Anda di halaman 1dari 17

Batuk disebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut

Pendahuluan
Batuk merupakan salah satu dari gejala yang paling sering ditemukan pada pelayanan
kesehatan primer. Batuk adalah suatu reflex nafas yang terjadi karena adanya rangasangan
reseptor iritan yang terdapat di seluruh saluran napas. Batuk juga dapat terjadi akibat penyakit
pada telinga atau akibat gangguan perut yang disebabkan oleh iritasi diafragma. Batuk pada
anak-anak paling sering disebabkan oleh adanya post infeksi dari virus atau bakteri. 1 Salah satu
penyakit yang menimbulkan batuk adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai laporan hasil observasi pada satu pasien anak
di Puskesmas Kelapa Dua pada 24 Juli 2015. Dalam makalah ini akan dijelaskan secara singkat
mengenai ISPA dan berikut hasil observasi yang dilakukan.
Laporan Hasil Kunjungan Rumah
Nama Pasien: Egy Bachtiar Fadel
Tanggal Lahir: 5 Juni 2005 (10 tahun)
Jenis kelamin: Laki-laki
Alamat: Jl. Masjid Al-Ittihad
No telepon: Pekerjaan: Pelajar
Pendidikan terakhir: SD Kelas 5
Nama Keluarga dan Anggota Serumah yang Bukan Keluarga
Nama

Mahmud
Tursini
Muhamad

Tgl lahir

3-3-1967
4-4-1980
5-6-2012

Pekerjaan

Satpam
IRT
-

Prayoga

Pendidikan

SMA
SMA
Belum
Sekolah

Hub.

Status

Domisili

Keadaan

Keluarga

Perkawinan

serumah/

kesehatan

tidak

penyakit

Serumah
Serumah
Serumah

(bila ada)
-

Ayah
Ibu
Adik

Menikah
Menikah
Belum
Menikah

Ilmi
Tingkat Ekonomi: Rendah
1

Status Imunisasi Dasar Pasien: Lengkap


Status Imunisasi Keluarga: Lengkap
Status Gizi Keluarga: Cukup
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan: tidak ada, sudah mendaftar tapi belum dapat kartu BPJS.
Anamnesis

Keluhan Utama Pasien: Batuk dan demam sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang: Batuk berdahak berwarna putih, tidak sesak nafas, lemas.
Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang: Riwayat flek

(TB) 6 bulan lalu.


Perilaku pasien yang berhubungan dengan penyakitnya sekarang: suka makan es, makanan

ringan dan mie kering.


Perilaku keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang: banyak terdapat

makanan ringan, tidur menggunakan kipas angin.


Riwayat penyakit dahulu yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang: tidak ada
Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang: tidak ada
Riwayat penyakit keluarga yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang: tidak ada

Perilaku Sosial Pasien dan Keluarga

Merokok: Ayah merokok saat bekerja saja.


Minum yang mengandung alkohol: tidak minum
Pola jajan (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga): Keluarga biasanya tidak suka

jajan sembarangan, hanya Egi yang suka jajan sembarangan sehingga sering batuk.
Pola makan (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga): pola makan teratur 3 kali sehari

tetapi suka telat makan.


Pola penyimpanan atau memasak makanan: memasak makanan banyak menggunakan air

PAM yang ditampung (mencuci sayur), memasak makanan sendiri dan tidak pernah bersisa.
Pola minuman sehari-hari: kebutuhan minum mencukupi, untuk minum menggunakan aqua.
Olahraga (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga): tidak pernah berolahraga
Kebersihan hygiene: (mandi, cuci tangan, kuku, sandal, keramas, sikat gigi , ganti
baju,dll) baik, mandi 3 kali sehari dan berikut ganti pakaiannya juga, kuku sering

dipotong, sikat gigi pagi dan malam.


