Anda di halaman 1dari 30

JUDULLLLLLLLLLLLLL

OLEH

AL HABIB MUHAMMAD (1808561043)


NI PUTU NOVIA ARDIYANTI (1808561047)
GEDE AGUNG AJI ANDAR SAKTI (1808561051)
I PUTU BAYU EKA PRATAMA (1808561055)
I PUTU GEDE FEBI BAGIAWAN (1808561061)
KADEK VINCKY SEDANA (1808561071)
I PUTU RAMA ANADYA (1808561072)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


KATA PENGANTAR
Om Swastiastu,
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, atas berkat dan anugerah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “JUDULLLd”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, makalah ini masih jau dari sempurna. Untuk itu
segala jenis kritik dan saran kami harapkan dari semua pihak demi makin
sempurnanya penyusunan makalah ini.Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
memberikan rahmat-Nya bagi kita semua.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om.

Jimbaran, 2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rule of law di Indonesia mengatur perundang-undangan di Negara Indonesia. Rule of
law dan negara hukum pada hakikatnya sulit dipisahkan. Ada sementara pakar
mendeskripsikan bahwa pengertian negara hukum dan Rule of law hampir dapat dikatakan
sama, namun terdapat pula menjelaskan bahwa , meskipun antar negara hukum ada Rule
of law tidak dapat dipisahkan namun masing-masing memiliki penekanan masing-masing.
Pakar ilmu social, Franz -Magnis (1990), meliahat bahwa perlindungan HAM adalah salah
satu elemen dari Rule of law, selain hokum yang adil.
Hak asasi manusia (HAM) merupakan hak – hak yang diakui secara universal sebagai
hak – hak yang melekat pada manusia. Dikatakan universal, karena HAM dinyatakan
sebagai bagian dibagian dari kemanusiaan tanpa memerhatikan ras, suku, bangsa dan
agama. Sementara dikatakan melekat karena HAM adalah hak – hak manusia yang paling
dasar dan tidak boleh dirampas ataupun dicabut.
Dari uraian di atas, kami melihat pentingnya wawasan tentang rule of law dan HAM.
Oleh karena itu, kami berusaha menjabarkan makalah ini untuk menambah wawasan kita.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep Rule of Law ?
2. Bagaimana dinamika pelaksaan Rule of Law di Indonesia ?
3. Apa pengertian dan hakekat serta macam – macam HAM ?
4. Bagaimana upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM ?
5. Apa saja hambatan – hambatan dalam penegakan HAM ?

