FARMOKOLOGI MOLEKULER
RESEPTOR GABA DAN OBAT ANSIOLITIK
Obat defresi sisem syaraf dan penghilang kecemasan
Disusun Oleh :
1. SITI ROHMATTILAH H. (G1F013033)
2. ISROHATUN SYADIAH (G1F013035)
Kelas A
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan kanal ion pertama kali dihipotesiskan oleh Alan Hodgkin dan
Andrew Huxley (ahli biofisika Inggris) pada tahun 1952 sebagai bagian dari teori
mereka mengenai impuls syaraf dan mendapatkan hadiah nobel. Keberadaan
kanal ini kemudian dikonfirmasikan oleh Erwin Neher dan Bert Sakman pada th
1970 dengan menggunakan teknik perekaman elektrik yang disebu patch clamp
yang juga membawanya mendapatkan hadiah nobel 1991.
GABA adalah nama singkatan dari jenis asam amino yang bernama
Gamma-Amino Butyric Acid atau ditulis sebagai g-asam amino. Zat ini tersebar
luas di alam tidak hanya pada binatang tetapi juga pada tumbuhan. Zat ini terdapat
di dalam otak dan spinal (tulang belakang) berperan sebagai zat neurotransmitter
dan merupakan zat neurotransmitter yang bersifat merangsang, GABA adalah zat
neurotransmitter yang bersifat menekan/menahan. Orang-orang masa kini yang
banyak hidup dalam stress, pelepasan asam glutamine dalam otaknya semakin
bertambah dan apabila menjadi terlalu banyak maka syaraf akan selalu dalam
kondisi tegang serta dipandang membahayakan fisik. Salah satu perwujudannya
adalah kenaikan tekanan darah.
GABA
1.
Mekanisme kerja
a. Reseptor Gaba
Mekanisme GABAergic telah dibuktikan dalam jaringan perifer berbagai
organ termasuk, namun tidak terbatas pada usus, lambung, pankreas, tuba
Fallopii, uterus, ovarium, testis, ginjal, kandung kemih, paru-paru, dan hati. GABA
berperan penting dalam proses tidur (Utama,1995).
GABA tidak hanya sebagai inhibitor di otak tetapi juga membantu dalam
produksi endorfin yang memberikan rasa kesejahteraan. GABA ini dihasilkan
melalui siklus krebs yaitu pada jaringan syaraf, di mana alpha ketoglutarat diubah
menjadi glutamate kemudian menjadi GABA. GABA disintesis dari glutamat
dengan bantuan enzim glutamic acid decarboxylase (GAD), dan didegradasi oleh
GABA-transaminase. Penghambatan enzim-enzim ini sangat berperan pada
pengobatan epilepsi, dimana pada penderita epilepsi mengalami kekurangan
GABA. Karena tidak ada yang menekan sistem sarafnya, akibatnya ketika terjadi
aktivasi, respon yang diberikan pun berlebihan sehingga terjadi konvulsan atau
kejang. Terapi yang bisa diberikana salah satunya adalah dengan meningkatkan
GABA, yaitu meningkatkan GAD (enzim yang mengubah glutamat menjadai
GABA), contohnya obat gabapentin, menghambat reuptake GABA atau dengan
menghambat GABA transaminase sehingga
Gambar 3. Benzodiazepin
Mekanisme kerja benzodiazepine merupakan potensiasi inhibisi neuron
yang menggunakan GABA sebagai mediatornya.GABA (gamma-aminobutyric
acid) merupakan inhibitor utama neurotransmiter di susunan saraf pusat (SSP),
melalui neuron-neuron modulasi GABAenergik. Reseptor Benzodiazepin berikatan
dengan
reseptor
menyebabkan
subtipe
masuknya
GABAA.
ion
klorida
Berikatan
dalam
dengan
sel,
yang
reseptor
agonis
menyebabakan
hiperpolarisasi dari membran post sinpatik, dimana dapat membuat neuron ini
resisten terhadap rangsangan. Dengan cara demikian obat ini memfasilitasi efek
inhibitor dari GABA. Reseptor benzodiazepin dapat ditemukan di otak dan medula
spinalis, dengan densitas tinggi pada korteks serebral, serebelum dan
hipokampus dan densitas rendah pada medula spinalis. Tidak adanya reseptor
GABA selain di SSP, hal ini aman bagi sistem kardiovaskuler pada saat
penggunaan obat ini (Kenakin, 1997).