Rekreasi: baik, namun karena anak sakit tahun ini tidak pulang kampung
Ibadah: ketaatan spiritual keluarga baik

Pola membersihkan rumah/lingkungan: baik, rumah sering dibersihkan dengan menyapu dan

mengepel, dan sering ada kegiatan kerja bakti tiap 2-3 bulan.
Pola pengobatan (tradisional, puskesmas, dll): membeli obat warung dahulu kemudian ke

puskesmas.
Pola hubungan sosial: hubungan dengan tetangga baik
Pola aktifitas kemasyarakatan: dalam kegiatan masyarakat, seperti gotong royong.
Pola kunjungan ke posyandu: rutin datang ke posyandu untuk mendapat imunisasi dan
pembagian vitamin.

Keadaan psikologis pasien dan keluarga yang mempengaruhi atau dipengaruhi penyakit
dalam keluarga: saat anak (Egi) flek dahulu membuat keluarga cemas akan terulang kembali.
Adat istiadat/sosial budaya yang mempengaruhi: Jangan potong kuku dan rambut kalau
sedang sakit
Keadaan rumah yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga atau dapat menimbulkan
penyakit di kemudian hari

Kebersihan rumah: cukup


Vektor penyakit: banyak nyamuk di rumah
Keadaan udara/ polusi dalam rumah: pengap dan kurang sirkulasi
Luas rumah/bangunan: 50m2 terdapat 5 ruangan (1 ruang tamu, 1 kamar tidur, 1 ruang

keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi)


Luas tanah: 60m2
Jumlah orang yang tinggal dalam rumah: 4
Luas kamar pasien atau yang sakit: 3m x 3m
Jumlah orang yang tinggal sekamar dengan yang sakit: 3
Jenis lantai: keramik
Jenis tembok: bata putih
Jenis atap: asbes
Perbandingan Ventilasi rumah (udara, sinar matahari, dll): ventilasi rumah kurang (2 jendela

di ruang tamu dan 2 jendela kecil di kamar tidur).


Perbandingan Ventilasi kamar (udara, sinar matahari, dll): ventilasi kamar kurang dan
terkesan pengap, sinar matahari yang masuk ke kamar tidur kurang.

Keadaan dapur dan kebersihan tempat penyimpanan makanan (tercemar debu, kotoran,
vektor, dll): dapur sempit dan banyak terdapat perabotan, sampah masih menumpuk namun

tidak ada vektor, tempat penyimpanan makanan masih kurang kebersihannya.


Tempat penyimpanan alat makan: alat makan ada di dapur, penyimpanan baik karena dalam

lemari tertutup.
Tempat cuci tangan (air mengalir, sabun dan lap tangan bersih dll): lap tangan bersih kurang,

sarana air dan sabun cukup.


Keadaan kamar mandi (kebersihan, sabun, air, bak,dll): kamar mandi bersih, tersedia sabun

dan air namun tempat menampung air kurang baik (dalam drum).
Tipe kakus dan sistem pembuangan: Kakus duduk dan sistem pembuangannya baik.
Keadaan WC: baik
Sumber air sehari-hari: air PAM
Tempat penyimpanan air: drum di kamar mandi saja
Sumber air minum: menggunakan aqua
Kebersihan tempat penyimpanan air minum: baik
Tempat sampah di dalam rumah (tertutup atau terbuka, vektor, bau, dll): tong sampah

terbuka, - vektor, - bau


Sumber pencahayaan dalam rumah (jenis dan keadaan pencahayaan): lampu putih
Sistem pembuangan air limbah: baik
Kebersihan sekitar rumah: baik
Tempat sampah di luar rumah: baik namun penuh
Keadaan udara/polusi luar rumah: baik
Keadaan pekarangan (tanaman, kebersihan, tanah, dll): baik namun banyak lalat

Status upaya pencegahan penyakit dalam keluarga yang dilakukan oleh keluarga
Nama

Promotif

Preventif

Kuratif

Rehabilitatif

Promotif: adanya pemberian penyuluhan mengenai ISPA, cara mencegah dan mengobatinya.
Preventif: mempertahankan daya tahan tubuh dengan gizi seimbang dan makanan yang tidak
memicu terjadinya ISPA, menjaga kondisi udara sekitar. Khusus bayi melalui pemberian ASI
eksklusif, upaya mencuci tangan, menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan, rutin

datang untuk melakukan imunisasi ke puskesmas dan posyandu.


