Abstrak: Perlu dilakukan penilaian efektivitas pemberian kombinasi selmeterol (50 1.tg) dan
flutikason propionat (500 1tg) dalam satu alat (diskus) dibandingkan dengan plasebo pada
pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) derajat sedang sampai sangat berat.
Enam puluh dua pasien PPOK dewasa dengan rerata nilqi volume ekspirasi paksa detik pertama
(TEP ) 43'% disertakan dalam penelitian dan dilakuknn randomisasi tersamar ganda dengan
kontrol plasebo. Setiap subjek mendapatkan kombinasi salmeterol/flutikason propionat inhalasi
dua kqli sehari atau plasebo selama 12 minggu. Selamq pemberian obat, peneliti mencatat
penggunaan bronkodilator pasien, kejadian eksaserbqsi, penilaian kualitas hidup dengan
menggunakan kuesioner respirasi St.George (SGRQ), menilai perubahan nilai VEP, menilai
skala Modijied Medical Resesrch Councilfor Dyspnoea (MMRC), uji jalan 6 menit (6MWD),
serta mencatat kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi. Lima puluh tujuh pasien berhasil
menyelesaikan masa pengamatan/terapi 3 bulan, terdiri dari 29 pasien yang mendapatkan
kombinasi Salmeterol-Flutikasion propionat dan 28 pasien yang mendapatkan plasebo.
Kombinasi salmeterolffIutikason propionat dalam satu alat hisap (diskui menurunkan rerata
kejadian eltsaserbasi berat l2 minggu sebesar 28,750% pada setiap pasien dibanding kelompok
kontrol. Nilai VEP, kelompok perlakuan meningkat sebesar 5,36% serta didapatkan perbaikan
nilai MMRC, uji jalan 6 menit, dan SGRQ dibanding plasebo. Hasil ini menunjukknn peran
pemberian kombinasi salmeterol/flutikason propionat pada manajemen jangka panjang pasien
dengan PPOK derajat sedang sampai sangat berat.
Katu kunci: PPOK, salmeterol/flutikason propionat, kualitas hidup.
s46
2010
Pemberian Kombinasi Inhalasi Salmeterol dan Flutikason Propionat Melalui Alat Diskus pada Penyakit paru
Pendahuluan
Metode
"
Pemberian Kombinasi Inhalasi Salmeterol dan Flutikason Propionat Melalui Alat Diskus pada Penyakit Paru
Pasien yang dimasukkan sebagai subjek penelitian
adalah
1. Distribusi Subjek Penelitian Menurut Jenis Kelamin, Usia, Berat Badan, Tinggi Badano Status Merokok, Indeks Brinkman dan Derajat PPOK
Laki-laki
Perempuan
29
s0,88%
28
49,120h
28
96,55%
27
96,43%
3,57%
68,43
6,23
79,00 52,00
80,00
55,45
10,72 54,21
8,70
57,00
3 8,00
54,00
65,17
66,00
48,00
Mean
Median
Kisaran
Tinggi badan (cm)
Mean
Median
Kisaran
159,72
160,00
151,00
7,50
68,50
84,00 36,00
4,64
74,00
t60,25
6,26
170,00 141,00
170,00
I 61
,50
IMT
(kg/cm'?)
