Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lebih dari sejuta hewan ini masih hidup saat ini, dan terdapat kemungkinan bahwa
setidaknya sejuta organism baru akan diidentifikasi oleh generasi ahli biologi masa depan.
Hewan dikelompokkan kedalam sekitar 35 filum, namun jumlah sebenarnya tergantung pada
perbedaan pandangan para ahli sistematika. Hewan menempati hampir semua lingkungan di
muka bumi, tetapi anggota terbanyak sebagian besar filum adalah spesies akuatik. Lautan
yang kemunganan merupakan tempat asal mula jenis-jenis hewan pertama, masih merupakan
rumah bagi sejumlah besar filum hewan. Fauna air tawar sangatlah banyak, tetapi tidak
sekaya keanekaragaman fauna laut (Campbell 2004).
Habitat darat menimbulkan masalah khusus bagi hewan, seperti halnya juga bagi
tumbuhan, dan beberapa filum hewan telah berhasil melakukan perjalanan evolusi menuju
daratan. Cacing tanah (Filum Anelida) dan bekicot (Filum Mollusca) umumnya hanya hidup
di tanah dan vegetasi lembab. Hanya Vertebrata dan Arthropoda. Termasuk serangga dan
laba-laba, yang diwakili oleh keanekaragaman spesies hewan yang sangat besar, yang telah
beradaptasi ke berbagai lingkungan darat (Jasin 1987).
Menjalani hidup di darat yang kita lakukan, menyebabkan pemahaman kita mengenai
keanekaragaman hewan menjadi subjektif sehingga kita lebih menyukai Vertebrata, hewan
bertulang belakang, yang terwakili dengan sangat baik di lingkungan darat. Akan tetapi,
Vertebrata hanya menyusun satu subfilum dari filum Chordata, yang berjumlah kurang dari
5% dari semua spesies hewan. Jika kita ngin mengambil sampel-sampel hewan yang
menempati laut saat pasang, suatu terumbu karang atau bebatuan di dasar aliran sungai, kita
akan menemukan banyak sekali hewan Invertebrata, hewan tanpa tulang belakang (Kimball,
1983).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakaksanakanlah praktikum lapangan yang
dilakukan di daerah Painan, Sumatera Barat yang kaya akan fauna darat dan akuatiknya serta
dengan meletakkan beberapa tujuan dan berharap dapat mengambil menfaat dari pelaksanaan
praktikum lapangan tersebut.
Page | 1

1.2 Tujuan
1
2
3

Mampu mengkoleksi biota-biota laut secara benar.


Mampu mengawetkannya secara benar.
Mampu mengidentifikasi sampel biota yang telah dikoleksi.

Page | 2

BAB II
ISI

2.1. Algae
Padina australis

Klasifikasi
Kingdom

: Plantae

Devisi

: Phaeophyta

Kelas

: Phaeophyceae

Ordo

: Dictyotales

Family

: Dictyotaceae

Genus

: Padina

Spesies

: Padina australis

Deskripsi :
Padina australis memiliki thalus yang berbentuk seperti kipas serta membentuk
segmen-segmen lembaran tipis (lobus) dengan garis-garis yang cenderung melingkar (radial).
Padina australis mengandung kalsium karbonat pada bagian tubuhnya, terlihat dari warna
keputih-putihan yang berada pada thalusnya. Habitatnya berada pada pinggiran pantai dan
Page | 3

bebatuan yang ada disekitaran karang. Algae ini tersebar luas di perairan pasifik selatan
terutama diwilayah australia dan perairan samudra hindia. Di Indonesia sendiri algae ini
mudah sekali ditemukan dihampir seluruh pesisir kepulauan. Pemanfaatan algae ini banyak
digunakan sebagai pupuk organik, bahan makanan.
Pengambilan
Cara pengambilan algae ini adalah
1.
2.
3.
4.

Algae ditemukan pada substratnya tertentu seperti batu, pasir, dan karang.
Algae dipotong dari pangkalnya.
Algae dimasukkan dalam wadah penyimpanan.
Algae siap untuk dilakukan pengawetan.

Pengawetan
Cara pengawetannya adalah
1.
2.
3.
4.

Algae dibersihkan dari pasir-pasir dan kotoran yang menempel.


Algae dimasukkan dalam wadah atau toples pegawetan.
Wadah diisi dengan alkohol 70%.
Wadah ditutup rapat-rapat.

Sumber: poncomulyo, dkk. 2006. Budidaya dan pengolahan rumput laut. Jakarta:
Agromedia.

Sargassum sp.

Klasifikasi
Devisi : Rhodophyta
Kelas : Phaeophyceae
Bangsa: Fucales
Page | 4

Sargassum sp.

Klasifikasi
Devisi : Rhodophyta
Kelas : Phaeophyceae
Bangsa: Fucales
Suku : Sargassaceae
Marga : Sargassum
Jenis

: Sargassum sp.

Deskripsi :
Ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh Sargassum sp. antara lain thallus pipih, licin,
batang utama bulat agak kasar, dan holdfast (bagian yang digunakan untuk melekat)
berbentuk cakram. Cabang pertama timbul pada bagian pangkal sekitar 1 cm dari holdfast.
Percabangan berselang-seling secara teratur. Bentuk daun oval dan memanjang berukuran
(40x10) mm. Pinggir daun bergerigi jarang, berombak, dan ujung melengkung atau
meruncing. Vesicle (gelembung seperti buah) berbentuk lonjong, ujung meruncing berukuran
(7x1,5) mm, dan agak pipih. Rumput laut jenis ini mampu tumbuh pada substrat batu karang
di daerah berombak. bentuk thallus silindris atau gepeng. Cabangnya rimbun menyerupai
pohon di darat. Bentuk daun melebar, lonjong atau seperti pedang. Mempunyai gelembung
udara (bladder) yang umumnya soliter. Warna thallus umumnya coklat. dimanfaatkan sebagai
bahan makanan dan obat. Sebagai sumber gizi, rumput laut memiliki kandungan karbohidrat
(gula atau vegetable-gum), protein, sedikit lemak, dan abu yang sebagian besar merupakan
senyawa garam natrium dan kalium.

Page | 5

Pengambilan
Cara pengambilan algae ini adalah
5.
6.
7.
8.

Algae ditemukan pada substratnya tertentu seperti batu, pasir, dan karang.
Algae dipotong dari pangkalnya.
Algae dimasukkan dalam wadah penyimpanan.
Algae siap untuk dilakukan pengawetan.

Pengawetan
Cara pengawetannya adalah
5.
6.
7.
8.

Algae dibersihkan dari pasir-pasir dan kotoran yang menempel.


Algae dimasukkan dalam wadah atau toples pegawetan.
Wadah diisi dengan alkohol 70%.
Wadah ditutup rapat-rapat.

Sargassum duplicatum

Klasifikasi Sargassum duplicatum


Kingdom

: Plantae

Divisi

: Phaeophyta

Class

: Phaeophyceae

Order

: Fucales

Family

: Sargassaceae

Genus

: Sargassum
Page | 6

Spesies
-

:Sargassum duplicatum

Deskripsi

Thalli bulat pada batang utama dan agak gepeng pada percabangan, permukaan halus atau
licin.Percabangan dichotomous dengan daun bulat lonjong, pinggir bergerigi, tebal dan
duplikasi (double edged).Vesicle melekat pada batang daun, bulat telur atau elip, ada yang
bersayap

dan

menyerupai

bentuk

daun.Reseptacle,

membentuk

rangkaian

atau

pengelompokan yang rimbun merapat seperti kembang kol.Warna coklat tua atau coklat
muda. Tinggi rumpun mencapai 60 cm .
Tumbuh menempel pada batu di daerah terumbu terutama di bagian pinggir luar
rataan terumbu yang sering terkena ombak.Sebaran, pantai Selatan Jawa, Maluku. Dan
potensinya belum banyak di manfaatkan

Klasifikasi Sargassum duplicatum


Kingdom

: Plantae

Divisi

: Phaeophyta

Class

: Phaeophyceae

Order

: Fucales

Family

: Sargassaceae
Page | 7

Genus

: Sargassum

Spesies

:Sargassum duplicatum

Deskripsi

Thalli bulat pada batang utama dan agak gepeng pada percabangan, permukaan halus atau
licin.Percabangan dichotomous dengan daun bulat lonjong, pinggir bergerigi, tebal dan
duplikasi (double edged).Vesicle melekat pada batang daun, bulat telur atau elip, ada yang
bersayap

dan

menyerupai

bentuk

daun.Reseptacle,

membentuk

rangkaian

atau

pengelompokan yang rimbun merapat seperti kembang kol.Warna coklat tua atau coklat
muda. Tinggi rumpun mencapai 60 cm .
Tumbuh menempel pada batu di daerah terumbu terutama di bagian pinggir luar
rataan terumbu yang sering terkena ombak.Sebaran, pantai Selatan Jawa, Maluku. Dan
potensinya belum banyak di manfaatkan

2.2. Gastropoda
Cyprae aurentum

Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Ordo

: Caenogastropoda

Famili

: Cypraeidae

Genus

: Cyprae

Spesies

: Cyprae aurentum

Deskripsi :
Page | 8

Habitat di daerah pasang surut di antar batu karang yang banyak alganya. Bentuk
cangkang bulat telur dengan permukaan licin dan mengkilap, bentuk spira tidak terlihat, bibir
luar (aparture) dan dalam berwarna putih serta berrgerigi. Morfologi cangkangnya dapat
berkembang mengikuti pertambahan tubuh lunaknya (Nontji 1987).
Cara Pengambilan :
1. Dilaksanakan pada saat surut rendah
2. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal: dengan snorkeling di tempat agak
dalam (kedalaman 2 5 meter) dan dengan scuba diving (menggunakan tangki gas
3.
4.
5.
6.

yang dilengkapi perangkat selam, regulator, fin, dan pemberat) di tempat yang dalam.
Biota diambil dan dikumpulkan dala waring untuk dibawa ke darat.
Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya.
Biota selanjutnya dibersihkan dari kotoran.
Masing-masing biota dicata ciri-cirinya.

Pengawetan :
a. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga.
b. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah tanah selama 1 bulan untuk membusukkan
biota di dalamya sehingga mudah dibersihkan.
c. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencucinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%.
Cyprae sp.

Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Ordo

: Caenogastropoda

Famili

: Cypraeidae

Page | 9

Genus

: Cyprae

Spesies

: Cyprae aurentum

Deskripsi :
Habitat di daerah pasang surut di antar batu karang yang banyak alganya. Bentuk
cangkang bulat telur dengan permukaan licin dan mengkilap, bentuk spira tidak terlihat, bibir
luar (aparture) dan dalam berwarna putih serta berrgerigi. Morfologi cangkangnya dapat
berkembang mengikuti pertambahan tubuh lunaknya (Nontji 1987).
Cara Pengambilan :
1. Dilaksanakan pada saat surut rendah
2. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal: dengan snorkeling di tempat agak
dalam (kedalaman 2 5 meter) dan dengan scuba diving (menggunakan tangki gas
3.
4.
5.
6.

yang dilengkapi perangkat selam, regulator, fin, dan pemberat) di tempat yang dalam.
Biota diambil dan dikumpulkan dala waring untuk dibawa ke darat.
Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya.
Biota selanjutnya dibersihkan dari kotoran.
Masing-masing biota dicata ciri-cirinya.

Pengawetan :
a. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga.
b. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah tanah selama 1 bulan untuk membusukkan
biota di dalamya sehingga mudah dibersihkan.
c. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencucinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%.

Turbo sparverius

Page | 10

Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Ordo

: Caenogastropoda

Famili

: Cypraeidae

Genus

: Cyprae

Spesies

: Cyprae sp.

Deskripsi :
Habitat di laut. Cangkangnya dapat tumbuh hingga 75 mm. Cangkang berbentuk kerucut
ovate. Memilik ulir cembung bulat dan terdapat sudutdi bagian atas. Memilik whorl tubuh
yang lebar dan piph serta sempit pada sekitar sumbu. Panjang aparture dari panjang
cangkang (Nontji 1987).
Cara Pengambilan :
1. Dilaksanakan pada saat surut rendah
2. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal: dengan snorkeling di tempat agak
dalam (kedalaman 2 5 meter) dan dengan scuba diving (menggunakan tangki gas
3.
4.
5.
6.

yang dilengkapi perangkat selam, regulator, fin, dan pemberat) di tempat yang dalam.
Biota diambil dan dikumpulkan dala waring untuk dibawa ke darat.
Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya.
Biota selanjutnya dibersihkan dari kotoran.
Masing-masing biota dicata ciri-cirinya.

Pengawetan :
a. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga.
b. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah tanah selama 1 bulan untuk membusukkan
biota di dalamya sehingga mudah dibersihkan.
c. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencucinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%
Nerita linearis

Page | 11

Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Ordo

: Cyclonortimorphora

Famili

: Neritidae

Genus

: Nerita

Spesies

: Nerita linearis

Deskripsi :
Habitat menempel pada batang dan akar pohon mangrove. Herbivora yang memakan
ganggang. Cangkang membentuk putaran spiral, bagian spire tidak mendatar. Aparture tidak
berlekuk-lekuk. Cangkang tebal dan padat (Jasin 1987).

Cara Pengambilan :
1. Dilaksanakan pada saat surut rendah
2. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal: dengan snorkeling di tempat agak
dalam (kedalaman 2 5 meter) dan dengan scuba diving (menggunakan tangki gas
3.
4.
5.
6.

yang dilengkapi perangkat selam, regulator, fin, dan pemberat) di tempat yang dalam.
Biota diambil dan dikumpulkan dala waring untuk dibawa ke darat.
Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya.
Biota selanjutnya dibersihkan dari kotoran.
Masing-masing biota dicata ciri-cirinya.

Pengawetan :
a. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga.

Page | 12

b. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah tanah selama 1 bulan untuk membusukkan
biota di dalamya sehingga mudah dibersihkan.
c. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencucinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%

Cypraea sp

Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Sub kelas

: Prosobranchia

Ordo

: Mesogastropoda

Famili

: Cypraeidae

Genus

: Cypraea

Spesies

: Cypraea sp

Deskripsi :
Habitat di daerah pasang-surut di antara batu karang yang banyak ditumbuhi alga,
bentuk cangkang bulat telur dan dapat berputar 90-1800, dengan permukaan yang licin dan
mengkilap kecuali beberapa spesies dan memiliki warna yang banyak. Panjang kira-kira

5-15, bentuk spiral tidak terlihat, bibir luar (aperture) dan dalam berwarna putih serta
bergerigi, aparture memenjang dan sempit. Memiliki gigi radula . merupakan gastropoda

yang bersifat nokturnal (aktif pada malam hari) (Oemarjati, 1991).


Page | 13

Cara Pengambilan :
1. Dilaksanakan pada saat surut rendah
2. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal: dengan snorkeling di tempat agak
dalam (kedalaman 2 5 meter) dan dengan scuba diving (menggunakan tangki gas
3.
4.
5.
6.

yang dilengkapi perangkat selam, regulator, fin, dan pemberat) di tempat yang dalam.
Biota diambil dan dikumpulkan dala waring untuk dibawa ke darat.
Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya.
Biota selanjutnya dibersihkan dari kotoran.
Masing-masing biota dicata ciri-cirinya.

Pengawetan :
a. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga.
b. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah tanah selama 1 bulan untuk membusukkan
biota di dalamya sehingga mudah dibersihkan.
c. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencucinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%.

Trochus tiaratus

Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Class

: Gastropoda

Superfamily : Trochoidea

Page | 14

Family

: Trochidae

Subfamily

: Trochinae

Genus

: Trochus

Species

: Trochus tiaratus

Deskripsi :
Banyak spesies hidup baik di zona intertidal atau di zona subtidal dangkal, tetapi
beberapa hidup di air yang lebih dalam. Mereka biasanya melimpah pada substrat padat,
seperti pantai berbatu dan terumbu. Panjang shell dewasa bervariasi antara 5 mm dan 130
mm. Ada juga variasi yang luas dalam bentuk shell. Hal ini berlangsung dari yg berbentuk
telinga rendah (telinga berbentuk) dengan aperture lebar untuk panjang, bentuk ramping
kerang atas khas. Shell internal nacreous. Mereka memiliki operkulum corneous. Siput ini
ditandai dengan beberapa ciri primitif: hati dengan dua atrium dan fertilisasi eksternal.
Mereka telah mempertahankan hanya satu ginjal dan osphradium kedua telah hilang dalam
evolusi. Mereka memakan alga dan detritus, dan jarang memiliki filter-makan, seperti yang
diamati dalam genus Umbonium. Trochidae merupakan hewan dioecious, perkembangbiakan
terjadi secara internal, telur-telur diletakkan secara individu atau berkelompok didalam air.
Individu yang menetas sebagai larva plankton yang berenang bebas. Terdistribusi di seluruh
dunia di perairan tropis, subtropis dan kutub. Anggota keluarga ini adalah salah satu siput laut
yang paling umum di sepanjang pantai berbatu Eropa (Williams, 2010).
Cara Pengambilan :
1. Dilaksanakan pada saat surut rendah
2. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal: dengan snorkeling di tempat agak
dalam (kedalaman 2 5 meter) dan dengan scuba diving (menggunakan tangki gas
3.
4.
5.
6.

yang dilengkapi perangkat selam, regulator, fin, dan pemberat) di tempat yang dalam.
Biota diambil dan dikumpulkan dala waring untuk dibawa ke darat.
Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya.
Biota selanjutnya dibersihkan dari kotoran.
Masing-masing biota dicata ciri-cirinya.

Pengawetan :
a. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga.
Page | 15

b. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah tanah selama 1 bulan untuk membusukkan
biota di dalamya sehingga mudah dibersihkan.
c. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencucinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%.

Strombus turturella

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Neotaenioglossa
Famili : Strombidae
Genus : Strombus
Spesies:Strombus turturella
Deskripsi
Siput gonggong merupakan salah satu spesies dari siput laut menengah, yang termasuk
dalam filum moluska dan berada dalam keluarga strombidae yangdianggap sebagai spesies
ekonomis penting di Indo-Pasifik Barat.Pada tingkatindividu dewasa memiliki cangkang
berwarna coklat kekuningan atau emas dan abu-abu. Selain itu juga siput gonggong memiliki
karakteristik, yaitu cangkangmenyerupai gasing dan tutup cangkang berbentuk sabit, mulut
cangkang (aperture) tumbuh melebar ke arah luar, lekukan stromboid terletak di sisi kanan
Page | 16

anterior cangkang, tepi cangkang bagian luar (outer lip) menebal, lapisan cangkangnya tebal,
permukaan gelung besar rata tanpa tonjolan atau lekukan, panjang maksimum cangkang
dapat mencapai 100 mm, tetapi umumnya berukuran 65 mm.
Cara Pengambilan :
1. Dilaksanakan pada saat surut rendah
2. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal: dengan snorkeling di tempat
agak dalam (kedalaman 2 5 meter) dan dengan scuba diving (menggunakan
tangki gas yang dilengkapi perangkat selam, regulator, fin, dan pemberat) di
3.
4.
5.
6.

tempat yang dalam.


Biota diambil dan dikumpulkan dala waring untuk dibawa ke darat.
Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya.
Biota selanjutnya dibersihkan dari kotoran.
Masing-masing biota dicata ciri-cirinya.

Pengawetan :
a. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga.
b. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah tanah selama 1 bulan untuk
membusukkan biota di dalamya sehingga mudah dibersihkan.
c. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencucinya dengan air.
Untuk mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas
dengan menggunakan HCl 10%.

