Anda di halaman 1dari 12

Sunrev - untuk sebagian besar orang, usia senja atau tua merupakan sebuah momok tersendiri.

Karena ketika menginjak usia ini, kemampuan tubuh untuk melakukan regenerasi sel semakin
berkurang. Akibat dari itu, tubuh menjadi lebih rentan terkena masalah-masalah kesehatan terkait usia
tua.
Untuk menghadapi masalah-masalah kesehatan itu, perlu dilakukan persiapan semenjak saat ini.
Upaya itu dilakukan karena fakta bahwa saat tua, tak hanya masalah kesehatan fisik saja yang bisa
mendera, tapi juga tekanan mental dan kecemasan akibat masalah sosial.
beberapa studi yang dilakukan untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang dapat mendera kaum
lansia.
Dengan mengetahui masalah kesehatan yang umumnya dialami oleh para lansia, kita menjadi lebih
siap di kemudian hari ketika usia semakin lanjut.
Anda juga bisa mengatur pola hidup semenjak saat ini sehingga masalah kesehatan di kemudian hari
bisa diminimalisasi.
Perencanaan dan persiapan kesehatan yang baik bisa mengarahkan pada masa tua yang indah dan
menyenangkan.
Seperti dilansir Boldsky, Selasa (21/1/2014). Dengan persiapan yang baik, berbagai masalah
kesehatan lansia bisa lebih mudah diatasi sehingga perawatan kesehatan menjadi lebih mudah.
Berikut ini beberapa masalah kesehatan yang biasa di alami lansia yang perlu anda diketahui.
Dengan waspada terhadap gejala-gejala penyakit ini, Anda bisa memeroleh kesehatan optimal
bahkan dalam masa-masa senja.
Degenerasi/kerusakan penglihatan
Kerusakan penglihatan adalah salah satu masalah kesehatan paling umum yang mendera orang tua.
Pada kasus degenerasi makula, terjadi kerusakan pada makula mata. Padahal makula berperan penting
untuk menangkap dan mengirimkan gambar ke otak. Kondisi medis ini biasanya ditemukan pada
lansia di atas 50 tahun.
Osteoporosis
Osteoporosis adalah salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh para lansia.
Osteopororsis terjadi ketika tulang menjadi sangat rapuh karena kepadatannya berkurang.
Seiring dengan menurunnya kepadatan tulang, risiko patah tulang akan semakin besar. Dan tahukah
anda? Bahwa risiko osteoporosis lebih besar pada wanita yang telah mengalami menopause.
Glaukoma
Glaukoma adalah satu dari masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh para lansia. Glaukoma
disebabkan karena peningkatan tekanan zat cair di dalam bolamata. Peningkatan tekanan itu
menyebabkan kerusakan saraf optik dan pada akhirnya dapatcmengakibatkan kebutaan.

