Anda di halaman 1dari 25

INOVASI PENDIDIKAN KEJURUAAN

KEBIJAKAN PENDIDIKAN TENTANG KEPALA SEKOLAH BIDANG


KEJURUAAN

Oleh :
NOFRIANDI 1309247

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN


PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indikasi perkembangan kemajuan zaman yang semakin tanpa batas dan
dikemas dalam frame globalisasi, membuktikan bahwa adanya peningkatan
Human Resources dari hari ke hari. Peningkatan ini semakin menunjukkan
lompatan dan percepatan yang luar biasa. Percepatan peningkatan SDM ini
apabila kita telaah dari sektor industri jelas memiliki hubungan yang signifikan,
dan sektor industri telah siap mengantisipasi kearah itu, dengan berbagai istilah
sertifikasi yang ada di dunia industry menuntut peningkatan SDM bahkan SDA.
Sehubungan dengan narasi di atas, apabila kita tarik dalam dunia
pendidikan maka akan ada benang merah yang mengarah pada pertanyaan, sudah
siapkah lembaga pendidikan/sekolah mengantisipasi percepatan kemajuan zaman
tersebut?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu upaya ekstra keras dari
sivitas lembaga pendidikan dalam mempersiapkan infrastrukturnya baik perangkat
keras, maupun perangkat lunak.
Salah satu bentuk yang jelas terlihat dari paparan di atas adalah adanya
perubahan sekolah dalam mempersiapkan perangkat keras, perangkat lunak, dan
sumber daya manusianya. Sebab sebagai menara gading maka sekolah identik
dengan mencetak cendikia-cendikia yang cerdik, cerdas, jujur, dan bertanggung
jawab. Perubahan sekolah akan diawali dari manajerial sekolahan, mulai dari
Planning/Perencanaan, Organizing/Pengorganisasian, Actuating/Pengerahan, dan
Controlling/Pengawasan (POAC).
Secara teoritis, organisasi sekolah dalam menyelenggarakan programnya
terlebih dahulu menyusun tujuan dengan baik yang penerapannya dilakukan
secara efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar (PBM). Keefektifan
organisasi sekolah tergantung pada rancangan organisasi dan pelaksanaan fiingsi
komponen organisasi yang meliputi proses pengelolaan informasi, partisipasi,
pelaksanaan tugas pokok organisasi, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
dan pengendalian.

Kepala

sekolah

memiliki

peranan

yang

sangat

kuat

dalam

mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya


pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan
salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi,
misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan
secara terencana dan bertahap. Kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan
manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif
dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.
Edmonds (Sagala: 2005) tentang sekolah efektif menunjukkan bahwa
peran kepala sekolah sedemikian penting untuk menjadikan sebuah sekolah pada
tingkatan yang efektif. Asumsinya adalah bahwa sekolah yang baik akan selalu
memiliki kepala sekolah yang baik, artinya kemampuan profesional kepala
sekolah dan kemauannya untuk bekerja keras dalam memberdayakan seluruh
potensi sumber daya sekolah menjadi jaminan keberhasilan sebuah sekolah.
Untuk

lebih

mengefektifkan

pelaksanaan

pekerjaannya

dan

dapat

mendayagunakan seluruh potensi sumber daya yang ada di sekolah maka kepala
sekolah harus memahami perannya.
Kehadiran kepala sekolah sangat penting karena merupakan motor
penggerak bagi sumber daya sekolah terutama guru, karyawan, dan anak didik.
Begitu besarnya peranan sekolah dalam proses pencapaian tujuan pendidikan,
sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya inovasi pendidikan dan kegiatan
sekolah sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh
kepala sekolah. Namun, perlu dicatat bahwa keberhasilan seorang pemimpin
dalam melaksanakan tugasnya, tidak ditentukan oleh tingkat keahliannya dibidang
konsep dan teknik kepemimpinan semata, melainkan lebih banyak ditentukan oleh
kemampuannya

dalam

memilih

dan

menggunakan

teknik

atau

gaya

kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dipimpin.


Pandangan diatas menunjukan begitu pentingnya menelaah dan membahas
kembali tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam melaksanakan inovasi
pendidikan agar tercipta sekolah efektif dan berkwalitas.

PEMBAHASAN
A.