1.3 Tujuan
Bagi Pembaca dan Penulis:
1. Untuk menambah wawasan tentang konsep dari rule of law serta dinamika
pelaksanaannya di Indonesia.
2. Untuk menambah wawasan tentang pengertian, hakekat serta bentuk - bentuk
HAM.
3. Untuk mengetahui upaya – upaya pemajuan, penghormatan, penegakan pada HAM
serta hambatan – hambatan yang terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Rule of Law
a) Pengertian Rule of Law
Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke 19
(sembilan belas), bertepatan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Rule of
law lahir sejalan dengan tubuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran parlemen
dalam penyelenggaraan negara dan sebagai reaksi terhadap negara absolut yang
berkembang sebelumnya. Menurut Prof. Sunarjati Hartono, mengutip pendapat yang
digunakan Friedman bahwa kata “Rule of Law” dapat dipakai dalam arti formil (in the
formal sense) dan dalam arti materiil (ideological sense). Dalam arti formil ini, maka the
rule of law adalah “organized public power” atau kekuasaan umum yang terorganisir.
Sedangkan dalam arti materil, the rule of law adalah berbicara tentang just law (hukum
yang mengandung keadilan).
Menurut T.D.Weldon, pengertian mengenai Negara yang menganut paham the
rule of law yang berarti Negara tersebut tidak hanya memiliki suatu peradilan yang
sempurna diatas kertas saja, akan tetapi ada atau tidaknya the rule of law dalam suatu
Negara tergantung daripada kenyataan apakah rakyatnya benar-benar dapat menikmati
keadilan, dalam arti perlakuan yang adil, baik dari sesama warga negaranya, maupun dari
pemerintahnya. Secara umum, hukum adalah kumpulan aturan-aturan yang ditetapkan
negara yang dikenakan sanksi atau konsekuensi. Yang dominan adalah konsep “Rule of
Law” mengatakan apa-apa tentang “justness” dari hukum itu sendiri, tetapi hanya
bagaimana sistem hukum beroperasi. Negara demokrasi pada dasarnya adalah Negara
hukum.
Secara formal, Rule of Law diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi
(organized public power), misalnya negara. Sedangkan secara hakiki, Rule of Law terkait
dengan penegakan Rule of Law, karena menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk
(just and unjust law). Rule of Law merupakan suatu legalisme sehingga mengandung
gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan prosedur
yang bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom.
b) Unsur – Unsur Rule of Law
Negara yang menganut sistem Rule of Law harus memiliki unsur yang jelas,
terutama dalam hubungannya dengan realisasi Rule of Law itu sendiri. Menurut Albert
Venn Dicey, dalam ‘Introduction to the Law of The Constitusion ‘, memperkenalkan
istilah the rule of law yang secara sederhana diartikan sebagai suatu keteraturan hukum.
Menurut Dicey, terdapat tiga unsur yang fundamental dalam Rule of Law, yaitu :
1. Supremasi aturan – aturan hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang – wenang,
dalam arti seseorang hanya boleh dihukum jika memang melanggar hukum;
2. Kedudukan yang sama dimuka hukum. Hal ini berlaku baik bagi masyarakat biasa
maupun pejabat negara; dan
3. Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang serta keputusan-keputusan
pengadilan.
c) Prinsip – Prinsip Rule of Law
Di Indonesia,prinsip-prinsip Rule Of Law secara formal tertera dalam pembukaan
UUD 1945. Prinsip-prinsip Rule of Law secara formal tertera dalam pembukaan UUD
1945 yang menyatakan:
1. "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.";
2. "Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur.";
3. "Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial…”;
4. “…disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar negara Indonesia…”;
5. “…kemanusiaan yang adil dan beradab,”;
6. “…serta dengan mewujudkan suatu “keadilan sosial” bagi seluruh rakyat
Indonesia.”
Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat di dalam pasal-pasal UUD
1945, yaitu:
1. Negara Indonesia adalah negara hukum (Pasal 1 ayat 3);
2. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (Pasal 24
ayat1);
3. Segenap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hokum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya (Pasal 27 ayat 1);
4. Dalam Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 pasal, antara lain bahwa
setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (pasal 28 ayat 1);
5. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja (Pasal 28 ayat 2)
Prinsip rule off law secara materiil/ hakiki
Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki (materiil) sangat erat kaitannya
dengan “the enforcement of the rules of law” dalam penyelenggaraan pemerintahan
terutama dalam hal penegakan hukum dan implementasi prinsip-prinsip Rule of Law.
Berdasarkan pengalaman berbagai negara dan hasil kajian menunjukkan bahwa
keberhasilan “the enforcement of the rules of law” tergantung kepada kepribadian
nasional masing-masing bangsa (Sunarjati Hartono, 1982). Hal ini didukung oleh
kenyataan bahwa Rule of Law merupakan institusi sosial yang memiliki struktur
sosiologis yang khas dan mempunyai akar budayanya yang khas pula. Rule of Law
ini juga merupakan legalisme, suatu aliran pemikiran hukum yang didalamnya
terkandung wawasan sosial, gagasan tentang hubungan antar manusia, masyarakat
dan negara, yang dengan demikian memuat nilai-nilai tertentu yang memiliki struktur
sosiologisnya sendiri. Legalisme tersebut mengandung gagasan bahwa keadilan dapat
dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat
objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom. Secara kuantitatif, peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan Rule of Law telah banyak dihasilkan di