Hilangnya pendengaran
Gangguan pendengaran merupakan masalah penting yang banyak dialami oleh para lansia. Bentuk
paling umum dari gangguan pendengaran yang disebabkan usia tua adalah presbikusis. Untuk
mengatasi gangguan penengaran, lansia membutuhkan alat bantu dengar. Karena kemampuan
mereka untuk mendengar suara berfrekuensi tinggi semakin lemah dari waktu ke waktu.
Gangguan kognitif
Gangguan kognitif akan menyebabkan hilangnya memori. Selain itu, kemampuan menghubungan
satu hal dengan hal lain dan kemampuan berhitung akan semakin berkurang dari hari ke hari.
Orang yang terkena gangguan kognitif akan kebingungan jika melakukan lebih dari satu tugas.
Alzheimer
Alzheimer adalah salah satu masalah serius yang dihadapi para lansia. Jika sekali terkena
Alzheimer, kemampuan mengingat dan berpikir akan rusak. Gejala awal Alzheimer adalah kesulitan
mengingat.
Artritis
Artritis adalah kondisi umum yang dialami hampir semua lansia. Artritis ditandai dengan nyeri sendi
dan kelainan bentuk. Umumnya artritis menyerang jari, pinggul, lutut, pergelangan tangan, dan tulang
belakang.
Mengompol
Mengompol adalah salah satu masalah kesehatan yang cukup mengesalkan pada lansia. Biasanya
wanita lebih rentan terkena kondisi ini karena kekuatan otot panggul mereka semakin berkurang.
Tidak hanya wanita, pria pun rentan terkena kondisi ini bila menginjak lansia. Kondisi sering
mengompol ini terutama terjadi pada pria yang mengalami pembesaran prostat.
Sindrom terkait metabolisme tubuh
Obesitas dan isu lain yang mendera lansia pada umumnya disebabkan karena masalah metabolisme
tubuh. Tidak hanya masalah itu, para lansia bisa terkena diabetes tipe 2, penyakit jantung, kanker, dan
tekanan darah tinggi akibat sindrom metabolisme.
Gangguan emosional
Masalah kesehatan pada orang tua tidak hanya terbatas pada fisik, tetapi juga pada kesehatan
mental. Karena berbagai aspek sosial, lansia bisa mengalami gangguan kesehatan mental. Jika
gangguan emosional terjadi, baik diri sendiri maupun keluarga tentu bisa merasa tidak nyaman. Untuk
menghindari gangguan emosional, pastikan untuk selalu membagi atau mendiskusikan masalah
dengan keluarga atau sahabat terdekat. Mereka akan memberi dorongan atau bantuan sehingga
gangguan emosional tidak akan terjadi
Penyakit alzheimer adalah hilangnya intelektual dan kemampuan bersosialisasi yang cukup parah
untuk mempengaruhi aktivitas harian. Pada penyakit Alzheimer, kesehatan jaringan otak mengalami
penurunan,
menyebabkan
menurunnya
daya
ingat
dan
kemampuan
mental.
Alzheimer bukan penyakit menular, melainkan merupakan sejenis sindrom dengan apoptosis sel-sel
otak pada saat yang hampir bersamaan, sehingga otak tampak mengerut dan mengecil. Alzheimer juga

dikatakan

sebagai

penyakit

yang

sinonim

dengan

orang

tua.

Alzheimer bukan merupakan bagian dari proses penuaan secara normal, akan tetapi risikonya
meningkat seiring bertambahnya usia. Lima persen orang berusia di antara 65-74 tahun mengidap
penyakit Alzheimer, dan hampir 50 persen orang yang berusia lebih dari 85 tahun memiliki penyakit
Alzheimer.

Meskipun penyakit ini tidak ada obatnya, perawatan dapat memperbaiki kualitas hidup pengidap
Alzheimer. Mereka yang divonis Alzheimer membutuhkan dukungan dan kasih sayang dari teman dan
keluarga untuk mengatasinya.
Gejala Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer dapat dimulai dengan hilangnya sedikit ingatan dan kebingungan, tetapi pada
akhirnya akan menyebabkan pelemahan mental yang tidak dapat diubah dan menghancurkan
kemampuan seseorang dalam mengingat, berpikir, belajar, dan berimajinasi.
Hilangnya ingatan
Setiap orang memiliki penyimpangan dalam ingatan. Adalah hal yang normal ketika anda lupa dimana
anda menaruh kunci mobil atau lupa nama orang yang jarang anda lihat. Tetapi masalah ingatan yang
berhubungan dengan Alzhaimer berlangsung lama dan buruk. Orang-orang dengan Alzhaimer
mungkin:

Mengulangi sesuatu yang telah dikerjakannya

Sering lupa akan ucapan dan janji yang dilakukannya

Sering salah menaruh sesuatu, sering menaruh sesuatu di tempat yang tidak wajar

Pada akhirnya lupa dengan nama anggota keluarga dan benda-benda yang biasa digunakan
dalam kesehariannya

Bermasalah ketika berpikir secara abstrak


Orang dengan Alzheimer bermasalah dalam berpikir mengenai suatu hal terutama dalam bentuk
angka.