Peran dan Tanggung jawab Kepala Sekolah


Kepemimpinan merupakan salah satu elemen penting dalam mencapai,

mempertahankan dan meningkatkan kinerja organisasi. Koseptualisasi teori-teori


kepemimpinan, telah menarik perhatian dan diskusi panjang para peneliti dan para
praktisi.
Desentralisasi dan otonomi pendidikan akan berhasil dengan baik, jika
diiringi pemberdayaan pola kepemimpinan kepala sekolah yang optimal.
Pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan secara fungsional, sehingga
kepala sekolah mampu berperan sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung
jawabnya. Kepala sekolah harus bertindak sebagai manajer dan pemimpin yang
efektif.
Sebagai pengelola pendidikan, berarti kepala sekolah bertanggung jawab
terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan cara
melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh substansinya. Disamping itu
kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang
ada agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh karena
itusebagai pengelola, kepala sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan
kinerja para personal (terutama para guru) ke arah profesionalisme yang
diharapkan.
Sebagai pemimpin formal, kepala sekolah bertanggungjawab atas
tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan para bawahan ke arah
pencapaiantujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kepala sekolah
bertugasmelaksanakan

fungsi-fungsi

kepemimpinan,

baik

fungsi

yang

berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim


sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses belajar mengajar secara efektif
dan efisien. (Moch. Idhochi Anwar, 2003: 75)
Dalam persepektif kebijakan pendidikan nasional (depdiknas, 2006),
terdapat tujuh peran kepala sekolah yaitu yaitu, sebagai : (1) edukator (pendidik);

(2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor; (5) leader (pemimpin); (6) pencipta
iklim kerja; (7) wirausahawan. (http://www.depdiknas.go.id/inlink)
Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan
oleh Depdiknas di atas, dibawah ini akan diuraikan peran kepala sekolah dalam
suatu lembaga pendidikan.
1. Kepala Sekolah Sebagai Edukator (Pendidik)
Kepala sekolah sebagai edukator harus memiliki strategi yang tepat
untuk meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik di sekolahnya,
menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga
sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga pendidik serta
melaksanakan model pembelajaran yang menarik. Kepala sekolah harus
berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya 4 macam
nilai, yaitu pembinaan mental, moral, fisik dan artistik.
Dalam rangka meningkatkan kinerja sebagai edukator, kepala sekolah
harus merencanakan dan melaksanakan program sekolah dengan baik, antara
lain:
a. Mengikutkan tenaga pendidik dalam penataran guna menambah
wawasan, juga memberi kesempatan kepada tenaga pendidik untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke
jenjang yang lebihtinggi.
b. Menggerakkan tim evaluasi hasil belajar untuk memotivasi peserta
didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya.
c. Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah dengan
menekankan disiplin yang tinggi.
Di samping hal tersebut di atas, kepala sekolah hendaknya sering
memberikan pengertian akan ciri-ciri seorang tenaga pendidik yang baik
sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Ghazali, yaitu:
a. Senantiasa menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
Swt., ke dalam jiwa peserta didik.
b. Senantiasa memberikan contoh (suri tauladan) yang baik terhadap
peserta didik.

c. Senantiasa mencintai peserta didik layaknya mencintai anak


kandungnya sendiri.
d. Senantiasa memahami minat, bakat dan jiwa peserta didik.
e. Jangan mengharapkan materi atau upah sebagai tujuan utama
mengajar.
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan
guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah,
kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap
pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu
akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya,
sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfalisitasi dan mendorong agar
para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.
2. Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Tugas manajer adalah merencanakan, mengorganisasikan, mengatur,
mengkoordinasikan dan mengendalikan dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Manajer adalah orang yang melakukan sesuatu secara benar
(Vincent Gaspersz, 2003: 201). Dengan demikian, kepala sekolah harus
mampu merencanakan dan mengatur serta mengendalikan semua program
yang telah disepakati bersama.
Dalam mengelola tenaga pendidikan, salah satu tugas penting yang
harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan
dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini kepala sekolah
seyogyanya dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas
kepada guru untuk melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui
berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yag dilaksanakan sekolah,
seperti: MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional
dan sebagainya, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan diluar
sekolah, seperti: kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai
kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.

