Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1

LATAR BELAKANG
Hampir semua manusia akan merasa takut apabila sudah ditetapkan diagnosis bahwa dirinya
menderita kanker. Hal demikian tidaklah berlebihan sehingga wajarlah jika persepsi orang
terhadap diagnosis kanker adalah identik dengan menunggu datangnya kematian, yang pada
umumnya sejak ditegakkan diagnosis sampai datangnya maut waktunya diperkirakan tidak akan
lama lagi. Meskipun sudah disadari bahwa maut pasti datang, namun sangatlah jarang orang yang
siap menghadapinya. Yang lazim terjadi peristiwa itu selalu merupakan stressor bagi yang
bersangkutan maupun keluarga yang ditinggalkan.
Reaksi pasien dan keluarganya dalam menghadapi kanker bermacam-macam, ada yang
dengan tabah dan pasrah, tetapi kebanyakan orang akan merasa sangat menderita tekanan batin
setelah mengetahui diagnosis dan gambaran perjalanan penyakit itu. Reaksi emosional tersebut
perlu diketahui dalam rangka menentukan sikap (approach) dari berbagai disiplin ilmu terkait
dalam menangani kanker secara bersama-sama, yang menyangkut aspek organobiologik (fisik)
psiko edukatif dan sosio kultural.

KONSEP PENGERTIAN
1.2.1 Pengertian dukungan keluarga
Dukungan keluarga merupakan suatu sistem pendukung yang diberikan oleh keluarga
terhadap anggota keluarga yang meliputi, memberikan dukungan emosional, bantuan materil,
memberikan informasi dan pelayanan, serta memvasilitasi anggota keluarga dalam membuat
kontak sosial dengan masyarakat (Oxford, 1992).
Sedangkan menurut house (2000, dalam S.Met, 2004) ada dukungan buat keluarga
yaitu dukungan emosional,, dukungan penghargaan, dukungan informasi, dukungan
instrumental, dan dukungan jaringsn sosial.
a

Dukungan emosional
Dukungan emosi adalah dukungan yang dapat membuat seseorang merasa nyaman,
tenang, rasa memiliki, dan dicintai saat stres. Dukungan ini melibatkan empati, perhatian
dan dorongan ataupun keprihatinan terhadap seseorang (Sarevino, 2004).

Dukungan penghargaan (Support Appraisal)


Dukungan ini merupakan dukugan keluarga dalam memberikan umpan balik dan
penghargaan kepada anggota keluarga dengan menunjukkan respon positif, yaitu
dorongan terhadap gagasan atau perasaan.

Dukungan informasi (Informational Support)


Saravino (2004) menyebutkan bahwa dukungann informasi ini berarti pemberian nasehat,
saran, dan umpan balik tentang apa yang sedang dan telah dilakukan seseorang misalnya :
pemberian informasi tentang penyakit oleh dokter pada pasien yang membutuhkan
informasi tersebut

Dukungan istrumental (Instrumental Support)


Menurut Friedmaan, Bowden, dan Jones (2003), dukungan ini merupakan fungsi
ekonomi dan perawatan kesehatan yang diterapkan keluarga terhadap anggota keluarga,
sedangkan fungsi perawatan kesehatan keluarga adalah mempertahankan keadaan
kesehatan anggta keluarga, diantaranya merawat pasien yang sakit, menciptakan
lingkungan yang mendukung, dan membawa anggota keluarga ke pelayanan kesehatan.

Dukungan jaringan sosial (Network Support)


Daux dan Wrightman (1988), dalam Taylor(2006), mengatakan bahwa orang yang berada
dalam keadaan stres akan mencari dukungan sosial dari orang lain sehingga dengan
adanya dukungan tersebut maka diiharapkan dapat mengurangi tingkat stres, dukungan
keluarga juga memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan seseorang.