Kesulitan dalam menemukan kata yang tepat


Sulit untuk orang dengan Alzhaimer untuk menemukan kata yang tepat untuk menyampaikan
pemikiran mereka atau ketika mereka terlibat pembicaraan. Pada akhirnya akan mempengaruhi
kemampuan membaca dan menulis mereka.
Disorientasi
Orang dengan Alzheimer sering hilang kemampuan untuk mengingat waktu dan tanggal, serta akan
merasakan diri mereka hilang di lingkungan yang sebenarnya familiar bagi mereka.
Hilang kemampuan dalam menilai
Menyelesaikan masalah sehari-hari merupakan hal yang sulit dan menjadi bertambah sulit sampai
akhirnya adalah sesuatu yang dirasa tidak mungkin bagi mereka yang memiliki Alzheimer. Alzheimer
memiliki karakteristik sangat sulit untuk melakukan sesuatu yang membutuhkan perencanaan,
pengambilan keputusan dan penilaian.
Sulit untuk melakukan tugas biasa
Sulit dalam melakukan tugas rutin yang membutuhkan langkah-langkah yang berkelanjutan dalam
proses penyelesaiannya, contohnya memasak. Pada akhirnya, orang dengan Alzheimer dapat lupa
bagaimana melakukan sesuatu bahkan yang paling mendasar.
Perubahan kepribadian
Orang dengan Alzheimer menunjukkan:

Perubahan suasana hati

Hilang kepercayaan terhadap orang lain

Meningkatnya sikap keras kepala

Depresi

Gelisah

Agresif

Penyebab & Faktor Risiko


Penyebab
Tak satupun faktor yang muncul menjadi penyebab Alzheimer. Ilmuwan percaya bahwa penyakit ini
merupakan kombinasi antara genetik, gaya hidup dan faktor lingkungan. Alzheimer merusak dan
membunuh
sel
otak.
Dua jenis kerusakan sel otak (neuron) yang biasa terjadi pada orang pengidap Alzheimer :

Plaques / plak

Gumpalan protein yang disebut beta-amyloid mempengaruhi komunikasi antara sel-sel otak.
Meskipun tidak diketahui ada kasus Alzheimer yang menyebabkan kematian, fakta menunjukkan
bahwa proses yang tidak normal dari protein beta-amyloid kemungkinan menjadi penyebab.

Tangles / kusut

Struktur pendukung dalam sel otak tergantung pada normalnya fungsi protein bernama tau. Pada
orang dengan Alzheimer, benang protein tau mengalami perubahan yang menyebabkan mereka
menjadi tidak waras. Banyak ilmuan percaya bahwa ini adalah kerusakan neuron dan dapat
menyebabkan kematian bagi penderita Alzheimer.
Faktor Risiko Terkena Alzheimer

Faktor Usia

Penderita Alzhaimer biasanya diderita oleh orang yang berusia lebih dari 65 tahun, tetapi juga dapat
menyerang orang yang berusia dibawah 40. Sedikitnya 5 persen orang berusia di antara 65 dan 74
memiliki Alzheimer. Pada orang berusia 85 keatas jumlahnya meningkat menjadi 50 persen.

Keturunan

Risiko Alzheimer yang muncul sedikit lebih tinggi jika hubungan keluarga tingkat pertama orangtua
dan saudara sekandung - memiliki Alzheimer.

Jenis kelamin

Wanita lebih mudah terkena daripada laki-laki, hal ini karena umumnya wanita hidup lebih lama
daripada laki-laki.

Penurunan kognitif ringan

Orang yang memiliki penurunan kognitif ringan memiliki masalah ingatan yang memburuk daripada
apa yang mungkin diekspektasikan pada usianya dan belum cukup buruk untuk mengklasifikasikan
sebagai dementia. Banyak dari mereka yang berada pada kondisi ini berlanjut memiliki penyakit
Alzheimer.

