rumah dan
bila diketahui ada yang sakit berat sebaiknya langsung ke puskesmas untuk berobat jangan
membeli obat di apotek agar penyakit bisa didiagnosis denga tepat dan diberikan tindakan yang
tepat juga.
Kuratif: memberikan terapi obat yang tepat, dosis yang benar, waktu pemberian yang adekuat,
serta harga obat yang terjangkau. Terapi yang diberikan puskesmas kepada pasien: kortimoksasol
syrup (antibiotik) dan obat puyer (untuk demam)
Rehabilitatif: rutin membawa anak ke puskesmas untuk mengetahui status gizi anak dengan
mengukur berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan atas, tebal lemak, perlu memperbaiki
status gizi agar daya tahan tubuh meningkat dan proses tumbuh kembang lebih baik. Perbaikan
gizi dapat dilakukan dengan menghindari anak untuk jajan sembarangan sehingga anak makan
makanan dirumah yang lebih bersih dan bergizi, minum obat yang teratur, terutama antibiotik
harus dihabiskan. Bila obat sudah habis dan penyakit belum sembuh atau adanya tanda bahaya
ISPA maka harus segera bawa pasien ke puskesmas kembali.
Lampiran: foto-foto perilaku atau lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit atau
yang nantinya akan mempengaruhi keadaan kesehatan keluarga
Gambar
No.
10
Batuk
Pilek
Kesulitan bernapas
Demam (38-40C)
Gejala ISPA sangat bervariasi. Antara penyakit satu dan yang lainnya sering mempunyai
bersin-bersin
nyeri menelan
sakit kepala, nyeri sendi
lemah, lesu
frekuensi napas cepat
12
a. Pada sistem respiratorik: takipnea, apnea, retraksi dinding thorak, napas cuping hidung,
sianosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial: takikardi, bradikardi, hipertensi, hipotensi dan cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral: gelisah, sakit kepala, bingung, kejang dan koma.
d. Pada hal umum: letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratorium, yaitu: hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis (metabolik dan atau
respiratorik).
Tanda-tanda bahaya umum yang perlu diwaspadai:
1. Anak golongan umur kurang dari 2 bulan:
a. Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah
volume yang biasa diminumnya)
b. Kejang
c. Kesadaran menurun
d. Stridor
e. Wheezing
f. Demam atau dingin
2. Anak golongan umur 2 bulan - 5 tahun:
a. tidak bisa minum
b. kejang
c. kesadaran menurun
d. stridor
e. gizi buruk
Klasifikasi ISPA
Klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongannya dan golongannya umur, yaitu:3
a.
Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
2)
Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold), radang tenggorokan
(pharyngitis), tonsilitis dan infeksi telinga (otitis media).
b.
b)
c)
Pneumonia
berat
yaitu
adanya
batuk
dan
nafas
cepat
(fastbreathing) dan tarikan dinding pada bagian bawah ke arah dalam (servere chest
indrawing).
2)
b)
Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli yang dapat disebabkan oleh
berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit. Pneumonia menjadi penyebab
kematian tertinggi pada balita dan bayi serta menjadi penyebab penyakit umum terbanyak.Tanda
serta gejala yang lazim dijumpai pada pneumonia adalah demam, tachypnea, takikardia, batuk
yang produktif, serta perubahan sputum baik dari jumlah maupun karakteristiknya. Selain itu
pasien akan merasa nyeri dada seperti ditusuk pisau, inspirasi yang tertinggal pada pengamatan
naik-turunnya dada sebelah kanan pada saat bernafas. Mikroorganisme penyebab pneumonia
meliputi: bakteri, virus, mycoplasma, chlamydia dan jamur. Pneumonia karena virus banyak
dijumpai pada pasien immunocompromised, bayi dan anak. Virus-virus yang menginfeksi adalah
virus saluran napas seperti RSV, Influenza type A, parainfluenza, adenovirus.