negara kita, namun implementasi/penegakannya belum mencapai hasil yang optimal,
sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan Rule of Law belum dirasakan
sebagian besar masyarakat.
d) Syarat – Syarat Pemerintahan yang Demokratis Berdasarkan Rule of Law
Pada pertemuan – pertemuan yang dilakukan International Comission of Jurists (ICJ),
dihasilkan pandangan baru tentang negara hukum. Dalam pertemuan ICJ di Bangkok
pada tahun 1965 digariskan bahwa disamping hak - hak politik bagi rakyat harus diakui
pula adanya hak-hak sosial dan ekonomi, sehingga perlu dibetuk standar-standar sosial
ekonomi. komisi ini merumuskan syarat-syarat pemerintahan yang demokratis di
bawah rule of law yang dinamis, yaitu :
1. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individual,
konstitusi harus pula menentukan teknis prosedural untuk memperoleh
perlindungan atas hak-hak yang dijamin;
2. Lembaga kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
3. Pemilihan umum yang bebas;
4. Kebebasan menyatakan pendapat;
5. Kebebasan berserikat/berorganisasi atau beroposisi;
6. Pendidikan kewarganegaraan (Azhary, 1995:59)
2.2 Dinamika Pelaksanaa Rule of Law di Indonesia
Dalam Proses penegakan hukum di Indonesia di lakukan oleh lembaga penegak hukum
yang terdiri dari:
a. Kepolisian
Berfungsi untuk memelihara keamanan dalam negeri. Yang memiliki tugas pokok yaitu:
- Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
- Menegakan hukum.
- Memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Wewenang kepolisian adalah sebagai berikut:
- Mengawasi aliran yang menimbulkan perpecahan dan mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa.
- Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.
- Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam
rangka pencegahan.
- Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan,
kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat.
- Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat
lainnya.
- Memberikan izin melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam.
b. Kejaksaan
Wewenang dan tugas kejaksaan, yaitu :
- Melakukan penuntutan
- Melaksanakan penetapan hakim dan putusa pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
- Melakukan pengawasan tehadap pelaksanaan putusan pidana masyarakat, putusan
pidana pengawasan, dan keputusa lepas bersyarat.
- Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang.
- Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan dan dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.
c. KPK( Komisi Pemberantasan Korupsi)
KPK ditetapkan dengan UU No.20 tahun 2002 dengan tujuan meningkatkan daya guna
dan hasil guna terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi.
Tugas KPK, yaitu:
- Berkoordinasi dengan instansi lain yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi
- Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi.
- Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.
- Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.
- Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara.
Wewenang KPK, yaitu:
- Melakukan pengawasan, penelitian, penelaahan, terhadap instansi yang menjalankan
tugas dan wewenang dengan pemberantasan tindak korupsi.
- Mengambil alih penyidikan dan penuntutan terhadap pelaku tindak korupsi yang
sedang dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan.
- Menetapkan system pelaporan dalam kegiatan pemberantasan korupsi.
- Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.
- Hanya menangani perkara korupsi yang terjadi setelah 27 Desember 2002.
- Peradilan tindak pidana korupsi tidak bisa berjalan dengan landasan hukum UU KPK.
d. Badan Peradilan
1) Mahkamah Agung (MA) merupakan puncak kekuasaan kehakiman di Indonesia. MA
mempunyai kewenangan:
- Mengadili pada tingkat kasai terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir
oleh peradilan.
- Menguji peraturan perundang- undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang.
- Kewenangan lain yang ditentukan undang-undang.
2) Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan lembaga peradilan pada tignkat pertama dan
terakhir:
- Menguji undang-undang terhadap UUD 1945
- Memutuskan sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan
oleh UUD 1945
- Memutuskan pembubaran parpol
- Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum
Peradilan Tinggi dan Negeri merupakan peradilan umum di tingkat provinsi dan
kabupaten. Fungsi kedua peradilan tersebut adalah menyelenggarakan peradilan baik
pidana dan perdata di tingkat kabupaten, dan tingkat banding di peradilan tinggi. Pasal 57
UU No. 8 tahun 2004 menetapkan agar peradilan memberikan prioritas peradilan terhadap
tindak korupsi, terorisme, narkotika atau psikotropika pencucian uang, dan selanjutnya
tindak pidana.
2.3 Pengertian dan Hakekat HAM
Hak Asasi Manusia adalah prinsip-prinsip moral atau norma-norma, yang
menggambarkan standar tertentu dari perilaku manusia, dan dilindungi secara teratur
sebagai hak-hak hukum dalam hukum kota dan internasional. Mereka umumnya dipahami
sebagai hal yang mutlak sebagai hak-hak dasar yang seseorang secara inheren berhak
karena dia adalah manusia dan yang melekat pada semua manusia terlepas dari bangsa,
lokasi, bahasa, agama, asal-usul etnis atau status lainnya. Ini berlaku di mana-mana dan
pada setiap kali dalam arti yang universal, dan ini egaliter dalam arti yang sama bagi
setiap orang. HAM membutuhkan empati dan aturan hukum dan memaksakan kewajiban
pada orang untuk menghormati hak asasi manusia dari orang lain. Mereka tidak harus