3. Kepala Sekolah Sebagai Administrator


Kepala sekolah sebagai administrator sangat diperlukan karena
kegiatan di sekolah tidak terlepas dari pengelolaan administrasi yang bersifat
pencatatan dan pendokumentasian seluruh program sekolah. Kepala sekolah
dituntutmemahami dan mengelola kurikulum, administrasi peserta didik,
administrasi sarana dan prasarana, dan administrasi kearsipan. Kegiatan
tersebut perlu dilakukan secara efektif agar administrasi sekolah dapat tertata
dan terlaksana dengan baik.
Kemampuan kepala sekolah sebagai administrator harus diwujudkan
dalam penyusunan kelengkapan data administrasi pembelajaran, bimbingan
dan konseling, kegiatan praktikum, kegiatan di perpustakaan, data
administrasi peserta didik, guru, pegawai TU, penjaga sekolah, teknisi dan
pustakawan, kegiatan ekstrakurikuler, data administrasi hubungan sekolah
dengan orang tua murid, data administrasi gedung dan ruang dan surat
menyurat.
Kepala sekolah sebagai administrator dalam hal ini juga berkenaan
dengan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru
tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan
anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap
tingkat kompetensi para gurunya.
Masalah keuangan adalah masalah yang peka. Oleh karena itu dalam
mengelola bidang ini kepala sekolah harus hati-hati, jujur dan terbuka agar
tidak timbul kecurigaan baik dari staf maupun dari masyarakat atau orang tua
murid.
Banyak keperluan sekolah yang harus dibiayai, dan semakin banyak
pula biaya yang diperlukan. Dalam hal ini kepala sekolah harus memiliki daya
kreasi yang tinggi untuk mampu menggali dana dari berbagai sumber,
diantaranya dapat diperoleh misalnya dari siswa atau orang tua, masyarakat,
pemerintah, yayasan, para dermawan dan sebagainya. Disamping itu kepala
sekolah juga harus mampu mengalokasikan dana atau anggaran yang memadai
bagi upaya peningkatan sekolah/sekolah. (Soewaji Lazaruth, 1993: 26)

4. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor


Sebagai supervisor, kepala sekolah berfungsi untuk membimbing,
membantu dan mengarahkan tenaga pendidik untuk menghargai dan
melaksanakan prosedur-prosedur pendidikan guna menunjang kemajuan
pendidikan. Kepala sekolah juga harus mampu melakukan berbagai
pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga pendidik.
Hal ini dilakukan sebagai tindakan preventif untuk mencegah agar para
tenaga pendidik tidak melakukan penyimpangan dan lebih hati-hati dalam
melaksanakan tugasnya.
Untuk

mengetahui

sejauh

mana

guru

mampu

melaksanakan

pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan


supervisi, yang dapat dilakukan meliputi kegiatan kunjungan kelas untuk
mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan
dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan
sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat
penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan
solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki
kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam
melaksanakan pembelajaran.
Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002)
mengemukakan bahwa menghadapi kurikulum yang berisi perubahanperubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi
pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran
danbimbingan dari kepala sekolah mereka. Dari ungkapan ini, mengandung
makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum
sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran
danbimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan
baik. (Sudarwan Danim, 2002: 59)
5. Kepala Sekolah Sebagai Leader (Pemimpin)

Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya


kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan
kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan
kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya
kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan yang ada.
Menurut John Gage Allee, Leader is a guide; a conductor; a
commander. (Pemimpin itu adalah penunjuk pemandu, penuntun dan
komandan).
Kepribadian kepala sekolah sebagai leader menurut Ordway Tead
harus menunjukkan sifat-sifat:
a. Kesadaran akan tujuan dan arah
b. Antusiasme
c. Keramahan dan kecintaan
d. Integritas (keutuhan, kejujuran dan ketulusan hati)
e. Penguasaan teknis
f. Ketegasan dalam mengambil keputusan
g. Kecerdasan
h. Keterampilan mengajar
i. Kepercayaan
6. Kepala Sekolah Sebagai Pencipta Iklim Kerja
Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap
guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang
disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam
upayamenciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) para guru akan
bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan
menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan
diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia
bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3)
para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, (4)

pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman


juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik
guru, sehingga memperoleh kepuasan.
7. Kepala Sekolah Sebagai Wirausahawan (Entrepreneur)
Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan
peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat
menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan
berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuatakan
berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya,termasuk
perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran
siswa beserta kompetensi gurunya.
Kepala sekolah sebagai wirausahawan harus mampu mencari,
menemukan dan melaksanakan berbagai pembaharuan yang innovatif dengan
menggunakan strategi yang tepat, sehingga terjalin hubungan yang
harmonisantara kepala sekolah, staf, tenaga pendidik dan peserta didik, di
samping itujuga agar pendidikan yang ada menjadi semakin baik.
Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas,
secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kompetensi seluruh komponen pendidikan, yang pada
gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di
sekolah.

B.

Standar Kualifikasi Kepala Sekolah

Menurut permendiknas nomer 13 tahun 2007 terdapat beberapa kualifikasi


untuk dapat menjadi kepala sekolah yaitu kualifikasi umum dan kualifikasi khusus
:
1. Kuakifikasi umum kepala sekolah/madrsah adalah sebagai berikut:
a.
Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-4)
kependidikan/non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi.
b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun.
c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun menurut jenjang
sekolah masing-masing, kecuali di taman kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA)
memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 tahun di TK/RA; dan
d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) &
bagi Non PNS disertakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan
2.
a.
1)
2)
3)

atau lembaga yang berwenang.


Kualifikasi khusus kepala sekolah/madrasah meliputi :
Kepala Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) adalah sebagai berikut :
Berstatus sebagai guru TK/RA
Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK/RA
Memiliki sertifikat kepala TK/RA yang diterbitkan oleh lembaga yang telah

b.
1)
2)
3)

ditetapkan pemerintah.
Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagi berikut :
Berstatus sebagaiguru SD/MI
Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI; dan
Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan

pemerintah.
c. Kepala Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) adalah
sebagai berikut:
1) Berstatus sebagai guru SMP/MTS
2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs; dan
3) Memeilik sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan pemerintah
d. Kepala Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) adalah sebagai
berikut :
1) Berstatus sebagai guru SMA/MA;
2) Memiliki serifikat pendidik sebagi guru SMA/MA; dan
3) Memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga yang
e.

ditetapakan pemerintah
Kepala Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK)

adalah sebagai berikut :


1) Berstatus sebagai guru SMK/MAK;
10

2) Memiliki serifikat pendidik sebagi guru SMK/MAK; dan


3) Memiliki sertifikat kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapakan pemerintah
f.
Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa/Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa ( SDLB/SMPLB/SMALB) adalah
sebagai berikut :
1) Berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan SDLB/SMPLB/SMALB;
2) Memiliki serifikat pendidik sebagi guru SDLB/SMPLB/SMALB; dan
3) Memiliki sertifikat kepala SDLB/SMPLB/SMALB yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditetapakan pemerintah.
g. Kepala Sekolah Indonesia Luar Negeri adalah sebagai berikut :
1) Memiliki pengakuan sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai kepala sekolah.
2) Memiliki serifikat pendidik sebagi guru pada slah satu satuan pendidikan
3) Memiliki sertifikat kepala sekolah yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapakan pemerintah.1[3]
C. Persyaratan Kepala Sekolah
Pesyaratan untuk menjadi kepala sekolah, tercantum dalam Permendiknas
Nomor 28 Tahun 2010 Tentang Syarat-syarat Kepala Sekolah pasal 2, yaitu :
1)

Guru dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah apabila

memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus.


2) Persyaratan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b) memiliki kualifikasi akademik paling rendah sarjana (S1) atau diploma empat (DIV) kependidikan atau nonkependidikan perguruan tinggi yang terakreditasi;
c) berusia setinggi-tingginya 56 (lima puluh enam) tahun pada waktu pengangkatan
pertama sebagai kepala sekolah/madrasah;
d) sehat jasmani dan rohani berdasarkan surat keterangan dari dokter Pemerintah;
e) tidak pernah dikenakan hukuman disiplin sedang dan/atau berat sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
f) memiliki sertifikat pendidik;
g) pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenis dan
jenjang sekolah/madrasah masing-masing, kecuali di taman kanakkanak/raudhatul
athfal/taman kanak-kanak