Penularan
Salah satu penularan ISPA adalah melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam
tubuh melalui saluran pernapasan. selain itu ISPA dapat juga terjadi karena transmisi organisme
melalui AC (air conditioner). Adanya bibit penyakit di udara umumnya berbentuk aerosol yakni
suatu suspensi yang melayang di udara. Penyebaran infeksi melalui aerosol dapat terjadi pada
waktu batuk dan bersin-bersin. Penularan dapat juga melalui kontak langsung/ tidak langsung
dari benda yang telah tercemari jasad renik (hand to hand transmition), dan melalui droplet yang
dapat menjadi jalan masuk bagi virus. Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebaran
14
virus, terutama melalui bahan sekresi hidung. Virus ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak
dalam mukosa hidung daripada mukosa faring. Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium,
maupun di lapangan, diperoleh kesimpulan bahwa sebenarnya kontak hand to hand merupakan
modus yang terbesar dibandingkan dengan cara penularan aerogen yang semula banyak diduga.5
Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Intervensi yang ditujukan bagi pencegahan faktor risiko dapat dianggap sebagai strategi untuk
mengurangi kesakitan (insiden). Termasuk di sini, antara lain: penyuluhan, dilakukan oleh tenaga
kesehatan dimana kegiatan ini diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat
terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan faktor resiko penyakit ISPA. Kegiatan penyuluhan ini
dapat berupa penyuluhan penyakit ISPA, penyuluhan ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi,
penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan rumah,
penyuluhan bahaya rokok.3
Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Upaya penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan sedini mungkin. Upaya
pengobatan yang dilakukan dibedakan atas klasifikasi ISPA, yaitu:
a) Untuk kelompok umur < 2 bulan, pengobatannya meliputi:3
Pneumonia Berat: rawat dirumah sakit, beri oksigen (jika anak mengalami sianosis sentral,
tidak dapat minum, terdapat penarikan dinding dada yang hebat), terapi antibiotik dengan
15
hari, obati demam, obati mengi, perawatan suportif, hati-hati pada pemberian terapi
2 hari.
Bukan Pneumonia (batuk atau pilek): obati di rumah, terapi antibiotik sebaiknya tidak
diberikan, terapi spesifik lain (untuk batuk dan pilek), obati demam.
Pneumonia Persisten: rawat (tetap opname), terapi antibiotik dengan memberikan
kotrimoksasol dosis tinggi untuk mengobati kemungkinan adanya infeksi pneumokistik,
perawatan suportif, penilaian ulang.
Pneumonia Sangat Berat: jika anak semakin memburuk setelah pemberian kloramfenikol
selama 48 jam, periksa adanya komplikasi dan ganti dengan kloksasilin ditambah
persistensi.
Pneumonia: coba untuk melihat kembali anak setelah 2 hari dan periksa adanya tandatanda perbaikan (pernafasan lebih lambat, demam berkurang, nafsu makan membaik).
Nilai kembali dan kemudian putuskan jika anak dapat minum, terdapat penarikan dinding
dada atau tanda penyakit sangat berat maka lakukan kegiatan ini yaitu rawat, obati
sebagai pneumonia berat atau pneumonia sangat berat. Jika anak tidak membaik sama
sekali tetapi tidak terdapat tanda pneumonia berat atau tanda lain penyakit sangat berat,
maka ganti antibiotik dan pantau secara ketat.
Kesimpulan
16
Diagnosis pada pasien ini adalah batuk ec infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur serta kejadian ISPA dapat dipicu oleh banyak faktor
resiko. Dari hasil analisis kedokteran keluarga terhadap kasus ini, penyebab ISPA pasien ini
dapat terjadi karena adanya faktor resiko, seperti: pasien sering jajan sembarang, minum es, dan
faktor imunitas pasien yang memang sejak kecil kurang. ISPA dapat sembuh dengan baik.
Namun dapat juga berdampak buruk bila penderita datang berobat dalam keadaan berat serta
adanya penyulit-penyulit dan kekurangan gizi.
Daftar Pustaka
1. Shields MD, Thavagnanam S. The difficult coughing child: prolonged acute cough in
children. 9 Januari 2011. Diunduh dari: http://www.coughjournal.com/content/9/1/11, 28 Juli
2015.
2. Djojodibroto RD. Respirologi (Respiratory medicine). Jakarta:EGC; 2009.
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pengendalian infeksi saluran
pernapasan akut. Jakarta:Kementrian Kesehatan RI; 2011.
4. WHO. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Pedoman
Untuk Dokter Dan Petugas Kesehatan Senior. Alih Bahasa; C. Anton Wijawa. Jakarta:EGC;
2003.
5. Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada
Anak. Jakarta; 1991.
17