Gaya hidup

Faktor sama yang membuat Anda berada pada risiko yang sama dengan penyakit jantung juga
meningkatkan kemungkinan anda akan terkena penyakit Alzheimer. Contohnya adalah:

Tekanan

Tekanan darah tinggi

Kolestrol tinggi

Kurang dalam mengontrol gula darah

Menjaga tubuh agar tetap fit penting bagi anda anda harus dapat melatih pikiran dengan
baik. Beberapa studi menunjukkan bahwa aktif dalam melatih pikiran dan mental disepanjang
hidup anda khususnya pada usia lanjut akan mengurangi risiko penyakit Alzheimer.

Tingkat pendidikan

Studi menemukan hubungan antara rendahnya pendidikan dan risiko Alzheimer. Tetapi alasan tepat
yang mendasarinya tidak diketahui. Beberapa ilmuwan berteori, makin sering anda menggunakan otak
akan lebih banyak sinapsis yang anda buat dimana akan tersedia banyak cadangan di hari tua. Akan
sulit untuk menemukan Alzheimer pada orang yang melatih otaknya secara rutin, atau mereka yang
memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Pencegahan Penyakit Alzheimer
Saat ini, belum ada bukti yang menunjukkan bagaimana mencegah penyakit Alzheimer. Percobaan
untuk menemukan vaksin yang dapat melawan Alzheimer terhenti beberapa tahun lalu karena
beberapa orang yang menerima vaksin mengalami peradangan otak.
Akan tetapi Anda dapat mengurangi risiko Alzheimer dengan cara menekan risiko sakit jantung.
Banyak faktor yang meningkatkan risiko sakit jantung juga dapat meningkatkan risiko demensia.
Faktor utama yang muncul adalah tekanan darah, kolestrol dan tingkat gula darah. Tetap aktif secara
fisik, mental dan sosial juga dapat mengurangi risiko terkena Alzheimer.

Jakarta (ANTARA News) - Sekitar satu juta penduduk Indonesia menderita penyakit alzheimer
sebagaimana dinyatakan oleh ahli psikiatri geriatri FKUI-RSCM, Dr dr Martina WS Nasrun SpKJ
(K).
"Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2011, menunjukkan sekitar satu juta penduduk
Indonesia menderita alzheimer," ujar dia, pada diskusi mengenai alzheimer di Jakarta, Rabu.
Meskipun data tersebut masih angka estimasi, namun kondisi ini masih dapat terus bertambah seiring
berjalannya waktu. Setiap empat detik akan muncul satu kasus baru mengenai alzheimer di dunia.
"Dengan kondisi seperti ini, dapat diprediksi pada 2050 penderita alzheimer di Indonesia bisa
mencapai tiga juta kasus," kata Martina.
Namun Martina menambahkan jumlah itu belum termasuk pasien yang belum atau tidak melaporkan
kondisi penyakit tersebut karena tidak tahu bahwa demensia berupa alzheimer adalah penyakit.
Ahli kesehatan mental dari WHO, Dr Albert Maramis, menjelaskan, banyak masyarakat yang tidak
menyadari dampak ekonomi yang diakibatkan penyakit, yang berarti akan ada 7,7 juta kasus
demensia-alzheimer baru tiap tahunnya di seluruh dunia.