diambil kecuali sebagai hasil dari proses hukum berdasarkan keadaan tertentu. misalnya,
hak asasi manusia mungkin termasuk kebebasan dari penjara melanggar hukum ,
penyiksaan, dan eksekusi. (wikipedia)
Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak
awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh
siapapun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak asasi
manusia tanpa membedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan sebagainya.
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki setiap manusia sajak lahir sebagai
anugrah dari Tuhan YME; bukan dari pemberian manusia atau lembaga kekuasaan. Hak
dasar meliputi hak hidup, hak merdeka dan hak milik. Hak yang dimiliki manusia
menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya, singga sifatnya suci.
Menurut Teaching Human Rights yang di terbitkan oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB), Hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia,
yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Hak hidup, misalnya,
adalah klaim untuk memperoleh dan melakukan segala sesuatu yang dapat membuat
seseorang tetap hidup. Tanpa hak tersebut ekstensinya sebagai manusia akan hilang.
Hak asasi manusia ini tertuang dalam undang-undang No. 39 tahun 1999
tentang HAM, hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberdaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugarah-Nya
yang wajib di hormati dan di junjung tinggi dan lindungi oleh Negara hukum,
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat
manusia
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di
Indonesia. HAM memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak
asasi manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran Ham di indonesia masih banyak
terjadi dan belum terselesaikan sehingga diharapkan perkembangan dunia Ham di
Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik.
Di dalam pasal 1 Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia dinyatakan
bahwa, “semua manusia dilahirkan sama dan bebas dalam martabat dan hak. Mereka
di karuniai akal dan budi nurani dan harus bertindak terhadap sesama manusia dalam
semangat persaudaraan.”
Konsep dasar hak asasi manusi menurut Franz Magnis-Suseno mempunyai dua
dimensi yaitu :
1. Dimensi universalitas, yakni subsitansi hak-hak asasi manusia itu pada hakikatnya
bersifat umum. Hak asasi manusia akan selalu di butuhkan oleh siapa saja dan dalam
aspek kebudayaan di manapun itu berada, entah itu dalam kebudayaan Barat maupun
Timur. Dimensi hak asasi manusia seperti ini, pada hakikatnya akan selalu
dibutuhkan dan menjadi sarana bagi individu untuk mengekspresikan dirinya secara
bebas dalam ikatan kehidupan kemasyarakatan. Dengan kata lain hak asasi manusia
itu ada karena yang memiliki hak-hak itu adalah manusia sebagai manusia, jadi
sajauh mana manusia itu spesies homo sapiens, dan bukan karena ciri-ciri tertentu
yang dimiliki.
2. Dimensi kontektualitas, yakni menyangkut penerapan hak asasi manusia bila ditinjau
dari tempat berlakunya hak asasi manusia tersebut. Maksudnya adalah ide-ide hak
asasi manusia dapat diterapkan secara efektif. Sepanjang tempat ide-ide hak asasi
manusia itu memberikan suasana kondusif untuk itu. Dengan kata lain, ide-ide hak
asasi manusia akan dapat dipergunakan secara efektif dan menjadi landasan etik
dalam pergaulan manusia, jikalau struktur kehidupan masyarakat entah itu di Barat
maupun di Timur sudah tentu tidak memberikan tempat bagi terjaminnya hak-hak
individu yang ada didalamnya.
Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM diatas, diperoleh suatu
kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugrah dari Tuhan yang harus di
hormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat dan negara. Dengan
demikian hakikat penghormatan dan perlindungan terhadap HAM adalah menjaga
keselamtan ektensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan yaitu
keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta keseimbangan antara kepentingan
perseorangan denga kepentingan umum.
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat di tarik kesimpulan
tentang beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu :
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli maupun diwarisi. HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis;
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamni, ras, agama,
pandangan politik atau asal usul sosial dan bangsa;
c. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM
walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau
melanggar HAM ( Mansour Fakih, 2003 ).
2.4 Perkembangan Pemikiran Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Pemahaman HAM di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma yang hidup di masyarakat
telah berlangsung cukup lama. Secara garis besar Prof. Bagir Manan dalam bukunya
Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia (2001) membagi
perkembangan pemikiran HAM di Indonesia dalam dua pereode, yaitu periode sebelum
kemerdekaan (1908-1945) dan periode setelah kemerdekaan (1945-sekarang).
a. Periode sebelum kemerdekaan (1908-1945)
Pemikiran HAM pada Perhimpunan Indonesia (PI) menitikberatkan pada hak
untuk menentukan nasib sendiri. selanjutnya Serikat Islam (SI) organisasi kaum santri
yang dimotori oleh H. Agus Salim dan Abdul Muis, menekankan pada usaha-usaha
untuk memperoleh penghidupan yang layak dan bebas dari penindasan dan
deskriminasi rasial. Indische Partij pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak
untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan hak