Kuratif: datang ke dokter apabila sakit
Rehabilitatif: Pemberian makanan cukup gizi dan cukup istirahat.

Pemeriksaan Kesehatan Pasien dan Keluarga oleh Mahasiswa


4

Keadaan umum: compos mentis


Tanda vital: Nadi 120x/menit, TD 110/70, suhu 37.6o C
Status gizi: cukup namun nafsu makan berkurang
Pemeriksaan fisik:
- Inspeksi thorak: pergerakan dinding dada normal.
- Auskultasi: Amforik di bagian basal paru
Pemeriksaan hygiene: kurang karena sedang sakit (rambut pasein panjang, kuku pasien

panjang dan kotor).


Hasil pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan: tidak ada
Diagnosis pasien: batuk ec ISPA
Diagnosis banding: suspek TB
Diagnosis keluarga: tidak ada
Usulan Pemeriksaan

Penunjang Untuk Pasien Dan Keluarga Mulai Tingkat

Pelayanan Primer (Pemeriksaan Di Puskesmas) Hingga Rujukan: Untuk Menyingkirkan


diagnosis banding lain perlu dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu: pemeriksaan darah rutin,
pemeriksaan dahak, dan foto rontgen toraks.
Resume Masalah Kesehatan Keluarga Dan Faktor Risikonya
Keluhan batuk dan demam sejak 1 minggu yang lalu dapat di diagnosis menderita infeksi
saluran pernapasan akut. Namun perlu diingat bahwa sebelumnya pasien pernah mengalami
TBC, untuk itu perlu perhatian lebih akan setiap kondisi pasien saat ini agar tidak terulang
kembali. Imunitas pada pasien perlu ditunjang lebih baik lagi, hal ini terkait juga karena pasien
dulunya tidak mendapatkan ASI yang cukup sehingga pasien sering mengalami sakit sejak kecil.
Prognosis Penyakit Pasien Dan Keluarga
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berprognosis baik (dubia et bonam). Pasien juga
harus mendapat asupan gizi yang cukup dan seimbang, istirahat yang cukup, hindari faktor
resiko serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk membantu dalam proses
penyembuhannya. Perlu diketahui ISPA merupakan penyakit menular. Kemungkinan keluarga
pasien terkena ISPA juga besar dikarenakan keluarga merupakan komunitas yang berhubungan
erat dengan pasien. Perlunya daya tahan tubuh yang baik untuk mencegah penularan, hal yang
dapat dilakukan nutrisi adekuat (makan makanan yang bersih dan gizi seimbang), istirahat yang
cukup, olahraga, menjaga kebersihan rumah dan diri sendiri serta lingkungan.
5