Jakarta, 5 September 2013-Jumlah penderita demensia Alzheimer di Indonesia diperkirakan


mencapai 1 juta orang. Setiap tahun, terjadi kenaikan jumlah penderita sekitar 3,5%-4%,
menurut Martina WS Nasrun, spesialis psikiatri geriatri dari Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia- Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Rabu (4/9).
Tren peningkatan kasus ini umumnya terjadi di negara yang baru berkembang seiring dengan
pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi gaya hidup. Menurut Martina, setiap 4 detik muncul
satu kasus baru di dunia. Faktor resiko semakin tinggi mengikuti pertambahan usia dan beragam
penyakit seperti diabetes, hipertensi dan obesitas.
Alzheimer adalah menurunnya fungsi otak dan umumnya menimpa orang lanjut usia. Ini terjadi
karena penyebaran plan atau sedimen amiloid (semacam protein) di otak yang menyebabkan
sel-sel dan jaringan otak mati secara perlahan. Akibatnya, fungsi kognisi, emosi, indera dan
ingatan pun terganggu. Gejala yang paling nyata adalah penderita Alzheimer mengalami
kemunduran daya ingat diikuti oleh perubahan emosi dan perilaku.
Keluarga penderita juga menanggung beban berat mengurus anggota keluarga yang terkena
penyakit yang sampai sekarang belum ada obatnya ini. Di AS sendiri, kerugian masyarakat
mencapai 600 miliar per tahun, ujar Albert Maramis, dokter spesialis kesehatan jiwa dari
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia.
Berbed di negara maju, penderita penyakit ini di Indonesia masih belum menerima perawatan
yang memadai. Selain kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang relatif rendah, pusat
perawatan orang lanjut usia yang ada juga masih belum memiliki fasilitas layanan psikiatri
memadai. Akibatnya, penderita dirawat di rumah dengan fasilitas seadanya.
Albert mengatakan di daerah-daerah masih banyak penderita yang belum tertangani.
Diharapkan dengan penerapan jaminan kesehatan nasional yang mulai tahun depan masalah ini
bisa diatasi dengan tersedianya layanan kesehatan mental di setiap puskesmas.
Selain itu, deteksi dini dan pengembangan penelitian mengenai Alzheimer juga memegang
peranan penting, menurut Michael Solaine Direktur Kebijakan Pemerintah dan Program Advokasi
Perkumpulan Alzheimer Amerika Serikat dalam percakapan jarak jauh.
Sebenarnya, Alzheimer bisa dicegah sedini mungkin dengan menerapkan pola hidup sehat. Olah
raga teratur, makan makanan sehat dengan gizi seimbang dan tidak merokok bisa mencegah
penyakit ini.

Rokok sendiri tidak hanya membahayakan kesehatan jantung dan paru-paru namun juga otak
karena rokok bisa meningkatkan residu yang berbahaya bagi sel-sel otak, menurut C Heriawan
Soejono, dokter spesialis geriatri dan Direktur Utama RSCM. (KMPS/IT/YR)