2.3. Bivalva
Anadara transversa

Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Bivalva
Page | 17

Ordo

: Arcoida

Famili

: Arcidae

Genus

: Anadara

Spesies

: Anadara transversa

Deskripsi :
Habitat di batu atau substrat dengan cara menempel. Bentuk bervariasi, sebagian
memanjang dan ada juga yang persegi. Permukaan mereka memiliki guratan oleh tulang
rusuk radialdan ditutupi beludra periostrakum tebal. Ligamen lebar, engsel lurus bermata dan
memiliki banyak gigi kecil. Memiliki byssus yang digunakan untuk menempel pada batu.
Cangkang halus yang secara substansial lebih besar dari cangkang bahtera lainnya (Jasin
1987).
Cara Pengambilan :
1. Dilaksanakan pada saat surut rendah
2. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal: dengan snorkeling di tempat agak
dalam (kedalaman 2 5 meter) dan dengan scuba diving (menggunakan tangki gas
3.
4.
5.
6.

yang dilengkapi perangkat selam, regulator, fin, dan pemberat) di tempat yang dalam.
Biota diambil dan dikumpulkan dala waring untuk dibawa ke darat.
Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya.
Biota selanjutnya dibersihkan dari kotoran.
Masing-masing biota dicata ciri-cirinya.

Pengawetan :
a. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga.
b. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah tanah selama 1 bulan untuk membusukkan
biota di dalamya sehingga mudah dibersihkan.
c. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencucinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%.
Tridacna maxima

Page | 18

Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Bivalva

Ordo

: Veneroida

Famili

: Tridacnidae

Genus

: Tridacna

Spesies

: Tridacna maxima

Deskripsi :
Habitatnya di peermukaan karang, melekat setengah atau melekat utuh. Bertubuh lunak,
memiliki 2 cangkang. Bernafas dengan insang yang bentuknya seperti lembaran-lembaran.
Alat gerak berupa kaki perut yang termodifikasi untuk menggali pasir. Melekat pada substrat
berbatu dengan semacam rambut atau organ yang disebut byssus. Cangkangnya berupa
lekukan (Jasin 1987).

Cara Pengambilan :

Page | 19

1. Dilaksanakan pada saat surut rendah


2. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal: dengan snorkeling di tempat agak
dalam (kedalaman 2 5 meter) dan dengan scuba diving (menggunakan tangki gas
3.
4.
5.
6.

yang dilengkapi perangkat selam, regulator, fin, dan pemberat) di tempat yang dalam.
Biota diambil dan dikumpulkan dala waring untuk dibawa ke darat.
Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya.
Biota selanjutnya dibersihkan dari kotoran.
Masing-masing biota dicata ciri-cirinya.

Pengawetan :
a. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga.
b. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah tanah selama 1 bulan untuk membusukkan
biota di dalamya sehingga mudah dibersihkan.
c. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencucinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%.

Fragum unedo

Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Bivalva

Ordo

: Veneroida

Famili

: Cardiidae

Genus

: Fragum

Spesies

: Fragum unedo

Page | 20

Deskripsi :
Habitat di wilayah indopasifik. Merupakan spesies benthik yang terkubur di pasir atau
lumpur antara tanda surut dan kedalaman 60m atau 200 kaki. Fragum unedo dapat tumbuh
hingga 6,5 cm atau 2,5 inch. Kedua katupnya asimetris dengan paruh di depan garis tengah.
Batas posterior panjang dan hampir lurus, sementara batas anterior rata dan bulat. Tekstur
kulit kuat terkadang berbintik-bintik (Jasin 1987).

Cara Pengambilan :
1. Dilaksanakan pada saat surut rendah
2. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal: dengan snorkeling di tempat agak
dalam (kedalaman 2 5 meter) dan dengan scuba diving (menggunakan tangki gas
3.
4.
5.
6.

yang dilengkapi perangkat selam, regulator, fin, dan pemberat) di tempat yang dalam.
Biota diambil dan dikumpulkan dala waring untuk dibawa ke darat.
Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya.
Biota selanjutnya dibersihkan dari kotoran.
Masing-masing biota dicata ciri-cirinya.

Pengawetan :
a. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga.
b. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah tanah selama 1 bulan untuk membusukkan
biota di dalamya sehingga mudah dibersihkan.
c. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencucinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%.

Anadara granosa

Page | 21

Kingdom
Phylum
Classis

: Animalia
: Mollusca
: Bivalva

Ordo

: Arcida

Family

: Arcidae

Genus

: Anadara

Spesies

: Anadara granosa

Deskripsi :
Habitat kerang ini hidup di tempat yang berpasir dengan cara membenamkan diri. Memiliki
periostractum sebagai tempat menempel daging. Kerang ini memiliki cangkang yang tebal,
kasar, bulat, dan bergerigi. Gigi pada hinge ligament banyak dan sama. Cangkang memiliki
belahan yang sama melekat satu sama lain pada batas cangkang Ditumbuhi bulu-bulu pada
cangkangnya dan lebih tipis dibandingkan dengan Anadara granosa (Hala 2007).

Cara pengambilan:
Cangkang bivalva diambil dari pinggir pantai yang sudah mati.

Cara pengawetan:
1. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga
2. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah selama 1 bulan untuk membusukkan biota
didalamnya sehingga mudah dibersihkan.
3. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencuinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%

Asiphis violaceus

Klasifikasi :
Kingdom
Phylum

: Animalia
: Mollusca
Page | 22

Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies

: Bivalva
: Ardiorta
: Veneridae
: Asiphis
:Asiphis violaceus

Deskripsi:
Kerang bertubuh simetris bilateral, memiliki dua buah cangkang yang setangkup tersusun
dari zat kapur dengan beragam bentuk dan ukuran. Kepala kerang tidak ada. Reproduksi
kerang bersifat eksternal . Dioecious. Cangkang kerang dibuka tutup dengan otot adduktor
dan refraktor (Sridianti 2007).
Gambar:

Cara pengambilan:
Cangkang bivalva diambil dari pinggir pantai yang sudah mati.

Cara pengawetan:
1. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga
2. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah selama 1 bulan untuk membusukkan biota
didalamnya sehingga mudah dibersihkan.
3. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencuinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%
Mactra grandis

Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum

: Mollusca

Class

: Pelecypoda

Ordo

: Veneroida

Family

: Mactridae

Genus

: Mactra

Spesies

: Mactra grandis

Deskripsi:

Page | 23

Habitat di perairan laut. Tubuh ditutupi oleh cangkang.

Memiliki periostrakum

yang

berfungsi sebagai pelindung cangkang. Memiliki kepala tak nampak. Cangkang di bagian
dorsal tebal dan di bagian ventral tipis. ketika ada sejenis daging di bagian cangkangnya,
maka itu akan berfungsi sebagai kaki. Pada bagian dorsal, terdapat garis pertumbuhan.
Sedangkan pada bagian ventral terdapat bagian seperti lapisan kapur. Cangkang kerang
dibuka tutup dengan otot adduktor dan refraktor. Kebanyakan habitat kerang mutiara terdapat
di perairan laut, namun hewan ini juga bisa hidup di air tawar, dasar laut, danau, kolam, atau
sungai yang lainnya banyak mengandung zat kapur, zat kapur ini digunakan untuk membuat
cangkangnya yang berfungsi untuk melindungi tubuh (Suwignyo 2005)
Gambar:

Cara pengambilan:
Cangkang bivalva diambil dari pinggir pantai yang sudah mati.

Cara pengawetan:
1. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga
2. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah selama 1 bulan untuk membusukkan biota
didalamnya sehingga mudah dibersihkan.
3. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencuinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%
Leukoma staminea

Klasifikasi :
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies

: Animalia
: Mollusca

: Bivalva
: Venaroidae
: Phalodidae
: Leukoma
: Leukoma staminea

Deskripsi
Page | 24

spesies ini memiliki porselen-jenis (kapur) shell, yang umbo adalah anterior untuk garis
tengah (dan ke engsel) tapi masih dekat dengan pusat shell daripada ke anterior dan, engsel
memiliki 3 gikardinal gigi di setiap valve , dan pasti sinus pallial hadir . Karakteristik lain
dari keluarga Veneridae meliputi: 2 katup kurang lebih oval atau berbentuk hati, serupa dalam
ukuran, dan setidaknya 1/4 sebagai lebar sebagai panjang , katup tidak dibagi menjadi
beberapa bagian oleh alur besar atau perbedaan dalam tekstur, tidak memiliki winglike
ekstensi dekat umbo , memiliki dua otot adduktor bekas dengan ukuran yang sama, tidak
memiliki chondrophore , garis pallial kontinu , engsel ligamen sebagian besar atau seluruhnya
eksternal (Anonim 2010)

Cara pengambilan:
Cangkang bivalva diambil dari pinggir pantai yang sudah mati.

Cara pengawetan:
1. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga
2. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah selama 1 bulan untuk membusukkan biota
didalamnya sehingga mudah dibersihkan.
3. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencuinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%
Spondylus sp

Klasifikasi :
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies

: Animalia
: Mollusca
: Bivalva
: Ostreida
: Ostreidea
: Spondylus
: Spondylus sp

Deskripsi
Spondylus spp. memiliki beberapa mata di sekitar tepi cangkang mereka, dan telah relatif
berkembang dengan baik sistem saraf . Saraf mereka ganglia

terkonsentras di visceral

wilayah, dengan dikenali lobus optik terhubung ke mata. Karakteristik utama adalah dua
Page | 25

bagian dari cangkang mereka berengsel bersama-sama dengan jenis bola-dan-socket engsel,
bukan engsel bergigi seperti lebih sering terjadi pada bivalvia lainnya (Anonim 2011)
Gambar:

Cara pengambilan:
Cangkang bivalva diambil dari pinggir pantai yang sudah mati.

Cara pengawetan:
1. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga
2. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah selama 1 bulan untuk membusukkan biota
didalamnya sehingga mudah dibersihkan.
3. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencuinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%
KLASIFIKASI Sp 1

Filum : Mollusca
Kelas : Bivalva
Ordo : Pteroidae
Famili : Pectinida
Genus : Amuscum
Spesies : Amuscum sp.