Perkiraan Akan Timbulnya Keadaan Penyakit Ditinjau Dari Perilaku Dan Lingkungan
Kurangnya kebersihan rumah dimana masih terdapat banyak barang dan tempat penampungan
air yang kurang baik (tidak ada tutup, dan nampak keruh), hal ini perlu diperhatikan lebih lagi
karena dapat menimbulkan masalah baru seperti demam berdarah karena menjadi tempat tinggal
nyamuk.
Strategi intervensi mahasiswa ke pasien dan keluarga:
Psikobiologi: pasien memiliki riwayat TBC dan imunisasi yang kurang oleh karena itu sebaiknya
pasien selalu menjaga kondisi tubuh dengan baik lewat gizi yang seimbang, tidak jajan
sembarangan. Kondisi keluarga cukup baik karena tidak pernah terserang penyakit yang berat.
Psikologis tiap anggota keluarga sudah baik, disarankan agar pasien tidak takut menyampaikan
setiap gejala yang dirasakan saat sakit kepada ibunya.
Sosial: interaksi sosial keluarga baik antar keluarga maupun dengan masyarakat sudah baik.
Gaya hidup dan perilaku: menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat baik di rumah, di tempat
kerja maupun di sekolah.
Lingkungan rumah dan sekitar rumah: disarankan agar lebih memperhatikan kebersihan
lingkungan, di rumah agar menyimpan barang-barang denga rapi dan benar agar, membereskan
dapur agar kondisi dapur tetap bersih dan rapi (sampah rumah tangga dibuang, lantai dapur
dibersihkan, alat-alat masak dirapikan dengan benar). Di lingkungan luar rumah tempat sampah
yang penuh bisa dibersihkan atau diangkut ke tempat penampungan sampah agar tidak penuh
dan mengundang vektor penyakit (lalat, nyamuk).
Pelayanan kesehatan: perlu untuk mendaftar dalam asuransi kesehatan (BPJS), dari puskesmas
bisa mendata pasien yang belum memiliki kartu BPJS dan dilaporkan agar bisa diurus, apabila
ada keluarga yang sakit dengan gejala yang berat tidak menunggu untuk dibawa ke puskesmas.
Saran upaya pencegahan penyakit pasien dan keluarga oleh mahasiswa
Promotif: penyuluhan mengenai ISPA, faktor risiko, tanda bahaya ISPA, pola hidup bersih dan
sehat, anjuran makanan yang bergizi seimbang kepada pasien dan keluarga pasien sehingga
adanya perubahan perilaku untuk kesembuhan dan kesehatan pasien.

Preventif: menerapkan perilaku bersih dan sehat, menjaga keadaan gizi dengan makanan yang
bergizi seimbang dan pola makan teratur, tidak jajan sembarangan (minum es, makan makanan
ringan, mie kering atau gorengan), istirahat yang cukup, imunisasi dilengkapi, batuk dan bersin
tidak sembarangan, menghindari kontak dengan orang yang sakit, jaga kebersihan rumah dan
bila diketahui ada yang sakit berat sebaiknya langsung ke puskesmas untuk berobat jangan
membeli obat di apotek agar penyakit bisa didiagnosis denga tepat dan diberikan tindakan yang
tepat juga.
Kuratif: memberikan terapi obat yang tepat, dosis yang benar, waktu pemberian yang adekuat,
serta harga obat yang terjangkau. Terapi yang diberikan puskesmas kepada pasien: kortimoksasol
syrup (antibiotik) dan obat puyer (untuk demam)
Rehabilitatif: rutin membawa anak ke puskesmas untuk mengetahui status gizi anak dengan
mengukur berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan atas, tebal lemak, perlu memperbaiki
status gizi agar daya tahan tubuh meningkat dan proses tumbuh kembang lebih baik. Perbaikan
gizi dapat dilakukan dengan menghindari anak untuk jajan sembarangan sehingga anak makan
makanan dirumah yang lebih bersih dan bergizi, minum obat yang teratur, terutama antibiotik
harus dihabiskan. Bila obat sudah habis dan penyakit belum sembuh atau adanya tanda bahaya
ISPA maka harus segera bawa pasien ke puskesmas kembali.
Lampiran: foto-foto perilaku atau lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit atau
yang nantinya akan mempengaruhi keadaan kesehatan keluarga

Gambar No.1 Bagian Depan Rumah

Gambar No. 3 Ruang Tamu

Gambar No. 5 Ruang Tidur

Gambar No.2 Ruang Tamu

Gambar No. 4 Ruang Serbaguna

Gambar

No.

