Oleh :
Abdhi Irawan
Hedda Wahyu R.
Linda Wahyuningtyas
M. Furqan
Sindi Seviani
(130731615741)
(130731615712)
(130731607300)
(130731607249)
(130731616744)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................
1
2
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perang Salib Pertama ...........................................................................
B. Perang Salib Kedua ..............................................................................
3
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari semua perang yang pernah dijalani oleh manusia, tidak ada yang
terjadi dengan lebih fanatik dibandingkan dengan perang agama. Salah satunya
adalah Perang Salib Kristen yang terjaddi pada Abad Pertengahan. Perang ini
telah terjadi selama hampir 200 tahun dari akhir abad 11 hingga awal abad 13.
Perang ini didasari oleh berbagai macam tujuan, di antaranya adalah upaya
untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah di ke tanah suci Yerussalem.
Penguasa Seljuk sebeumnya telah menetapkan beberapa peraturan bagi umat
Kristen yang dirasa bagi mereka hal ini sangat menyulitkan (Yatim, 2006:77).
Implementasinya adalah dengan adanya sistem pemungutan pajak yang dirasa
memberatkan bagi umat Kristen ketika berziarah. Meskipun faktanya, mereka
sendiri jarang dilarang masuk ke tempat pemujaan tadi (Fremantle, A., 1984:53).
Selain itu, dengan adanya perang Salib ini, gereja juga melihat adanya kesempatan
untuk memperluas kekuasaannya hingga ke Timur. Para bangsawan juga melihat
adanya adanya jalan untuk menyalurkan tenaga anak-anak muda yang suka
membuat keributan. Kaum biarawan sendiri berharap akan memperoleh tempat
pembuangan bagi para pengacau.
Di sisi lain, bagi para prajurit perang Salib sendiri, terdapat dua dorongan
yang saling bertentangan yang terjadi ddalam diri mereka, yakni mereka akan
mendapatkan ganjaran tertentu yang telah dijanjikan oleh Gereja jika mereka
melakukan perang Salib. Ganjaran tersebut dapat berupa pembebasan hukuman
bagi dosa yang telah dilakukan di msa lampau dan penundaan pembayaran
hutang. Sedangkan di sisi lain, dengan adanya Perang salib ini mereka dapat
melampiaskan kekejaman dan kebrutalan mereka. Hal inilah yang kemudian
membuat penulis tertarik untuk melakukan pembahasan mengenai bagaimana
jalannya Perang Salib.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyebab serta jalannya Perang Salib yang pertama?
2. Bagaimana penyebab serta jalannya Perang Salib yang kedua?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan menganalisis penyebab dan bagaimana jalannya
Perang Salib yang pertama.
2. Mengetahui dan menganalisis penyebab dan bagaimana
jalannyaPerang Salib yang pertama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perang Salib Pertama
Perang Salib pertama terjadi pada tahun 1095 M. Pada awalnya hal ini
disebabkan oleh adanya berbagai macam penyerbuan yang dilakukan oleh bangsa
Asia, yang mereka sebuat sebagai sarakenos, orang dari Timur, terhadap benteng
Timur Dunia Kristen, Konstantinopel. Pada tahun 1071, penyerbu paling akhir
dan benar-benar paling kejam, yakni bangsa Turki Seljuk, telah
memporakporandakan ribuan prajurit Byzantium dalam pertempuran di Manzikert
dan berhasil menguasai hampir separuh lebih dari kawasan Byzantium.
Pada tahun 1073, kaisar Byzantium pun, Michael VII, meminta bantuan
kepada Dunia Kristen Barat. Sebagai dua negara yang baru saja menyelesaikan
konflik keagamaan, maka hal tersebut pun tentunya dilakukan oleh Michael VII
dalam keadaan putus asa. Setelah mengirimkan utusannya kepada Paus Gregorius
VII, Michael VII mendapat tanggapan yang bersahabat, namun Gregorius VII
sendiri juga tengah mengeluhkan adanya masalah internal di dalam negerinya
berupa pemberontakan terhadap Gereja, yang mengancam kelangsungan
negaranya dari dalam.
Dalam perjalanannya, bangsa Turki Seljuk tidak henti-hentinya melanggar
batas-batas wilayah yang telah ditentukan. Permintaan pertolongan dari kaisar
Byzantium lain kepada Paus dari Dunia Timur pun datang lagi. Kali ini berasal
dari Urbanus II, Alexius Comnenus. Alexius lebih cerdik dibandingkan dengan
kaisar sebelumnya, Michael VII. Pesan yang dia berikan kepada Roma bukanlah
mengenai bahaya yang mengancam mahkotanya, melainkan ia membawa issue
agama ke dalam laporannya. Ia menyebutkan bahwa hal tersebut berkaitan dengan
kepentingan bersama antara Timur dan Barat, untuk mengusir kaum Muslimin
yang meyelinap dari wilayah-wilayah yang menurut tradisi merupakan wilayah
Kristen.
