PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Bahwa Kota Medan sebagai Kota Metropolitan dan Pusat Kegiatan Nasional
ruang
sehingga
kualitas
ruang
wilayah
nasional
dapat
terjaga
pemerintah
kabupaten/kota.
Atas
hal
tersebut
setiap
daerah
Kota, dan Rencana Rinci Tata Ruang Kota yang terdiri dari
Rencana Detail Tata Ruang dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kota.
Rencana rinci disusun sebagai perangkat operasional rencana umum tata ruang
sehingga RDTR maupun RTR kawasan strategis harus dapat bersifat operasional dan
dapat diterapkan (aplicable).
Sejalan dengan semakin pesatnya laju pertumbuhan dan perkembangan Kota
Medan, maka dinamika perkembangan pemanfaatan ruang juga semakin tinggi, tetapi
I-1
di sisi lain rencana kota yang dipakai sudah tidak sejalan dengan ketentuan yang
terbaru maupun tuntutan perkembangan kota (out of date). RTR yang digunakan
sebagai operasional pembangunan dan perijinan selama ini berupa Rencana Sub-Sub
Wilayah (RSSW) dengan tingkat kedalaman 1 : 5.000 (setara RDTR) sebagai produk
rencana yang disahkan pada tahun 1979 sehingga sudah tidak relevan lagi digunakan
sebagai pedoman pembangunan terutama dalam perizinan mendirikan bangunan.
Selain itu, tahun 2006 telah disusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Medan dan secara bersamaan dan simultan pada tahun 2008 juga dilakukan
penyempurnaan berkaitan penyesuaian terhadap Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut perlu dan
harus
ditindaklanjuti
oleh
rencana
lebih
rinci
sebagai
panduan
operasional
diimplementasikan
dalam
pelaksanaan
pembangunan
sektoral
dan
5. Produk rencana tata ruang belum disyahkan menjadi suatu peraturan yang
mengikat bagi seluruh pelaku pembangunan,
Laporan Draff Akhir
I-2
pokok-pokok issue strategis terkait penataan ruang di Kota Medan, berupa potensi dan
permasalahan. Potensi tersebut adalah:
1. Lengkapnya fasilitas kesehatan, pendidikan maupun olahraga seperti
adanya Rumah Sakit Umum Adam Malik dengan Type Kelas A (Rumah
Sakit Umum Pusat), Rumah Sakit Jiwa, perguruan-perguruan tinggi yang
sudah dikenal secara Nasional seperti USU, IAIN, dan Dharma Agung serta
lapangan sepak bola bertaraf Internasional, yaitu Stadion Teladan.
2. Sebuah Asrama Haji yang besar dan megah dengan pelayanan hajinya
setiap tahun dan sering mendapat penghargaan secara Nasional.
3. Adanya beberapa jenis terminal, antara lain Terminal Terpadu Amplas
sebagai terminal keluar masuknya mobil angkutan penumpang antar kota
dan antar propinsi ke Kota Medan, Terminal Teladan sebagai terminal taksi
antar kota, dan Terminal Terpadu Pinang Baris sebagai terminal keluar
masuknya mobil angkutan penumpang antar kota dan antar propinsi ke
Kota Medan.
4. Bandara Internasional Polonia sebagai pelabuhan udara yang mampu
dilandasi jenis pesawat berbadan lebar seperti Air Bus dan
mempunyai jalur penerbangan ke berbagai daerah/kota secara
regional maupun internasional.
5. Stasiun Kereta Api Medan yang dikenal dengan "Stasiun Besar" sebagai
salah satu sarana transportasi darat antar kota dan antar daerah dari dan
ke Kota Medan dan bengkel khusus kereta api yang dimiliki oleh PT. Kereta
Api Indonesia Eksploitasi Sumatera Utara (PT.KAI-ESU).
6. Pelabuhan
Belawan
yang
merupakan
pelabuhan
terbuka
untuk
I-3
I-4
satu
studi
terakhir
yang
dilakukan
oleh
Depertemen
I-5
yang langsung mencemari Sungai Deli dan Sungai Babura serta sungaisungai di Kota Medan dan sekitarnya.
d. Persampahan juga akan merupakan masalah serius dalam jangka
panjang. Karena itu perlu dilakukan inovasi untuk penanganan sampah
antara lain pengolahan sampah menjadi energi listrik atau bahan-bahan
daur ulang.
e. Ruang terbuka hijau publik dan privat, sangat terbatas, baik dari aspek
luas, distribusi, maupun kualitas seperti taman, lapangan olahraga, dan
kebun binatang.
f.
g.
h. Harga
lahan
mahal
dan
pembangunan
rumah
vertikal
seperti
j.
sehingga
arsitektur yang khas yang menjadi ciri Kota Medan tidak ditemukan.
l.