Page | 26

Deskripsi :
Tubuhnya mengandung zat kapur, Tubuhnya terdiri atas bagian anterior, posterior, dorsal, dan
ventral, Shell tersusun atas tiga lapisan yaitu peilostracum (luar), prismatic (tengah) nakse
9dalam), Otot-otot terlindung oleh kerangka luar yang berupa kulit keras, Mantel tersusun
dari sel induk mutiara yang mengadakansekresi, Banyak ditemukan di air tawar, laut pada
perairan dangkal maupun dalam,
Sumber : Wijarni dan Arfiati (1984).
Cara Pengambilan :
7. Dilaksanakan pada saat surut rendah
8. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal: dengan snorkeling di tempat agak
dalam (kedalaman 2 5 meter) dan dengan scuba diving (menggunakan tangki gas
yang dilengkapi perangkat selam, regulator, fin, dan pemberat) di tempat yang dalam.
9. Biota diambil dan dikumpulkan dala waring untuk dibawa ke darat.
10. Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya.
11. Biota selanjutnya dibersihkan dari kotoran.
12. Masing-masing biota dicata ciri-cirinya.
Pengawetan :
d. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga.
e. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah tanah selama 1 bulan untuk membusukkan
biota di dalamya sehingga mudah dibersihkan.
f. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencucinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%.

KLASIFIKASI Sp 3

Page | 27

Filum : Mollusca
Kelas : Bivalva
Ordo : Veneroida
Famili : Mesodesmatidae
Genus : Paphies
Spesies : Paphies subtriangulata
Deskripsi :
Habitat di batu atau substrat dengan cara menempel. Bentuk bervariasi, sebagian
memanjang dan ada juga yang persegi. Permukaan mereka memiliki guratan oleh tulang
rusuk radialdan ditutupi beludra periostrakum tebal. Ligamen lebar, engsel lurus bermata dan
memiliki banyak gigi kecil. Memiliki byssus yang digunakan untuk menempel pada batu.
Cangkang halus yang secara substansial lebih besar dari cangkang bahtera lainnya (Jasin
1987).

Page | 28

Cara Pengambilan :
1. Dilaksanakan pada saat surut rendah
2. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal: dengan snorkeling di tempat
agak dalam (kedalaman 2 5 meter) dan dengan scuba diving (menggunakan
tangki gas yang dilengkapi perangkat selam, regulator, fin, dan pemberat) di
3.
4.
5.
6.

tempat yang dalam.


Biota diambil dan dikumpulkan dala waring untuk dibawa ke darat.
Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya.
Biota selanjutnya dibersihkan dari kotoran.
Masing-masing biota dicata ciri-cirinya.

Pengawetan :
a. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga.
b. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah tanah selama 1 bulan untuk
membusukkan biota di dalamya sehingga mudah dibersihkan.
c. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencucinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%.

KLASIFIKASI Sp 2

Filum : Mollusca
Kelas : Bivalva
Ordo : Veronidae
Famili : Donacidae
Genus : Donax
Spesies : Donax cuneatus
Deskripsi :

Page | 29

mempunyai kemampuan untuk bergerak dalam substrat sebagai respon terhadap perubahan
kelembaban subtrat dan perubahan suhu. Habitat Donax sp. Ekosistem perairan pantai di
daerah tropik mengalami perubahan yang cepat akibat adanya perubahan tinggi pasang surut
yang diakibatkan gaya tarik bulan. banyak ditemukan di pantai berpasir yang merupakan
daerah pasang surut (zona intertidal). Pasang surut merupakan faktor lingkungan paling
penting yang mempengaruhi kehidupan zona intertidal. Akan tetapi karena pasang surut
terjadi secara teratur dan dapat diramalkan, maka pasang surut cenderung menimbulkan
irama tertentu pada organisme pantai. Pertumbuhan kerang Donax sp. dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, sehingga pada kondisi lingkungan yang berbeda akan mengakibatkan pola
pertumbuhan yang berbeda pula (Gimin et al., 2004). Energi yang dihasilkan melalui proses
metabolisme makanan digunakan oleh biota air untuk pemeliharaan tubuh, aktifitas dan
reproduksi. Hanya sebagian kecil energi (kurang dari sepertiganya) yang digunakan untuk
pertumbuhan. Laju pertumbuhan yang cepat pada biota air dapat meningkatkan tingkat
kelulushidupan karena menurunnya ancaman dari predator.

Cara Pengambilan :
1. Dilaksanakan pada saat surut rendah
2. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal: dengan snorkeling di tempat agak
dalam (kedalaman 2 5 meter) dan dengan scuba diving (menggunakan tangki gas
3.
4.
5.
6.

yang dilengkapi perangkat selam, regulator, fin, dan pemberat) di tempat yang dalam.
Biota diambil dan dikumpulkan dala waring untuk dibawa ke darat.
Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya.
Biota selanjutnya dibersihkan dari kotoran.
Masing-masing biota dicata ciri-cirinya.

Pengawetan :
a. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga.
b. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah tanah selama 1 bulan untuk
membusukkan biota di dalamya sehingga mudah dibersihkan.
c. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencucinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan

menggunakan HCl 10%.


Polymesoda erosa

Page | 30

Klasifkasi
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Sub Kelas : Heterodonta
Ordo : Veroida
Famili : Corbiludae
Genus : Polymesoda,
Spesies : Polymesoda erosa

Deskripsi: Hidup di laut dangkal. Bentuk cangkang seperti piring atau cawan terdiri dari dua
katub yang bilateral simetris, pipih pada bagian pinggirnya dan cembung pada bagian tengah
cangkang, bentuk cangkang yang equivalve atau berbentuk segitiga yang membulat, tebal,
flexure jelas mulai dari umbo sampai dengan tepi posterior . Kedua katub dihubungkan oleh
hinge ligamen dan dengan bantuan otot aduktor berfungsi untuk membuka atau menutup
cangkang. Secara morfologis cangkang berfungsi untuk melindungi organ tubuh bagian
dalam yang lunak dari serangan predator dan faktor lingkungan yang lain. Sedang fungsi
lainnya adalah untuk mengatur aliran air secara tetap melalui insang untuk pertukaran udara
dan pengumpulan makanan. Di hutan mangrove air payau dan di sungai-sungai besar.
Umumnya kerang kepah hidup pada substrat yang berlumpur dan substratnya mengandung
80 90% pasir kasar berdiameter lebih dari 40 mikrometer. Substrat bersifat asam dengan pH
antara 5,35 6,40 serta bergaram (Dharma, 1998)

Page | 31

Cara pengambilan:
1. Dilaksanakan pada saat surut rendah
2. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal; dengan snorkeling di tempat agak
dalam (kedalaman 2-5 meter), dengan scuba diving (menggunakan tangki gas yang
dilengkapi dengan perangkat selam, regulator, fin dan pemberat ) ditempat yang
dalam
3. Biota diambil dan dikumpulkan dalam ember untuk dibawa ke darat
4. Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya
5. Biota dibersihkan dari kotoran
6. Biota yang sudah dibersihkan dimasukkan ke dalam plastik dan dibungkus kotak
Cara pengawetan
1. Sampel direndam dengan air tawar
2. Kemudian digosok dan dibersihkan dengan cara mencucinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar dapat dikuas dengan menggunakan
HCL 10%

2.4. Karang
Porites sp

Page | 32

Kingdom

Filum

: Cnidaria

Kelas

: Anthozoa

Ordo

: Scleractinia

Sub Ordo

: Fungiina

Family

: Poritidae

Genus

: Porites

Spesies

: Porites sp

Animalia

Deskripsi :
Merupakan polip berbatu kecil ( SPS ), sering disebut sebagai Finger Permata ,
Jewel, atau Finger Coral . Sementara bentuk percabangan hijau atau kuning yang paling
umum ditemukan dalam berbagai bentuk dan bentuk warna. Memiliki tentakel yang sangat
pendek, membutuhkan tingkat cahaya yang tinggi dikombinasikan dengan gerakan air yang
kuat. Tentakel terlihat jelas pada malam hari dan bersifat nokturnal. Memakan mikro
plankton yang terbawa oleh arus laut. Hidup pada kondisi Ph 8.1-8.4 pada suhu 72-78 oC.
Warna koloni biasanya hijau dan kuning. Berasal dari Fiji, Maricultured Tonga, Toga
(Nybakken, 1994).
Cara Pengambilan :
1. Dilaksanakan pada saat surut rendah

Page | 33

2. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal: dengan snorkeling di tempat agak
dalam (kedalaman 2 5 meter) dan dengan scuba diving (menggunakan tangki gas
3.
4.
5.
6.

yang dilengkapi perangkat selam, regulator, fin, dan pemberat) di tempat yang dalam.
Biota diambil dan dikumpulkan dala waring untuk dibawa ke darat.
Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya.
Biota selanjutnya dibersihkan dari kotoran.
Masing-masing biota dicata ciri-cirinya.

Pengawetan :
a. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga.
b. Sampel yang diambil

dikubur dalam

tanah tanah selama 1

bulan

membusukkan biota di

dalamya

sehingga
mudah
c. Setelah itu diambil dan

untuk

dibersihkan.
dibersihkan

dengan cara mencucinya

dengan

Untuk

cangkang yang

mendapatkan

air.

baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan menggunakan HCl 10%.

Heliopora sp

Kingdom

: Animalia

Filum

: Cnidaria

Kelas

: Anthozoa

Sub kelas

: Octocorallia

Ordo

: Helioporacea
Page | 34

Famili

: Helioporidae

Genus

: Heliopora

Spesies

: Heliopora sp

Deskripsi :
Karang biru menghasilkan kerangka besar. Kerangka ini dibentuk dari aragonit ,
mirip dengan scleractinia . Polip individu hidup dalam tabung dalam kerangka dan
dihubungkan oleh lapisan tipis jaringan selama di luar kerangka . Ditemukan secara luas di
seluruh Indo - Pasifik termasuk Kepulauan Ryukyu di barat daya Jepang , Coral Sea di timur
laut Australia dan Samoa Amerika . Koloni terbesar di dunia diperkirakan di Pulau Ishigaki
Kepulauan Yaeyama , di barat daya Jepang . Karena warna biru yang tidak biasa dan menjadi
cukup toleran terhadap kondisi itu dapat digunakan dalam akuarium tropis (Barnes, 1982).
Cara Pengambilan :
1. Dilaksanakan pada saat surut rendah
2. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal: dengan snorkeling di tempat agak
dalam (kedalaman 2 5 meter) dan dengan scuba diving (menggunakan tangki gas
3.
4.
5.
6.

yang dilengkapi perangkat selam, regulator, fin, dan pemberat) di tempat yang dalam.
Biota diambil dan dikumpulkan dala waring untuk dibawa ke darat.
Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya.
Biota selanjutnya dibersihkan dari kotoran.
Masing-masing biota dicata ciri-cirinya.