Efek sedatif timbul dari aktivasi reseptor GABAA sub unit alpha-1 yang
merupakan 60% dari resptor GABA di otak (korteks serebral, korteks serebelum,
thalamus). Sementara efek ansiolotik timbul dari aktifasi GABA sub unit aplha-2
(Hipokampus dan amigdala) (Neal,1997).
Benzodiazepin menurunkan degradasi adenosin dengan menghambat
tranportasi nuklesida. Adonosin penting dalam regulasi fungsi jantung (penurunan
kebutuhan oksigen jantung melalui penurunan detak jantung dan meningkatkan
oksigenasi melalui vasodilatasi arteri korener) dan semua fungsi fisiologi proteksi
jantung (Nestler,2001).
b.
1. Benzodiazepine
Benzodiazepin merupakan golongan obat anti cemas yang sering
digunakan. Obat ini telah menggantikan barbiturat dan meprobamat dalam
pengobatan cemas karena lebih efektif dan aman. Mekanisme :
Pengikatan GABA (Asam Gama Aminobutirat) ke reseptornya pada
membran sel akan membuka saluran klorida, meningkatkan efek konduksi klorida.
Aliran ion klorida yang masuk menyebabkan hiperpolarisasi lemah menurunkan
potensi postsinaptik dari ambang letup dan meniadakan pembentukan kerjapotensial. Benzodiazepin terikat pada sisi spesifik dan berafinitas tinggi dari
membran sel, yang terpisah tetapi dekat dengan reseptor GABA. Reseptor
benzodiazepin terdapat hanya pada SSP dan lokasinya sejajar dengan neuron
GABA. Pengikatan benzodiazepin memacu afinitas reseptor GABA untuk
neurotransmiter yang bersangkutan, sehingga saluran klorida yang berdekatan
lebih sering terbuka. Keadaan tersebut akan memicu hiperpolarisasi dan
menghambat letupan neuron (Rang, 1999).
Contoh Obat Benzodiazepin
a. Midazolam
Midazolam merupakan benzodiazepine yang larut air dengan struktur cincin
imidazole yang stabil dalam larutan dan metabolisme yang cepat. Obat ini telah
menggantikan diazepam selama operasi dan memiliki potensi 2-3 kali lebih kuat.
Selain itu affinitas terhadap reseptor GABA 2 kali lebih kuat dibanding diazepam.
Efek amnesia pada obat ini lebih kuat diabanding efek sedasi sehingga pasien
dapat terbangun namun tidak akan ingat kejadian dan pembicaraan yang terjadi
selama beberapa jam.
Larutan midazolam dibuat asam dengan pH < 4 agar cincin tidak terbuka
dan tetap larut dalam air. Ketika masuk ke dalam tubuh, akan terjadi perubahan
pH sehingga cincin akan menutup dan obat akan menjadi larut dalam lemak.
Larutan midazolam dapat dicampur dengan ringer laktat atau garam asam dari
obat lain.
