TINJAUAN PUSTAKA
1. Hemoglobin
1.1.Pengertian Hemoglobin
Hemoglobin merupakan pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah
merah, merupakan protein yang mempunyai berat molekul 64.450. Berbentuk bulat
yang terdiri dari 4 sub unit mengandung heme (suatu derivate porifirin yang
mengandung besi) yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida yang secara kolektif
disebut globin (Ganong, 2002, Brunner & Suddart, 2001).
cadangan besi dalam jaringan cadangan. Pada saat cadangan besi itu habis barulah
terlihat tanda dan gejala anemia defisiensi besi (Riswan, 2003).
Berkembangnya anemia dapat melalui empat tingkatan yang masing-masing
berkaitan dengan ketidaknormalan indikator hematologis tertentu. Tingkatan pertama
disebut dengan kurang besi laten yaitu suatu keadaan dimana banyaknya cadangan besi
yang berkurang dibawah normal namun besi didalam sel darah merah dari jaringan tetap
masih normal. Tingkatan kedua disebut anemia kurang besi dini yaitu penurunan besi
cadangan terus berlangsung sampai atau hampir habis tetapi besi didalam sel darah
merah dan jaringan belum berkurang. Tingkatan ketiga disebut dengan anemia kurang
besi lanjut yaitu besi didalam sel darah merah sudah mengalami penurunan namun besi
dan jaringan belum berkurang. Tingkatan keempat disebut dengan kurang besi dalam
jaringan yaitu besi dalam jaringan sudah berkurang atau tidak ada sama sekali
(Kusharto, 1992).
dengan kebutuhan wanita normal, peningkatan gizi untuk (mammae), volume darah
,plasenta,air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikomsumsi ibu hamil
akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60% digunakan
untuk pertumbuhan ibunya. Secara normal ibu hamil akan mengalami kenaikan berat
badan sebesar 11-13Kg. Hal ini terjadi karena kebutuhan asupan makanan ibu hamil
meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan (Huliana, 2001)
Faktor umur ibu hamil berkontribusi terhadap kejadian anemia selama hamil,
Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun masih membutuhkan zat besi lebih untuk
keperluan kebutuhan pertumbuhan diri sendiri dan juga untuk janinnya. Oleh karena itu,
hamil di usia 20 tahun dengan asupan gizi yang tidak adekuat memiliki resiko anemia
defisiensi besi penelitian Nelwanti (2005) menemukan bahwa ibu hamil yang menderita
anemia paling bayak pada usia resiko yaitu kurang dari 20 tahun sebesar 58%
(Nelwanti, 2005).
Paritas secara luas mencakup gravid/jumlah kehamilan yaitu kehamilan yang
berulang atau jumlah partus yang banyak lebih meningkat kejadian anemia akibat
banyaknya darah yang keluar selama proses persalinan, angka kejadian pada kehamilan
makin tinggi dengan semakin tingginya paritas (Hasibuan, 1997 dalam Sidabuke, 2003).
Penelitian Sidabuke (2003) menjelaskan bahwa terjadi peningkatan anemia pada ibu
hamil dengan paritas 5 sebesar 36,23%.
Jarak antara kehamilan yang pendek (kurang dari 2 tahun) mempunyai resiko
untuk menderita anemia menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi
keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih
karena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk
memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Maka semakin pendek
jarak kehamilan resiko terjadi anemia makin meningkat (Hasibuan, 1997 dalam
Sidabuke, 2003).
Faktor yang menggambarkan
tingkat pendidikan dan pekerjaan. Tingkat sosio ekonomi yang rendah dapat
mempengaruhi kejadian anemia. Angka kejadian anemia pada ibu-ibu dengan kelompok
pekerjaan suami (petani, nelayan, pekerja lepas) lebih tinggi dari kelompok pekerjaan
suami (pegawai negeri, swasta dan dagang). Hal ini mencakup kemampuan dalam hal
membeli dan memenuhi makanan bergizi dan suplemen tambahan yang dibutuhkan
pada saat hamil (Hasibuan, 1997 dalam Sidabuke, 2003). Ibu hamil yang berpendidikan
rendah menderita anemia sebanyak 60%, sedangkan ibu hamil yang berpendidikan
tinggi menderita sebanyak 17,4% (Fishkar dkk, 1993 dalam Nelwanti, 2004).