Pengawetan :
a. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga.
b. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah tanah selama 1 bulan untuk membusukkan
biota di dalamya sehingga mudah dibersihkan.
c. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencucinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%.

Porites sp

Page | 35

Kingdom

: Animalia

Filum

: Cnidaria

Kelas

: Anthozoa

Ordo

: Scleractinia

Sub Ordo

: Fungiina

Family

: Poritidae

Genus

: Porites

Spesies

: Porites sp

Deskripsi :
Merupakan polip berbatu kecil ( SPS ), sering disebut sebagai Finger Permata ,
Jewel, atau Finger Coral . Sementara bentuk percabangan hijau atau kuning yang paling
umum ditemukan dalam berbagai bentuk dan bentuk warna. Memiliki tentakel yang sangat
pendek, membutuhkan tingkat cahaya yang tinggi dikombinasikan dengan gerakan air yang
kuat. Tentakel terlihat jelas pada malam hari dan bersifat nokturnal. Memakan mikro
plankton yang terbawa oleh arus laut. Hidup pada kondisi Ph 8.1-8.4 pada suhu 72-78 oC.
Warna koloni biasanya hijau dan kuning. Berasal dari Fiji, Maricultured Tonga, Toga
(Nybakken, 1994).
Cara Pengambilan :
1. Dilaksanakan pada saat surut rendah
Page | 36

2. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal: dengan snorkeling di tempat agak
dalam (kedalaman 2 5 meter) dan dengan scuba diving (menggunakan tangki gas
3.
4.
5.
6.

yang dilengkapi perangkat selam, regulator, fin, dan pemberat) di tempat yang dalam.
Biota diambil dan dikumpulkan dala waring untuk dibawa ke darat.
Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya.
Biota selanjutnya dibersihkan dari kotoran.
Masing-masing biota dicata ciri-cirinya.

Pengawetan :
a. Sampel digosok dan dibersihkan dari alga.
b. Sampel yang diambil dikubur dalam tanah tanah selama 1 bulan untuk membusukkan
biota di dalamya sehingga mudah dibersihkan.
c. Setelah itu diambil dan dibersihkan dengan cara mencucinya dengan air. Untuk
mendapatkan cangkang yang baik, bagian luar selanjutnya dikuas dengan
menggunakan HCl 10%.

2.5. Bintang Laut


BINTANG LAUT (Asteroidea sp)

Kingdom

: Animalia

Phylum

: Echinodermata

Class

: Asteroidea

Genus

: Asteroidea

Spesies

: Asteroidea sp

Deskripsi :
Page | 37

Tubuh bintang laut umumnya berbentuk simetris radial (cakram) dengan 4-5 lengan.
Pada beberapa jenis tertentu, jumlah lengan dapat mencapai 40 buah. Mulut bintang laut
terletak di tengah cakram pada sisi bawah tubuh. Di bawah lengan bintang laut terdapat alur
yang dalam mulai dari mulut hingga ujung lengan yang disebut celah ambulakral. Di dalam
celah ambulakral bintang laut terdapat kaki tabung dengan ujung yang lengket berfungsi
sebagai alat untuk beregerak. Bintik mata yang peka terhadap cahaya terdapat di ujung
lengan. Di sisi atas (daerah aboral) bintang laut terdapat anus dan lubang tempat masuknya
air yang disebut madreporit.Kulit atas bintang laut umumnya kasap, keras dan ada yang
berduri

untuk

mempertahankan

diri.

Makanan

bintang

laut

terdiri

dari

ikan,tiram,kerang,teritip,keong,cacing,polip karang,crustacean dan lain-lain (Kastawi,2003).


Mulutnya di sebelah kerongkongan yang pendek yang berhubungan dengan lambung
yang besar. Makanannya dicerna oleh getah di lambung dan diisap, kemudian dikirim kelima
cabang usus.kelima cabang ususu ini bercabang-cabang lagi dan merupakan saluran
makanan. Kemudian sisanya dikeluarkan melalui anus. Jenis hewan ini berbentuk bintang
dengan 5 lengan. Mereka bergerak dengan menggunakan sistem vaskular air. Bintang laut
sebenarnya adalah makhluk hidup yang bebas, namun dikarenakan ketiadaannya organ gerak
yang memadai, bintang laut hanya bergerak mengikuti arus air laut

hewan ini banyak

dijumpai di pantai. Bintang laut memiliki kekuatan regenerasi yang mengagumkan. Apabila
satu lengan putus, lengan baru akan tumbuh kembali. Bila cakram tengah ditempelkan ke
tangan yang terpotong, individu baru dapat tumbuh dari bagian yang terpotong tersebut.
Bintang laut berkembang biak dengan cara bertelur. Sistem ekskresi pada bintang laut tidak
ada. Pertukaran gas terjadi melalui insang kecil yang merupakan pemanjangan kulit. Oksigen
dan karbon dioksida dapat masuk ke organ tubuh melalui cairan selom. Sistem transportasi
atau peredaran darah Echinodermata umumnya tereduksi, sukar diamati. Sistem peredaran
darah terdiri dari pembuluh darah yang mengelilingi mulut dan dihubungkan dengan lima
buah pembuluh radial ke setiap bagian lengan. Hewan ini bernafas dengan menggunakan
insang kulit, yaitu penonjolan dinding rongga tubuh (selom) yang tipis. Tonjolan ini di
lindungi oleh silia dan pediselaria (Kastawi,2003).
Echinodermata mempunyai jenis kelamin terpisah, sehingga ada yang jantan dan
betina. Fertilisasi terjadi di luar tubuh, yaitu di dalam air laut. Telur yang telah dibuahi akan
membelah secara cepat menghasilkan blastula, dan selanjutnya berkembang menjadi gastrula.
Gastrula ini berkembang menjadi larva. Larva atau disebut juga bipinnaria berbentuk bilateral
Page | 38

simetri. Larva ini berenang bebas di dalam air mencari tempat yang cocok hingga menjadi
branchidaria, lalu mengalami metamorfosis dan akhirnya menjadi dewasa. Setelah dewasa
bentuk tubuhnya berubah menjadi radial simetri. Habitat bintang laut ini adalah di terumbu
karang, terutama di lereng terumbu pada kedalaman 2 sampai 6 m. Ada yang ditemukan di
paparan terumbu yang terbuka pada saat air surut dan ada yang ditemukan di terumbu karang
hidup pada kedalaman 33 m. Di Great Barrier Reef, Australia, hewan ini dijumpai di semua
kedalaman yang tidakmelebihi 60 m (Jasin, 1984).
CaraPengambilan :

Cara Pengawetan :

2.6. Bintang Ular


Ophiuroidea brevispinum

Kingdom

: Animalia

Filum

: Echinodermata

Kelas

: Ophiuroidea

Ordo

: Valvatida
Page | 39

Famili

: Ophiuroidae

Genus

: Ophiuroidea

Spesies

: Ophiuroidea brevispinum

Deskripsi :
Habitatnya di perairan besar, dari kutub sampai tropis. Umumya memilik 5 lengan yang
berbentuk cambuk yang panjangnya biasanya mencapai 60cm pada spesimen terbesar.
Memiliki rangka dari Ca karbonat. Bentuk tubuhnya mirip asteroidea. Kelima lengan
menempel pada cakram pusat yang disebut kaliks. Ophiuroidea memilik 5 rahang, tidak
memilik anus, jenis kelami terpisah. Hewan ini melepaskan sel kelamin ke air dan hasil
pembuahannya akan menjadi larva mikroskopis yang lengannya bersilia disebut pluteus,
kemudian bermetamorfosis menjadi seperti bintang laut dan kemudian menjadi bintang ular.
Hewan ini memangsa dengan cara makanan dipegang dengan 1 atau lebih lengannya,
kemudian dihentakkan dengan bantuan tentakel dimasukkan ke dalam mulut. Hewan ini
bergerak dengan lengan yang flexibel (Mukayat 1989).
Mukayat, Brotowidjojo. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta
Cara Pengambilan :
1. Dilaksanakan pada saat surut rendah
2. Dilakukan dengan berjalan kaki di daerah dangkal: dengan snorkeling di tempat agak
dalam (kedalaman 2 5 meter) dan dengan scuba diving (menggunakan tangki gas
3.
4.
5.
6.

yang dilengkapi perangkat selam, regulator, fin, dan pemberat) di tempat yang dalam.
Biota diambil dan dikumpulkan dala waring untuk dibawa ke darat.
Pisahkan, kelompokkan biota berdasarkan jenisnya.
Biota selanjutnya dibersihkan dari kotoran.
Masing-masing biota dicata ciri-cirinya.

Cara Pengawetan :
Bintang ular dimasukkan ke dalam wadah berisi formalin 10%.

2.7. Bintang Bantal


Culcita sp
Page | 40

Kingdom

Animalia

Filum

Echinodermata

Kelas

Asteroidea

Ordo

Forcipulata

Famili

Oreasteridae

Genus

Culcita

Spesies

Culcita sp.