Farmakokinetik
Midazolam diserap cepat dari saluran cerna dan dengan cepat melalui
sawar darah otak. Namun waktu equilibriumnya lebih lambat dibanding propofol
dan thiopental. Hanya 50% dari obat yang diserap yang akan masuk ke sirkulasi
(>0,15 mg/kg) dalam waktu cepat akan menyebabkan apneu sementara terutama
bila diberikan bersamaan dengan opioid. Benzodiazepine juga menekan refleks
menelan dan penuruna aktivitas saluran napas bagian atas.
b)
Sistem kardiovaskuler
Midazolam 0,2 mg/kg IV sebagai induksi anestesi akan menurunkan
tekanan darah dan meningkatkan denyut jantung lebih besar daripada diazepam
0,5 mg/kg IV dan setara dengan thiopental 3-4 mg/kg IV. Penurunan tekanan
darah disebabkan oleh penurunan resistensi perifer dan bukan karena gangguan
cardiac output. Efek midazolam
pada
tekanan
sedasi
dan
induksi
anestesia.
Midazolam
juga
memiliki
efek
Farmakokinetik
Diazepam cepat diserap melalui saluran cerna dan mencapai puncaknya
dalam 1 jam (15-30 menit pada anak-anak). Kelarutan lemaknya yang tinggi
menyebabkan Vd diazepam besar dan cepat mencapai otak dan jaringan
terutama lemak. Diazepam juga dapat melewati plasenta dan terdapat dalam
sirkulasi fetus.
Ikatan protein benzodiazepine berhubungan dengan tingginya kelarutan
lemak. Diazepam dengan kelarutan lemak yang tinggi memiliki ikatan dengan
protein plasma yang kuat. Sehingga pada pasien dengan konsentrasi protein
plasma yang rendah, seperti pada cirrhosis hepatis, akan meningkatkan efek
samping dari diazepam.
Waktu Paruh
Waktu paruh diazepam orang sehat antara 21-37 jam dan akan semakin
panjang pada pasien tua, obese dan gangguan fungsi hepar serta digunakan
bersama obat penghambat enzim sitokrom P-450. Dibandingkan lorazepam,
diazepam memiliki waktu paruh yang lebih panjang namun durasi kerjanya lebih
pendek karena ikatan dengan reseptor GABAA lebih cepat terpisah.
Waktu paruh desmethyldiazepam adalah 48-96 jam. Pada penggunaan
lama diazepam dapat terjadi akumulasi metabolit di dalam jaringan dan
dibutuhkan waktu lebih dari seminggu untuk mengeliminasi metabolit dari plasma.
Efek pada Sistem Organ
Diazepam hampir tidak menimbulkan efek depresi napas. Namun, pada
penggunaan bersama dengan obat penekan CNS lain atau pada pasien dengan
penyakit paru obstruktif akan meningkatkan resiko terjadinya depresi napas.
Diazepam pada dosis 0,5-1 mg/kg IV yang diberikan sebagai induksi
anestesi tidak menyebabkan masalah pada tekanan darah, cardiac output dan
resistensi perifer. Begitu juga dengan pemberian anestesi volatile N 2O setelah
induksi dengan diazepam tidak menyebabkan perubahan pada kerja jantung.
Namun pemberian diazepam 0,125-0,5 mg/kg IV yang diikuti dengan injeksi
fentanyl 50 g/kg IV akan menyebabkan penurunan resistensi vaskuler dan
penurunan tekanan darah sistemik.
Pada otot skeletal, diazepam menurunkan tonus otot. Efek ini didapat
dengan menurunkan impuls dari saraf gamma di spinal. Keracunan diazepam
didapatkan bila konsentrasi plasmanya > 1000ng/ml.
Penggunaan Klinis
otot,
ataksia,
amnesia,
depresi,
light-headedness,
bingung,
halusinasi, pandangan kabur. Efek yang jarang terjadi: sakit kepala, insomnia,
reaksi paradoksikal, tremor, hipotensi, gangguan gastrointestinal, ruam,
perubahan libido, menstruasi tidak teratur, retensi urin, diskrasia darah dan
ikterus.
e. Lorazepam
Lorazepam termasuk kelompok obat yang disebut benzodiazepines. Obat
ini mempengaruhi zat kimia di otak yang bisa saja menjadi tidak seimbang.
