Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang


1

PERENCANAAN
BANGUNAN UTAMA

1.1

Penentuan Site Bendung


Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan site bendung adalah :
Data Geologi, meliputi :
1. Kondisi umum permukaan tanah daerah yang bersangkutan
2. Kondisi geologi lapangan
3. Kedalaman lapisan keras
4. Permeabilitas tanah

Data Mekanika Tanah, meliputi :


1. Bahan pondasi
2. Bahan konstruksi
3. Sumber bahan timbunan
4. Parameter tanah yang harus digunakan

Data Topografi, meliputi :


1. Peta daerah aliran sungai
2. Peta situasi untuk letak bangunan utama
3. Gambar potongan memanjang dan melintang sungai

Data morfologi, meliputi :


1. Kandungan sedimen
2. Distribusi ukuran butiran
3. Perubahan perubahan yang terjadi pada dasar sungai
4. Kemiringan dasar sungai
Dipertimbangkan untuk menyesuaikan bahan-bahan dasar sungai yang
lewat, sesuai dengan yang direncanakan atau untuk keamanan konstruksi
bendung, intake dan bangunan penguras.
5. Bahan dasar sungai
Tergantung dari : -

kemiringan dasar sungai

lokasi (hulu, tengah, hilir)

jenis material (gunung berapi, alluvial, dll)

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang

Pemilihan Lokasi Bendung

Daerah yang sesuai untuk bendung


endapan
gerusan

gerusan
endapan
Daerah yang sesuai untuk bendung

Gambar 1 Penentuan Site Bendung


a) Pada sungai yang lurus, tidak mendering.
Pemilihan lokasi yang tepat untuk dibangunnya sebuah bendung adalah pada
bagian sungai yang lurus. Dimana pada bagian tersebut tidak terjadi adanya
endapan maupun gerusan.
b) Pada lapisan impermeable, bukan pada site yang memungkinkan terjadinya
degradasi (gerusan) dengan agradasi (sedimentasi) baik di dasar atau di tebing.
c) Pada sungai dengan palung yang stabil (tanpa kelongsoran tebing dan gerusan
dasar sungai).
d) Pada outlet catchment area.

Sungai Utama

Cathcment Area

Anak Sungai

e) Pada site yang memungkinkan elevasi muka air dapat mengairi seluruh areal
irigasi.

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang

1.2

Desain Saluran Pengelak Sementara


Saluran pengelak yaitu saluran yang dibuat untuk mengalihkan aliran air

selama pelaksanaan konstruksi bangunan (bendung). Biasanya terletak di dekat cover


dam atau turap baja. Kapasitas saluran pengelak direncanakan berdasar debit dengan
kala ulang 10 - 20 tahun.
Perencanaan :
Data yang diperlukan :
Q10tahun

= 3,9 m3/dt

= 0,028

b/h

=3

(Tabel De Voss)

= 1,5

(Tabel De Voss)

= 0,68 m/dt

(Tabel De Voss)

( rencana )

Contoh Perhitungan :
A

= (b + mh) h = (3 h +1,5h)h = 4,5 h2

= b + 2h (m2 + 1)0.5 = 3h + 2 h 3.25 = 6,606 h

A
P

4,5 h 2

=V.A

3,9

= 0,68 x ,45 h2

= 1,129 m

= 6,606 h

= 0,681 h

= 3x 1,129

= 3,386 m

Maka :
b

= 3h

A = 4,5 h2
P

= 4,5 x (1,129)2

= 5,735 m2

= 6,606 h = 6,606 x (1,129)

= 7,457 m

R = 0,681 h = 0,681 x (1,129)

= 0,769 m

w =

1
1
x h =
x (1,129)
3
3

H =h+w
T

= 1,129 + 0,376

= (2 x m x h) + b
= (2 x 1,5 x 1,129) + 3,386

= 0,376 m
= 1,505 m

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang
= 6,774
A
T

D =

5,735

= 6,774 = 0,846 m
2

1
x R3 xS 2
n

2
1
x 0,769 3 x S 2
0.028

0,68

= 0,000515

Cek Aliran :
Fr

V
gxD

0,68

= 0,2359

9,81 x 0,847

<1

aliran subkritis

Perhitungan saluran pengelak sementara


Q5(m3/dt)

b/h

V(m/dt)

A(m2)

h(m)

b(m)

P(m)

