Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TOKSIKOLOGI

Disusun oleh:
Ahmad Rio Fatullah
Rosidah
Yuliana Sandra Prastiwi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES BANTEN JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TANGERANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan izin dan kuasaNyalah Penyusun dapat menyusun makalah ini dengan baik. Adapun maksud dan tujuan
makalah ini, untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Toksikologi Teori . Ucapan terima kasih,
kepada Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan dalam hal
struktur maupun penyusunan makalah ini, sehingga Penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan baik.
Penyusun menyadari kiranya sebagai manusia biasa tentunya tak luput dari kesalahan
dan kekhilafan yang mungkin makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
Penyusun senantiasa membuka diri kepada seluruh pihak memohon bimbingan serta saran
dan kritik yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan makalah ini kedepannya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Tangerang, 23 Maret 2015

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1

Latar Belakang..........................................................................................................4

1.2

Rumusan Masalah.....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1

Pengertian Toksikologi..............................................................................................5

2.2

Klasifikasi Bahan Toksikan......................................................................................5

2.3

Karakteristik Toksikologi.........................................................................................6

2.4

Jalur Masuk dan Tempat Pemaparan.....................................................................8

2.5

Jalur Masuk dan Frekuensi Pemaparan.................................................................8

2.6

Distribusi dan Ekskresi Toksikan............................................................................9

BAB III PENUTUP..................................................................................................................12


3.1

Kesimpulan..............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett and
Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada
organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi
substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya
efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap
organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari tetapi bila
dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi.
Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama maknanya ini
sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari
racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran
lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun
kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk
ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan lingkungan (Butler,
1978). Dengan demikian ekotoksikologi merupakan bagian dari toksikologi lingkungan.
Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari :
Proses Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga harus
meningkat, dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi akan meningkat
yang tentunya akan meningkatkan resiko toksikologis.
Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi yang akan
menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang meningkat. Buangan
ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang mengakibatkan
resiko pencemaran, sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Toksikologi?
2. Jelaskan Klasifikasi Bahan Toksikologi?
3. Jelaskan Karakteristik Toksikologi?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Toksikologi
Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-zat kimia
terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang penilaian secara
kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta efek yang di
timbulkannya.
Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan dihasilkan
oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya mencapai
tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk
menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang
berhubungan dengan situasi pemaparan (pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu
adalah jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan.
Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi dalam
empat kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk manusia pemaparan akut
biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja, dan pemaparan kronik dialami
oleh para pekerja terutama di lingkungan industri-industri kimia.
Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek dari dua atau
lebih bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan suatu respons
yang mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan antagonistik. Karakteristik
pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi
yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.
2.2 Klasifikasi Bahan Toksikan
Bahan toksik dapat diklasifikasikan berdasarkan :
Organ tujuan : ginjal, hati, system hematopoitik, dll
Penggunaan : peptisida, pelarut, food additive, dll
Sumber : tumbuhan dan hewan
Efek yang ditimbulkan : kanker, mutasi, dll
Bentuk fisik : gas, cair, debu, dll
Label kegunaan : bahan peledak, oksidator, dll
Susunan kimia : amino aromatis, halogen, hidrokarbon, dll
Potensi racun : organofosfat, lebih toksik daripada karbamat
Untuk dapat diterima dalam spektrum agen toksik, suatu bahan tidak hanya ditinjau dari
satu macam klasifiksi saja, tetapi dapat pula ditinjau dari beberapa kombinasi dan
beberapa faktor lain. Klasifikasi bahan toksik dapat dibagi secara kimiawi, biologi dan
karakteristik paparan yang bermanfaat untuk pengobatan.
2.3 Karakteristik Toksikologi

