Anda di halaman 1dari 10

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
III.2. KONJUNGTIVITIS
III.2.1.Definisi
Konjungtivitis (pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan
luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme
(virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia..
Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat
merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak.
Beberapa jenis konjungtivits dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang
memerlukan pengobatan.
III.2.2.Klasifikasi
Konjungtivitis, terdiri dari:
1)

Konjungtivitis

alergi

(keratokonjungtivitis

atopic,

simple

alergi

konjungtivitis, konjungtivitis seasonal, konjungtivitis vernal, giant papillary


2)
3)
4)
5)

conjungtivitis)
Konjungtivitis bacterial (hiperakut, akut, kronis)
Konjungtivitis virus (adenovirus, herpetic)
Konjungtivitis klamidia
Bentuk konjungtivitis lain (Contact lens-related, mekanik, trauma,
toksik,neonatal,

Parinauds

okuloglandular

syndrome,

phlyctenular,

sekunder)
Konjungtivitis dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis yang
disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran
keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Dalam waktu 12 sampai 48 jam
setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa
terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi
konjungtivitis bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang
mengandung antibiotic.
III.3. Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :

a)

Bakteri

Hiperakut (purulen)
Neisseria gonorrhoeae
Neisseria meningitides
Neisseria gonorrhoeae subspecies kochii
Akut (mukopurulen)
Pneumococcus (Streptococcus pneumoniae) iklim sedang
Haemophilus aegyptius iklim tropik
Subakut

b)

c)

d)
e)
f)

Haemophilus influenza iklim sedang

Kronik, termasuk blefarokonjungtivitis


Staphylococcus aureus
Moraxella lacunata
Jenis jarang
Streptococci
Moraxella catarrhaiis
Coliform
Corynebacterium diphtheria
Mycobacteriumtuberculosis
Viral
Konjungtivitis folikular viral
Keratokonjungtivitis epidemika
Konjungtivitis hemoragik akut
Virus herpes simpleks
Rickettsia (jarang)
Konjungtivitis non-purulens dengan hiperemi dan sedikit infiltrasi, sering
kali merukan gejala penyakit riketsia.
Jamur (jarang)
Parasitik (jarang)
Imunologik (alergika)
Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau

bertahun-tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:


a.
Entropion atau ektropion.
b . Kelainan saluran air mata.
c.
Kepekaan terhadap bahan kimia, pemaparan oleh iritan.
d . I nfeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia)
Klamidia

e.

Trakoma (Clamydia trachomatis serotype A-C)


Konjungtivitis inklusi (Clamydia trachomatis serotype D-K)
Limfogranuloma Venereum
Berkaitan dengan penyakit sistemik
Penyakit tiroid (pajanan, kongestif)
Konjungtivitis gout
Konjungtivitis karsinoid

Tuberkulosis
Sifilis
Sarkoidosis
Klasifikasi Konjungtivitis Berdasarkan Klinis
1.

Konjungtivitis Purulenta
Etiologi:
N gonorrhoe(dewasa/ neonatus)
Klamidia(neonatus)
Klinis :
Kelopak mata lengket, sukar dibuka, penuh nanah di belakang kelopak

mata.
Cara infeksi
Auto-inokulasi (dewasa)
Jalan lahir ( neonatus)
Masa inkubasi
3 - 6 hari (neonatus)
2 4 jam (dewasa)

Gambar Konjungtivitis Purulenta

2.

Konjungtivitis Kataral

3.

Penyebab :
Pengobatan :
Penyulit
:

Stafilokok,Pneumokok, H aegypti
Bersihkan secret, Antibiotik
Keratitis pungtata, ulkus kornea

Konjungtivitis Membranosa

Etiologi : Difteria, Strep alfa hemolitikus


Gejala / Tanda klinis sama seperti konjungtivitis lainnya
Khas ada membran di konjungtiva yang bila dilepas akan berdarah.
Pada penyembuhan cenderung terjadi simblefaron

Gambar Konjungtivitis Membranosa

4.

Konjungtivitis Folikular

Konjungtivitis yang disertai folikel


Folikel merupakan reaksi adenoid konjungtiva krn ada rangsangan oleh

bakteri, virus, bahan lainnya


Folikel banyak ditemui di forniks
Konjungtivitis Folikularis akut karena virus, klamidia okulogenital
Konjungtivitis Folikularis kronis karena Clamydia trachomatis, toksik
(obat tetes lama, kosmetik)

Gambar Konjungtivitis Folikularis

5.

Konjungtivitis Alergika

Gambar Konjungtivitis Vernal

Frekuensi kemunculannya pada anak kecil meningkat bila anak mengalami gejala
alergi lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput,
serbuk bunga, hewan dan debu. Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan
menyebabkan timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan
sabun) dan polutan udara(seperti asap dan cairan fumigasi).
III.4. Manifestasi Klinis
a)

Gejala :
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan
mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan
sekret yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus

atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih.


Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama

pada konjungtivitis karena alergi


Gejala lainnya adalah : mata berair, terasa mengganjal dan gatal, mata
terasa lengket ketika bangun tidur, pandangan kabur.

b)

Tanda Klinis
Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
Produksi air mata berlebihan (lakrimasi)
Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis)
seolah akan menutup akibat pembengkakan dan peradangan sel-sel

konjungtiva bagian atas.


Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai

reaksi non spesifik peradangan.


Pembesaran kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
Terbentuknya membrane oleh proses koagulasi fibrin (komponen

protein)
Didapatkan secret (serous, mucus, mukoserous, purulen)

Kelainan khusus pada kelainan konjungtiva adalah terbentuknya secret.


Sekret merupakan produksi kelenjar, yang pada konjungtiva bulbi dikeluarkan
oleh sel goblet.
Sekret konjungtiva bulbi pada konjungtivitis dapat bersifat :
a)

Air kemungkinan disebabkan oleh infeksi virus/alergi


5

b)
c)
d)
e)

Purulen oleh bakteri atau klamidia


Hiperpurulen disebabkan gonokok atau meningokok
Lengket oleh alergi atau vernal
Serous oleh adenovirus

Tabel 1. Perbedaan Tanda Klinis Konjungtivitis Berdasarkan Etiologi


DESKRIPSI
Papil
Folikel

Virus
+

Eksudat

jarang,air

Hemoragik
Psuedomembran
Kemosis
Injeksi

+
+/+/-

Konjungtivitis
Bakterial
Alegik
+/+
purulen /
berserabut
mukopurulen
+
+/++

Tosik
+
-

(lengket), putih
++

Sedang
mencolok
Ringan-sedang
kojungtiva
(Ilmu Penyakit Mata, Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, Sp.M)

+/Ringan-sedang

Tabel 2. Perbedaan Gejala Klinis Konjungtivitis Berdasarakan Etiologi


DESKRIPSI

Virus

Kotoran
Air mata
Gatal
Injeksi
Pewarnaan
Usapan
Sakit

sedikit
mengucur
sedikit
umum
monosit
limfosit

tenggorokan

sewaktu-

dan panas yang

waktu

Konjungtivitis
Bakteri
Purulen

mengucur
sedang
sedikit
umum
bakteri
PMN

Fungus

Nonpurulen

& parasit

sedikit
sedang

Sedikit
Sedikit

lokal
bakteri
PMN

Lokal

Alergi

sedikit
sedang
mencolok
umumm
eosinofil

negtive

jarang

menyertai
(Ilmu Penyakit Mata, Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, Sp.M)

III.5. Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi.
Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya adalah:
1)
2)
3)
4)

Glaukoma
Katarak
Ablasi retina
Komplikasi pada

5)
6)

penyulitdari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis


Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranaseaa

konjungtivitis

kataral

teronik

merupakan

segala

dalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea
yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa
7)

menjadi buta
Komplikasi konjungtivitis

vernal

adalah

pembentukan

jaringan

sikratik dapat mengganggu penglihatan.


III.6. Pemeriksaan Penunjang
Kebanyakan kasus konjungtivitis dapat didiagnosa berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus penambahan tes
diagnostik membantu.
1)

Kultur Bakteri
Kultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang dicurigai
merupakan konjungtivitis infeksi neonatal. Kultur bakteri juga dapat
membantu untuk konjungtivitis purulen berat atau berulang pada semua
grup usia dan pada kasus dimana konjungtivitis tidak berespon terhadap
pengobatan.

2)

Kultur virus

Bukan merupakan pemeriksaan rutin untuk menetapkan diagnosa. Tes


imunodiagnostik yang cepat dan dilakukan dalam ruangan menggunakan
antigen sudah tersedia untuk konjungtivitis adenovirus. Tes ini mempunyai
sensitifitas 88% sampai 89% dan spesifikasi 91% sampai 94%. Tes

imunodiagnostik mungkin tersedia untuk virus lain, tapi tidak diakui untuk
spesimen dari okuler.
3)

Tes diagnostik klamidial


Kasus yang dicurigai konjungtivitis klamidial pada dewasa dan
neonatus dapat dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium. Tes diagnostik
yang berdasarkan imunologikal telah tersedia, meliputi tes antibodi
imunofloresens langsung dan enzyme-linked imunosorbent assay. Tes ini
telah secara luas digantikan oleh PCR untuk spesimen genital, dan, karena
itu, ketersediaannya untuk spesimen konjungtival lebih terbatas. Ketersedian
PCR untuk mengetes sampel okuler beragam. Meskipun spesimen dari mata
telah digunakan dengan performa yang memuaskan, penggunaannya belum
diperjelas oleh FDA.

4)

Smear / sitologi
Smear untuk sitologi dan pewarnaan khusus (mis.,gram, giemsa)
direkomendasikan pada kasus dicurigai konjungtivitis infeksi pada
neonavitis kronik atau berulang, dan pada kasus dicurigai konjungtivitis
gonoccocal pada semua grup usia.