3,9

1,5

0,680

0,028
0

5,735

1,129

3,38
7

7,457

R(m)
0,769

S
0,023

T(m)
5,645

1.3

D(m)
1,016

Fr
Aliran
0,215 subkritis

Penentuan Elevasi Puncak Mercu Bendung


Elevasi puncak mercu bendung ditentukan berdasarkan elevasi sawah tertinggi

yang akan diairi, ditambah dengan total kehilangan tinggi tekan pada bangunanbangunan dan saluran-saluran yang ada pada jaringan tersebut.
Diketahui :
Elevasi dasar sungai = +220,500
Elevasi sawah tertinggi = + 222,500 ............................. (ditentukan)
Maka perhitungan elevasi mercu bendung :
1. Elevasi sawah tertinggi

= + 222,500

2. Tinggi air di sawah

0,10

3. Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah

0,10

4. Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sekunder

0,10

5. Kehilangan tekanan dari saluran primer ke sekunder

0,10

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang
6. Kehilangan tekanan akibat kemiringan saluran

0,15

7. Kehilangan tekanan pada alat ukur

0,40

8. Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer

0,20

9. Persediaan untuk eksploitasi

0,10

10. Persediaan untuk lain-lain

0,25 +

Elevasi Mercu Bendung

+ 224,000

Tinggi bendung = Elevasi mercu bendung Elevasi dasar sungai


= 224 220,5
= 3,5 m
1.4

Penentuan Lebar Efektif Bendung


Lebar bendung adalah jarak antara pangkal bendung (abutment), sebaiknya

sama dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil.


Dalam menentukan lebar bendung, faktor utama yang dapat dipakai adalah
pertimbangan lebar sungai yang ada. Ketentuan untuk lebar maksimum bendung adalah
1.2 kali lebar rerata sungai pada ruas yang stabil. Hal ini mempunyai tujuan agar
setelah bendung dibangun, tidak terlalu banyak mengganggu aliran sungai.
Lebar efektif bendung (Be) dihubungkan dengan lebar bendung yang
sebenarnya / lebar mercu bendung (B) dengan persamaan :
Be = B 2.(n.Kp + Ka). He
B =bp-t

dimana : Be

= lebar efektif bendung

= lebar mercu bendung

= lebar bendung (lebar sungai)

= lebar pintu penguras

= jumlah lebar pilar

Kp

= koefisien kontraksi pilar

Ka

= koefisien kontraksi dinding samping

He

= tinggi tekan total di atas mercu

= jumlah pilar

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang
Data perencanaan lebar bendung :
Lebar bendung/sungai (b)

= 56 x 1.2 = 67,2 m

Jumlah pilar (n)

= 3

Tebal pilar utama

= 2m

Tebal pilar penguras

=1m

Lebar pintu penguras (p)

= (1 1

) x Lebar sungai 1 x67,2


10
10

= 3,7 m, menggunakan 3 pintu masing-masing dengan lebar 1,35 m dan


ketiganya dipisahkan oleh pilar dengan tebal 1 m
Pilar direncanakan (dari tabel 4.3 KP-02 Bangunan Utama, hal.40)
Kp = 0,01 (pilar berujung bulat)
Ka = 0,1 (pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 90 ke arah aliran
dengan 0,5 . H1 > F > 0,15 H1 )
Dengan dua pintu pembilas yang masing-masing 1,79 m, sehingga lebar mercu:
B = b ( pembilas + pilar ) pilar utama dinding penahan
= 67,2 ((3 x 1,35) +(2 x 1)) 2 - (2 x 0,5)
= 58,15 m
Lebar efektif bendung :
Be = B 2.(n.Kp + Ka). He
= 58,15 2.( 0.0.01+ 0,1). He
= 58,15 0,2 He
1.5 Perencanaan Mercu Bendung
1.5.1 Desain Mercu Bendung
Ada 2 tipe bendung yang biasa digunakan di Indonesia, yaitu :

Tipe Bulat

Tipe Ogee, ada 4 macam :


1. Ogee I

3. Ogee III

2. Ogee II

4. Ogee IV

Dalam perencanaan ini digunakan mercu bendung tipe Ogee II


Data-data teknis yang diketahui :
Lebar mercu bendung

(B)

= 58,15 m

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang
Lebar bendung efektif (Be)

= 58,25 0,2 He

Debit rencana

= 68 m3/dt

(Q)

Elevasi dasar sungai

= + 220,5

Elevasi puncak bendung = + 224


Tinggi bendung (P)

= 3,5 m

Perhitungan He :
Cd = 1,28 (asumsi)
Rumus :
Q

= Cd. 2/3. (2/3.g)0.5. Be .He1.5

68

= 1,28 . 2/3. (2/3. 9,81)0.5. (58,25 0,2He). He1.5

68

= 2,1823 (58,25 0,2He). He1.5

27,036

= (58,25 0,2He). He1.5

Dengan cara coba-coba didapat He = 0,60 m


Be

= 58,25 0,2 (0,60)