Urbanus memberi tanggapannya yang disampaikan dalam konsili Gerejani
yang dihadiri oleh para kardinal, uskup, dan bangsawan serta para rakyat jelata
yang memenuhilapangan di luar gereja, pada bulan November 1095 di Clermont,
Jerman yang dipimpin oleh Prosuch. Namun meskipun demikian tidak selamanya
hubungan antara Bizantium dengan pasukan atau militer dari Jerman ini baik-baik
saja, ada suatu masalah yang membuat Prosuch menyerang hinggab jatuh korban
pasukan dari Jerman karena ia membuat onar. Itu semua dianggap sebagai hukum
Tuhan akibat dari buruknya pasukan dari Jerman dalam bekerja. Bahkan dalam
setiap melakukan pergerakan, pasukan Salib kedua ini masih saja kurang belajar
dari kekalahan pasukan salib dalam menghadapi muslim pada Perang Salib kedua.
Salah satu contohnya bahwa pasukan salib masih saja kurang pengetahuannya
akan kondisi geografis serta iklim pada suatu wilayah.
Dapat dilihat bahwa pasukan Jerman pernah terperangkap banjir pada saat
berada di Choirobakchoi yang letaknya tidak jauh dari Konstantinopel. Dimana
pada saat itu semua harta benda yang dimiliki seperti perlengkapan perang,
perlengkapan pribadi, uang, bahkan juga adanya jatuh korban. Ini jelas dirasakan
oleh pasukan salib sebab seperti apa yang diatas tadi bahwa mereka masih
kurangnya penetahuan geografiss dan iklim. Pada saat itu mereka telah
mendirikan tempat untuk berteduh, atau yang disebut denag kamp yang didirikan
diantara dua dasar sungai yang alirannya menuju laut Marmara. Dengan peristiwa
yang demikian itu banyak tentara-tentara pasukan dari Jerman yang beranjak
untuk kembali atau tidak lagi meneruskan perjuangannya. Mereka telah
kehilangan semangat, dan merasa sangat lelah. Tiga hari kemudian, dengan
jumlah pasukan salib yang telah berkurang ini mereka tiba di Konstantinopel,
kekaisaran Bizantium dan dimana pasukan Jerman terlebih dulu untuk
menyeberangi Bosforus.
Sedangkan untuk pasukan Perancis yang dipimpin raja Louis, bergerak
menuju ke Balkan. Pasukan Perancis ini menggunakan alat-alat atau perlengkapan
yang ditinggalkan oleh pasukan Jerman, seperti menggunakan jembatan sisa dari
penngguanaan pasukan Jerman untuk menyeberang. Seperti telah kita ketahui
bahwa Bizantium hanyalah menyediakan makanan bagi pasukan Jerman, lain pula
dengan pasukan Perancis yang sampai kehabisan bahan perbekalan makanan.
Sikap tidak tergantungnya pasukan Perancis terhadap Bizaantium ini
membuktikan bahwa disiplin Perancis lebih baik daripada Jerman yang masih
bergantung pada Bizantium. Namun hubungan antara pasukan salib yang baik itu
berubah ketika adanya penyerbuan pasukan salib yang menyerbu pesisir barat
kekaisaran Bizantium/ ketika mendekati Konstantinopel. Pasukan Salib ketika
berada di Bizantium ini melalui jalan yang berbeda-beda ketika akan menuju dari
daerah ke daerah, seperti melewati pesisir dan pegunungan.
Namun dalam penyerbuannya, ada suatu berita mengennai penyerbuan
dari pasukan salib yang sampai terdengar oleh Turki dan Suriah. Dimana Turki
yang saat itu dipimpin oleh Sultan Masud, dia merupakan seorang raja penguasa
dari Turki Seljuk di Anatholia. Seketika mendengar berita bahwa pasukan salib
sudah mendekat ia langsung meminta bantuan pada negeri-negeri tetangganya.
Berbeda dengan aksi yang ditunjukkan oleh kesultanan Seljuk Rum dari Suriah.
Dimana dari kesultanan Seljuk Rum ini dirasa siap untuk menghadapi pasukan
salib, terbukti dari Kitab Al-Rawdatayn yang mengtakan bahwa mereka siap
dengan menggalang banyak prajurit untuk diberangkatkan untuk pertahanan
mereka.