Ketidakseimbangan zat kimia dalam otak
Efek Samping
Sulit bernapas
Pandangan kabur
Sulit tidur
benzodiazepine
dan
barbiturate,
buspirone
tidak
sifat
penghambatan
reseptor
H1
dan
aktivitas
kolinergik
ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai, mulai dari sedasi,
hipnosis,
koma
sampai
dengan
kematian.
Efek
antianseitas
barbiturat
Benzodiazepin memiliki
lima
yaitu
anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot melalui medula spinalis, dan
amnesia retrograde (Tjay TH, 2002).
Benzodiazepin bukan antipsikotik atau analgetik. Semua benzodiazepin
memperlihatkan efek berikut :
Menurunkan Ansietas
Pada dosis rendah, benzodiazepin bersifat ansiolitik. Diperkirakan dengan
menghambat secara selektif saluran neuron pada sistem limbik otak.
Bersifat sedatif dan hipnotik
Semua benzodiazepin yang digunakan untuk mengobati cemas juga
mempunyai efek sedatif. Pada dosis yang lebih tinggi, benzodiazepin tertentu
dapat menyebabkan hipnosis (tidur yang terjadi secara artifisial)
Antikonvulsan
Beberapa benzodiazepin bersifat antikonvulsan dan digunakan
untuk
yang terjadi mungkin tidak semuanya melalui GABA sebagai mediator. Barbiturat
memperlihatkan beberapa efek yang berbeda pada eksitasi dan inhibisi transmisi
sinaptik. Kapasitas berbiturat membantu kerja GABA sebagian menyerupai kerja
benzodiazepine, namun pada dosis yang lebih tinggi dapat bersifat sebagai
agonis GABA-nergik, sehingga pada dosis tinggi barbiturat dapat menimbulkan
depresi SSP yang berat. (Striessnig dkk., 1998).
Obat golongan Benzodiazepin :
Berdasarkan kecepaan metabolismenya dapat dibedakan menjadi 3
kelompok yaitu short acting, long acting, dan ultra acting.
1)
Longacting
tidak
terakumulasi
pada
penggunaan
berulang.
3) Ultrashortacting
Lama kerjanya sangat kurang dari short acting. Hanya kurang dari 5,5 jam.
Efek abstinensia lebih besar terjadi pada obat-obatan jenis ini. Selain sisa
metabolit aktif menentukan untuk perpanjangan waktu kerja, afinitas terhadap
reseptor juga sangan menentukan lamanya efek yang terjadi saat penggunaan
(Schmitz, 2008).
Efek Samping Reseptor GABA dan Ansiolitik yang Langka
Barbiturat
Efek samping dari obat barbiturate Disforia paradoksikal, hiperaktivitas, dan
disorganisasi kognitif. Efek samping yang jarang adalah
Jhonshon, anemia megaloblastik, dan osteopeni (Katzung, 2006)
Benzodiazepine
sindroma Steven
1. Diazepam
2. Klonazepam
3. Nitrazepam
Interaksi Obat
Barbiturat
Reaksi obat, Kombinasi barbiturat dengan depresan SSP lain misal etanol
akan meningkatkan efek depresinya; Antihistamin, isoniasid, metilfenidat, dan
penghambat MAO juga dapat menaikkan efek depresi barbiturat. Interaksi obat
yang paling sering melibatkan hipnotik-sedatif adalah interaksi dengan obat
depresan susunan saraf pusat lain, yang menyebabkan efek aditif. Efek aditif yang
jelas dapat diramalkan dengan penggunaan minuman beralkohol, analgesik
narkotik, antikonvulsi, fenotiazin dan obat-obat anti depresan golongan trisiklik
(Rang, 1999).