= 58,13 m

= Be ( P + He )
= 58,13 (3,5 + 0,60)
= 238,33 m2

Q
A
68

= 238,33
= 0,29 m2/dt
Hd = He - (V2 / 2g)
= 0,60 (0,292 / 2 . 9,81)
= 0,60 m
Persamaan Bentuk Pelimpah Ogee I
X 1,85

= 2 . Hd 0,85 Y

X 1,85 = 2 . (0,60) 0,85 Y


Y
Y
misal Y
Y

= 1,30 X 1,85
= 0,769. X 1,85
=1
= 0,769. X 0,85

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang
1

= 0,769. X 0,85

X 0,85

= 1,30

= 1,25

= 0,769 . X 1,85

= 0,769 . (1,25) 1,85

= 1,162

maka :

Tabel Persamaan Bentuk Pelimpah Ogee I


X

0,10

0.011

0,20

0.039

0,30

0.083

0,40

0.141

0,50

0.213

0,60

0.299

0,70

0.398

0,80

0.509

0,90

0.633

1,00

0.769

1,25

1.162

Untuk Mercu Type Ogee I :


R1 = 0,20 x Hd

= 0,282 x Hd

= 0,20 x 0,60

= 0,282x 0,60

= 0,120

= 0,169

R2 = 0,50 x Hd

1.5.2

Jarak R1

Jarak R2

= 0,175 x Hd

= 0,50 x 0,60

= 0,175 x 0,60

= 0,30

= 0,105

Tinggi Muka Air di atas Mercu Bendung


Pengukuran tinggi muka air di atas mercu bendung dilakukan sedikit agak ke

hulu, yaitu sebelum air berubah bentuk permukaannya mengikuti kelengkungan mercu.
Besar debit yang melewati bendung :

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang
Q = Cd. 2/3. (2/3.g)0.5. Be .He1.5
dimana :
Be

= lebar efektif bendung

He

= tinggi total energi

Cd

= C 0 . C1 . C2

= koefisien debit

Koefisien debit (Cd) adalah hasil dari :

Co : konstanta (= 1,30)

C1 : fungsi P/Hd dan He/Hd

C2 : faktor koreksi untuk permukaan hulu

Langkah-langkah perencanaan Cd :
1. Asumsi Cd.
Menghitung Hd
V =

Q
Q
=
Be

P
He
A

Hd = He

V2
2g

2.

Co = 1,3 (konstanta)

3.

Menghitung

P
Hd

4.

Menghitung

He
Hd

5.

Mencari C1 (KP 02 Bangunan Utama grafik 4.10 hal.49)

6.

Menghitung

7.

Mencari C2 (KP 02 Bangunan Utama grafik 4.7 hal 45)

8.

Menghitung

9.

Apabila Cd asumsi = Cd hitung

P
He

Cd = Co . C1 . C2
asumsi benar.

Perhitungan penentuan nilai Cd :


1.

Cd asumsi = 1,28
Q

= Cd. 2/3. (2/3.g)0.5. Be .He1.5

68

= 1,28 . 2/3 . (2/3.9,81)0.5 . (58,13 0,26 He) . He1.5

68

= 2,182 . (58,13 0,26 He) . He1.5

31,164
He

= (29,32 0,24 He) .He1.5


= 1,05

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang
2.

Be

= 58,13 0,26 He
= 58,13 0,26 (1,05)
= 57,86 m

3.

Q
A

Q
Be P He
68
=
57,86 3,5 1,05

= 0,258 m/dt
4.

Hd

= He

V2
2g

= 1,05

0,258 2
2 x 9,81

= 1,05 m
5.

Co = 1,3 (konstanta)

6.

P
Hd

= 1,05

7.

He
Hd

= 1,05

8.

9.

3,5

1,05

= 3,33
=1

Dari grafik didapatkan C1 = 0,985


P
He

3,5

= 1,05

= 3,33

10.

Untuk kemiringan muka hulu bendung 3 : 1, dari grafik didapat C2 = 1

11.

Cd

= Co . C1 . C2
= 1,3 x 0,985 x 1
= 1,2805 1,28

Cd hitung (=1,2805) mendekati Cd asumsi (=1,28) .. OK !!

