Anda di halaman 1dari 8

Jurusan Arsitektur FTSP UMB

Minggu 2

PRESERVASI DAN KONSERVASI

Preservasi merupakan gerakan pelestarian yang dapat dilakukan oleh beberapa bidang ilmu
seperti Lingkungan, Budaya, Arsitektur dan lain-lain. Kegiatan ini merupakan pekerjaan yang
cukup kompleks, namun akan berhasil baik jika dilakukan secara terintegrasi pada bebarapa
bidang. Berikut gambaran singkat tentang ruang lingkup konservasi dan preservasi dalam
arsitektur yang ditulis oleh
1.Nia Kurniasih Pontoh Pontoh, Pada jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, ITB, Bandung pada
tahun 1992
2.Contoh penelitian tentang konservasi bangunan tua di kawasan Kota Lama Surabaya yang
dilakukan Susiyanti Gayatri Rahma pada tahun 1996.
Preservasi dan konservasi dalam arsitektur merupakan suatu kebiasaan, yakni pekerjaan merawat
dan memperbaiki bangunan yang dilakukan secara rutin. Kemudian ketika disinyalir jumlah
warisan arsitektur yang hilang semakin banyak, maka mulai diusahakan pelestarian bangunan tua
bersejarah secara serius.
Terjadi di Eropa dan Amerika pada abad 19, tepatnya tahun 1700, Vanburgh, arsitek istana
Bleinheim di Inggris, telah merumustkan konsep pelestarian.
Puncak kampanye gerakan pelestarian dalam skala internasional adalah kongres The European
Arhcitectural Heritage tahun 1975. Pada kongres itu disepakati bahwa arsitektur di Eropa yang
menjadi bagian integral dari warisan budaya dunia.
Terminologi :
Pendekatan dan metode pelestarian menurut Charter (1981) dan Catanese & Snyder (1979) :
1.Preservasi
Upaya melindungi bangunan bangunan, monument dan lingkungan dari kerusakan serta
mencegah proses kerusakannya. Dalam Piagam Burra disebutkan bahwa preservasi adalah
pemeliharaan suatu tempat tetap sesuai aslinya serta mencegah kerusakan.
Preservasi menjadi paying semua kegiatan preservasi.
2.Konservasi
Semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat guna mempertahankan nilai kulturnya. Konservasi
mencakup pemeliharaan sesuai situasi dan kondisi setempat dan dapat meliputi preservasi,
restorasi, rekonstruksi maupun adaptasi.
Umumnya konservasi yang dilakukan merupakan gabungan dua atau lebih upaya tersebut.
Tujuannya agar bangunan yang dilestarikan menjadi lebih efisien serta perkembangannya
terarah. Dengan demikian, maka pengubahan tempat-tempat menarik tetap mengacu pada nilai
kesejarahannya.

DEFINISI >> Semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat guna mempertahankan nilai kulturnya.
Meliputi :
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Tin Budi Utami MT


ARSITEKTUR KOTA

Jurusan Arsitektur FTSP UMB

1. Restorasi, Upaya mengembalikan kondisi fisik seperti semula sesuai aslinya. Restorasi
merupakan bentuk pelestarian yang paling konservatif.
2. Rehabilitasi, mengembalikan kondisi bangunan yang rusak/menurun sehingga berfungsi
lagi seperti semula.
3. Renovasi, Merubah sebagian atau seluruh interior bangunan sehubungan dengan
perlunya adaptasi bangunan terhadap fungsi baru.
4. Rekonstruksi, Upaya mengembalikan/membangun kembali penampilan orisinil suatu
kawasan/bangunan sesuai informasi kesejarahan dapat digunakan bahan baru/lama.
5. Adaptasi,yaitu segala upaya dalam mengubah suatu tempat agar dapat digunakan untuk
fungsi baru yang sesuai.
Seperti yang diklasifikasikan oleh Attoe ( 1986 ), Objek pelestarian dapat meliputi :

Lingkungan.
Kota dan Desa
Sky Line dan View Corridor
Kawasan yang mewakili gaya tradisi tertentu
Wajah Jalan ( Street Scapes ), Faade bangunan dan Street furniture
Bangunan
Benda, seperti puing bersejarah, trem, Kereta dsb