Pemeriksaan Antenatal Care, pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan
dan pemeriksaan terhadap keadaan anemia pada ibu hamil sehingga apabila ibu
menderita gejala anemia dapat dideteksi sedini mungkin dengan pemeriksaan antenatal
yang secara teratur untuk diberi penanganan segera. Pada pemeriksaan ini tablet
penambahan darah (tablet Fe) juga diberikan pada ibu yang tidak mengalami anemia
untuk mencegah terjadinya anemia. Pada beberapa penelitian yang sudah dilakukan
bahwa jumlah penderita semakin menurun pada kelompok yang sering mengunjungi
klinik antenatal dan meningkat pada kelompok yang tidak melakukan pemeriksaan
antenatal (Hasibuan, 1997 dalam Sidabuke, 2003).
kali lebih besar disbanding ibu hamil yang tidak anemia (Chi et al, 1981 dalam Riswan,
2003) terutama karena pendarahan dan atau sepsis. Dari beberapa penelitian di Asia
disimpulkan bahwa anemia memberikan kontribusi minimal 23% dari total kematian ibu
di Asia (Ross & Thomas dalam Lubis, 2003).
Pada saat proses persalinan, masalah yang timbul adalah persalinan sebelum
waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan dengan operasi cenderung
meningkat (Lubis, 2003).
Anemia pada ibu hamil juga mempengaruhi proses pertumbuhan janin. Akibat
yang ditimbulkan seperti keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), lahir dengan
berat badan rendah (BBLR) (Lubis, 2003).
Hal penelitian Lubis (2003) pada analisa bivariat anemia batas 9 gr/dl dan
anemia berat secara statistik tidak ditemukan nyata melahirkan bayi BBLR. Namun
untuk melahirkan bayi mempunyai resiko 3,081 kali. Sedangkan dari hasil analisa
multivariate
dengan
memperhatikan
masalah
riwayat
kehamilan
sebelumnya
menunjukkan bahwa ibu hamil penderita anemia berat memperoleh resiko untuk
melahirkan BBLR 4,2 kali lebih tinggi disbanding dengan yang tidak penderita anemia
berat.
Lee (2006) tentang status besi dan dihubungkan dengan hasil kehamilan pada
wanita hamil di Korea menjelaskan bahwa bayi yang dilahirkan dari ibu yang kadar Hb
rendah menunjukkan rata-rata lahir dengan kelahiran prematur, berat badan dan nilai
APGAR yang rendah dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan ibu yang memiliki
tingkat Hb yang tinggi.
forroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera
bereaksi dengan ion CL membentuk Ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau
hemin yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna
standard, karena membandingkan pengamatan dengan mata secara langsung tanpa
menggunakan alat, maka subjektivitas hasil pemeriksaan sangat berpengaruh hasil
pembacaan (Supariasa dkk, 2001).
didapati pada hati, daging, ikan) zat besi non heme (yang didapati pada padi-padian,
buncis, kacang polong yang dikeringkan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau
seperti bayam, daun ubi dan kangkung). Zat besi heme menyumbangkan sejumlah kecil
zat besi (hanya sekitar 10-15%). Namun demikian zat besi heme diserap dengan baik
dimana 10-35% yang di makan akan masuk kedalam peredaran darah. Zat besi non
heme atau zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan merupakan bagian terbesar yang
dikonsumsi sehari-hari, namun diserap dengan buruk (hanya sekitar 2-8%) (Tan, 1996).
Makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti the dan kopi
sebaiknya dihindari. Sedangkan makanan yang mengandung vitamin C seperti buahbuahan sebaiknya diberikan untuk membantu peningkatan penyerapan zat besi (Riswan,
2003).
2. Berat Janin
Usia Kehamilan
Panjang Janin
(Minggu)
(centi meter)
(gram)
0,4-0,5
0,4
2,5-3
12
6-9
19
16
11,5-13,5
100
20
16-18,5
300
24
23
600
28
27
1100
30-31
31
1800-2100
36
35
2900
40
40
3200
normal. Apabila status ibu buruk baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan akan
menyebabkan berat bayi rendah (BBLR).
Disamping itu akan menyebabkan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi
baru lahir, bayu lahir mudah terinfeksi, abortus dan sebagainya. Dengan kata lain
kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan
selama hamil. Ada beberapa cara yang dingunakan untuk mengetahui status gizi ibu
hamil untuk memantau pertambahan berat badan dan mengukur kadar Hb (Lubis, 2007).
Penambahan usia kehamilan searah dengan pertumbuhan janin, makin besar usia
kehamilan maka berat janin makin bertambah sehubungan dengan perubahan-perubahan
fisik dan organogenesis pada janin (Mochtar, 1998).
Toksin atau zat kimia, masa organogenesis adalah masa yang sangat peka
terhadap zat teratogen. Berbagai jenis obat-obatan yang bersifat teratogen itu antara lain
thalidomide, phenitoin, methadion, obat-obat anti kanker, dan lain sebagainya dapat
menyebabkan kelainan bawaan. Ini juga berlaku bagi bayi ibu hamil yang perokok berat
atau premium, alcohol kronis sering melahirkan bayi berat badan lahir rendah, lahir
mati, cacat dan retardasi mental (Soetjningsih, 1995 dalam Damanik, 2005).