1.5.3

Profil Muka Air di Atas Bendung

Langkah perhitungan :
1. Tentukan harga Z
2. Dengan coba-coba didapat nilai Yz
3. Hitung Vz dan Fz
4. Elevasi lereng bendung = elevasi mercu bendung z
5. Elevasi muka air = elevasi lereng bendung + Yz
Persamaan yang digunakan :

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang
1. Perhitungan Yz
Vz

19,62 ( Z He Yz )

2. Perhitungan Vz
Vz

Q
Be.Yz

3. Perhitungan Fr
Vz
9,81.Yz

Fr

4. Elevasi lereng bendung =287,256 Z


5. Elevasi muka air = Elevasi lereng bendung + Yz

Keterangan
Q = debit rencana yang mengalir = 59 m3/dt
Be = lebar efektif bendung = 31,35 m
Vz = kecepatan aliran air pada kedalaman kritis
Yc = kedalaman kritis
Fz = bilangan Froude
z = 0,185 m ( lihat peta)
Z = P + z = 3,5 + 0,185 = 3,685 m
Perhitungan profil aliran
1 Q

c Be

2/3

Ho

1
68

1,28
57
,86

2/3

= 0,945

Vz

Q
Be.Yz

Q
2.g ( z He Yz 0
Be.Yz
68

57,86 x Yz

2.9,81(1 1,05 Yz 0

Dengan coba-coba didapat nilai Yz = 0,12

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang
Vz

68
Q
= 57,86 x 0,12 = 9,79
Be.Yz

Vz

2.g ( z He Yz)

2.9,81(1 1,05 0,19)

= 6,15
Fz

Vz
g .Yz
6,15
9,81 x 0,12

= 5,67
Tinggi air sebelum loncatan : Y1 = Yz = 0,12 m
Hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan
Tabel Profil Aliran

1.5.4

Yz

0,500

0,418

Elevasi
lereng
bendung
223,880

1,000

0,330

223,380

290,436

1,500

0,284

222,880

289,890

2,000

0,254

222,380

289,360

2,500

0,232

221,880

288,838

3,000

0,215

221,380

288,321

3,500

0,201

220,880

287,807

3,685

0,190

220,695

287,296

Vz

Fr

Kontrol terhadap Kavitasi


R

= 0,68 x Hd
= 0,68 x 0,60 = 0,408

He
R

1,05

= 0,408
= 2,573

Dari gambar 4.4. KP 02 Bangunan Utama hal. 43, didapat:


( P / .g )
0,3
He

Elevasi
muka air
291,024

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang
P/.g

= - 0,3 He
= - 0,3 x 1,05
= - 0,315

......................

> -1

(Aman!!)

Rumus :
Q

= Cd. 2/3. (2/3.g)0.5. Be .He1.5

68

= 1,28 . 2/3 . (2/3.9,81)0.5 . (57,86 0,26 He) . He1.5

68

= 2,984 . (57,86 0,26 He) . He1.5

Dengan memasukkan nilai He tertentu didapatkan lengkung debit yang melimpah di


atas mercu.
Perhitungan selanjutnya ditabelkan.
Tabel Perhitungan Lengkung Debit di atas Bendung
Elevasi

He (m)

291,106
291,206
291,306
291,406
291,506
291,606
291,706
291,806
291,906
291,993

0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
0,80
0,90
1,00
1,05

Be
(m)
31,58
31,55
31,52
31,50
31,47
31,45
31,42
31,39
31,37
31,34
57,60
57,86

Q
(m3/dt)
0,000
2,177
6,153
11,294
17,374
24,262
31,866
40,123
48,980
57,176

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang

Gambar Lengkung Debit di atas Pelimpah


1.6 Perencanaan Kolam Olakan
1.6.1 Kedalaman Air Saat Mulai Meloncat
Hd

He

P
Z
z

Yz

Data Perencanaan :
He

: 1,05 m

Be

: 57,86 m

Z : 0,185 m
Y2

:m

: 3,5 m

: 68 m3/dt

V2

: 1,01 m/dt

: 1,87 m/dt

Contoh Perhitungan :
Tinggi kecepatan (hv) =
H

V2
1,012

0,052
2g
2 x 9,81

= ( P + Z + He) (Y2 + hv)


= (3,85 + 0,185 + 0,88) (1,861 + 0,052)

Y2

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang
= 3,01 m
hc 3

q2
1,87 2

= 0,71 m
3
g
9,81

H
hc

3,01

= 0,71

= 4,25 2,4

Dari gambar grafik 4.22 (KP-02) diperoleh Rmin/hc = 1,65

Gambar Jari-jari Minimum Bak


Rmin

= 1,65 x hc
= 1,65 x 0,71
= 1,17 m

1.6.2

Kedalaman Konjugasi (Loncatan Air)

Data Perencanaan:
Y2 = 1,861 m
Be = 31,34 m
Q = 68 m3/dt
V2 = 1,01 m/dt
V
H 2 Y2 2
2g
2