luar biasa (TK/RA/TKLB) memiliki pengalaman

mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA/TKLB;


h) memiliki golongan ruang serendah-rendahnya III/c bagi guru pegawai negeri sipil
(PNS) dan bagi guru bukan PNS disetarakan dengan kepangkatan yang
1
11

dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang dibuktikan dengan SK


i)

inpasing;
memperoleh nilai amat baik untuk unsur kesetiaan dan nilai baik untuk unsur
penilaian lainnya sebagai guru dalam daftar penilaian prestasi pegawai (DP3) bagi
PNS atau penilaian yang sejenis DP3 bagi bukan PNS dalam 2 (dua) tahun

j)

terakhir; dan
memperoleh nilai baik untuk penilaian kinerja sebagai guru dalam 2 (dua) tahun

terakhir.
3)
Persyaratan khusus guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala
sekolah/madrasah meliputi:
a) berstatus sebagai guru pada jenis atau jenjang sekolah/madrasah yang sesuai
dengan sekolah/madrasah tempat yang bersangkutan akan diberi tugas tambahan
sebagai kepala sekolah/madrasah;
b) memiliki sertifikat kepala sekolah/madrasah pada jenis dan jenjang yang sesuai
dengan pengalamannya sebagai pendidik yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditunjuk dan ditetapkan Direktur Jenderal.
4) Khusus bagi guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah
Indonesia luar negeri, selain memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) butir a dan b juga harus memenuhi persyaratan khusus tambahan sebagai
a)

berikut:
memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sebagai kepala

sekolah/madrasah;
b) mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan atau bahasa negara dimana yang
bersangkutan bertugas;

C.

Konsep Inovasi Pendidikan


1. Pengertian Inovasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, inovasi ialah pemasukan atau
pengenalan hal-hal baru; pembaharuan, penemuan baru yang berbeda dari
yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode atau
alat). (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996: 541).
Menurut

Miles

dalam

Soemanto,

inovasi

ialah

macam-macam

perubahan genus. Inovasi sebagai perubahan disengaja, baru, khusus untuk


12

mencapai tujuan-tujuan sistem. Jadi perubahan ini dikehendaki dan


direncanakan. (W. Soemanto, 1980: 62)
Inovasi merupakan suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barangbarang buatan manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang baru
bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat). Hal yang baru itu dapat
berupa hasil invensi atau discoveri yang digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu dan diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau kelompok
masyarakat. Jadi inovasi adalah bagian dari perubahan sosial.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa inovasi
pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk
memecahkan masalah pendidikan. Jadi inovasi pendidikan adalah suatu ide,
barang, metode yang dirasakan atau daimati sebagai hal yang baru bagi
seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau
discoveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk
memecahkan masalah pendidikan.
2. Inovasi Pendidikan di Sekolah
Pelaksanaaan inovasi pendidikan di Sekolah seperti inovasi dalam
konteks guru, siswa, kurikulum, fasilitas, dan lingkup social masyarakat tidak
dapat dipisahkan dari inovator dan pelaksana inovasi itu sendiri. Inovasi ini
sengaja diciptakan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau
pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha
untuk meningkatkan efisiensi dan sebaginya.
a. Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan
pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian
dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar
mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa
siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal yang dapat
membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang
diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa,
hubungan antar individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan

13

unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti adminstrator,


misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya,
pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri. Dengan demikian, maka dalam
pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi
pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran
yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa
melibatkan mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang
diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya, karena
mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan
miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan
mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu,
dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat
karena guru mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua,
sebagai teman, sebagai motivator dan sebagainya (Wright:1987).
b. Siswa
Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses
belajar
mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses
belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui
penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan
komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa
terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan,
walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada
perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan,
sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama
yang harus dilaksanakan dengan konsekwen. Peran siswa dalam inovasi
pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya,
karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran
pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena
itu,

dalam

memperkenalkan

inovasi

pendidikan

sampai

dengan

penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak

14

saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi


resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya.
c. Kurikulum
Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah
meliputi program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman
dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu
kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan
inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan
unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa
mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi
pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya
sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti
dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari keduaduanya akan berjalan searah.
d. Fasilitas
Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa
diabaikan dalam dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar
mengajar. Dalam pembahruan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan
hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan.
Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa
dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas
belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan
perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam
menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan.
e. Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara
langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik
positif maupun negatif, dalam pelaklsanaan pembahruan pendidikan.
Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak,

15

terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan
sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di
mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya,
inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka
tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi
pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam
melaksanakan inovasi pendidikan di sekolah.
D.

