atau yang biasa disebut congek adalah radang kronis telinga tengah
dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani)
dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2
bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous,
mukous atau purulen.1
Tipe klinik OMSK dibagi atas dua, yaitu tipe tubotimpanal (tipe rinogen, tipe
sekunder, OMSK tipe jinak) dan tipe atikoantral (tipe primer, tipe mastoid,
OMSK tipe ganas). OMSK tipe ganas ini dapat menimbulkan komplikasi ke
dalam tulang temporal dan ke intrakranial yang dapat berakibat fatal.3
Perbedaan tipe klinik penyakit ini dibuat berdasarkan apakah penyakit
melibatkan pars tensa atau pars plasida membran timpani sehingga
perbedaan anatomi inilah yang selanjutnya menimbulkan istilah
tubotimpanal dan atikoantral.2
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden
OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih
sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin
Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan.2 Walaupun demikian, lebih
dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia
Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di
Pasifik.4 Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan
status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi
dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang
berkembang.2
Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam
hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi,
menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65330 juta orang
dengan telinga berair, 60% di antaranya (39200 juta) menderita kurang
pendengaran yang signifikan.4 Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia
adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang
berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.
Penatalaksanaan OMSK didasarkan pada tipe klinik penyakit. Tujuan
penting dalam penatalaksanaan OMSK adalah untuk mengusahakan telinga
yang aman dan pertimbangan fungsional merupakan tujuan yang
sekunder. Terapi medikamen ditujukan pada OMSK tipe jinak dan tindakan
operasi dikerjakan pada OMSK tipe ganas.5
PATOGENESIS
Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal
menemukan bahwa adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran
yang menghubungkan rongga di belakang hidung (nasofaring) dengan
telinga tengah (kavum timpani), merupakan penyebab utama terjadinya
radang telinga tengah ini (otitis media, OM).6
Perforasi membran timpani yang terjadi pada tipe ini biasanya perforasi
yang marginal yang dihasilkan dari suatu kantong retraksi dan muncul di
pars plasida, merupakan perforasi yang menyebabkan tidak ada sisa pinggir
membran timpani (anulus timpanikus). Oleh sebab itu dinding bagian tulang
dari liang telinga luar, atik, antrum, dan sel-sel mastoid dapat terlibat
dalam proses inflamasi sehingga tipe ini disebut penyakit atikoantral.12, 13
Kolesteatoma pada OMSK tipe atikoantral adalah suatu kantong retraksi
yang dibatasi oleh epitel sel skuamosa yang diisi dengan debris keratin
yang muncul dalam ruang yang berpneumatisasi dari tulang temporal.
Kolesteatoma mempunyai kemampuan untuk tumbuh, mendestruksi tulang,
dan menyebabkan infeksi kronik sehingga suatu otitis media kronik dengan
kolesteatoma sering dikatakan sebagai penyakit yang tidak aman dan
secara umum memerlukan penatalaksanaan bedah.12
DIAGNOSIS
Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:12, 13, 14
1. Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita
seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap.
Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret
di liang telinga yang pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan
seperti berbenang (mukous), tidak berbau busuk dan intermiten,
sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit, berbau busuk,
kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka
sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita
datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.
2. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari
perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
3. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai
hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat
penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang.
Audiometri tutur berguna untuk menilai speech reception threshold
pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.
4. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schller berguna
untuk menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan
dapat lebih efektif menunjukkan anatomi tulang temporal dan
kolesteatoma
KOMPLIKASI
Komplikasi OMSK dapat dibagi atas:14, 15, 16