Deskripsi :
Culcita sp. merupakan jenis bintang laut yang memiliki lengan, berbentuk segi
lima, tubuhnya tebal seperti roti. Warna tubuh dari bintang laut ini adalah kuning kecoklatan.
Hidupnya di daerah terumbu karang, dasar berpasir, dan padang lamun. Bintang laut
bentuknya mengikuti kontur permukaan bebatuan.Hewan ini pada umumnya menempati
daerah yang digenangi air. Bintang laut berbentuk simetris radial, permukaan bagian
bawahnyamemiliki

kaki

tabung,

yang

masing-masing

dapat

bertindak

sebagai

cakrampenyedot. Bintang laut mengkoordinasikan kaki tabungnya untuk menempel


padabebatuan dan atau untuk merangkak secara perlahan-lahan, sementara kaki tabung
tersebut memanjang, mencengkeram sekali lagi. Bintang laut juga menggunakan kaki
tabungnya untuk menjerat mangsa, antara lain remis dan tiram (Lariman, 2011). Mempunyai
susunan tubuh bersimetri lima (pentraradial simetri), tubuh berbentuk cakram yang di
dalamnya terdapat sistem pencernaan, sistem respirasi, dan sistem saraf. Tubuh dilindungi
oleh lempeng kapur berbentuk perisai (ossicles). Mulut dan anus terletak di sisi yang sama
yaitu di sisi oral (Safitri, 2010).
Mulai dari mulut memanjang ke esofagus yang pendek, terus kebagian kardiak
lambung. Bagian kardiak lambung dapat ditonjolkan melalui mulut untuk menangkap
makanan dan mencernakannya, baru kemudian lambung bagian kardiak itu ditarik
Page | 41

kembali.Dengan demikian, usus-usus dan anus tidak berfungsi. Tabung telapak itu cekung
berhubungan dengan saluran-saluran radier yang ada di atap celah ambulaklar. Saluransaluran radier lalu bergabung dengan saluran-saluran sirkular di dalam cakram terdapat pula
cincin. Saraf dalam cakram pada tiap penjaluran tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi
ventral (Campbell, 2003).
Cara Pengambilan :

Cara Pengawetan :

2.8. Timun Laut


TIMUN LAUT (Holothuria sp)

Kingdom

: Animalia

Page | 42

Phylum

: Echinodermata

Class

: Holothuroidea

Genus

: Holothuria

Spesies

: Holothuria sp

Deskripsi :
Teripang adalah biota laut yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir,
lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu yang. merupakan salah satu sumber
protein hewani dan telah lama dikonsumsi oleh masyarakat didalam maupun diluar negeri.
Teripang merupakan komponen penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan
ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang adalah
hewan avertebrata (Holothuroidea) yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di lingkungan laut
diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia
dan Samudra Pasifik Barat. Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit
feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder) ( Hutabarat, 1985).
Bentuk badan teripang memanjang mirip mentimun. Oleh karena itu, hewan ini
biasa disebut mentimun laut atau sea cucumber. Mulut dan anus terdapat di kedua ujung
badannya. Bagian punggung-nya berwarna abu-abu dengan pita putih atau kekuningan
memanjang secara horizontal. Bagian bawah tubuhnya berwarna putih dan berbintik-bintik
hitam/gelap. Kematangan gonad hewan air berumah dua (diosis) ini pertama kali terjadi pada
ukuran rata-rata 220 mm. Seekor teripang betina mampu menghasilkan telur dalam jumlah
yang sangat banyak hingga mencapai sekitar 1,9 juta butir telur. Daur hidup hewan ini
dimulai dengan telur yang dibuahi yang akan menetas dalam waktu sekitar 2 hari. Banyak
sekali manfaat teripang dalam menyembuhkan berbagai penyakit degeneratif seperti : Stroke,
Jantung Koroner, Kencing Manis & Luka Gangren, Kanker (Tumor), Gagal Ginjal, Chirosis
Hepatis, Asam Urat, Rhematik, Wasir, Esteoporosis (Pengeroposan Tulang), dll. Adapun sifat
menarik yang terdapat pada timun laut, teripang yaitu jika teripang dipegang secara kasar
dapat mengeluarkan sebagian besaar isi perutnya melalui anus atau mulut (Romimohtarto,
2005).
Cara Pengambilan :

Page | 43

Cara Pengawetan :

2.9. Ikan
Ikan peperek/keke (Leiognathus decorus)

Klasifikasi ikan keke


Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Actinopterygii
Order: Perciformes - perch-like fishes
Family: Leiognathidae
Genus: Leiognathus
Species: Leiognathus decorus
Badannya benar-benar pipih dan licin. Kepala lonjong keatas, punggungnya sangat
kecil di bagian permukaan. Selaput insang bersatu dengan isthmus. Mulut sangat kecil dan
protractile. Tidak ada gigi pada langit mulutnya sedangkan pada keluarga Pseudobranchiae
memiliki gigi pada langit mulut. Sirip bagian punggung duri berjumlah 8 atau 9 yang
besambung agak tegak di bagian depan; bagian belakang memiliki sirip lembut yang terang
berjumlah 14-16. 3 duri terletak di bagian sirip ekor; sirip duri bagian depan dan ekor dengan
bentuk bulan sabit. Sebuah kelopak yang bersisik terletak pada dasar sirip bagian punggung
Page | 44

dan ekor untuk hewan bertulang belakang yang berjumlah 22-23. Semua spesies memiliki
organ kerongkongan yang terang. Juga dicatat bahwa hasil produksi makanan ikan ini
berbentuk lendir (mucus).

Ikan kembung (Rastrelliger spp)

R.

R. faughni

Phylum: Chordata
Subphylum: Vertebrata
Kelas: Pisces
Subkelas: Teleostei

R.

Ordo: Perciformes
Subordo: Scombroidea
Famili: Scombroidae
Spesies: Rastrelliger kanagurta (Indian mackerel/Pacific)
Rastrelliger brachysoma (Short-bodied mackerel)
Rastrelliger faughni (Faughns mackerel)
Spesies ikan kembung menurut Saanin (1968) terdiri atas Rastrelliger kanagurta,
Rastrelliger neglectus dan Rastrelliger branchysoma. Yang disebut sebagai ikan kembung di
sini adalah spesies Rastrelliger branchysoma dengan nama lain sebagai kembung perempuan.
Ikan kembung mempunyai bentuk tubuh pipih agak lebar. Panjang kepala sama atau sedikit
lebih pendek dari tinggi badan. Panjang baku 3,7-4,3 kali badan. Warna tubuh keperakan dan
pada bagian punggung hijau kebiruan. Ikan kembung yang sering tertangkap berukuran 16
cm. Makanan ikan kembung terdiri dari diatom 31%, organisme lainnya 9% dan jasad tidak
teridentifikasi 60% (Puslitbangkan 1994).

Page | 45

Ikan kembung merupakan ikan pelagis kecil yang termasuk dalam famili Scombridae.
Ciri meristik ikan kembung adalah sirip punggungnya terpisah menjadi dua bagian. Sirip
punggung pertama berjari-jari keras 10, sedangkan sirip punggung yang kedua berjari-jari
lemah 11-12. Sirip dada (pectoral) terdiri dari 16-19 jari-jari lemah, sirip perut (ventral)
terdiri dari 7-8 jari-jari lemah, sirip ekor (caudal) terdiri dari 50-52 jari-jari lemah bercabang
dan sisik pada gurat sisi (linea lateralis) terdiri dari 127-130 buah sisik (Collette dan Nauen
1983).
Kembung melakukan migrasi untuk memijah dan mencari makan (Rounsefell dan
Everhart 1962). Susanto (1961) secara spesifik berpendapat bahwa, kembung perempuan
melakukan migrasi untuk mencari makanan dan mencari daerah pemijahan. Selain itu, faktor
yang mempengaruhi migrasi adalah kekuatan angin dan arus. Ikan kembung perempuan yang
menyebar di perairan dekat pantai karena mereka hidup pada perairan dengan kadar garam
rendah (Pasaribu 1967). Ikan kembung umumnya memijah pada sekitar musim Barat
(Nurhakim 1993).
Beberapa ahli telah menduga tempat dan waktu pemijahan ikan kembung. Ikan
kembung perempuan mempunyai musim pemijahan selama beberapa bulan yang berlangsung
dari bulan Mei-Oktober di Tanjung Satai (Kalimantan Barat). Ikan kembung lelaki
mempunyai dua musim pemijahan di Laut Jawa, yaitu berlangsung dalam musim Barat dari
Oktober-Februari dan musim Timur dari bulan Juni-September. Jenis ini diduga banyak
memijah di sebelah Utara Tanjung Satai, Laut Cina Selatan, Samudera Hindia dan Laut
Flores (Burhanuddin et al. 1984).
Nurhakim (1993) menyatakan bahwa, waktu pemijahan diduga berlangsung antara
bulan April-Agustus dan Desember dengan puncak pemijahan pada bulan Agustus. Daerah
pemijahan diduga sekitar Kepulauan Karimun Jawa dan Matasari. Chisastit (1962) menduga
bahwa migrasi ikan kembung perempuan dijumpai pada musim pemijahan. Ikan kembung
yang mature mungkin sekali a b pergi ke daerah pemijahan dari daerah pantai, dan ikan
juvenil akan ke pantai untuk mencari makan. Kelompok ikan kembung dapat ditemukan
dengan melihat tanda-tanda di laut pada siang hari. Tanda-tanda itu seperti perairan kelihatan
lebih pekat dari sekelilingnya serta adanya percikan-percikan yang disebabkan gerakan
kelompok ikan tersebut. Tanda ini adalah khas untuk kembung perempuan. Pada malam hari
dalam keadaan gelap kembung perempuan berada di lapisan permukaan. Bagian punggung
ikan ini kelihatan berkilau-kilau. Adanya cahaya memudahkan penemuan ikan ini. Itu pula
Page | 46

sebabnya penangkapan ikan ini umumnya dilakukan pada malam hari dalam keadaan gelap
(Pasaribu 1967).
Nontji (1987) mengatakan bahwa, ikan kembung lelaki dan ikan kembung perempuan
hidup dari plankton yang ditangkapnya dengan tapis insang. Ikan kembung perempuan
mempunyai tapis insang lebih halus karena plankton yang dimakan terdiri dari planktonplankton kecil seperti diatom dan copepoda, sebaliknya tapis insang kembung lelaki lebih
besar karena memakan plankton yang lebih besar.