Contoh kasus : Brgaga City Walk BANDUNG


Braga adalah salah satu jalan di pusat kota Bandung. Pada masa kolonial jalan ini sangat
prestisius, Ketika itu penataan jalan Braga yang khas seperti kota-kota tua di Eropa. Sejak
jaman kolonial hingga akhir 70-an Braga dikenal sebagai CBD-nya Bandung. Jalan Braga
dikenal sebagai kawasan berbelanja paling elit di Bandung. Namun kini kepopulerannya mulai
surut. Untuk menghidupkan kembali kawasan ini pemerintah melakukan Konservasi dan
menunjuk Agung Podomoro Grup untuk menata kembali CBD-nya Bandung menjadi BRAGA
CITY WALK.
Kekhas-an Braga City Walk yang menjadi daya tarik utama masyarakat adalah disediakannya
plaza terbuka (open-air plaza) yang dapat digunakan untuk berbagai acara. Plaza terbuka ini
direncanakan seperti plaza terbuka kota-tua di Eropa. Identitas Braga dengan Art Deco-nya akan
dikembangkan menjadi tema arsitektural Braga City Walk.
Secara visualisasi dapat diga,barkan sebagai berikut :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Tin Budi Utami MT


ARSITEKTUR KOTA

Jurusan Arsitektur FTSP UMB

Visuaalisasi BCW

Suasana Koridor Braga City Walk Bandung

Susana Koridor Jl Braga sebagai acuan disain BCW

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Tin Budi Utami MT


ARSITEKTUR KOTA

Jurusan Arsitektur FTSP UMB

Susana Jalan Braga tempo dulu dengan arsitektur kolonial

Susana Jalan Braga sekarang dengan arsitektur kolonial + bangunan baru

Suasana BCW dengan koridor yang menyesuaikan langgam jl. Braga

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Tin Budi Utami MT


ARSITEKTUR KOTA

Jurusan Arsitektur FTSP UMB

Visualisasi BCW
Kesimpulan :
Tindakan melindungi dan memanfaatkan lingkungan kota
tua, bangunan tua dan usaha mengembangkannya menjadi
bagian yang berharga bagi kota secara keseluruhan
Satu hal yang sangat penting untuk dilakukan arsitek,
dan perencana kota adalah merancang dengan kesadaran.
Bahwa lingkungan atau bangunan yang dirancangnya,
harus mampu membangkitkan asosiasi tertentu dalam
kaitannya dengan perkembangan kota dalam jangka
waktu panjang.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Tin Budi Utami MT


ARSITEKTUR KOTA

Jurusan Arsitektur FTSP UMB

Selebihnya, biarkan warga kota menikmati karya itu.


Jika kualitasnya buruk, relakan untuk disingkirkan melalui
wacana publik yang sehat.
Perbedaan jalan Braga tempodulu dan sekarang

Fasade dan karakter bangunan sudut

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Tin Budi Utami MT


ARSITEKTUR KOTA

Jurusan Arsitektur FTSP UMB

Suasana Ruang dalam BCW

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Tin Budi Utami MT


ARSITEKTUR KOTA

Jurusan Arsitektur FTSP UMB

Daftar Pustaka
1. Hand Out per tatap muka yang merupakan rangkuman dari beberapa sumber dan seminar.
2. Slide dokumentasi pribadi yang terkait dengan materi kuliah.
3. Arthur B. Gallion, Simon Eisner, Pengantar Perancangan Kota, Penerbit Erlangga, 1992.
4. Hedman, Richard; Jaszewski, Andrew. Fundamental of urban design. Planners Press. Wahsington. 1984.
5. Shirvani, Hamid, The Urban Design Process, Cambridge University Press, 1985.
6. W. dana, Djefry, Ciri Perancangan Kota Bandung, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
7. Zahnd, Markus. Perencanaan kota secara terpadu. Penerbit Kanisius dan Soegijapranata University Press. 1999.
8. Dll.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Tin Budi Utami MT


ARSITEKTUR KOTA

Anda mungkin juga menyukai