Tabel. Interaksi Obat
N
O
1
Obat A
Obat B
Barbiturat alkohol
Mekanisme
Nama Dagang
A
Bekerja
B
padaMengganggu
Alkohol
Amobarbital
seluruh
systemkeseimbangan
memperberat
(AMYTAL),
berikatandan
eksitasidepresi
inhibisi
SSP,Aprobarbital
dimemperberat
dengan
otak
komponen-
penghambatan
komponen
atau
molekuler
saraf
memperberat
reseptor GABAA
perangsangan
kelemahan otot
(ALURATE),
karenahipotensi (padaButabarbital
pemakaian
(BUTISOL),
penekananparenteral),
Mefobarbital
(MEBARAL)
(pemakaian
2
Benzodia Disulfiram
Berinteraksi
parenteral)
Disulfiram
zepin
dengan
menghambat
(CETALGIN),
penghambat
metabolisme
Lorazepam
neurotransmitter
golongan
(ATIVAN),
yang
benzodiazepin
Midazolam
reseptor
diaktifkan
oleh GABA.
dihati
Diazepam
sehingga(DORMICUM),
meningkatkan
kadar
benzodiazepin
3
Benzodia Simetidin
Berinteraksi
zepin
dengan
Menghambat
reseptorreseptor
penghambat
yang
H2menghambat
secara
neurotransmitter dan
selektifmetabolism
reversiblegolongan
diaktifkansehingga
oleh GABA.
dalam darah.
Simetidin
benzodiazepin
menghambat
sekresi
dihati
Diazepam
(CETALGIN),
Lorazepam
(ATIVAN),
Midazolam
sehingga(DORMICUM),
asammeningkatkan
lambung.
kadar
benzodiazepin
Benzodia Valproat
Berinteraksi
Meningkatkan
dalam darah.
Valproat
Diazepam
zepin
dengan
reseptorkadar
penghambat
GABAmenurunkan
dalam otak
(CETALGIN),
glukuronidasi
Lorazepam
neurotransmitter
benzodiazepine (ATIVAN),
yang
yang
diaktifkan
oleh GABA.
secaraMidazolam
utama
(DORMICUM),
dimetabolisme
konjugasi
glukuronida
sehingga
meningkatkan
efek
5
Fenobarb Asam
Bekerja
ital
seluruh
Valproat
padaMeningkatkan
systemkadar
benzodiazepin.
Asam ValproatAsam
GABAmeningkatkan
Valproat
(Depakene,
kadar
hanya
fenobarbital 40%Fenobarbital
berikatan
Ikalep),
dengan
karena
(BELLAPHEEN,
komponen-
terjadinya
PHENTAL,
komponen
penghambatan PIPTAL
molekuler
hidroksilasi
reseptor GABAA
fenobarbital.
PDIATRIC,
SIBITAL
(Jordan,Sue,2004).
Jenis
Metabolit Aktif
Ekskresi
1- Hydroxymeth
urin 90 %
2- Hydroxdiazepam
urin
Obat
1
Midazol
am
Diazepa
m
ylmidazolam
Ndesmethyldia
zepam,
Oxazep
Urin
am
Alprazol
urin
am
Lorazep
urin 88%
am
Pentoba
rbial
amobar
urin
Urin,
bital
feces
(Deglin, 2005)
Nama Obat
Midazolam
Diazepam
Oxazepam
Alprazolam
Lorazepam
Pentobarbital
Amobarbital
Waktu Paruh
2-6 jam
20 - 70 jam
2,8 5,7 jam
13 jam
14 jam
15 - 50 jam
15 - 40 jam
(Deglin, 2005)
1.
2.
Kategori B
Digunakan terbatas, pengaruh buruk tidak terbukti. Berdasarkan uji toksikologi
pada hewan dibedakan :
a. B1 : Tidak terbukti
b. B2 : Percobaan terbatas, tidak ditemukan peningkatan kerusakan janin
pada hewan
Kategori C
Memberi pengaruh buruk (reversible) tanpa malformasi anatomi, (semata
karena efek farmakologik obat)
4.
Kategori D
Menyebabkan peningkatan malformasi dan kerusakan janin yang irreversible,
efek farmakologik juga merugikan
5.
Kategori X
6.