Ventilasi di Ruang Tidur

Gambar No. 7 Ruang Keluarga


Gambar No. 8 Tempat Mencuci Baju

Gambar No. 9 Kondisi Dapur 1

Gambar No. 10 Kondisi Dapur 2

Gambar No. 11 Tempat Sampah di Rumah

Gambar No. 12 Kondisi Dapur 3

10

Gambar No. 13 Kamar Mandi

Gambar No. 14 Kamar Mandi

Riwayat Penyakit Keluarga: Perilaku Sosial Keluarga: baik


Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA)
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari
istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Infeksi akut adalah infeksi yang
berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut
meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan ke dalam ISPA proses ini
berlangsung lebih dari 14 hari. ISPA terbagi menjadi dua, yaitu infeksi saluran pernafasan atas
dan infeksi saluran pernafasan bawah. Infeksi saluran pernafasan atas adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menyatakan suatu penyakit yang sering terjadi di saluran pernafasan atas, nasal
mukosaoropharynx. Penyakit ini juga biasa disebut commond cold (pilek), acute rhinitis, acute
nasopharyngitis, acute rhinosinusitis.2
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian
bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40%-60% dari kunjungan di
Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA
mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada
bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih
sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam
keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi.2
Etiologi
ISPA merupakan kelompok penyakit yamg komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh
berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri, dan riketsia. Virus
penyebab ISPA antar lain golongan Miksovirus (termasuk di dalamnya virus influensa, virus
para-influensa), Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. Bakteri
penyebab ISPA antara lain Streptococcus hemoliticus, Staphylococcus, Pneumococcus,
11

Hemofilus influenza, Bordetella pertusis, dan Corynebacterium diffteria. Ricketsia penyebab


ISPA adalah Koksiela burnetti. Jamur penyebab ISPA adalah Kokiodoides imitis, Histoplasma
kapsulatum, Blastomises dermatidis, Aspergillus fikomycetes. Etiologi dari sebagian besar
penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis
oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan
antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.
Gejala Klinis:
Penemuan penderita ISPA dilakukan secara pasif (passive case finding) yaitu penemuan
penderita ISPA yang datang berobat dengan gejala-gejala saluran pernapasan, yaitu:2
a.
b.
c.
d.

Batuk
Pilek
Kesulitan bernapas
Demam (38-40C)
Gejala ISPA sangat bervariasi. Antara penyakit satu dan yang lainnya sering mempunyai

gejala yang serupa. Berikut merupakan gejala penyerta pada anak-anak:2


a.
b.
c.
d.
e.

bersin-bersin
nyeri menelan
sakit kepala, nyeri sendi
lemah, lesu
frekuensi napas cepat

Tanda-Tanda Bahaya ISPA


Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan
gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin saja gejala menjadi lebih berat
sehingga penderita dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal.
Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit,
namun mortalitasnya masih tinggi. Oleh karena itu perlu diusahakan agar yang ringan tidak
menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam
kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan
tanda-tanda laboratoris.4
Tanda-tanda klinis, antara lain:

12

a. Pada sistem respiratorik: takipnea, apnea, retraksi dinding thorak, napas cuping hidung,
sianosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial: takikardi, bradikardi, hipertensi, hipotensi dan cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral: gelisah, sakit kepala, bingung, kejang dan koma.
d. Pada hal umum: letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratorium, yaitu: hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis (metabolik dan atau
respiratorik).
Tanda-tanda bahaya umum yang perlu diwaspadai:
1. Anak golongan umur kurang dari 2 bulan:
a. Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah
volume yang biasa diminumnya)
b. Kejang
c. Kesadaran menurun
d. Stridor
e. Wheezing
f. Demam atau dingin
2. Anak golongan umur 2 bulan - 5 tahun:
a. tidak bisa minum
b. kejang
c. kesadaran menurun
d. stridor
e. gizi buruk
Klasifikasi ISPA
Klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongannya dan golongannya umur, yaitu:3
a.

Menurut Anonim (2008) ISPA berdasarkan golongannya:


1)

Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).

2)

Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold), radang tenggorokan
(pharyngitis), tonsilitis dan infeksi telinga (otitis media).

b.

Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongan umur


yaitu:
1)

Untuk anak usia 2-59 bulan:


a)

Bukan pneumonia bila frekuensi pernafasan kurang dari 50 kali


permenit untuk usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali permenit untuk usia 12-59
bulan, serta tidak ada tarikan pada dinding dada.
13

b)

Pneumonia yaitu ditandai dengan nafas cepat (frekuensi pernafasan


sama atau lebih dari 50 kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan frekuensi pernafasan
sama atau lebih dari 40 kali permenit untuk usia 12-59 bulan), serta tidak ada tarikan
pada dinding dada.

c)

Pneumonia

berat

yaitu

adanya

batuk

dan

nafas

cepat

(fastbreathing) dan tarikan dinding pada bagian bawah ke arah dalam (servere chest
indrawing).
2)

Untuk anak usia kurang dari dua bulan:


a)

Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali


permenit dan tidak ada tarikan dinding dada.

b)

Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih dari


60 kali permenit (fast breathing) atau adanya tarikan dinding dada tanpa nafas cepat.

Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli yang dapat disebabkan oleh
berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit. Pneumonia menjadi penyebab
kematian tertinggi pada balita dan bayi serta menjadi penyebab penyakit umum terbanyak.Tanda
serta gejala yang lazim dijumpai pada pneumonia adalah demam, tachypnea, takikardia, batuk
yang produktif, serta perubahan sputum baik dari jumlah maupun karakteristiknya. Selain itu
pasien akan merasa nyeri dada seperti ditusuk pisau, inspirasi yang tertinggal pada pengamatan
naik-turunnya dada sebelah kanan pada saat bernafas. Mikroorganisme penyebab pneumonia
meliputi: bakteri, virus, mycoplasma, chlamydia dan jamur. Pneumonia karena virus banyak
dijumpai pada pasien immunocompromised, bayi dan anak. Virus-virus yang menginfeksi adalah
virus saluran napas seperti RSV, Influenza type A, parainfluenza, adenovirus.
Penularan
Salah satu penularan ISPA adalah melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam
tubuh melalui saluran pernapasan. selain itu ISPA dapat juga terjadi karena transmisi organisme
melalui AC (air conditioner). Adanya bibit penyakit di udara umumnya berbentuk aerosol yakni
suatu suspensi yang melayang di udara. Penyebaran infeksi melalui aerosol dapat terjadi pada
waktu batuk dan bersin-bersin. Penularan dapat juga melalui kontak langsung/ tidak langsung
dari benda yang telah tercemari jasad renik (hand to hand transmition), dan melalui droplet yang
dapat menjadi jalan masuk bagi virus. Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebaran
14

virus, terutama melalui bahan sekresi hidung. Virus ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak
dalam mukosa hidung daripada mukosa faring. Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium,
maupun di lapangan, diperoleh kesimpulan bahwa sebenarnya kontak hand to hand merupakan
modus yang terbesar dibandingkan dengan cara penularan aerogen yang semula banyak diduga.5
Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Intervensi yang ditujukan bagi pencegahan faktor risiko dapat dianggap sebagai strategi untuk
mengurangi kesakitan (insiden). Termasuk di sini, antara lain: penyuluhan, dilakukan oleh tenaga
kesehatan dimana kegiatan ini diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat
terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan faktor resiko penyakit ISPA. Kegiatan penyuluhan ini
dapat berupa penyuluhan penyakit ISPA, penyuluhan ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi,
penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan rumah,
penyuluhan bahaya rokok.3
Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Upaya penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan sedini mungkin. Upaya
pengobatan yang dilakukan dibedakan atas klasifikasi ISPA, yaitu:
a) Untuk kelompok umur < 2 bulan, pengobatannya meliputi:3
Pneumonia Berat: rawat dirumah sakit, beri oksigen (jika anak mengalami sianosis sentral,
tidak dapat minum, terdapat penarikan dinding dada yang hebat), terapi antibiotik dengan

memberikan benzilpenisilin dan gentamisin atau kanamisin.


Bukan Pneumonia: terapi antibiotik sebaiknya tidak diberikan, nasihati ibu untuk menjaga
agar bayi tetap hangat, memberi ASI secara sering, dan bersihkan sumbatan pada hidung

jika sumbatan itu menggangu saat memberi makan.


b) Untuk kelompok umur 2 bulan - <5 tahun, pengobatannya meliputi:3
Pneumonia Sangat Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen, terapi antibiotik dengan
memberikan kloramfenikol secara intramuskular setiap 6 jam. Apabila pada anak terjadi
perbaikan (biasanya setelah 3-5 hari), pemberiannya diubah menjadi kloramfenikol oral,
obati demam, obati mengi, perawatan suportif, hati-hati dengan pemberian terapi cairan,

nilai ulang dua kali sehari.