kemerdekaan.
Sedangkan pemikiran HAM pada Partai Nasional Indonesia (PNI) menonjolkan
hak untuk memperoleh kemerdekaan. Pemikiran HAM juga terjadi pada perdebatan di
sidang (BPUPKI) antara Soekarno dan Moh. Yamin pada pihak lain. Hal ini berkaitan
dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan, hak berserikat
dan berkumpul, hak meengeluarkan pikiran baik tertulis maupun tidak tertulis.
b. Periode setelah kemerdekaan (1945-sekarang)
1. Periode 1945-1950
Pemikiran HAM pada awal kemerdekaan masih pada hak untuk merdeka (self
determination), hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik serta hak
kebebasaan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Pemikiran HAM
telah mendapatkan legitimasi secara formal karena telah memperoleh pengaturan dan
masuk ke dalam hukum dasar negara (konstitusi) yaitu UUD 1945. Prinsip kedaulatan
rakyat dan negara berdasarkan atas hukum dijadikan sebagai sendi bagi
penyelenggaraan negara Indonesia.
2. Periode 1950-1959
Pemikiran HAM pada periode ini mendapatkan wadah yang sangat
membanggakan, karena suasana kebebasan yang menjadi semangat demokrasi liberal
atau demokrasi parlementer mendapat tempat dikalangan elite politik. Indikatornya
adalah semakin banyak tumbuhnya partai-partai politik, adanya kebebasan pers,
pemilihan umum, adanya parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Pada masa itu kehidupan demokrasi didominasi oleh partai-partai politik besar
diantarany: PNI; NU; Masyumi dan PKI, namun semangat berdemokrasi sangat besar
sehingga nilai-nilai kebersamaan agak longgar yang ada pertentangan antar partai
sangat tajam akibatnya untuk merumuskan konstitusi atau Undang-Undang Dasar
menjadi gagal.
3. Periode 1959-1966
Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi
terpimpin sebagai reaksi penolakan Soekarno terhadap sistem demokrasi parlementer.
Pada periode ini kekuasan terpusat dan berada di tangan presiden. dalam kaitannya
dengan HAM telah terjadi pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan hak
politik seperti hak untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pikiran dengan
lisan.
4. Periode 1966-1998
Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada
semangat untuk menegakkan HAM. Pada awal periode ini telah diadakannya berbagai
seminar tentang HAM. Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan pada tahun
1967 yang telah merekomendasikan gagasan tentang perlunya pembentukan
pengadilan HAM, pembentukan komisi dan pengadilan HAM untuk wilayah Asia.
Sementara itu pada awal tahun 1970-an sampai akhir tahun 1980-an persoalan
HAM di Indonesia mengalami kemunduran, karena HAM tidak lagi dihormati,
dilindungi dan ditegakkan. Pemikiran elite penguasa pada masa ini sangat diwarnai
oleh sikap penolakannya terhadap HAM sebagai produk Barat dan individualistik
serta bertentangan dengan paham kekeluargaan yang dianut bangsa Indonesia.
Pemerintah pada periode ini bersifat defensive dan refresif yang dicerminkan dari
produk hukum yang umunya restrektif terhadap HAM.
Sikap defensif tercermin pada anggapan bahwa HAM adalah produk
pemikiran Barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya Bangsa Indonesia
yang tercermin dalam Pancasila serta Bangsa Indonesia sudah terlebih dahulu
mengenal HAM sebagaimana tertuang dalam rumusan UUD 1945 yang lahir lebih
dahulu dibanding dengan Deklarasi Universal HAM. Selain itu sikap defensif
pemerintah berdasarkan pada anggapan bahwa isu HAM seringkali digunakan oleh
Negara-negara Barat untuk memojokkan Negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia. Meskipun dari pihak pemerintah mengalami kemunduran, pemikiran HAM
masih ada di kalangan masyarakat yang dimotori oleh LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) dan masyarakat akademis yang concern terhadap penegakan HAM.
Upaya ini melalui pembentukan jaringan dan lobi internasional yang terkait dengan
pelanggaran HAM yang terjadi, seperti kasus Tanjung Priok, kasus Kedung Ombo,
kasus DOM di Aceh dsb.
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat menjelang periode 1990-an
memperoleh hasil yang menggembirakan karena terjadi pergeseran strategi
pemerintah dari represif dan defensif ke strategi akomodatif serta kooperatif. hal ini
bisa dilihat dengan dibentuknya KOMNAS HAM berdasarkan KEPRES No. 50 Th.
1993 tanggal 7 Juni 1993.
5. Periode 1998-sekarang
Perganitan rezim pemerintahan dari orde baru ke era reformasi pada tahun
1998 memberikan dampak yang sangat besar pada perlindungan HAM. strategi
penegakan HAM dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap status penentuan
(precriptive status) dan tahap penataan aturan (rule consistent behaviour). Pada tahap
status penentuan telah ditetapkan beberapa ketentuan perundang-undangan tentang
HAM seperti amandemen konstitusi Negara (UUD 1945), ketetapan MPR (TAP
MPR), undang-undang (UU), peraturan pemerintah dan ketentuan perundang-
undangan lainnya.
Pada masa pemerintahan Habibie (Marzuki, 2002) penghormatan dan
perkembangan HAM sangat signifikan yang ditandai oleh adanya TAP MPR
No.XVII/MPR/HAM yaitu; konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan kejam
lainnya dengan UU No.5/1999; konvensi penghapusan segala bentuk deskriminasi
rasial dengan UU No.29/1999; konvensi ILO No.87 tentang kebebasan berserikat dan
perlindungan hak untuk berorganisasi dengan keppres No.83/1998; konvensi ILO
No.111 tentang deskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan dengan UU No.21/1999;
konvensi ILO No.138 tentang usia minimum untuk diperbolehkan bekerja dengan UU
no.20/1999.
2.5 Macam Macam Bentuk HAM