I-6
I-7
Rencana Tata Ruang Pulau atau Kepulauan dan Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Nasional;
1.1.3
terjadinya pergeseran struktur dan pola pemanfaatan ruang, sehingga perlu dilakukan
penyesuaian dengan kecenderungan perubahan kondisi yang terjadi. Hingga 2009,
pedoman yang dipergunakan untuk pembangunan, terutama dalam hal perizinan
dalam mendirikan bangunan adalah Rencana Sub-Sub Wilayah (RSSW) dengan
tingkat kedalaman 1 : 5000 yang disyahkan tahun 1979. Pedoman tersebut sudah tidak
relevan lagi terlebih lagi dalam mengantisipasi laju pertumbuhan dan perkembangan
Kota Medan yang pesat sehingga dibutuhkan adanya rencana rinci yang bersifat
operasional
I-8
Tahun 2006 telah disusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan.
Dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, maka pada tahun 2008, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan
yang telah disusun pada tahun 2006 tersebut disempurnakan sesuai ketentuan yang
ada dalam undang-undang tersebut. RTRW Kota Medan ini perlu dan harus
ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana yang lebih rinci sebagai panduan
operasional pengendalian pemanfaatan ruang, yaitu Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kota Medan.
Rencana
Detail
Tata
Ruang
(RDTR)
merupakan
pengaturan
yang
Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di bidang penataan ruang pada Tahun 2008 telah
melaksanakan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan terhadap
7 (tujuh) wilayah Kecamatan di Kota Medan, dan pada tahun 2009 sebagai lanjutannya
Pemerintah Kota Medan akan melaksanakan kembali penyusunan Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) Kecamatan, terhadap 13 (tiga belas) wilayah kecamatan di
lingkungan wilayah administrasi Kota Medan. Salah satu kecamatan yang akan dibuat
rencana detailnya adalah Kecamatan Medan Polonia. Produk ini diharapkan dapat
menjadi acuan bagi Pemerintah Kota Medan dalam melaksanakan bidang penataan
ruang dan menjadi alat pengendali untuk pembangunan.
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Medan Polonia ini dituangkan
ke dalam peta rencana minimal dengan ketelitian skala 1 : 5.000. Selain itu juga
menampilkan kondisi sekitar wilayah perencanaan yang berbatasan langsung dengan
radius minimal 500 meter.
1.2
PENGERTIAN RDTR
I-9
bagian
wilayah
kota
dalam
rangka
pelaksanaan
program
dan
antara
fungsi-fungsi
pelayanan
lingkungan
dalam
wilayah
perencanaan.
4. Rencana Sistem Jaringan Pergerakan: Arahan pola jaringan pergerakan
seluruh sistem jariangan jalan atau sistem jaringan jalan primer dan sekunder,
maupun alur pelayaran.
5. Rencana Pemanfatan Ruang: Arahan pemanfaatan ruang ditinjau dari
peruntukan ruang dan besaran ruang dalam wilayah perencanaan untuk setiap
blok peruntukan.
6. Rencana Sistem Jaringan Utilitas: Identifikasi sumber-sumber daya air dan
energi serta arahan pola jaringan primer, sekunder dan tersier untuk sistem
jaringan seperti jaringan air bersih, telepon, listrik, air limbah dan air hujan serta
pengelolaan sampah.
7. Rencana Kepadatan Bangunan: Arahan perbandingan luas lahan yang tertutup
bangunan dan atau bangunan-bangunan yang terletak dalam tiap petak
peruntukan dengan luas lahan petak peruntukannya dalam tiap blok
peruntukan.
8. Rencana Ketinggian Bangunan: Arahan ketinggian maksimum bangunan atau
maksimum dan minimum bangunan dan bangun-bangunan untuk setiap blok
peruntukan.
9. Rencana Perpetakan Bangunan, berkaitan dengan petak-petak peruntukan
bangunan yang terdapat pada masing-masing blok peruntukan dalam wilayah
perencanaan.