Ikan bentong/buncilak, selar como (Alepes djeddaba)


Klasifikasi ikan buncilak
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Order : Perciformes
Suborder : Percoidei
Superfamily : Percoidea
Family : Carangidae
Genus : Alepes
Spesies : Alepes djeddaba
Buncilak merupakan satu famili dengan belado kuning yaitu famili Carangidae. Nama
Indonesia biasanya disebut Selar como (Alepes djeddaba) dan nama Inggrisnya disebut
Shrimp scad. Ikan ini memiliki tinggi melebar dan sedikit membulat. Profil tubuh bagian
punggung dan perut berbentuk cembung. Diameter mata sebesar 3,54 kali panjang kepala.
Sirip punggung pertama dengan sebuah duri keras yang menghadap ke depan diikuti oleh 8
duri-duri keras lainnya. Sirip punggung kedua dengan sebuah duri keras dan 23-25 duri-duri
Page | 47

lunak. Sirip dubur dengan duri-duri keras terpisah diikuti oleh sebuah duri keras dan 18-20
duri-duri lunak. Bagian dada bersisik. Gurat sisi sangat melengkung bagian belakang. Warna
hijau/biru bagian atas, putih keperakan bagian bawah. Terdapat noktah hitam di pinggir atas
tutup insang. Sirip-sirip kuning pucat, terutama sirip ekor.
Ikan buncilak yang berukuran muda, yaitu 150-199 mm dan 240-319 mm memakan
makanan utamanya dari jenis crustacean seperti decapoda, ostrocoda, amphipoda dan
cladoceran, ketika ikan buncilak yang berukuran 200-239 mm pada umumnya mengkonsumsi
ostrocoda dan jenis crustacean lainnya. Buncilak hidup di habitat perairan pantai yang
berkarang dan banyak mengandung crustacean berukuran kecil. Alat tangkap yang digunakan
untuk menangkap ini adalah trawl dasar, purse seine dan bubu.
Daerah penyebaran ikan buncilak sepanjang daerah perairan Indo-Pasifik sampai
Afrika Utara bagian selatan, sepanjang pantai Afrika Timur, India, Asia, Indonesia, Australia
bagian selatan, Jepang hingga ke perairan Hawai. Pada umumnya ikan ini hidup berkelompok
di perairan pantai yang berkarang dan berpasir bahkan di perairan berlumpur. Adakalanya
ikan ini ditemukan pada lingkungan laut lepas.

Ikan teri (Stolephorus commersonii)

Kerajaan:Animalia
Filum:Chordata
Kelas:Actinopterygii
Ordo:Clupeiformes
Famili:Engraulidae
Genus:Stolephorus
Spesies: Stolephorus commersonii

Page | 48

Ikan teri termasuk kedalam famili Engraulidae (Anchovies), ordo Clupeiformes


(herrings), kelas Actinopterygii (ray-finned fishes) dengan nama perdagangan adalah
Commersons anchovy. Ikan teri jantan memiliki panjang 10 cm. Ikan ini masuk kedalam
kelompok pelagis yang hidup di air laut dan tawar pada kedalaman 0-50 m serta bersifat
anadromous. Selain itu teri hidup di daerah tropis dengan posisi 27 00' LU 24 00' LS dan
3800' BT 155 00' BT.
Ikan teri mempunyai sirip anal soft sebanyak 18-19, bentuk perut yang bulat,
ramping, dan gigi kecil terdapat di tulang hyoid. Ujung rahang menjangkau atau bagian
batasan per-operkulum sedikit mengarah ke belakang, berbentuk cembung dan bulat. Otot
isthmus yang lancip mengarah ke bawah, warna tubuh transparancoklat muda dengan
sepasang dark patches (linea lateralis) yang bersambung dengan sepasang garis ke arah sirip
ekor berwarna putih.
Penyebaran ikan teri secara bergerombolan terdapat di perairan Atlantik, Samudera
India dan Samudera Pasifik biasanya dapat hidup di perairan dasar terumbu karang dan
daerah estuaria yang beriklim tropis. Beberapa di antaranya dapat hidup atau bertahan hidup
di perairan air payau. Selain itu, gerombolan ikan teri dapat di jumpai di perairan estuaria
Godavari, India selama 5 bulan dari bulan Februari sampai Juni pada salinitas 19,632 ppt
tetapi gerombolan ikan teri hampir secara total ada pada musim banyaknya fitoplankton.
Makanan utama adalah plankton yang ada di permukaan laut tapi kadang-kadang memakan
larva udang dan kerang-kerangan.

Ikan Albakora (Thunnus alalunga)

Kerajaan:Animalia
Filum:Chordata
Kelas:Actinopterygii
Ordo:Perciformes
Famili:Skombride
Page | 49

Upafamili:Scombrinae
Genus:Thunnus
Upagenus:Thunnus
Spesies:Thunnus alalunga
Ordo Percomorphi (Sub ordo Scombroidea), Famili Skombride, Genus Thunnus.
Badan memanjang seperti torpedo. Mata agak besar. Tergolong tuna besar. Tapisan insang 2531 pada bujur insang pertama. Sirip dada memanjang seperti pedang dapat mencapai jari-jari
lepas kedua dari sirip punggungnya. Lunas kuat pada batang ekor diapit oleh dua lunas kecil
pada ujungnya. Terdapat dua cuping di antara sirip perut. Sisik-sisik kecil, halus; Pada
korselet tumbuh sisik besar tetapi tidak nyata. Sirip punggung pertama berjari-jari keras 1314, dan 14 jari-jari lemah pada sirip punggung kedua, diikuti 7-8 jari-jari sirip lepas.
Termasuk ikan buas, karnivora, predator. Jenis-jenis yang kecil hidup bergerombol. Hidup
diperairan lepas pantai lautan terbuka. Warna bagian atas hitam kebiruan, mengkilat, putih
perak bagian bawah. Sirip punggung pertama sedikit keabuan dengan warna kuning yang
terpendam, pinggiran atas kegelapan. Sirip punggung kedua, dan dubur gelap kekuningan.
Batas belakang sirip ekor keputihan. Ukuran d apat mencapai panjang 137 cm, umumnya 40100 cm.
Albakora (Thunnus alalunga) merupakan jenis ikan tuna yang paling kecil, tumbuh
hingga 1,4 meter dengan berat 60 kg. Umurnya sampai 9 tahun. Ikan ini tersebar luas di
seluruh daerah tropis. Ikan ini hidup di laut lepas sampai kedalaman 600 meter. Sering
bergerombol dalam jumlah sangat besar dengan ikan tuna lainnya. Ikan matang kelamin
setelah panjangnya mencapai 90 cm. waktu perkembang-biakan sekitar 1,4-4,4 tahun untuk
menggandakan populasinya. Jumlah telurnya dua juta butir (Kuncoro dan Wiharto, 2009).

Ikan Madidihang (Thunnus albacares)

Kerajaan:

Animalia

Page | 50

Filum:

Chordata

Kelas:

Actinopterygii

Ordo:

Perciformes

Famili:

Scombridae

Genus:

Thunnus

Spesies:

T. albacares

Ikan Madidihang atau tuna

sirip

kuning (Thunnus

albacares)

adalah

sejenis ikan pelagis besar yang mengembara di lautan tropikadan ugahari di seluruh dunia.
Ikan ini merupakan salah satu jenis tuna yang terbesar, meski masih kalah besar jika
dibandingkan dengan tuna sirip biru dan tuna mata besar. Madidihang juga merupakan ikan
tangkapan samudra yang penting karena bernilai ekonomi tinggi. Dalam perdagangan dunia,
ikan ini dikenal sebagai yellowfin tuna (Ingg.) dan juga albacore (Pr. dan Sp.).
Madidihang dewasa memiliki tubuh yang berukuran besar, dengan panjang dari ujung
moncong hingga ujung percabangan sirip ekor (FL, fork length) mencapai 195 cm; namun
umumnya hingga 150 cm. Bentuknya gilig panjang serupa torpedo (fusiform), agak memipih
dari sisi ke sisi. Sirip punggung (dorsal) terdiri dari dua berkas, terpisah oleh celah yang kecil
saja; berkas yang kedua segera diikuti oleh 810 sirip-sirip tambahan berukuran kecil (finlet).
Sirip analdiikuti oleh 710 finlet. Pada spesimen berukuran besar, sirip punggung kedua dan
sirip anal ini kadang-kadang memanjang hingga 20% FL. Sirip dada (pectoral) lumayan
panjang (2231% FL), biasanya mencapai pangkal bagian depan sirip dorsal kedua, namun
tidak melewati pangkal bagian belakangnya. Ada dua lipatan kulit (tonjolan interpelvis) di
antara sirip-sirip perut. Batang ekor amat ramping, dengan sebuah lunas samping yang kuat
di tiap-tiap sisi, yang masing-masing diapit oleh dua lunas yang lebih kecil. [1] Sirip ekor
bercabang kuat (forked, bercagak).
Punggungnya berwarna biru gelap metalik, berangsur-angsur berubah menjadi kekuningan
atau keperakan di bagian perut. Sirip-sirip punggung kedua dan anal, serta finlet-finlet yang
mengikutinya, berwarna kuning cerah, yang menjadi asal namanya. Bagian perut kadangkadang dihiasi oleh sekitar 20 garis putus-putus yang hampir vertikal arahnya.[1]
Page | 51

Madidihang dapat mencapai berat melebihi 300 pon (136 kg), walau demikian ini masih jauh
di bawah tuna sirip biru Pasifik (Thunnus orientalis) yang bisa memiliki berat lebih dari 1000
pon (454 kg), dan juga sedikit di bawah tuna mata besar (Thunnus obesus) dan tuna sirip biru
selatan (Thunnus maccoyii). Ukuran madidihang yang tercatat dalam literatur adalah hingga
sepanjang 239 cm dan seberat 200 kg.
Ikan ini dapat tumbuh sampai 239 cm dengan berat maksimal dua kwintal. Umurnya
7 sampai 9 tahun, tersebar luas di perairan tropis dan subtropis tetapi tidak ada di Laut
Mediterania. Hidup di laut dalam sampai kedalaman 250 meter. Daya berbiaknya cepat,
karena hanya butuh waktu 1,4-4,4 tahun untuk menggandakan populasinya. Jumlah telurnya
sekitar 200 ribu butir. Ikan ini jarang terlihat di sekitar karang. Hidup berkelompok dalam
jumlah sedang sampai besar. Kadang bergerombol dengan ikan lumba-lumba. Sangat sensitif
dengan kandungan oksigen terlarut, sehingga jarang ditemukan di bawah kedalaman 250
meter (Kuncoro dan Wiharto, 2009).

Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)

Kerajaan:

Animalia

Filum:

Chordata

Kelas:

Actinopterygii

Ordo:

Perciformes

Famili:

Skombride

Genus:

Katsuwonus
Kishinouye, 1915

Spesies:

K. pelamis

Ikan Cakalang (Katsuwonus


dari familia Skombride (tuna).

pelamis)

Satu-satunya

adalah

spesies

ikan

berukuran

dari genusKatsuwonus.

sedang
Cakalang
Page | 52

terbesar, panjang tubuhnya bisa mencapai 1 m dengan berat lebih dari 18 kg. Cakalang yang
banyak

tertangkap

berukuran

panjang

sekitar

50

cm.