Peran Kepala Sekolah Dalam Melaksanakan Inovasi Pendidikan


Kepala sekolah merupakan top leader dari suatu lembaga pendidikan.
Kebijakan yang diputuskan merupakan hal yang strategis dalam keberhasilan
sekolah. Kepala sekolah seharusnya orang yang memiliki kecerdasan,
kekreatifan, dan visi dan tujuan ke depan dalam rangka menatap realitas
masyarakat yang semakin g;lobal. Menurut pandangan Gorton, kepala sekolah
adalah agen pembaharu, sangat penting dalam inovasi pendidikan. Tugas
pokok dalam inovasi pendidikan adalah menilai efektivitas program,
mengkaji,

mengembangkan

dan

mengimplementasikan

program

pengembangan sekolah.
Tugas Kepala Sekolah adalah sebagai agen utama perubahan yang
mendorong dan mengelola agar semua pihak yang terkait, termotivasi dan
berperan aktif dalam inovasi pendidikan. Upaya kepala sekolah sebagai agen
perubahan bisa meliputi:
1. Catalyst
Catalyst berperan meyakinkan orang lain tentang perlunya perubahan
menuju kondisi yang lebih baik. Misalnya kepala sekolah menyakinkan orang
tua siswa untuk memupuk disiplin anak.
2. Solution Givers
Berperan untuk mengingatkan akan tujuan akhir dari perubahan yang
dilaksanakan. Cara boleh berubah, tetapi tujuan akhir harus tetap
dipertahankan.

16

3. Process Helpers
Berperan

membantu

kelancaran

proses

perubahan,

khususnya

menyelesaikan masalah yang muncul dan membina hubungan antarapihakpihak yang terkait.
4. Resources Linkers
Berperan untuk menghubungkan orang dengan pemilik sumber dana/alat
yang diperlukan.
Tahapan yang dapat dipersiapkan dalam mengelola inovasi sekolah adalah
sebagai berikut :
1. Tahap Penemuan, misalnya kepala sekolah menemukan bahwa siswa tidak
disiplin.
2. Tahap Pengkomunikasian, temuan tersebut dikomunikasikan dengan pihak
terkait, untuk mendapatkan konfirmasi apakah hal itu memang benar-benar
terjadi.
3. Tahap Pengkajian, masalah tersebut dikaji untuk ditemukan penyebabnya.
Untuk itu perlu digali data yang relevan, kemudian dianalisis secara
cermat.
4. Tahap Mencari Sumber Pendukung, artinya mencari sumber, baik orang
maupun sarana untuk melaksanakan perubahan yang akan dirancang.
5. Tahap Trial/Mencoba, dalam tahap ini ditentukan langkah perubahan yang
akan ditempuh, termasuk personalia pelaksananya.
6. Memerluas dukungan, artinya mencari dukungan dari berbagai pihak yang
terkait untuk pelaksanaan perubahan tersebut.
7. Pembaharuan, pada tahap ini perubahan dimulai, selanjutnya merupakan
problem solving yaitu memecahkan masalah yang muncul akibat
perubahan tersebut.
Disamping itu Ibrahim berpandangan bahwa, peran kepala sekolah dalam
melaksanakan inovasi pendidikan, (Ibrahim, 1998: 172) adalah:
a. Merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus inovasi pendidikan yang
akan dilaksanakan dengan rumusan yang jelas,
b. Mengidentifikasi masalah,

17

c. Menentukan kebutuhan,
d. Mengidentifikasi sumber penunjang dan penghambat,
e. Menentukan alternatif kegiatan berdasarkan faktor penunjang yang ada
serta mempertimbangkan adanya hambatan yang mungkin timbul baik
dari dalam sistem (sekolah) maupun dari luar sistem (masyarakat),
f. Menentukan alternatif pemecahan masalah,
g. Menentukan alternatif cara pendayagunaan sumber yang ada,
h. Menentukan kriteria untuk memilih alternatif pemecahan masalah,
i. Menetukan alternatif pengambil keputusan,
j. Menentukan

kriteria

untuk

menilai

hasil

inovasi

pendidikan

berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan.