Laporan Draff Akhir
I - 10
10. Rencana Garis Sempadan: Penetapan garis sempadan bangunan untuk setiap
blok
peruntukan,
ditetapkan
berdasarkan
pertimbangan
keamanan,
penanganan
lingkungan:
Mencakup
arahan
jenis-jenis
perbaikan,
pembaharuan,
pemugaran,
peremajaan,
Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. yaitu sebagai berikut :
1. Rencana proses penataan, pemanfaatan dan pengendalian, pemanfaatan
dalam hal ini ruang.
2. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang
udara sebagai suatu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk
lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan
hidupnya.
3. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
4. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan
fungsional.
Laporan Draff Akhir
I - 11
5. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budi daya.
6. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
7. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana
tata ruang.
8. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
9. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan
tertib tata ruang.
10. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
11. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
12. Sistem Wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai
jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah.
13. Sistem Internal Perkotaan adalah struktur ruang dan pola ruang yang
mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat internal perkotaan.
14. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi
daya.
15. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam dan sumber daya buatan.
16. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan;
Laporan Draff Akhir
I - 12
perkotaan,
pemusatan
dan
distribusi
pelayanan
jasa
terbuka
hijau
adalah
area
memanjang/jalur
dan/atau
terbangun, yang
berperan dalam
perkembangan daerahnya;
I - 13
25. Blok Peruntukan adalah bagian dari unit lingkungan yang mempunyai
peruntukan pemanfaatan ruang tertentu yang dibatasi oleh jaringan
pergerakan dan atau jaringan utilitas;
1.2.2
Keterpaduan
b.
c.
Keberlanjutan
d.
e.
Keterbukaan
f.
g.
h.
Akuntabilitas
keterpaduan
dalam
penggunaan
sumberdaya
alam
dan
Aman
Nyaman
nilai-nilai
luas
sosial
bagi masyarakat
budaya
dan
untuk
fungsinya
I - 14
Produktif
Berkelanjutan
1.2.3
Pasal 14 ayat 3 dan ayat 4 menyelaskan bahwa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
adalah bagian dari rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang disusun sebagai
perangkat operasional rencana umum tata ruang. selain itu, Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) dijadikan dasar bagi penyusunan peraturan zonasi (ayat 6).
Menurut Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
327/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan, Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan adalah rencana
pemanfaatan ruang Bagian Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan secara terperinci yang
disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan programprogram pembangunan perkotaan.
Rencana yang menetapkan blok-blok peruntukan pada kawasan fungsional
perkotaan,
sebagai
penjabaran
kegiatan
ke
dalam
wujud
ruang,
dengan
lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam
kawasan fungsional tersebut. Jangka waktu Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Perkotaan ini adalah 5 tahun dan dituangkan ke dalam peta rencana dengan skala 1 :
5.000 atau lebih. Kedudukan RDTR dalam Penataan Ruang Kota dapat dilihat pada
Gambar 1.2.
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan
I - 15
Gambar 1.2
Kedudukan Rencana Detail Tata Ruang Dalam Penataan Ruang Kota
RDTR KECAMATAN
MEDAN POLONIA
2009-2029
RTRW KOTA MEDAN
2008-2028
A. Fungsi Perencanaan
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan berfungsi untuk :
1.
Menyiapkan
perwujudan
ruang,
dalam
rangka
pelaksanaan
program
pembangunan perkotaan;
2.
3.
4.
I - 16
B. Manfaat Rencana
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan bagi Pemerintah Daerah
adalah sebagai pedoman untuk:
C. Muatan Rencana
Struktur dan sistematika Rencana Detail Tata Ruang Kota memuat langkahlangkah penentuan tujuan dan sasaran pembangunan kawasan perencanaan,
perumusan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan, identifikasi potensi dan
masalah kawasan, analisis ruang makro dan mikro kawasan, perumusan kebutuhan
pengembangan dan penataan ruang kawasan, perumusan rencana detail tata ruang
kawasan,
pengaturan
ketentuan
amlop
ruang,
dan
ketentuan
pengendalian
2).
3).
4).
I - 17
5).
Zonasi
2).
3).
penentuan
kawasan
perencanaan,
identifikasi
potensi dan
masalah
permasalahan
pembangunan
dan
perwujudan
ruang
kawasan;
Analisis yang didasarkan atas tuntutan pelaksanaan pembangunan suatu
kegiatan perkotaan yang selanjutnya didukung keputusan strategis dari
pemerintah daerah setempat untuk pengembangannya, serta umumnya
permasalahan yang ada pada kawasan perencanaan.
3. Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan;
Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan didasarkan atas
hasil analisis kependudukan, sektor / kegiatan potensial, daya dukung
lingkungan,
kebutuhan
prasarana
dan
sarana
lingkungan,
sasaran
b.
I - 18
c.
d.
Kawasan
Perkotaan
yang
bersangkutan
ditetapkan
dengan
I - 19
1.3
1.3.1
Maksud
Maksud dari penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan
Tujuan
Tujuan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Medan
Polonia adalah :
1. Sebagai pedoman operasional bagi Pemerintah Kota Medan dalam pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian pembangunan yang dalam praktek sehari-hari
merupakan kegiatan pelayanan masyarakat seperti perizinan perencanaan (advis
planning) dan perizinan bangunan (IMB). Dimana peraturan perizinan tersebut
akan
mengikat
sehubungan
dengan
usaha-usaha
penertiban
terhadap
I - 20
3. Sebagai dasar bagi Pemerintah Kota Medan untuk menyusun program dan proyek
pembangunan unsur-unsur kota terutama yang erat kaitannya dengan sistem
prasarana dan sarana yang bersifat strategis. Dengan kata lain, Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) bertujuan menjadi landasan dasar penyusunan Rencana
Teknik Ruang Kota (RTRK).
1.3.3
Sasaran
Sasaran yang diharapkan dari adanya penyelenggaraan kegiatan penyusunan
1.4
LANDASAN HUKUM
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Medan Polonia
I - 21
4. Undang-Undang
Nomor
Tahun
1992
tentang
Perumahan
dan
I - 22
1.5
1.5.1
Lingkup Wilayah
Wilayah perencanaan dalam kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur
Adapun secara administrasi Kecamatan Medan Polonia ini terdiri dari 5 (lima)
kelurahan, yaitu:
1. Kelurahan Sari Rejo
2. Kelurahan Suka Damai
3. Kelurahan Polonia
4. Kelurahan Anggrung
5. Kelurahan Madras Hulu
1.5.2
Lingkup Waktu
I - 23
2.
3.
Lingkup waktu usia data adalah data terlama yang digunakan adalah data
tahun 2008, sedangkan data yang digunakan selayaknya data time series
tiap tahun selama 5 (lima) tahun atau time series berskala selama jangka
menengah (>10 tahun), tetapi untuk data yang tidak memerlukan
proyeksi dapat disajikan data 1 (satu) tahun terakhir yang tersedia saja.
1.5.3
Lingkup Materi
Lingkup materi atau kegiatan yang akan dilaksanakan adalah meliputi
keseluruhan lingkup pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang sebagaimana diatur dalam
Kepmenkimpraswil No. 327 tahun 2002 yang meliputi pengumpulan data, analisis,
alternatif rencana, perumusan rencana dan rekomendasi manajemen pembangunan
yang dilengkapi dengan indikasi program dan kelembagaan.
Lingkup muatan materi Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan ini
dapat diuraikan sebagai berikut.
1.
2.
b.
(kawasan
permukiman,
pengembangan kawasan
perdagangan,
jasa,
pemerintahan,
I - 24
1.6
SISTIMATIKA LAPORAN
Untuk mencapai maksud dan tujuan dari penyusunan Buku Laporan
PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, pengertian Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Perkotaan, Landasan Dasar Hukum, maksud, tujuan, dan
sasaran, lingkup wilayah maupun kegiatan dari pekerjaan yang
diarahkan berdasarkan TOR
BAB II
isu-isu
yang
berkembang
dimasyarakat
tentang
BAB IV
Helvetia,
Rencana
Aspek
Kependudukan,
Rencana
I - 25
BAB VI
PEDOMAN
PEMANFAATAN
RUANG
KECAMATAN
MEDAN
POLONIA
Bab ini membahas mengenai tentang Pedoman Pemanfaatan Ruang
Lautan/Perairan, Pedoman Pemanfaatan Ruang Udara, Pedoman
Pemanfaatan Ruang Bawah Tanah, Arahan Kepadatan Bangunan,
Arahan Ketinggian Bangunan, Arahan Perpetakaan Bangunan, Arahan
Garis Sempadan, Rencana Penanganan Bangunan dan Jaringan
Transportasi, Rencana Penanganan Fasilitas dan Utilitas, Indikasi
Program Pembangunan, dan Indikasi Kawasan Prioritas Pembangunan.
BAB VII
ini
membahas
mengenai
Pedoman
Pemanfaatan
Ruang
I - 26