1.2.2 Definisi Keluarga


keluarga sangat variatif sesuai dengan orientasi teori yang menjadi dasar
pendevinisiannya . keluarga berasal dari bahasa sansekerta ( kula dan warga ) kulawarga
yang berarti anggota kelompok kerabat .
banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan social
masyarakat . berikut akan di kemukakan beberapa pengertian keluarga :
a

pendapat yang menganut teori interaksional, memandang keluarga sebagai suatu arena
berlangsungnya interaksi keperibadian . sedangkan mereka yang berorientasi pada
perspektif system social memandan keluarga sebagai bagian social terkecil yang terdiri

dari seperangkat komponen yang sangat tergantung dan di pengaruhi oleh struktur
internal dan system system lain .
b

wall (1986) mengemukakan keluarga sebagai 2 orang atau lebih yang di satukan oleh
ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai
bagian dari keluarga .

sprandley dan allender ( 1996 ) mengemukakan satu atau lebih individu yang tinggal
bersama , sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam ikatan
social , peran dan tugas .

undang undang no 10 tahun (1992) mengemukakan keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami , istri , dan anak atau suami istri , atau ayah dan
anaknya , atau ibu dan anak nya .

depkes RI tahun ( 1988 ) mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

sayekti tahun (1994 ) mendefinisikan keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan
hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berkelinan jenis yang hidup
bersama atau seoran perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak , baik
anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga

johnsons ( 1992 ) mendefinisikan keluarga adalah kumpulan 2 orang atau lebih yang
mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak , yang terlibat dalam kehidupan terus
menerus , yang tinggi dalam 1 atap , mempunya ikatan emosional dan mempunyai
kewajiban antara 1 orang dengan orang lainnya .

friedman (1998) mendefinisikan keluarga sebagai suatu system social . keluarga


merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu individu yang memiliki
hubungan erat 1 sama lain , saling tergantung yang di organisir dalam satu unit tunggal
dalam rangka mencapai tujuan tertentu .

1.3 Definisi Penyakit Terminal


Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat
dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).
Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat progresif,
pengobatan hanya bersifat paliatif ( mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup.
( Tim medis RS Kanker Darmais, 1996).
Jadi Proses pemberian dukunga keluarga dengan anggota keluarga dengan penyakit
terminal adalah serangkaian sistem pendukung yang diberikan oleh keluarga yang meliputi,
memberikan dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukunga informasi, dukungan
istrumental, dukunga jaringan sosial terhadap anggota keluarga yang memiliki penyakit pada
stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat progresif, pengobatan hanya bersifat
paliatif ( mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup)
1.4 Prinsip Proses Pemberian Dukungan Keluarga
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa proses pemberian dukungan keluarga
adalah sistem pendukung yang diberikan oleh keluarga terhadap anggota keluarga yang meliputi;
dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan
emosional dalam hal ini keluarga menjadi sumber dukungan bagi anggota keluarga dengan
penyakit terminal yang memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Oleh karena itu dalam hal ini keluarga
mempunyai peran sebagai care giver, dan hal itu sangatlah tidak mudah maka dalam prosesnya
diharuskan adanya suatu prinsip agar proses dukungan tersebut dapat dipraktekan dengan efektif.
Pada dasarnya prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun
individual yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau
bertindak. Sebuah prinsip merupakan roh dari sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan
merupakan akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah obyek atau subyek
tertentu. Proses dukungan yang dapat dilakukan keluarga digambarkan seperti berikut:
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi
tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat
digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat

menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan
aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat,
usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
b. Dukungan penghargaan
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga
diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. Bentuk dukungan ini melibatkan
pemberiaan informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis
informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah
dengan mudah.
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya:
kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita
dari kelelahan. Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan
perto-longan langsung seperti pemberian uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan.
Bentuk ini dapat mengurangi stres karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya
yang behubungan dengan materi. Dukungan instrumental sangat diperlukan terutama dalam
mengatasi masalah yang dianggap dapat dikontrol.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi
dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,
mendengarkan dan didengarkan. Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan
nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh keluarga sehingga individu dapat menghadapi
masalah dengan baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang
dianggap tidak dapat dikontrol.