Efek merugikan/ toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia yang
mengalami biotransformasi dan dosis serta susunannya cocok untuk menimbulkan
keadaan toksik.
Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada sifat fisik dan
kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis, sehingga bila ingin mengklasifiksikan
toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam efek yang timbul dan dosis yang
dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan sasarannya.
Perbandingan dosis lethal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk dari paparan
sangat bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan polutan dapat diberikan
dalam dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda. Misalnya bahan polutan pertama
melalui intravena, sedangkan bahan lainnya melalui oral, maka dapat diperkirakan bahwa
bahan polutan yang masuk melalui intravena memberi reaksi cepat dan segera.
Sebaliknya bila dosis yang diberikan berbeda maka dapat diperkirakan absorbsinya
berbeda pula, misalnya suatu bahan masuk kulit dengan dosis lebih tinggi sedangkan
lainnya melalui mulut dengan dosis yang lebih rendah maka, dapat diperkirakan kulit
lebih tahan terhadap racun sehingga suatu bahan polutan untuk dapat diserap melalui
kulit diperlukan dosis tinggi.
Efek toksik didalam tubuh tergantung pada :
a. Reaksi Alergi
Alergi adalah reaksi yang merugikan yang disebabkan oleh bahan kimia atau
toksikan karena peka terhadap bahan tersebut. Kondisi alergi sering disebut sebagai
hipersensitif, sedangkan reaksi alergi atau reaksi kepekaannya dapat dipakai
untuk menjelaskan paparan bahan polutan yang menghasilkan efek toksik. Reaksi
alergi timbul pada dosis yang rendah sehingga kurve dosis responnya jarang
ditemukan.
b. Reaksi Ideosinkriasi
Merupakan reaksi abnormal secara genetis akibat adanya bahan kimia atau
bahanpolutan.
c. Toksisitas cepat dan lambat
Toksisitas cepat merupakan manifestasi yang segera timbul setelah pemberian
bahan kimia atau polutan. Sedangkan toksisitas lambat merupakan manifestasi
yang timbul akibat bahan kimia atau toksikan selang beberapa waktu dari waktu
timbul pemberian.
d. Toksisitas setempat dan sistemik
Perbedaan efek toksik dapat didasarkan pada lokasi manifestasinya. Efek setempat
didasarkan pada tempat terjadinya yaitu pada lokasi kontak yang pertama kali
antara sistem biologi dan bahan toksikan. Efek sistemik terjadi pada jalan masuk
toksikan kemudian bahan toksikan diserap, dan didistribusi hingga tiba pada
beberapa tempat. Target utama efek toksisitas sistemik adalah sistem syaraf pusat
kemudian sistem sirkulasi dan sistem hematopoitik, organ viseral dan kulit,
sedangkan otot dan tulang merupakan target yang paling belakangan.
Respon toksik tergantung pada :
6

a. Sifat kimia dan fisik dari bahan tersebut


b. Situasi pemaparan
c. Kerentanan sistem biologis dari subyek
Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas :
a. Jalur masuk kedalam tubuh
Jalur masuk ke dalam tubuh suatu polutan yang toksik, umumnya melalui saluran
pencernaan makanan, saluran pernafasan, kulit, dan jalur lainnya. Jalur lain
tersebut diantaranya daalah intra muskuler, intra dermal, dan sub kutan. Jalan
masuk yang berbeda ini akan mempengaruhi toksisitas bahan polutan. Bahan
paparan yang berasal dari industri biasanya masuk ke dalam tubuh melalui kulit
dan terhirup, sedangkan kejadian keracunan biasanya melalui proses tertelan.
b. Jangka waktu dan frekuensi paparan
Akut
Pemaparan bahan kimia selama kurang dari 24 jam
Sub Akut
Pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 1 bulan
atau kurang
Sub Kronik
Pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 3 bulan
Kronik
Pemaparan berulang terhadap bahan kimia untuk jangka waktu lebih dari 3
bulan
Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan pertama sangat
berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan ulangannya.
Bahan polutan benzena pada peran pertama akan merusak sistem syaraf pusat sedangkan
paparan ulangannya akan dapat menyebabkan leukemia.
Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan apabila
diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan menghasilkan
beberapa efek. Apabila dosis yang diberikan hanya separohnya maka efek yang terjadi
juga akan menurun setengahnya, terlebih lagi apabila dosis yang diberikan hanya
sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan efek. Efek toksik yang timbul tidak
hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis berbeda saja tetapi mungkun
juga tergantung pada durasi paparannya. Efek kronis dapat terjadi apabila bahan kimia
terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik pada kondisi kronis bersifat irreversibel.
Hal tersebut terjadi karena sistem biologi tidak mempunyai cukup waktu untuk pulih
akibat paparan terus-menerus dari bahan toksi.
2.4 Jalur Masuk dan Tempat Pemaparan
Jalur utama bahan toksik untuk dapat masuk ke dalam tubuh manusia adalah melalui
saluran pencernaan atau gastro intestinal (menelan/ingesti, paru-paru (inhalasi), kulit
(topikal), dan jalur perenteral lainnya (selain saluran usus/intestinal). Bahan toksik
umumnya menyebabkan respon yang paling cepat bila diberikan melalui jalur intravena.