Salah satu hal yang paling dikhawatirkan seseorang ketika usianya mulai menua adalah
menjadi pikun dan sulit mengingat memori baru. Demensia atau kepikunan, dewasa ini bukan
hanya terjadi pada usia lanjut, namun juga usia muda. Seseorang yang mengalami demensia,
akan terjadi penurunan fungsi intelektual yang menyebabkan deteriorasi (kemunduran)
kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan
aktivitas sehari-hari, oleh karena itu aktivitas sosialnya juga akan terganggu. Orang dengan
demensia juga akan kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan menjaga
emosi.
Kepedulian terhadap Alzheimer dimulai dari Konferensi Alzheimers Disease International
(ADI) di Edinburgh pada tahun 1994 dengan mencanangkan tanggal 21 september sebagai
hari Alzheimer sedunia. Pencanangan ini sebagai bentuk dukungan pada perkumpulan
Alzheimer baik nasional maupun local dalam upaya meningkatkan kesadaran akan
pentingnya penanganan yang serius terhadap gangguan Alzheimer, dengan pendekatan pada
pemerintah sebagai pemegang kebijakan dan masyarakat agar mampu menghilangkan
paradigma yang salah mengenai Alzheimer yang beredar saat ini. Pada tahun 2004,
Alzheimers Disease International telah menyepakati sebuah deklarasi yang berisi 10
rekomendasi tentang kebutuhan aksi minimal untuk perawatan orang dengan demensia yang
dihasilkan di Kyoto Jepang dan dikenal dengan Kyoto Declaration.
Pada tahun 2012, WHO dan Alzheimers Disease International (ADI) melaporkan di seluruh
dunia diperkirakan 35,6 juta orang hidup dengan Demensia. Jumlah ini diperkirakan menjadi
dua kali pada tahun 2030 dan tiga kali atau sekitar 115 juta orang pada tahun 2050. Biaya
global untuk demensia ini diperkirakan sebesar 604 USD per tahunnya. Atas dasar laporan
ini, WHO dan ADI menghimbau semua Negara untuk meningkatkan kesadaran bahwa
demesia saat ini merupakan prioritas kesehatan masyarakat, untuk itu diperlukan advokasi
pendekatan kesehatan masyarakat sebagai upaya untuk mengatasi masalah demensia ini
dengan memberikan prioritas pada penguatan Negara mempersiapkan kesiapsiagaan terhadap
demensia, mengembangkan sIstem kesehatan dan sosial, dukungan bagi perawatan informal
dan caregiver serta meningkatkan kesadaran dan advokasi terhadap masalah demensia.
WHO memperkirakan jumlah kasus Alzheimer di Indonesia berjumlah 1 juta orang pada
tahun 2011, namun kondisi ini dapat terus bertambah seiring berjalannya waktu serta makin
meningkatnya umur harapan hidup masyarakat Indonesia. Jumlah ini juga seperti fenomena
gunung es, banyak masyarakat yang tidak melaporkan kondisinya karena ketidaktahuan
bahwa Alzheimer atau Demensia adalah penyakit. Kurangnya informasi mengenai tanda,
gejala dan penanganan Alzheimer di Indonesia masih sangat memprihatin. Pelayanan
kesehatan untuk orang dengan demensia ini hanya terbatas pada pelayanan kesehatan rujukan
yang ditangani oleh dokter spesialis, sementara pelayanan primer masih belum memiliki
kemampuan untuk melakukan upaya penanganan masalah demensia ini.
Faktor Risiko Demensia/Alzheimer
Saat ini dikenal ada dua jenis demensia yakni demensia vaskuler dan non vaskuler.
Demensia vaskuler yang disebut sebagai Alzheimer merupakan kepikunan yang disebabkan