1. Menurut rumusan hak asasi manusia menurut piagam hak asasi manusia sedunia
universal deklarasion of human rights yang di tetapkan PBB pada 10 Desember
1948. Hak Asasi Manusia terbagi kedalam beberap jenis, yaitu hak personal( hak
jaminan pribadi), hak legal ( hak jaminan perlindungan hokum), hak sipil dan politik,
hak subtensi(hak jaminan adanya sumber daya untuk menunjang kehidupan ) serta
hak ekonomi, sosial dan budaya.
Hak personal, hak legal, hak sipil, dan politik yang terdapat dalam pasal 3 -21 dalam
DUHAM tersebut memuat :
Hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan pribadi
Hak bebas dari perbudakan dan penghambaan
Hak bebas penyiksaan
Hak untuk memperoleh pengakuan hukum dimana saja secara pribadi
Hak untuk pengampunan hukum secara efektif
Hak bebas dari penangkapan penahanan atau pembuangan yang sewenang-
wenang
Hak untuk peradilan yang indefenden dan tidak memihak
Hak untuk praduga tak bersalah sampai terbukti bersalah
Hak bebas dari campur tangan yang sewenang-wenang terhadap kekuasaan
pribadi, keluarga, tempat tinggal, maupun surat-surat
Hak bebas dari serangan terhadap kehormatan dan nama baik
Hak atas perlindungan hukum terhadap serangan semacam itu
Hak bergerak
Hak memperolah suaka
Hak atas satu kebangsaan
Hak untuk menikah dan membentuk keluarga
Hak untuk mempunyai hak milik
Hak bebas berfikir, berkesadaran , dan beragama
Hak bebas berfikir dan menyatakan pendapat
Hak untuk berhimpun dan berserikat
Hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan dan hak atas akses yang sama
terhadap pelayanan masyarakat
2. Secara umum hak-hak asasi manusia dapat dikelompokkan menjadi enam macam:
a. Hak asasi pribadi (personal rights)
Hak mengeluarkan pendapat
Hak menikah
Hak untuk memeluk agama
Hak untuk kebebasan untuk bergerak
b. Hak asasi politik
Hak mendirikan, menjadi anggota dan simpatisan parpol
Hak ikut pemilu dan kampanye dalam pemilu
Hak ikut berpartisipasi dalam pembentukan kebijakan umum
c. Hak asasi ekonomi
Hak mendirikan koperasi
Hak menjual, membeli, dan menyimpan barang
Hak mendirikan badan usaha swasta
Hak mengadakan transaksi bisnis
d. Hak mendapatkan persamaan hukum dan pemberitahuan ( rights of legal aquality )
Hak untuk menjadi pejabat
Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum
Hak perlindungan hokum
e. Hak sosial budaya ( sosial and cultural rights)
Hak mendapatkan pendidikan
Hak menikmati hasil kebudayaan
Hak untuk mengembangkan kebudayaan
Hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak
f. Hak untuk mendapatkan prosedur hukum yang benar (procedural rights)
Hak untuk mendapatkan prosedur hukum yang benar dalam penahan
penangkapan , penggeledahan dan razia.
Hak untuk mendapatkan prosedur yang benar dalam proses pengadilan
3. Sementara itu dalam UUD 1945 (amandemen I-IV UUD 1945) memuat hak asasi
manusia yang terdiri dari hak:
 Hak kebebasan untuk mengeluarkan pendapat
 Hak kedudukan yang sama didalam hokum
 Hak kebebasan berkumpul
 Hak kebebasan beragama
 Hak penghidupan yang layak
 Hak kebebasan berserikat
 Hak memperoleh pengajaran atau pendidikan
4. Sementara itu secara operasional beberapa bentuk ham yang terdapat dalam UU No.39
tahun 1999 tentang HAM sebagai berikut:
Hak untuk hidup;
Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan;
Hak mengembangkan diri;
Hak memperoleh keadilan;
Hak atas kebebasan pribadi;
Hak atas rasa aman;
Hak atas kesejahteraan;
Hak turut serta dalam pemerintahan;
Hak wanita;
Hak anak.
Peraturan Perundang – Undangan Tentang Perlindungan HAM di Indonesia