Disamping itu, jalur masuk dapat mempengaruhi toksisitas dari bahan kimia. Sebagai
contoh, suatu bahan kimia yang didetoksifikasi di hati diharapkan akan menjadi kurang
toksik bila diberikan melalui sirkulasi portal (oral) dibandingkan bila diberikan melalui
sirkulasi sistematik (inhalasi). Pemaparan bahan bahan toksik dilingkungan industry
seringkali sebagai hasil dari pemaparan melalui inhalasi dan topical, sedangkan
keracunan akibat kecelakaan atau bunuh diri seringkali terjadi melalui ingesti oral.
2.5 Jalur Masuk dan Frekuensi Pemaparan
Durasi dan frekuensi paparan bahan polutan dapat diterangkan dengan percobaan
binatang. Pada percobaan binatang ahli toksikologi membagi paparan akibat bahan
polutan menjadi 4 kategori, yaitu akut, sub akut, sub kronis, dan kronis. Paparan akut
apabila suatu paparan terjadi kurang dari 24 jam dan jalan masuknya dapat melalui
intravena dan injeksi subkutan. Paparan sub akut terjadi apabila paparan terulang untuk
waktu satu bulan atau kurang, paparan sub kronis bila paparan terulang antara 1 sampai 3
bulan, dan paparan kronis apabila terulang lebih dari 3 bulan.
Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan pertama sangat
berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan ulangannya.
Bahan polutan benzena pada pertama akan merusak sistensim saraf pusat sedangkan
paparan ulangannya akan dapat menyebabkan leukemia.
Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan apabila
diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan menghasilkan
beberapa efek. Apabila dosis yang diberikan hanya separuhnya maka efek yang terjadi
juga akan menurun setengahnya, terlebih lagi apabila dosis yang diberikan hanya
sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan efek.
Penggunaan bahan kimia oleh manusia terutama sebagai bahan baku didalam industri
semakin hari semakin meningkat.walaupun zat kimia yang sangat toksik sudah dilarang
dan dibatasi pemakaiannya, seperti pemakaian tetra-etil timbal (TEL) pada bensin, tetapi
pemaparan terhadap zat kimia yang dapat membahayakan tidak dapat dielakkan.
Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap manusia bisa bersifat kronik atau akut.
Pemaparan akut biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja (pada kasus
bunuh diri atau dibunuh), dan pemaparan kronik biasanya dialami para pekerja terutama
di lingkungan industri-industri kimia.
Efek toksik dari bahan-bahan kimia sangat bervariasi dalam sifat, organ sasaran, maupun
mekanisme kerjanya. Beberapa bahan kimia dapat menyebabkan cidera pada tempat
yang kena bahan tersebut (efek lokal), bisa juga efek sistematik setelah bahan kimia
diserap dan tersebar ke bagian organ lainnya. Efek toksik ini dapat bersifat reversibel
artinya dapat hilang dengan sendirinya atau irreversibel yaitu akan menetap atau
bertambah parah setelah pajanan toksikan dihentikan. Efek irreversibel (efek Nirpulih)
di antaranya karsinjoma, mutasi, kerusakan syaraf, dan sirosis hati.

Efek toksikan reversibel (berpulih) bila tubuh terpajan dengan kadar yang rendah atau
untuk waktu yang singkat, sedangkan efek terpulih terjadi bila pajanan dengan kadar
yang lebih tinggi dan waktu yang lama (Rukaesih Achmad, 2004:170)
Di dalam ekotoksikologi komponen yang penting adalah integrasi antara laboratorium
dengan peneltian lapangan (Kenndall and Akerman, 1992). Pendekatan eksperimental
digunakan dalam analisis bahan berbahaya yang berpotensi menimbulkan efek dapat
dikembangkan pada beberapa tingkat yang berbeda kompleksitasnya, tergantung pada
target dari studi suatu organisasi misalnya satu spesies, populasi, komuniats atau
ekosistem. Hal ini tergantung pada tipenya seperti panjang dan pendeknya waktu
kematian, khronis atau respon pada sub-khronis, kerusakan reproduktif. Sehingga
diperlukan kesepakatan diantara kenyataan ekologi dan kesederhanaan dalam prosedur
serta interpretasi hasil.
Efek toksik yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis
berbeda saja tetapi mungkin juga tergantung pada durasi paparannya. Efek kronis dapat
terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik pada kondisi
kronis bersifat ireversibel. Hal tersebut terjadi karena sistem biologi tidak mempunyai
cukup waktu untuk mencapai kondisi menjadi pulih akibat paparan terus menerus dari
bahan toksik.
2.6 Distribusi dan Ekskresi Toksikan
a. Distribusi toksikan
Setelah toksikan memasuki darah didistribusi dengan cepat keseluruh tubuh maka
laju distribusi diteruskan menuju ke setiap organ tubuh. Mudah tidaknya zat kimia
melewati dinding kapiler dan membrane sel dari suatu jaringan ditentukan oleh aliran
darah ke organ tersebut
b. Bagian tubuh yang berhubungan dengan distribusi toksikan
- Hati dan ginjal
Kedua organ ini memiliki kapasitas yang lebih tinggi dalam mengikat bahan
kimia, sehingga bahan kimia lebih banyak terkonsentrasi pada organ ini jika
dibandingkan dengan organ lainnya. Hal ini berhubungan dengan fungsi kedua
organ ini dalam mengeliminasi toksikan dalam tubuh. Ginjal dan hati mempunyai
kemampuan untuk mengeluarkan toksikan. Organ hati cukup tinggi kapasitasnya
dalam proses biotransformasi toksikan.
- Lemak
Jaringan lemak merupakan tempat penyimpanan yang baik bagi zat yang larut
dalam lemak seperti chlordane, DDT, polychlorinated biphenyl dan
polybrominated biphenyl. Zat ini disimpan dalam jaringan lemak dengan pelarut
yang sederhana dalam lemak netral. Lemak netral ini kira-kira 50 % danberat
badan pada orang yang gemuk dan 20 % dari orang yang kurus. Toksikan yang
daya larutnya tinggi dalam lemak memungkinkan konsentrasinya rendah dalam
target organ, sehingga dapat dianggap sebagai mekanisme perlindungan.