Agar perubahan dapat terjadi dan berjalan dengan baik, maka kepala
sekolah harus berperan sebagai pemimpin yang memiliki visi jelas, yaitu
gambaran sekolah yang dicita-citakan. Disamping itu kepala sekolah harus
mampu membimbing, mendorong, dan mengorganisasikan staff dengan baik.
Dukungan staff dan pihak terkait sangat penting dalam mengelola perubahan, cara
memperoleh dan mempertahankan dukungan antara lain ; (1) mengundang umpan
balik dari semua pihak sehingga yang bersangkutan merasa ikut memiliki program
perubahan tersebut; (2) memberikan masukan yang konstruktif ke pihak
pelaksana; (3) melibatkan sebanyak mungkin pihak terkait, agar merasa dihargai.
Adapun bentuk-bentuk inovasi yang dapat dilaksanakan oleh kepala
sekolah adalah:
1. Inovasi Fisik
a. Kurikulum
Inovasi/pembaharuan kurikulum yang dilakukan oleh Kepala sekolah
adalah modifikasi kurikulum, yaitu menambah jam pelajaran 45 jam
permingu menjadi 48 jam. Atau 70 % ilmu umum harus dibaca 100 %
dalam proses pelaksanaan pengajarannya. Hal ini dilakukan oleh kepala
sekolah agar tidak kalah dengan sekolah lain, siswa dapat memahami ilmu
umum dan ilmu agam secara seimbang. Disamping itu juga menerapkan
integrated learning, dan integrated curriculum. Integrated learning adalah

18

pengintegrasian materi-materi agama ke dalam materi umum. Integrated


curriculum adalah penerapan perpaduan antara pelajaran umu dengan
agama. Dengan upaya pengintegrasian tersebut, siswa mengalami
peningkatan kualitas pendidikan, baik dari aspek kualitas akademik dan
aspek psikis dengan meningkatnya moralitas anak. Jadi adanya
keseimbangan antara pemahaman ilmu umum dan pemilikan akhlaq.
b. Inovasi Sarana dan prasarana
Inovasi pengelolaan sarana dan prasarana dapat terwujud melalui
kerjasama sekolah dengan orang tua siswa (komite sekolah), misalnya
membangun gedung, LAB bahasa, LAB IPA, komputerisasi, dan lain-lain.
c. Inovasi Pengelolaan Keuangan
Ide gagasan inovasi pengelolaan keuangan dengan konsep open
management yang datang dari kepala sekolah kepada bawahan harus
ditangkap secara matang dalam proses mengambil kebijakan demi
lancarnya proses pembelajaran di sekolah. Proses pengelolaan keuangan di
sekolah dapat melalui dua tahapan yaitu, tahapan penerimaan yang khusus
dipegang satu orang, tahapan pengeluaran dipegang dan dikontrol satu
orang. Proses pembelanjaan keuangan, dipasrahkan kepada guru dan
karyawan. Sebagai bukti laporan menyerahkan secara rasional dan
profesional.
Dari uraian di atas, bahwa konsep inovasi pengelolaan keuangan,
menggunakan konsep self managing school sebagai pengejawantahan
manajemen berbasis sekolah (Fattah, 2000: 7-8), yaitu pelibatan pada
bawahan untuk mengelola keuangan sebaik mungkin.
d. Inovasi Strategi Pembelajaran
Inovasi strategi pembelajaran yang dilaksanakan diantaranya, yaitu
team teaching, guru bidang studi, class grouping, rotation class, bimbingan
ebtanas, pondok ebtanas, penggunaan 101 strategi pembelajaran.
2. Inovasi non Fisik
a. Pengelolaan siswa