Nama-nama

lainnya

di

antaranya cakalan, cakang, kausa, kambojo, karamojo, turingan, dan ada pula yang
menyebutnya tongkol. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai skipjack tuna. Ikan cakalang
merupakan ikan yang bersifat pelagis dan oceanik, cenderung berkelompok di lapisan
permukaan air dan makanan utamanya ikan, cephalopoda serta crustacea. Ikan ini tersebar
luas di Perairan Indonesia bagian timur (Sriyono, et al., 2010).
Tubuh berbentuk memanjang dan agak bulat (fusiform), dengan dua sirip punggung yang
terpisah. Sirip punggung pertama terdiri dari XIV-XVI jari-jari tajam. Sirip punggung kedua
yang terdiri dari 14-15 jari-jari lunak, diikuti oleh 7-9 sirip tambahan berukuran kecil
(finlet).Sirip dubur berjumlah 14-15 jari-jari, diikuti oleh 7-8 finlet. Sirip dada pendek,
dengan 26-27 jari-jari lunak. Di antara sirip perut terdapat dua lipatan kulit yang disebut taju
interpelvis. Busur (lengkung) insang yang pertama memiliki 53-63 sisir saring.[1]
Bagian punggung berwarna biru keungu-unguan hingga gelap. Bagian perut dan bagian
bawah berwarna keperakan, dengan 4 hingga 6 garis-garis berwarna hitam yang memanjang
di samping badan. Tubuh tanpa sisik kecuali pada bagian barut badan (corselet) dan gurat
sisi. Pada kedua sisi batang ekor terdapat sebuah lunas samping yang kuat, masing-masing
diapit oleh dua lunas yang lebih kecil.

Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)

Kerajaan:

Animalia

Filum:

Chordata

Kelas:

Actinopterygii

Ordo:

Perciformes

Famili:

Scombridae

Genus:

Euthynnus
Page | 53

Spesies:

E. affinis

Tongkol, tongkol como, tongkol komo, atau tongkol kurik (Euthynnus affinis)
adalah sejenis ikan laut dari suku Scombridae. Terutama menjelajah di perairan dangkal dekat
pesisir di kawasan Indo-Pasifik Barat, tongkol merupakan salah satu jenis ikan tangkapan
yang

penting

bagi nelayan.

Dalam

perdagangan

internasional

dikenal

sebagai kawakawa, little tuna, mackerel tuna, ataufalse albacore. Ikan ini menyebar di
perairan hangat. Tongkol lisong tergolong spesies ikan yang yang epipelagis, neritik serta
oseanik (Direktorat Jendral Perikanan Tangkap, 2005).
Ikan yang berukuran sedang; panjang maksimum sekitar 100 cm FL (fork length), namun
umumnya hanya sekitar 60 cm. Punggung berwarna biru gelap metalik, dengan pola coretcoret miring yang rumit mulai dari pertengahan sirip punggung pertama ke belakang; sisi
badan dan perut putih keperakan, dengan bercak-bercak khas berwarna gelap di antara sirip
dada dan sirip perut, yang tidak selalu ada. Tanpa sisik, kecuali di wilayah corselet dan gurat
sisi.
Gigi-gigi kecil dan mengerucut, dalam satu baris. Sisir saring berjumlah 29-34 pada
lengkunginsang yang pertama. Sirip punggung pertama dengan XI hingga XIV jari-jari keras
(duri),terpisahkan dari sirip punggung kedua hanya oleh suatu celah sempit, yang lebih
sempit daripada lebar mata. Duri-duri di awal sirip punggung pertama jauh lebih panjang
daripada duri-duri di belakangnya, membuat tepi atas sirip depan ini melengkung dalam.
Sirip dada pendek, ujungnya tidak mencapai celah di antara kedua sirip punggung. Terdapat
dua tonjolan (flaps) di antara kedua sirip perut. Sirip-sirip kecil (finlet) 8-10 buah di
belakang sirip punggung kedua, dan 6-8 buah di belakang sirip dubur.

2.10. Benthos
2.11. Plankton

Page | 54

Page | 55

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

Page | 56

DAFTAR PUSTAKA
Oemarjati, Boen S. 1990. Taksonomi Hewan Avertebrata. Yogyakarta: UGM Press
Williams S.T., Donald K.M., Spencer H.G. & Nakano T. 2010. Molecular systematics of the
marine gastropod families Trochidae and Calliostomatidae (Mollusca: Superfamily
Trochoidea). Molecular Phylogenetics and Evolution 54:783-809
Barnes, Robert D. 1982. Invertebrate Zoology. Philadelphia, PA: Holt-Saunders International

Nybakken, 1994. Biologi Laut Sebagai Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : Gramedia
Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. 2005. Klasifikasi Ikan Laut untuk Statistik Perikanan
Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Kuncoro, E.B., F. E. A. Wiharto. 2009. Ensiklopedia Populer Ikan Air Laut. Lily Publisher.
Yogyakarta. 116 hlm.
Sriyono WS., Kosasih, M. Rosid, Ilham, Jimmi, A. Chandra, Syahril AR. 2010. Ikan-Ikan
Laut Pelagis dan Demersal di Indonesia. Direktorat Sumberdaya Ikan Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kalautan dan Perikanan. Jakarta.
Collette BB dan Nauen CE. 1983. FAO Species Catalogue. Vol. 2. Scombrids of the World.
An Annoted and Illustrated Catalogue of Tunas, Mackerels, Bonitos and Related
Species Knows to Date. FAO Fish. Synop. Vol. 2: 137p.
Chisastit C. 1962. Progress Report on Tagging Experiment of Chub Mackerel (Rastrelliger
spp) in the Gulf Thailand. Proc. Indo-Pacific Fish. Coun, 15 (III): 265-286.
Burhanuddin, Martosewojo S, Adrim M, Hutomo M. 1984. Sumberdaya Ikan Kembung.
Jakarta: Lembaga Oseanologi Nasional-LIPI. 50 hal
Nurhakim S. 1993. Biology et Dynamique du Banyar Rastrelliger kanagurta (TeleosteenScombridae) dans la pecherie des grands senneurs en mer de Java. These, Univ.
Bretagne Occidentale, Brest, French. 106p.
Nontji A. 1993. Laut Nusantara. Cetakan kedua. Jakarta: Djambatan. 368 hal.
Page | 57

Pasaribu BP. 1967. Menemukan Kelompok Ikan Kembung (Rastrelliger spp) di Perairan
Tapanuli. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Puslitbangkan. 1994. Pedoman Teknis Perencanaan Pemanfaatan dan Pengelolaan
Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil dan Perikanannya. Seri Pengembangan Hasil
Penelitian Perikanan, Departemen Pertanian. Jakarta.
Rousenfell GA and Everhart WH. 1962. Fishing Gear (Fisheries Science its Methods and
Aplication). Jhon Willey Con, Inc. New York. 123p.
Susanto V. 1961. Some Problems of Fisheries Research with Special Reference to The
Rastrelliger Fishery. Proc. I.P.F.C. 9 (3):71-78.
Campbell, Reece, Michael. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Safitri 2010.Ensiklopedia Hewan (invertabrata).Jakarta:lentera Abadi
Lariman .2011. Zoologi Invertebrata. Bandung : Alphabet
Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya : Sinar
Wijaya.
Kastawi, Yusuf. 2003. Zoologi Avertebrata. Malang : Universitas Negeri Malang
Hutabarat. S. 1985. Pengantar Oceanografi. Jakarta:UI Press
Romimohtarto. 2005. Biologi Laut (Ilmu Pengetahuan Tentang Biologi Laut). Jakarta: Ikan
Mandiri

Page | 58

Page | 59

Powell A W B, New Zealand Mollusca, William Collins Publishers Ltd,


Auckland, New Zealand 1979 ISBN 0-00-216906-1
Miller M & Batt G, Reef and Beach Life of New Zealand, William Collins
(New Zealand) Ltd, Auckland, New Zealand 1973

English,S.,C. Wilkinson dan V. Baker. 1994. Survey Manual for Tropical Marine.
Nybakken, 1994. Biologi Laut Sebagai Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta :
Gramedia

Thamrin. 2006. Karang : Biologi Reproduksi & Ekologi. Pekanbaru.


Minamandiri Pres.

Yulianda, Ferdinan. 2003. Pengelolaan Terumbu Karang Di Kawasan Wisata

Bahari. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.


http://self.gutenberg.org/articles/trochidae (senin 15 juni 2015)
Mukayat, Brotowidjojo. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta
Jasin, Maskoeri. 1987. Zoologi Invertebrata. Sinarwijaya. Surabaya.
Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Campbell, Neil A., Jane B. Reece & Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi
Kelima Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kimball, J.W., Tjitrosomo, S.S., Sugiri, N. 1983. Biologi Jilid 1 Edisi
Kelima.Erlangga: Jakarta.
Anonim, 2011. Ekologi Kerang Bulu. http://widrozano.wordpress.com. [Rabu,17 juni
2015].
Anonim, 2010. Anthropoda. http://aqshabiogger.blogspot.com. [Rabu,17 juni 2015].
Sridianti, 2007. Phylum Mollusca. Gramedia. Jakarta.
Hala,Yusminah. 2007. Daras Biologi Umum II. Alauddin Press. Makassar.
Suwignyo, Sugiarto. 2005. Avetebrata Air Jilid I1. Penebar Swadaya. Jakarta.
Dharma, B. 1998. Siput Dan Kerang Indonesia. PT. Sarana Graha. Jakarta.120 hal
Suharsono, 1996. Jenis-jenis Karang yang Umum dijumpai di Perairan Indonesia.

Puslitbang Oseanologi LIPI. Jakarta.

Wilson, B. 1993. Laut Australia Kerang. Prosobranch Gastropoda. Kallaroo,


Australia Barat: Odyssey Publishing Vol. 1 408 pp.

Page | 60

Page | 61

Anda mungkin juga menyukai