Pemerintah mengambil kebijakan dengan menetapkan peraturan-peraturan yang


bertujuan untuk melindungi HAM di Indonesia yaitu:

1. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM


2. UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM
3. Keputusan Presiden No. 50 tahun 1993 tentang Komnas HAM
4. PP No. 2 tahun 2002 tentang tata cara perlindungan terhadap korban dan saksi
dalam pelanggaran HAM yang berat
5. PP No. 3 tahun 2002 tentang kompensansi restitusi dan rehabilitasi terhadap
korban perlanggaran HAM yang berat
2.6 Upaya Pemajuan, Penghormatan, dan Penegakan HAM
Berikut beberapa langkah penegakan dan perjuangan HAM bagi masyarakat,
bangsa dan negara 17pparat17a adalah:

1. Sosialisai hak asasi manusia adalah memasyarakatkan hak asasi manusia di tengah-
tengah masyarakat dengan tujuan adalah:
- Agar manusia respek terhadap hak asasi manusia dan menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia
- Tumbuhnya kesadaran rakyat tentang hak asasi manusia
- Mempercepat proses demokratisasi sehingga dapat mencegah munculnya
kekuasaan sewenang-wenang
2. Pendidikan HAM
Dalam rangka internalisasi nilai-nilai hak asasi manusia perlu dikembangkan dalam
kehidupan sehari-hari manusia sejak dini, pada sekolah, kampus, dan media massa.

3. Advokasi HAM
Adalah dukungan, pembelaan, atau upaya, dan tindakan yang terorganisir dengan
menggunakan peralatan demokrasi untuk menegakkan dan melaksanakan 18ppar
dan kebijakan yang dapat menciptakan masyarakat yang adil dan sederajat.

4. Kelembagaan
Dalam rangka menegakkan hak asasi manusia, maka pemerintah membentuk
komisi nasional hak asasi manusia (KOMNASHAM). Komisi ini dimaksudkan
untuk membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak
asasi manusia guna mendukung terwujudnya pembangunan nasional.

Adapun fungsi dan wewenang dari komnas HAM :

1. Fungsi Komnas HAM Mengenai Wewenang Pengkajian Penelitian

 Fungsi komnas ham mengkaji dan meneliti peraturan perundang undangan yang
memberikan rekomendasi, pengarahan atau pencabutan yang berkaitan dengan
hak asasi manusia.
 Fungsi atau wewenang komnas ham selanjutnya yaitu melakukan kerjasama
baik tingkat nasional, internasional, atau regional yang berkaitan dengan dnegan
bidang hak asasi manusia.
 Wewenang komnas ham juga berfungsi menerbitkan hasil penelitian dan juga
pengkajian.
 Fungsi komnas ham yang selanjutnya yaitu melakukan pembahasan mengenai
tentang penegakkan, perlindungan, penegasan dan juga kemajuan untuk hak
asasi manusia.