Mean
Median
Kisaran
2l,7
Sedang,20l-600
Berat, >600
Derajat PPOK
3,9r
21,13
14,48
31
Status merokok
Perokok
Bekas perokok
Bukan perokok
2l,83
4
24
1
Indeks Brinkman
Hasil
3,45%
Usia (th)
Mean
Median
Kisaran
Kontrol
15
14
,62
2t,06
2,74
,24
26,22
15
13,79%
82,76%
3,45%
5t,72%
20
0
28,57%
71,43%
0
10
18
35,7lo/o
48,28%
34,480
39,29%
48,28Yo
15
53,57%
7,14%
64,29Vo
Sedang
Berat
Sangat berat
548
I0
14
5
17,240
2010
Pemberian Kombinasi Inhalasi Salmeterol dan Flutikason Propionat Metalui Alat Diskus pada Penyakit paru
Kelompok
Perlakuan
x+/-sB
I 4, 0
Nilai p*
Kontrol
x+/-sB
Faal paru
vEPl
%vEP
39'33+156,73
5,36+3,23
-66,0'7+213,10
-3,76+4,33
0,035
0,000
0,43+0,57
0,000
MMRC
-0,41+ 9,57
Skala
Kelompok
-4t,40+57
,69
Aktivitas
-11,12+10,34
Dampak
-2,34+5,00
1,36
1,90+7,73
5,62 +5,41
aktivitas pada kelompok perlakuan berkisar antara 12,1786,37yo dengan rerata 64,02+I9,16oh dan pada kelompok
kontrol berkisar antara 7,7 l-100,00oh dengan rerata
61,09+17,650/o, secara uji statistik menunjukkan perbedaan
tidak bermakna (p{,56). Nilai SGRQ dampakpada kelompok
perlakuan berkisar antara 12,17-86,3'7yo dengan rerata
Total
-6,06+2,74
5,33 +2,68
0,000
Nilai SGRQ
Gejala
-8,95+i4,08
11,55+1
0,000
0,000
0,000
*t-test
Menit
Setelah 12 minggu penelitian dilakukan kembali pengukuran jarak jalan 6 menit. Peneliti mendapatkan penin gkatan
57,69m.
(p{,97).
Dalam
12
28,570h.
Frekuensi Eksaserbasi
2010
549
Pemberian Kombinasi Inhalasi Salmeterol dan Flutikason Propionat Melalui Alat Diskus pada Penyakit Paru
^E
!i
400
350
300
zso
Diskusi
G
*
?6
200
150
100
50
kosteroid meningkatkan transkripsi dan ekspresi reseptor pragonis dan Br-agonis meningkatkan translokasi reseptor
agonis.r2
12
Penggunaan Bronkodilator ID T
Penggunaan bronkodilator IDT diamati menggunakan
buku harian dan dihitung untuk pemakaian selama 1 minggu.
Pemakaian obat bronkodilator IDT kelompok perlakuan pada
awal penelitian sebesar 430 semprotan/minggu dan berkurang
menj adi 1 80 semprotan/minggu pada akhir penelitian dengan
rerata penggunaan IDT sebesar 281 ,'79+86,27 semprotan/
minggu. Pemakaian bronkodilator IDT kelompok kontrol pada
awal penelitian sebesar 425 semprotan/minggu dan bertambah
meniadi 490 semprotan/minggu dengan rerata penggunaan
IDT sebesar 4 51,67 +51,98 semprotan/minggu. Secara statistik
terdapat perbedaan bermakna dalampenggunaan IDT untuk
kedua kelompok (p<0,001). Bronkodilator IDT digunakan
hanya dalamkeadaan sesak. Pada penelitian ini, penggunaan
lrpadapasien yang mendapatkan terapi bronkodilator Bragonis tetapi juga meningkatkan respons F, sehingga
kombinasi salmeterol/flutikason propionat memungkinkan
perbaikan fungsi paru. Hasil penelitian ini bersesuaian
dengan sejumlah penelitian lain seperti }l4.ake et al.l
menjelaskan bahwa kombinasi salmeterol/flutikason
propionat efektif memperbaiki fungsi paru mulai minggu
pertama sampai minggu ke-S, perbaikan sesak, perbaikan
2010
Pemberian Kombinasi Inhalasi Salmeterol dan Flutikason Propionat Melalui Alat Diskus pada Penyakit Parul
banyak skala untuk menilai sesak seperti transient dyspnea
index (TDI), baseline dyspnea index (BDI), skala sesak Borg
tetapi pada penelitian ini menggunakan skala sesak Modi-
0%
perlakuan tidak mencapai nilai standar yang direkomendaslkan American Thoracic Society (ATS) yaitu sebesar 54