adanya sumbatan di pembuluh darah otak. Dan diperkirakan 75 persen demensia vaskuler
(Alzheimer) disebabkan oleh stroke sumbatan. Sumbatan tersebut bisa total dan bisa
sebagian. Kalau sumbatannya sedikit maka orang dengan demensia kadang-kadang
berperilaku baik dan kadang-kadang perasaan dan perilakunya jelek. Kalau daerah yang
tersumbat di bagian otak yang berhubungan dengan memori, budaya, bicara, etika, moral,
maka fungsi yang berhubungan dengan ingatan, budaya, bicara, etika, moral ini akan
terganggu atau tidak berfungsi. Stroke sumbatan ini panyebab paling banyak adalah
hipertensi, kolesterol, diabetes mellitus, asam urat tinggi, kurangminum, kurang olah raga.
Sedangkan demensia non vaskuler disebabkan oleh tumor otak, kanker otak, kekurangan
vitamin, mineral, antioksidan, karena kebanyakan mengonsumsi alkohol, karena infeksi
meningitis, encephalitis, pikiran kecewa, depresi dan obat-obatan. Beberapa yang berisiko
terkena Alzheimer adalah orang lanjut usia (lebih dari 60 tahun), punya riwayat keluarga
terkena Alzheimer, penderita stroke, gangguan jantung, diabetes, dan cedera kepala/otak.
Tanda-tanda awal demensia/alzheimer (pikun)
Masyarakat perlu mengenali gejala awal demensia seperti mudah lupa, gangguan dalam
berbahasa, disorientasi (waktu, tempat, orang), kesulitan mengambil keputusan, kemunduran
(motivasi, inisiatif, minat), serta adanya tanda-tanda depresi. Jika penyakit demensia sudah
parah maka akan terjadi ketergantungan pada orang lain dalam hal penderita mengalami sulit
makan, tidak kenal anggota keluarga, sulit menahan buang air kecil dan besar, serta gangguan
perilaku yang sangat berat. Ada 10 (sepuluh) tanda-tanda dini demensia/alzheimer yang dapat
dikenali sebelum pikun menjadi tahap lanjut yakni:
1. Penurunan daya ingat misalnya lupa nama, lupa tempat menaruh benda
2. Kebingungan. Penderita penyakit Alzheimer dapat tersesat ketika keluar rumah
sendirian dan kadang tidak dapat mengingat dimana dia atau bagaimana dia bisa
sampai disana.
3. Kesulitan melakukan tugas-tugas yang lazim
4. Kesulitan mengerjakan kebiasaan sehari-hari, seperti makan, mandi, berpakaian, dll.
5. Perubahan kepribadian dan perilaku penderita penyakit Alzheimer. Menjadi mudah
marah, tersinggung, gelisah, atau jadi pendiam. Kadang-kadang, menjadi bingung,
paranoid, atau ketakutan.
6. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
7. Adanya masalah dengan bahasa dan komunikasi, seperti tidak dapat mengingat katakata, nama benda-benda, atau memahami arti kata-kata umum.
8. Memburuknya kemampuan visual dan spasial, seperti menilai bentuk dan ukuran
suatu benda.
9. Kehilangan motivasi atau inisiatif.
10. Kehilangan pola tidur normal.

Upaya Menunda Demensia/Alzheimer


Masyarakat harus meningkatkan pemahaman dan kepedulian terhadap gangguan
Demensia/Alzheimer, menumbuhkan kesadaran akan bahaya Demensia/Alzheimer,
melakukan penanganan yang tepat pada penderita Demensia, dan mempromosikan pola hidup
sehat terutama bagi mereka yang berusia 40 tahun keatas. Untuk memperlambat timbulnya
Demensia/Alzheimer maka beberapa hal dapat dilakukan yakni:
1. Menurunkan/menjaga kadar kolesterol dalam darah
2. Menurunkan/menjaga tekanan darah
3. Mengendalikan diabetes
4. Berolahraga secara teratur
5. Terlibat dalam kegiatan yang merangsang pikiran
6. Peningkatan kualitas hidup.
7. Diet sehat dan gizi seimbang.
Selain itu disarankan beberapa diet berikut:

buah dan sayuran berwarna oranye dan hijau seperti wortel terbukti bermanfaat untuk
penundaan penurunan kognitif hingga 13 tahun lamanya. Dimana antioksidan
karotenoid yang dikandung buah dan sayur berwarna oranye dan hijau yang
menghasilkan pigmen berwarna cerah pada buah dan sayur tertentu ini dapat
membantu menetralkan radikal bebas (molekul-molekul yang bisa merusak sel-sel
tubuh), termasuk melindungi tubuh dari berbagai gangguan, misalnya kanker,
diabetes. Sayuran berdaun hijau, wortel, labu dan ubi jalar sarat akan karotenoid.

mengajak otak agar terus aktif, misalnya dengan mengerjakan teka-teki silang akan
mempertahankan ingatan hingga usia senja.