2. Fungsi Komnas HAM Mengenai Wewenang Penyuluhan

 Selain itu komnas ham juga berfungsi untuk melakukan pemantauan


 Wewenang komnas ham juga menyebarluaskan wawasan mengenai hak
manusia kepada seluruh masyarakat Indonesia
 Wewenang dan fungsi komnas ham juga harus meningkaatkan kesadaran hak
asasi manusia kepada pendidikan formal, ataupun non formal
 Fungsi komnas ham juga harus melakukan pemanggilan saksi, selanjutnya saksi
diminta kesaksiannya untuk di dengar dan untuk korban atau pengadu diminta
untuk menyerahkan bukti yang diperlukan.
 Wewenang dan fungsi komnas ham juga harus meninjau TKP atau tempat
kejadian perkara dan tempat yang lainnya yang dianggap perlu saja.
 Wewenang komnas ham jug berfungsi untuk melakukan penyelidikan atau
pemeriksaan berdasarkan masalah yang timbul agar masalah bisa segera di
selesaikan.

3. Fungsi Komnas Ham Mengenai Bidang Mediasi

 Wewenang komnas ham juga berfungsi untuk melakukan perdamaian antara


kedua belah pihak.
 Fungsi dan wewenang komnas ham juga bertujuan untuk melakukan upaya
konsultasi, negoisasi, mediasi, konsialisasi dan juga penilaian para ahli.
 Memberikan saran kepada yang bersengketa melalui jalur pengadilan
5. Pelestarian budaya (tradisi lama)
Keberhasilan penguasaan dan pemberdayaan hak asasi manusia suatu bangsa
sangat ditentukan oleh pemantapan budaya hak-hak asasi manusia dan bangsa
tersebut melalui usaha-usaha secara sadar kepada seluruh masyarakat.

6. Pemberdayaan hukum
Untuk menegakkan hak asasi manusia harus ada kesiapan structural dan kultur
politik yang lebih demokratis.

7. Rekonsiilasi nasional
Cara lain yang di tempuh untuk menegakkan hak asasi manusia adalah
membentuk komisi kebendaharaan dan rekonsiliasi yang di bentuk berdasarkan
undang-undang. Komisi ini berfungsi lembaga ekstra yuridis untuk menegakkan
kebenaran mengungkap penyalahgunaan kekerasan dan pelanggaran HAM
dimasa lampau demi kepentingan bangsa dan negara

2.7 Tantangan dan Hambatan Dalam Penegakan HAM


Hambatan dan tantangan utama yang sering ditemukan dalam penegakkan HAM di
Indonesia adalah:

Masalah ketertiban dan keamanan sosial


Rendahnya kesadaran akan hak-hak asasi manusia yang di miliki orang lain
Terbatasnya perangkat hukum dan perundang-undangan yang ada
Adanya dikotomi antara individualisme dan kolektivisme
Kurang berfungsinya lembaga penegak seperti polisi, jaksa, dan pengadilan.
1. Dilihat dari aspek-aspek kehidupan :
Faktor social budaya
Adanya stratifikasi dan status social (tingkat Pendidikan, usia, pekerjaan,
dan sebagainya)
Masih adanya konfilk horizontal di kalangan masyarakat yang di sebabkan hal-
hal sepele
Norma adat dan budaya local yang kadang bertentangan dengan HAM
2. Faktor komunikasi dan informal
Letak geografis Indonesia yang luas, sulitnya komunikasi antar daerah sarana dan
prasarana komunikasi dan informasi yang belum terbangun baik, 20ppara informal untuk
kepntingan sosialisasi yang terbatas.
3. Faktor kebijakan pemerintah
Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yang sama tentang perlunya HAM,
adakalanya demi kepentingan stabilitas nasional persoalan HAM diabaikan.
4. Faktor 20pparat dan penindakannya
Masih ada 20pparat yang secara pribadi mengabaikan prosedur kerja yang sesuai
dengan HAM tingkat penididkan dan kesejahteraan sering membuka peluang “jalan
pintas” untuk memperkaya diri masih terjadi adanya penyimpangan (KKN).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
D

Anda mungkin juga menyukai