Endokrin, hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin
adalah somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroit, insulin dan peptide lainnya
(Soetjningsih, 1995 dalam Damanik, 2005). Hormon yang dihasilkan dari kelenjar tiroit
seperti TRH (Thyroid Releasing Hormon), T3, T4, sudah diproduksi oleh janin sejak
minggu ke-12. Jenis hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroit ini termasuk hormon
pertumbuhan (Growth hormone). Oleh karena itu apabila terjadi kelainan pada kelenjar
ini, produksi hormon akan terganggu yang mengakibatkan pertumbuhan terhambat
(Suparisa, 2001).
Setelah Leopold I diketahui maka taksiran berat badan janin dapat diketahui
dengan menggunakan Rumus Niswander yaitu:
Taksiran Berat Janin (TBJ) = 1,12 (TFU 7,7) x 100 gr
(Mangie, 2010)
2.3.2. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) adalah suatu alat non infasif yang memungkinkan
visualisasi janin dalam uterus (in Utero) untuk menginformasikan pertumbuhan janin
terhambat atau tidak serta mendeteksi kelainan structural tertentu (Hendersan & Jones,
2001). Cara kerja USG adalah dengan menghantarkan gelombang suara dengan
frekuensi antara 3,5 to 7,0 Megahertz ke janin atau pembuluh darah dan akan
dipantulkan kembali dalam bentuk gambar yang dapat kita lihat di monitor USG
(Adenin, 2006).
Faktor:
X4
X4
X4
X4
X4
X4
X4
X4
Koreksi
+5
+3
+2
+1
Usia
13
15
18
21
24
28
32
36
(cm)
hamil
(minggu)
(Wiknjosastro, 2006).
Dimana :
(Wiknjosastro, 2006).
Faktor:
X5
X5
X5
X5
X5
X5
X5
Koreksi
+6
+4
+3
+2
+1
19
23
27
31
35
40
(cm)
Usia hamil 16
(minggu)
(Wiknjosastro, 2006).
Lingkaran perut, dibanding dengan DBP, lingkaran kepala, dan femur maka
lingkar perut paling tidak akurat bila dipakai bila menentukan usia kehamilan. Ukuran
lingkar perut lebih sering digunakan untuk menentukan besar/berat janin dan
mengevaluasi laju pertumbuhan janin (Wiknjosastro, 2006).
Lain-lain, penentuan usia kehamilan dapat juga dilakukan dengan menggunakan
parameter biometri janin lainnya. Seperti jarak biorbita, panjang humerus, panjang
tabia-fibula, panjang radius ulna, lebar sereberum, ukuran jantung, ukuran ginjal, dan
ukuran limpa (Wiknjosastro, 2006).
Sebetulnya tidak ada parameter tunggal yang dapat dipakai untuk menentukan
usia kehamilan secara akurat. Oleh karena itu semakin banyak parameter biometri yang
digunakan, hasilnya akan lebih akurat. Namun dalam pekerjaan sehari-hari, tidak semua
parameter biometri diukur untuk penentuan usia kehamilan, oleh karena tidak praktis.
Parameter yang paling sering digunakan adalah ukuran DBP dan femur. Penentuan usia
kehamilan berdasarkan pengukuran beberapa biometri janin (Wiknjosastro, 2006).
Usia Kehamilan
Parameter Biometri
Ketepatan
3-5 minggu
Usia Kehamilan
Parameter Biometri
Ketepatan
5-6 minggu
1 minggu
7-11 minggu
3-7 minggu
12-20 minggu
Diameter biparietal
1 minggu
Femur
1 minggu
Diameter biparietal
2 minggu
Femur
2 minggu
Lingkar perut
3 minggu
Diameter biparietal
3,5 minggu
Femur
4 minggu
Lingkar perut
4 minggu
21-30 minggu
>30 minggu
Hasil pemeriksaan USG biasanya diberikan kepada pasien dalam bentuk salina
berupa foto janin berukuran 10 x 10 cm, berwarna hitam putih, bergaris-garis bentuk
tertentu dan terdapat beberapa kode dibawahnya. Beberapa tulisan atau kode tersebut
diantaranya BPD (bilateral diameter) berisikan data tentang ukuran diameter janin, FL
(femur length) merupakan ukuran panjang femur/tulang paha, CRL (crow-rump length)
berupa ukuran kepala sampai bokong, AC (abdominal circumference) atau ukuran
lingkar abdomen/perut (Djuwantono, 2006).
Mesin USG sudah dilengkapi dengan perhitungan otomatis hingga dapat
menunjukkan umur kehamilan dan perkiraan berat badan janin. Hasil tersebut kemudian
akan dibandingkan dengan siklus haid pasien untuk memastikannya (Djuwantono,
2006).