Anda di halaman 1dari 2

Rsi Wiswamitra

si (Resi) Wiswamitra adalah seorang sapta rsi yang menerima wahyu


kemudian dihimpun dalam Weda mandala III. Raja Kausika, nama
Resi Wiswamitra sebelum menjadi resi yang dalam kisah Resi
Wiswamitra sang Brahmarsi yang disebutka sebagai guru dari Sri
Rama diceritakan,
Alkisah pada suatu hari,
putra mendiang Raja Gadhi
bernama Raja Kausika dari dinasti
Brighu, yang masih terhitung kakek
dari Rama Bargawa atau Awatara
Parasurama, beserta pasukannya
mengunjungi Resi Wasishta.
Mereka dijamu Resi Wasishta
dengan hidangan berlimpah.
Raja
Kausika
heran
bagaimana caranya Resi
Wasishta dapat menyiapkan
hidangan begitu nikmat yang
mencukupi
kebutuhan
pasukannya.
Kemudian Resi Wasishta
memanggil lembu Ilahi Sabala yang
merupakan
sumber
segala
kebutuhan yang tak ada habisnya,
dan menjelaskan ke Raja Kausika
bahwa
Sagala
lah
yang
menyediakan hidangan tersebut.
Raja Kausika berkata, Wahai Resi,
lembu ini lebih bermanfaat bagi
kerajaan daripada berada di ashram
pedesaan, biarlah lembu ini saya
bawa ke istana.
Selanjutnya, Raja Kausika
memerintahkan para prajuritnya
menyeret Sabala. Keinginan untuk
memiliki Sabala, dan keinginan
untuk mempertahankan kenikmatan
dari Sabala, membuat Raja Kausika
lupa diri dan mencari pembenaran

dengan mengatakan bahwa istana


lebih butuh Sabala daripada
ashramnya Resi Wasishta.
Lembu Sabala meneteskan air
mata, dia sangat sedih, mengapa
Resi Wasishta yang sudah dianggap
sebagai orang tuanya melepaskan
dia begitu saja mengikuti sang raja.
Tergerak oleh rasa kasih, Resi
Wasishta berkata, Sabala keluarkan
pasukan
untuk
mengalahkan
pasukan Raja Kausika. Singkat
cerita pasukan Raja Kausika
mengalami kekalahan telak dari
pasukan ciptaan Sabala.
Raja Kausika merasa malu,
ternyata kekuatan seorang raja tidak
dapat
mengalahkan
kekuatan
seorang resi. Raja Kausika pulang
ke istana, menyerahkan kekuasaan
kepada putranya dan bertapa mohon
senjata dari Bathara Guru, Dewa
Shiwa. Dengan panah Bramastra
anugerah senjata dari Dewa Shiwa,
Raja Kausika kembali mendatangi
padepokan Resi Wasishta.
Dengan
panahnya
padepokan tersebut dihancurkan
menjadi
abu
dan
akhirnya
berhadapanlah Raja Kausika dengan
Resi Wasishta. Akan tetapi panah
Bramastra pun terserap ke dalam
gada Brahmadanda dari Resi
Wasiahta. Kembali Raja Kausika

menderita kekalahan dan kembali


bertapa ribuan tahun agar dapat
menjadi seorang resi menandingi
Resi Wasishta.
Dengan perenungan selama
1000 tahun, Kausika sudah tidak
tergoda bidadari lagi. Akan tetapi,
tiba-tiba
kesadaran
Kausika
muncul, dia telah menguasai ilmu
yoga,
tetapi
belum
bisa
mengendalikan diri dan masih
sering mengutuk. Padahal dia sudah
belajar kelembutan dari Menaka
sebelumnya. Potensi kekerasan
masih
ada
dalam
dirinya.
Selanjutnya
Kausika
segera
meneruskan
tapanya
dengan
membisu. Tak mau bicara dengan
siapa pun. Bukan hanya diam agar
tidak menyakiti orang lain, Kausika
pun diam agar
tidak ada
keangkuhan dalam dirinya untuk
memperlihatkan kelebihannya.
Para dewa menghormati
semangat tak kenal lelah Kausika
dan
memberinya
sebutan
Brahmarsi, Brahma Resi. Tetapi hal
tersebut belum memuaskannya, dia
hanya mau menyudahi tapanya bila
Resi Wasishta mengakui dirinya
adalah seorang resi.

Dengan sabar Resi Wasishta


mendatangi Kausika dan mengakui
Kausika sebagai resi dan bergelar
Resi
Wiswamitra,
Sahabat
Uniwersal, Sahabat Alam Semesta.
Resi Wasishta berkata kepada
Kausika, Saat ini sudah kutunggu
lama, akhirnya Resi Wiswamitra
menjadi mitraku sebagai Guru Sri
Rama selagi remaja. Semoga kita
diberkahi Sri Rama, Dia Yang
Berada di Mana-Mana.
Demikian perjalanan hidup
seorang resi yang menjadi guru dari
seorang awatara. Resi Wiswamitra
sejak zaman dulu sudah menjadi
Guru dari dinasti Surya, sejak Raja
Trisanku,
Hariscandra
putra
Trisanku, Rohita putra Harischandra
dan setelah beberapa generasi
akhirnya menjadi guru Sri Rama,
sang
awatara.
Dan
setelah
perkawinan Sri Rama dengan Dewi
Sinta, tugasnya selesai dan pergi ke
pegunungan Himalaya.

Anda mungkin juga menyukai