Anda di halaman 1dari 3

LEPTOSPIROSIS

SPO
DINAS KESEHATAN
Dibuat Oleh
Koordinator BP Umum

dr. Andrew Nugroho, M.M


NIP. 198310172010011027

No. Dokumen :
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
Disetujui Oleh
Ketua Tim Akreditasi

Drg. Fuad Fatkhurrohman


NIP. 198409202011011013

PUSKESMAS BEJEN
Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Bejen

dr. Supriyanto
NIP. 196803042008011008

PENGERTIAN

Prosedur ini mencakup diagnosis leptospirosis dan


penatalaksanaannya.

TUJUAN

1. Mengupayakan penanganan leptospirosis yang tepat .


2. Mencegah komplikasi.

KEBIJAKAN

Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter

REFERENSI

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun


2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer

PROSEDUR

1. Pengertian
Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang menyerang manusia
disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans dan
memiliki manifestasi klinis yang luas. Spektrum klinis mulai dari
infeksi yang tidak jelas sampai fulminan dan fatal. Pada jenis
yang ringan, leptospirosis dapat muncul seperti influenza dengan
sakit kepala dan myalgia. Tikus, adalah reservoir yang utama dan
kejadian leptospirosis lebih banyak ditemukan pada musim hujan
2. Anamnesis
2.1. Demam disertai menggigil,
2.2. Sakit kepala,
2.3. Anoreksia,
2.4. Mialgia yang hebat pada betis, paha dan pinggang disertai
nyeri tekan.
2.5. Mual, muntah, diare dan nyeri abdomen,
2.6. Fotofobia,
2.7. Penurunan kesadaran
3. Pemeriksaan Fisik
3.1. Febris,
3.2. Ikterus,
3.3. Nyeri tekan pada otot,
3.4. Ruam kulit,
3.5. Limfadenopati,
3.6. Hepatomegali,
3.7. Splenomegali,
3.8. Edema,
3.9. Bradikardi relatif,
3.10. Konjungtiva suffusion,

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Ketua Tim Mutu dan Kepala Puskesmas Bejen

LEPTOSPIROSIS
SPO
DINAS KESEHATAN
PROSEDUR

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

:
:
:
:

PUSKESMAS BEJEN

3.11. Gangguan perdarahan berupa petekie, purpura, epistaksis


dan perdarahan gusi,
3.12. Kaku kuduk sebagai tanda meningitis
4. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan Laboratorium
4.1. Darah rutin: jumlah leukosit antara 3000-26000/L, dengan
pergeseran ke kiri, trombositopenia yang ringan terjadi pada
50% pasien dan dihubungkan dengan gagal ginjal.
4.2. Urin rutin: sedimen urin (leukosit, eritrosit, dan hyalin atau
granular) dan proteinuria ringan, jumlah sedimen eritrosit
biasanya meningkat.
5. Penatalaksanaan
5.1. Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk
mendeteksi dan mengatasi keadaan dehidrasi, hipotensi,
perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada
leptospirosis.
5.2. Pemberian antibiotik harus dimulai secepat mungkin. Pada
kasus-kasus ringan dapat diberikan antibiotika oral seperti
doksisiklin, ampisilin, amoksisilin atau erytromicin. Pada
kasus leptospirosis berat diberikan dosis tinggi penicillin
injeksi.
6. Komplikasi
6.1. Meningitis
6.2. Distress respirasi
6.3. Gagal ginjal karena renal interstitial tubular necrosis
6.4. Gagal hati
6.5. Gagal jantung
7. Konseling dan Edukasi
7.1. Pencegahan leptospirosis khususnya didaerah tropis sangat
sulit, karena banyaknya hospes perantara dan jenis serotype.
Bagi mereka yang mempunyai risiko tinggi untuk tertular
leptospirosis harus diberikan perlindungan berupa pakaian
khusus yang dapat melindunginya dari kontak dengan
bahan-bahan yang telah terkontaminasi dengan kemih
binatang reservoir.
7.2. Keluarga harus melakukan pencegahan leptospirosis dengan
menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar
terhindar dari tikus, mencuci tangan, dengan sabun sebelum
makan, mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya
dengan sabun setelah bekerja di sawah/ kebun/ sampah/
tanah/ selokan dan tempat tempat yang tercemar lainnya.
8. Rencana Tindak Lanjut
Kasus harus dilaporkan ke dinas kesehatan setempat.

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Ketua Tim Mutu dan Kepala Puskesmas Bejen

LEPTOSPIROSIS
SPO
DINAS KESEHATAN

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

:
:
:
:

PUSKESMAS BEJEN

PROSEDUR

9. Kriteria Rujukan
Pasien segera dirujuk ke pelayanan sekunder (spesialis penyakit
dalam) yang memiliki fasilitas hemodialisa setelah penegakan
diagnosis dan terapi awal.

UNIT TERKAIT

Pendaftaran, BP Umum, P2B2, Laboratorium, dan Apotik

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Ketua Tim Mutu dan Kepala Puskesmas Bejen

Anda mungkin juga menyukai