m tetapi secara statistik hasil pengukuran ulangj arakjalan 6
menit setelah I 2 minggu penelitian diantara ke-2 kelompok
menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,001). Gambar 1
menunjukkan perubahan jarak jalan 6 menit saat awal dan
akhir penelitian pada kedua kelompok. Perbaikan fungsi paru
menyebabkan perbaikan toleransi latihan dan mengurangi
beratnya eksaserbasi. Kedua faktor tersebut merupakan
faktor penting menentukan status kesehatan.22
Kualitas hidup merupakan tingkat keadaan individu
dalam lingkup kemampuan, keterbatasan, gejala dan sifat
psikososial untuk berfungsi dalam berbagai peran yang
diinginkan dalam masyarakat dan merasa puas akan peran
tersebut. Kualitas hidup pada pasien PPOK merupakan hal
yang sangat penting karena erat hubungannya dengan
kondisi sesak. Keluhan sesak akan menyulitkan pasien
melakukan aktivitas harian (status fungsional).16 Saat ini
o
6oo
at
Eso
o
bzo
at,
10
Frekuensi Eksaserbasi
Eksaserbasi merupakan komponen integral mortalitas
Pemberian Kombinasi Inhalasi Salmeterol dan Flutikason Propionat Melalui Alat Diskus pada Penyakit Paru
masing-masing sebanyak 20% dibanding kelompok plasebo.
Kesimpulan
Pemberian kombinasi inhalasi salmeterol/flutikason
propionat selama 3 bulan meningkatkan VEP, menurunkan
frekuensi eksaserbasi, menurunkan keluhan sesak, meningkatkan jarakjalan 6 menit dengan serta mampu memperbaiki
kualitas hidup. Kejadian tidak diharapkan berupa faringitis
dan suara serak pada pemberian kombinasi inhalasi sa1meteroVflutikason propionat jarang dan tidak berat sehingga
pemberian kornbinasi inhalasi salmeteroVflutikason propionat
selama 3 bulan cukup aman.
tus kesehatan.22
DaftarPustaka
Penggunaan Bronkodilator Oral
Penggunaan
B ro n ko
20
=
e
6
2.
3.
dilator ID T
15
s
fto
123456789101112
Minggu
C, et al. The efficacy and safety of inhaled fluticasone propionate/salmeterol and ipratropium/albuterol for the treatment of
chronic obstructive pulmonary disease: an eight-week, multi-
4.
5.
2010
Pemberian Kombinasi Inhalasi Salmeterol dan Flutikason Propionat Melalui Alat Diskus pada Penyakit Paru
1l
2004;24:206-10.
18.
2006;7:147-57.
Ther. 2007;20:556-61.
13. Bourbeau J, Christodoulopoulos B Maltais F, Yamauchi Y,
Olivenstein R, Hamid Q. Effect of salmeterol/fluticasone propionate on airway inflammation in COPD: a randomised controlled tria1. Thorax. 2007 ;62:938-43.
14. Kardos P, Wencker M, Glaab T, Vogeimeier C. Impact of
15
t6
Salmeterol/Fluticasone Propionate ve$us Salmeterol on Exacerbations in Severe Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Am J
Respir Crit Care Med. 2007;775:144-9.
Celli BR, Cote CG, Marin JM, Casanova C, de Oca MM, Mendez
RA, et al. The Body-Mass Index, Airflow Obstruction, Dyspnea,
and Exercise Capacity Index in Chronic Obstructive Pulmonary
Disease. N Engl J Med. 2004;350:1005-12.
Agusti AGN. COPD, a rnulticomponent disease: implications for
management. Resp Med. 2005;99:670-82.
2010
19
20
21
Reardon JZ, Lareau SC, ZuWallack R. Functional status and quality of life in chronic obstructive puimonary disease. Am J Med.
2006; 1 19(Suppl 1):S2-7.
Sin DD, McAlister FA, Man SF, Anhonisen NR. Contemporary
management
2003;290:2301-12.
22. Caramori G, Ito K, Papi A, Adcock IM. Interactions between
long-acting pr-agonists and glucocorticoids. Drug discov today.
2006:'3:261-8.
tFs
5s3