1,012

2 x 9,81

= 1,861

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang
= 1,913 m
Rrencana

= 2,5 x H2

= 2,5 x h2

= 2,5 x 1,913
= 4,782 m
Lantai lindung (a)

= 0,1 Rrencana
= 0,1 x 4,782
= 0,478 m

1.6.3

Panjang Loncatan Hidrolis


Loncatan hidrolis yaitu naiknya air secara tiba-tiba dari air yang mengalir

dengan kecepatan tinggi berkedalaman rendah bergabung dengan air yang mengalir
dengan kecepatan rendah dan berkedalaman tinggi.
Tinggi loncatan hidrolis tergantung dari kecepatan dan banyaknya air yang
meloncat. Untuk loncatan hidrolis harus diperhitungkan agar kedalaman air di hilir tidak
kurang dari kedalaman konjugasi, karena loncatan akan bergerak ke hilir sehingga
loncatan akan menghempas bagian sungai yang tidak terlindungi dan umumnya
menyebabkan penggerusan yang luas.
Panjang loncatan hidrolis dapat didefinisikan sebagai jarak antara permukaan
depan loncatan hidrolik sampai suatu titik pada permukaan depan suatu gulungan
ombak yang menuju ke hilir.
Rumus untuk perhitungan panjang loncatan hidrolis :
1. Rumus yang menunjukkan panjang loncatan sebagai fungsi Fr :
Rumus berdasarkan KP-04
Lj = 5 (n + y2)
= 5 (0,2692 + 1,779)
= 10,693 m
1.6.4

Elevasi Dasar Kolam Olakan


Aliran yang melalui mercu pelimpah mempunyai kecepatan yang sangat tinggi,

dengan kondis aliran superkritis dapat menimbulkan kerusakan berupa penggerusan


pada bagian pelimpah (belakang), sehingga akan dapat menyebabkan terganggunya
stabilitas bendung tersebut. Untuk menghindari hal tersebut, perlu upaya untuk

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang
mengubah kondisi aliran superkritis, yaitu dengan meredam energi aliran tersebut.
Untuk itu ada beberapa tipe peredam energi, antar lain :
-

Type loncatan (Water jump Type)

Type Kolam Olakan (stilling Bazin Type)

Type Bak Pusaran (Roller Bucker type)


Pada percobaan bendung ini, untuk peredam energi dipilih type kolam olakan,

dalam hal ini kolam olakan datar. Kolam olakan datar mempunyai empat tipe yang
dibedakan menurut hidrolika alirannya dan konstruksi (kondisi).
Dari perhitungan sebelumnya diketahui :
Elevasi dasar bendung

Maka :

= + 287,256

Y1

= 0,19 m

Y2

= 1,861 m

= 0,185 m

Elevasi dasar kolam olak

elevasi peta +287,071

= elevasi dasar bendung z


= + 287,256 0,185
= + 187,071

1.6.5

Dimensi Kolam Olakan

Data teknis Perencanaan :


Fr

= 7,296

= 1,01 m/dt

Untuk Fr > 4,5 dan V < 18 m/dt, maka digunakan Kolam Olakan USBR Tipe III
kedalaman air di kolam olakan.
Contoh Perhitungan :
Yb

= Y2

= 1,861 m

Panjang kolam olakan (Lb)


Lb

= 2,7 . Yb
= 2,7 x 1,861

= 5,025 m
Tinggi (qc), panjang (Pc), dan lebar (bc) chute block :
Qc

Pc

= bc

= Yj

Tinggi end sill (ambang ujung )

= 0,19 m

Mata Kuliah: BANGUNAN AIR


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Malang
As =

Yj(18 Fr )
18

0,19 (18 7,296)


= 0,266 m
18

Jarak antara chute block (Sc):


Sc = Yj = 0,19 m

Tinggi block halang (n3) :


n3

Yj( 4 Fr )
6

0,19(4 7,296)
6

= 0,356
Lebar dan jarak antara block halang (n) :
n

= 0,75 . n3
= 0,75 . 0,356
= 0,267 m

Jarak antara buffle block dengan chute block ( La ) :


La 0,82 Y2
0,82 1,861
1,526 m

Jarak antara dinding dengan chute block ( dc ) :


dc 0,5 Yz
0,5 0,19
0,095m

Jarak antara dinding dengan buffle block ( db ) :


db 0,375 n3

0.375 0,356
0,1335 m

Tebal ujung atas buffle block ( tb ) :


tb 0,2 n3
0,2 0,356
0,0712m

Anda mungkin juga menyukai