Toksisitas zat tersebut pada orang yang gemuk menjadi lebih rendah jika
disbanding dengan orang yang kurus.
Tulang
Tulang dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan untuk senyawa seperti
Flouride, Pb dan strontium. Untuk beberapa toksikan tulang merupakan tempat
penyimpanan utama, contohnya 90 % dari Pb tubuh ditemukan pada skeleton.
Penyimpanan toksikan pada tulang dapat atau tidak ,mengakibatkan kerusakan.
Contoh : Pb tidak toksik pada tulang, tetapi penyimpanan Fluoride dalam tulang
dapat menunjukkan efek kronik (skeletal fluorosis).

c. Ekskresi toksikan
Toksikan dapat dieliminasi dari tubuh melalui beberapa rute. Ginjal merupakan organ
penting untuk mengeluarkan racun. Beberap xenobiotik diubah terlebih dahulu
menjadi bahan yang larut dalam air sebelum dikeluarkan dalam tubuh.
Rute lain yang menjadi lintasan utama untuk beberapa senyawa tertentu diantaranya :
hati dan sistem empedu, penting dalam ekskresi seperti DDT dan Pb ; paru dalam
ekskresi gas seperti CO. Toksikan yang dikeluarkan dari tubuh dapat ditemukan pada
keringat, air mata dan air susu ibu (ASI).
d. Ekskresi urine
Ginjal merupakan organ yang sangat efisien dalam mengeliminasi toksikan dari
tubuh. Senyawa toksik dikeluarkan melalui urine oleh mekanisme yang sama seperti
pada saat ginjal membuang hasil metabolit dari tubuh.
e. Ekskresi empedu
Hati berperan penting dalam menghilangkan bahan toksik dari darah setelah
diabsorbsi pada saluran pencernaan, sehingga akan dapat dicegah distribusi bahan
toksik tersebut ke bagian lain dari tubuh.
f. Rute ekskresi yang lain
Toksikan dapat juga dikeluarakan dari tubuh melalui paru, saluran pencernaan, cairan
cerebrospinal, air susu, keringat dan air liur. Zat yang berbentuk gas pada kondisi
suhu badan dan volatile liquids dapat diekskresi melalui paru. Jumlah cairan yang
dapat dikeluarkan melalui paru berhubungan dengan tekanan uap air. Ekskresi
toksikan melalui paru ini terjadi secara difusi sederhana. Gas yang kelarutannya
rendah dalam darah dengan cepat diekskresi sebaliknya yang tinggi kelarutannya
seperti chloroform akan sangat lambat diekskresi melalui paru.

10

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-zat kimia
terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang penilaian secara
kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta efek yang di
timbulkannya.
Efek merugikan/ toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia yang
mengalami biotransformasi dan dosis serta susunannya cocok untuk menimbulkan
keadaan toksik
Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada sifat fisik dan
kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis, sehingga bila ingin mengklasifiksikan
toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam efek yang timbul dan dosis yang
dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan sasarannya.
Di dalam ekotoksikologi komponen yang penting adalah integrasi antara laboratorium
dengan peneltian lapangan.

11

DAFTAR PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson, 2009. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta:UI-Press
Darmono, 2006. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan Toksikologi
Seyawa Logam. Jakarta:UI-Press
Darmono, 2009. Farmasi Forensik dan Toksikologi. Jakarta:UI-Press
Alifia, U, 2008. Apa Itu Narkotika dan Napza. Semarang: PT Bengawan Ilmu.
Darmono, 2009. Farmasi Forensik dan Toksikologi. Jakarta: UI Press.
Munim Idries, Abdul, 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses
Penyidikan. Jakarta: Sagung Seto.
Munim Idries, 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina Rupa Aksara

12

Anda mungkin juga menyukai