BAB II
PEMBAHASAN
A KASUS
Bapak Arman (61 tahun) dan Ny. Nani (60 tahun) sudah 35 tahun menikah.
Mereka dikaruniai dua orang anak perempuan yang semuanya sudah berumahtangga dan
memberikan dua orang cucu. Kondisi ekonomi keluarga Pak Arman cukup baik, memiliki
dua perusahaan yang berjalan dengan baik. Bapak Arman dan Ny. Nani cukup dikenal di
lingkungannya karena keduanya aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan, bahkan Pak
Arman menjadi salah satu donatur tetap pada sebuah panti asuhan.
Walaupun sebelumnya Pak Arman adalah perokok berat, namun sudah sejak 5
tahun terakhir ini berhenti total merokok dan aktif berolah raga. Sejak satu tahun yang
lalu, Pak Arman kerap kali merasa pusing dan sakit di daerah lehernya serta batuk-batuk.
Pemeriksaan oleh dokter di kantornya dinyatakan tensinya 130/80 mmHg. Jantung dan
paru-parunya baik. Pak Arman diberi obat simptomatik biasa namun tidak ada perbaikan.
Pak Arman lalu diperiksa ke dokter spesialis di klinik yang cukup besar. Hasil
pemeriksaan menunjukkan Pak Arman menderita kanker paru-paru yang sudah
bermetastase ke tulang.
Dokter menganjurkan untuk dilakukan penyinaran dan kemoterapi. Pak Arman
dan istrinya tidak 100% percaya pada hasil pemeriksaan dokter tadi dan menginginkan
second opinion di luar negeri. Istrinya, Ny. Nani, begitu terpukul mendengar keterangan
dokter dan merasa heran dan tidak mengerti mengapa Tuhan memberikan cobaan yang
begitu berat kepadanya. Sambil menangis ia menyatakan bahwa ia belum siap bila
ditinggal suaminya untuk selamanya. Sebaliknya bapak Arman tampak lebih tegar dan
merasa yakin bahwa ini adalah sapaan Tuhan dan tuhan pasti punya rencana sendiri
dengan memberikan penyakit kepadanya.
Bapak Arman dan Ny. Nani ingin memperoleh second opinion, lalu berangkatlah
ke luar negeri untuk berobat. Hasil pemeriksaan medis di luar negeri menyatakan bahwa
Pak Arman menderita kanker paru-paru stadium lanjut, yang sudah bermetastase ke
tulang-tulang. Beberapa ruas tulang vertebra servikanya sudah begitu rapuh dan harus
segera diatasi agar tidak menjepit saraf-sarafnya. Operasi perbaikan vertebra servikal
berhasil baik.

Untuk kankernya, Pak Arman harus menjalani pengobatan penyinara dan


kemoterapi. Setelah pengobatan selesai, Pak Arman dan istrinya pulang ke Jakarta.
Kondisi Pak Arman tampak ada kemajuan dan semangat hidupnya tetap tinggi. Sebulan
kemudian Pak Arman kembali ke luar negeri untuk kontrol penyakitnya. Hasilnya begitu
menggembirakan. Kanker parunya dinyatakan sudah hampir menghilang. Kemoterapi
diteruskan dan kemudian Pak Arman kembali lagi ke Jakarta. Namun beberapa minggu
kemudian, kondisi Pak Arman justru malah menurun, ia menjadi kesulitan untuk berjalan.
Bicaranya sangat pelan dan cenderung banyak tidur. Bila makan dan minum Pak Arman
selalu kesulitan menelan (keselak). Pak Arman secara drastis tampak sangat lemah.
Saat kembali periksa ke luar negeri, dokter menyatakan bahwa kankernya sudah
menjalar ke otak. Dokter menyarankan agar Pak Arman menjalani pengobatan paliatif
saja,. Ny.Nani tidak setuju dengan saran dokter, ia tetap minta agar doketr mau mengobati
suaminya dengan segala cara agar dapat disembuhkan.
B ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF
1

PENGKAJIAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

EVALUASI KEPERAWATAN

BAB III
A KESIMPULAN
B SARAN

Anda mungkin juga menyukai