Penanganan Dalam Keluarga


Orang dengan demensia akan mengalami kemunduran otak. Memori yang baru hilang, tetapi
memori yang lama diingat, misalnya memori masa kecilnya. Penampilan orang dengan
demensia bisa macam-macam, bisa menjadi agitasi atau marah-marah, mengumpat,
melempar, mengamuk dan kadang bisa membunuh orang dan ada juga yang diam. Dimana
orang demensia yang cenderung diam ini berbahaya. Oleh karena itu, orang dengan demensia
harus dijaga jangan sampai berperasaan sedih. Orang dengan demensia tidak membutuhkan
rasionalitas. Orang dengan demensia harus dibuat senang, dipuji bila melakukan tindakan
yang baik. Dan diusahakan memanfaatkan yang masih bisa difungsikan pada dirinya
misalnya dengan mengisi kegiatan yang bermanfaat seperti menyanyi, membaca atau
membuat puisi, menggambar dan lain-lain sesuai kemampuan yang ada saat ini. Buatlah
orang dengan demensia menjadi bermartabat dan orang yang mendampinginya (caregiver)
harus tabah, sabar dan bisa mengerti agar orang dengan demensia tidak melakukan hal-hal
yang berbahaya. Dalam penanganannya belum ada obat yang dapat menyembuhkan

Demensia/Alzheimer, namun perlu mendapatkan perhatian yang serius dan komitmen semua
pihak dalam membantu keberhasilan penanganan penyakit Demensia/Alzheimer. Beberapa
hal yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pihak keluarga yang berperan dalam merawat pasien demensia, hendaknya
menghindari perbedaan pendapat;
2. Latihlah otak dengan permainan (interaksi sosial, pengembangan hobi);
3. Pantau kesehatan secara berkala;
4. Jauhi sikap (mengkritik, komentar negatif, berdebat, memaksa keinginan);
5. Merawat pasien demensia hendaknya memiliki sikap tenang dan memaklumi;
6. Berilah penghargaan dan pujian;
7. Perlakukan penderita demensia sebagai orang dewasa terbatas bukan sebagai anak
kecil;
8. Berilah kegiatan yang bersifat rekreatif, humor dan menyenangkan;
9. Ciptakan lingkungan yang nyaman (tidak bising, penerangan cukup, lingkungan yang
bersahabat).
Selain itu, konseling intensif bagi anggota keluarga dan caregiver sangat diperlukan untuk
mengatasi stress bagi penderita dan keluarga serta mencari solusi atas masalah-masalah yang
dihadapi.
Kerugian Ekonomi Akibat Demensia/Alzheimer
Sebagaimana kita ketahui orang dengan Demensia/Alzheimer akan mengalami gangguan
dalam beberapa hal seperti telah disebutkan diatas. Oleh karena itu dalam kehidupannya
sehari-hari orang dengan Demensia/Alzheimer tidak mampu menjalan-kan aktifitas
ekonominya secara maksimal bahkan tidak mampu sama sekali. Hal ini akan menimbulkan
kerugian ekonomi yang signifikan untuk penderita sendiri maupun keluarganya. Penderita
sendiri tidak mampu bekerja sehingga tidak mempunyai pengha-silan dan penghidupannya
tergantung kepada orang disekitarnya terutama keluarganya, sedangkan keluarganya akan
mengalami keru-gian ekonomi karena harus mengeluar biaya caregiver atau perawat atau
bahkan keluarga-nya sendiri yang akan berhenti bekerja untuk menjaga orang dengan
demensia. Kerugian ekonomi yang timbul diakibatkan hilangnya penghasilan bagi orang
dengan demensia itu sendiri dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengurus orang dengan
demensia meliputi biaya obat-obatan dan pendamping-nya (caregiver). Dan apabila
pendampingnya adalah anggota keluarganya maka kerugian ekonomi yang timbul berupa
hilangnya penghasilan dari anggota keluarga yang berubah fungsi dari pekerja menjadi
caregiver.
Sedangkan menurut laporan Alzheimers Disease International pada tahun 2010, diperkirakan
biaya perawatan penderita Alzheimer dan Demensia di Asia Tenggara mencapai US$4 miliar,

mencakup biaya obat-obatan dan fasilitas sosial yang dibutuhkan untuk mendukung penderita
Demensia/Alzheimer.

Anda mungkin juga menyukai