5)

Biopsi
Biopsi konjungtiva dapat membantu pada kasus konjungtivitis yang
tidak berespon pada terapi. Oleh karena mata tersebut mungkin
mengandung keganasan, biopsi langsung dapat menyelamatkan penglihatan
dan juga menyelamatkan hidup. Biopsi konjungtival dan tes diagnostik
pewarnaan imunofloresens dapat membantu menetapkan diagnosis dari
penyakit seperti OMMP dan paraneoplastik sindrom. Biopsi dari
konjungtiva bulbar harus dilakukan dan sampel harus diambil dari area yang
tidak terkena yang berdekatan dengan limbus dari mata dengan peradangan
aktif saat dicurigai sebagai OMMP. Pada kasus dicurigai karsinoma
glandula sebasea, biopsi palpebra seluruh ketebalan diindikasikan. Saat
merencanakan biopsi, konsultasi preoperatif dengan ahli patologi dianjurkan
untuk meyakinkan penanganan dan pewarnaan spesimen yang tepat.

III.7. Penatalaksanaan

Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus


diajari bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata
orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak
menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci
tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap,
handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.
Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari
penyebaran konjungtivitis antar pasien.
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis
karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau
antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena
jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama
ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Konjungtivitis karena
alergi dapat di obati dengan antihistamin ( Antazidine 0,5 %, Rapazoline 0,05 %)
atau kortikosteroid (misalnya dexametasone 0,1 %). Penanganannya dimulai
dengan edukasi pasien untuk memperbaiki hygiene kelopak mata. Pembersihan
kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artificial tears dan salep dapat
menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.
Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi
antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis.
Apabila

etiologinya

dicurigai

reaksi

Staphylococcus

atau

acne

rosasea,diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg, bersama


dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin
sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan juga efektif. Karena
tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga kontraindikasi untuk
usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini,diganti dengan doxycycline 100 mg atau
erythromycin 250 mg. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu.
III.8. Pencegahan
Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
mmbersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya
bersih-bersih.

Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani


mata yang sakit.
Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni
rumah lainnya.
Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik
pembuatnya.

10

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen31 halaman
    Bab I Pendahuluan
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Aktivitas Fisik PDF
    Leaflet Aktivitas Fisik PDF
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Aktivitas Fisik PDF
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Leaflet LBP Print
    Leaflet LBP Print
    Dokumen2 halaman
    Leaflet LBP Print
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Katarak Imatur
    Laporan Kasus Katarak Imatur
    Dokumen23 halaman
    Laporan Kasus Katarak Imatur
    ArisRahmanda
    60% (10)
  • Liflet Diare
    Liflet Diare
    Dokumen2 halaman
    Liflet Diare
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Mata
    Anatomi Mata
    Dokumen4 halaman
    Anatomi Mata
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Ikterus Neonatorum Adalah
    Ikterus Neonatorum Adalah
    Dokumen4 halaman
    Ikterus Neonatorum Adalah
    Genni
    Belum ada peringkat
  • Trauma Mata
    Trauma Mata
    Dokumen49 halaman
    Trauma Mata
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Tugas Model
    Tugas Model
    Dokumen5 halaman
    Tugas Model
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Benda Asing Mata
    Benda Asing Mata
    Dokumen6 halaman
    Benda Asing Mata
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Trauma Bola Mata
    Trauma Bola Mata
    Dokumen12 halaman
    Trauma Bola Mata
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Trauma Kimia
    Trauma Kimia
    Dokumen11 halaman
    Trauma Kimia
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • SKD 4A - Mata - Konjungtivitis
    SKD 4A - Mata - Konjungtivitis
    Dokumen10 halaman
    SKD 4A - Mata - Konjungtivitis
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Trauma Tembus
    Trauma Tembus
    Dokumen7 halaman
    Trauma Tembus
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Mata
    Anatomi Mata
    Dokumen11 halaman
    Anatomi Mata
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen17 halaman
    Bab Ii
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • BAB II KDK
    BAB II KDK
    Dokumen27 halaman
    BAB II KDK
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen17 halaman
    Bab Ii
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Trikomoniasis
    Trikomoniasis
    Dokumen25 halaman
    Trikomoniasis
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Outreach
    Bab 1 Outreach
    Dokumen5 halaman
    Bab 1 Outreach
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Outreach
    Bab 1 Outreach
    Dokumen5 halaman
    Bab 1 Outreach
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Otitis Media Akut
    Otitis Media Akut
    Dokumen25 halaman
    Otitis Media Akut
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Bab III - Tinjauan Pustaka
    Bab III - Tinjauan Pustaka
    Dokumen11 halaman
    Bab III - Tinjauan Pustaka
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen8 halaman
    Bab 2
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Tugas Promkes
    Tugas Promkes
    Dokumen9 halaman
    Tugas Promkes
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Trikomoniasis
    Trikomoniasis
    Dokumen25 halaman
    Trikomoniasis
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat
  • Bab II - Analisis Kasus
    Bab II - Analisis Kasus
    Dokumen3 halaman
    Bab II - Analisis Kasus
    lutfiani azahra
    Belum ada peringkat