Pneumonia Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen, terapi antibiotik dengan
memberikan benzilpenesilin secara intramuskular setiap 6 jam paling sedikit selama 3

15

hari, obati demam, obati mengi, perawatan suportif, hati-hati pada pemberian terapi

cairan, nilai ulang setiap hari.


Pneumonia: obati di rumah, terapi antibiotik dengan memberikan kotrimoksasol,
ampisilin, amoksilin oral, atau suntikan penisilin prokain intramuskular per hari, nasihati
ibu untuk memberikan perawatan di rumah, obati demam, obati mengi, nilai ulang setelah

2 hari.
Bukan Pneumonia (batuk atau pilek): obati di rumah, terapi antibiotik sebaiknya tidak

diberikan, terapi spesifik lain (untuk batuk dan pilek), obati demam.
Pneumonia Persisten: rawat (tetap opname), terapi antibiotik dengan memberikan
kotrimoksasol dosis tinggi untuk mengobati kemungkinan adanya infeksi pneumokistik,
perawatan suportif, penilaian ulang.

Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)


Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada penderita ISPA agar tidak bertambah parah dan
mengakibatkan kematian.3

Pneumonia Sangat Berat: jika anak semakin memburuk setelah pemberian kloramfenikol
selama 48 jam, periksa adanya komplikasi dan ganti dengan kloksasilin ditambah

gentamisin jika diduga suatu pneumonia stafilokokus.


Pneumonia Berat: jika anak tidak membaik setelah pemberian benzilpenisilin dalam 48
jam atau kondisinya memburuk setelah pemberian benzilpenisilin kemudian periksa
adanya komplikasi dan ganti dengan kloramfenikol. Jika anak masih menunjukkan tanda
pneumonia setelah 10 hari pengobatan antibiotik maka cari penyebab pneumonia

persistensi.
Pneumonia: coba untuk melihat kembali anak setelah 2 hari dan periksa adanya tandatanda perbaikan (pernafasan lebih lambat, demam berkurang, nafsu makan membaik).
Nilai kembali dan kemudian putuskan jika anak dapat minum, terdapat penarikan dinding
dada atau tanda penyakit sangat berat maka lakukan kegiatan ini yaitu rawat, obati
sebagai pneumonia berat atau pneumonia sangat berat. Jika anak tidak membaik sama
sekali tetapi tidak terdapat tanda pneumonia berat atau tanda lain penyakit sangat berat,
maka ganti antibiotik dan pantau secara ketat.

Kesimpulan
16

Diagnosis pada pasien ini adalah batuk ec infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur serta kejadian ISPA dapat dipicu oleh banyak faktor
resiko. Dari hasil analisis kedokteran keluarga terhadap kasus ini, penyebab ISPA pasien ini
dapat terjadi karena adanya faktor resiko, seperti: pasien sering jajan sembarang, minum es, dan
faktor imunitas pasien yang memang sejak kecil kurang. ISPA dapat sembuh dengan baik.
Namun dapat juga berdampak buruk bila penderita datang berobat dalam keadaan berat serta
adanya penyulit-penyulit dan kekurangan gizi.
Daftar Pustaka
1. Shields MD, Thavagnanam S. The difficult coughing child: prolonged acute cough in
children. 9 Januari 2011. Diunduh dari: http://www.coughjournal.com/content/9/1/11, 28 Juli
2015.
2. Djojodibroto RD. Respirologi (Respiratory medicine). Jakarta:EGC; 2009.
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pengendalian infeksi saluran
pernapasan akut. Jakarta:Kementrian Kesehatan RI; 2011.
4. WHO. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Pedoman
Untuk Dokter Dan Petugas Kesehatan Senior. Alih Bahasa; C. Anton Wijawa. Jakarta:EGC;
2003.
5. Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada
Anak. Jakarta; 1991.

17

Anda mungkin juga menyukai