19

Dalam konsep inovasi, bahwa siswa merupakan faktor internal yang


mempengaruhi keberhasilan inovasi pendidikan. Siswa terlibat langsung
dalam proses belajar mengajar di sekolah. Inovasi pengelolaan siswa dapat
dimulai dari penerimaan siswa baru, yaitu melalui seleksi yang matang
tidak asal terima, kemudian digodok melalui proses belajar mengajar yang
berkwalitas sehingga menghasilkan out put (lulusan yang kwalitas).
b. Pengelolaan tenaga guru
Proses inovasi pengelolaan guru merupakan salah satu kunci
keberhasilan (key to succesfullnes) sekolah, sebab guru merupakan salah
satu komponen pendidikan yang mempengaruhi keberhasilan dalam
institusi pendidikan. Untuk itu, diperlukan profesionalisasi guru dibidang
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Profesionalisasi guru diperlukan
untuk melangsungkan proses inovasi di sekolah. Kecerdikan, kekreatifan,
dan memiliki etos dan komitmen yang tinggi tumbuh berkembang secara
personal profesional merupakan sikap inovatif yang dibutuh-kan pula
untuk melaksanakan inovasi pendidikan sekolah.
c. Pengelolaan hubungan masyarakat
Konsep school based management (manajemen berbasis sekolah) yang
diterapkan di sekolah, salah satunya proses pelibatan orang tua siswa
terhadap keputusan lembaga, menumbuhkan rasa memiliki "mutual
support". Masyarakat saling mendukung keputusan yang telah dicapai
bersama bahkan bertanggung jawab atas maju tidaknya sekolah. Sehingga
masyarakat menaruh kepercayaan, harapan yang tinggi terhadap sekolah.

20

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepala

sekolah

memiliki

peranan

yang

sangat

kuat

dalam

mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya


pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan
salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi,
misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan
secara terencana dan bertahap. Kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan
manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif
dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.
Sebagai pemimpin formal, kepala sekolah bertanggung jawab atas
tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan para bawahan ke arah
pencapaiantujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kepala sekolah
bertugasmelaksanakan

fungsi-fungsi

kepemimpinan,

baik

fungsi

yang

berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim


sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses belajar mengajar secara efektif
dan efisien. (Moch. Idhochi Anwar, 2003: 75)

21

Dalam persepektif kebijakan pendidikan nasional (depdiknas, 2006),


terdapat tujuh peran kepala sekolah yaitu yaitu, sebagai : (1) edukator (pendidik);
(2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor; (5) leader (pemimpin); (6) pencipta
iklim kerja; (7) wirausahawan.
Inovasi pendidikan di sekolah adalah langkah tepat yang harus diambil
oleh kepala sekolah, hal ini mengingat percepatan kemajuan zaman semakin
melaju dengan akselerasi yang luar biasa, sementara itu dunia pendidikan juga
dituntut untuk mengimbangi percepatan kemajuan tersebut.
Pelaksanaaan inovasi pendidikan di Sekolah seperti inovasi dalam konteks
guru, siswa, kurikulum, fasilitas, dan lingkup social masyarakat tidak dapat
dipisahkan dari inovator dan pelaksana inovasi itu sendiri.. Inovasi ini sengaja
diciptakan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan
kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk
meningkatkan efisiensi dan sebaginya.
Menurut pandangan Gorton, kepala sekolah adalah agen pembaharu,
sangat penting dalam inovasi pendidikan. Tugas pokok dalam inovasi pendidikan
adalah

menilai

efektivitas

program,

mengkaji,

mengembangkan

dan

mengimplementasikan program pengembangan sekolah.


Tugas Kepala Sekolah adalah sebagai agen utama perubahan yang
mendorong dan mengelola agar semua pihak yang terkait, termotivasi dan
berperan aktif dalam inovasi pendidikan. Upaya kepala sekolah sebagai agen
perubahan bisa meliputi: Catalyst, Solution Givers, Process Helpers, Resources
Linkers.

22

DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. (1997). Keterampilan Menjelang 2020 untuk Era Global (laporan
satuan tugas pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia).
Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Dikmenjur. (2008). Peran SMK dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi
Daerah. Jakarta: Dikmenjur.
Gultom,Syawal. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal. Diambil pada tanggal 4
Juni
2010,
dari
http://www.waspada.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=22233: pendidikan-berbasis-keunggulanlokal&catid=25:artikel&Itemid=44.
http://www.depdiknas.go.id/inlink
Moch. Idhochi Anwar, 2003: 75)

23

24

Anda mungkin juga menyukai