Dalam perang Salib kedua ini, jelas sekali ada dua pihak yang terlibat
yaitu pasukan islam dan pasukan kristen. Dilihat dari pasuka islam yang terlibat
dalam perang Salib kedua ini bahwa jumlah pasukan islam tidak sebesar jumlah
pasukan salib atau pasukan lawan-lawannya, tidak sampai melebihi 10.000
prajurit. Menurut Nicolle dan Hook (2011: 32) mengatakan bahwa ciri khas lain
praktik militer islam yang mencerminkan peradaban canggih Timur Tengah Islam
adalah pos merpati yang dapat menyediakan sistem komunikasi pemerintahan atau
militer. Dimana pos merpati ini merupakan burung merpati yang sudah terlatih
untuk dapat mengirimkan surat-surat pada abad 11 itu hingga kecepatan terbang
lebih dari 100km/jam dan dapat menempuh jarak lebih dari 1500km/jam. Pada
periode perang salib kedua ini perlu kita ketahui bahwa budaya militer islam yang
saat itu digunakan berbeda dengan sekarang dimana pada masa itu menggunakan
para ghulam/ mamluk atau disini biasanya disebut dengan budak. Menurut Nicolle
dan Hook (2011: 33) mengtakan bahwa mamluk/ ghulam membentuk elite
militer dan juga elite yang semakin lama semakin politis di negeri-negeri Turki
Islam di Timur Tengah. Ini bahwa mereka itu merupakan prajurit yang merdeka
dan dimerdekakan dan bahkan mudah untuk disewa dan dipelihara.
Pada masa Perang salib kedua, di Suriah ini banyak ditemukan atau
terdapat bnayak perkebunan anggur, ini membuktikan bahwa Imanuddin Zengi itu
terkenal akan kegemaran mabuknya (Nicolle dan Hook, 2011: 35). Ini bisa terjadi
karena cara hidupnya yang lebih pada cara hidup nenek moyangnya di Asia
Tengah pra-Islam. Telah kita ketahui bahwa berperang itu pada umumnya dengan
cara menunggang kuda dan membawa sebuah senjata. Namun, dalam syair Persia
yang dituliskan untuk seorang elite penguasa dan militer Turki setelah adanya
pengepungan terhadap damaskus yaitu sebagai berikut: bahwa gaya peperangan
elite Turki pada abad 12:
Tombak mereka, haus pembantaian, menagalihkan kepala
Lembing mereka menyilaukan mata
Desingan anak panah dan entakan busur
Hantaman gadha dan cabikan tombak
Dalam struktur perangnya pasukan muslim Turki ini terbagi menjadi dua
yaitu ada orang asli Turki dan para sukarelawan. Orang Turki merupakan orang
yang berbahasa Turki, yang membentuk lebih dari tiga perempat pasukan utama
Damaskus dan hidup di dalam kota bertembok, di daerah pinggir yang berbatasan
langsung (Nicolle dan Hook, 2011: 37). Sedangkan para sukarelawan ini biasanya
disebut Turkoman, yang biasanya hidup atau bertempat tinggal di distrik-distrik
atau desa disekeliling kota. Dalam penyerangan pasukan Damaskus dapat
mengalahkan pasukan Salib dalam perang Salib kedua ini terdiri atas unsur
penting seperti askar yang ini penuh waktu milik penguasa, namun ada lagi yang
bersaal dari status yang lebih rendah yaitu ahduth yang bertugas menjaga
ketertiban. Sedangkan untuk para sukarelawan itu terbagi menjadi dua yakni
mutawiya dan jihadi. Namun, dalam perang salib dkedua ini juga diperoleh
kelompok yang disebut dengan al-harammiya yang merupakan suatu kelompok
perampok yang tugasnya mengganggu perbekalan dari musuh menurut Zanki
(dalam Nicolle dan Hook, 2011: 37).
Untuk selanjutnya yaitu bila dilihat dari pasukan kristen. Mereka
beranggapan bahwa perang Salib kedua ini merupakan perang yang dianggap
lebih besar dan kesiapan yang lebih baik dibandingkan dengan perang salib
pertama. Untuk jumlah pasukan atau prajurit dari pasukan salib ini lebih banyak
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perang Salib pertama terjadi pada tahun 1095 M. Pada awalnya hal ini
disebabkan oleh adanya berbagai macam penyerbuan yang dilakukan oleh
bangsa Asia, yang mereka sebuat sebagai sarakenos, orang dari Timur,
terhadap benteng Timur Dunia Kristen, Konstantinopel. Pada saat itu, 150.000
tentara Salib dikerahkan. Mereka merupakan orang-orang Eropa yang sebagian
besar merupakan bangsa Perancis dan Norman. Tentara tersebut berjalan
menuju Konstantinopel lalu ke Palestina. Dan pada akhirnya tentara Salib
berhasil menduduki kawasan Asia Tengah.
2. Kejatuhan Edessa yang dapat direbut kembali oleh kaum muslim pada masa
Nuruddin Zanki selaku putra dari Imanuddin Zanki penguasa dari Moshul pada
abad X ini, menyebabkan orang Kristen geram dan menyatakan Perang Salib
Kedua. Dalam perang Salib kedua ini, jelas sekali ada dua pihak yang terlibat
yaitu pasukan islam dan pasukan kristen. Dilihat dari pasuka islam yang
terlibat dalam perang Salib kedua ini bahwa jumlah pasukan islam tidak
sebesar jumlah pasukan salib atau pasukan lawan-lawannya, tidak sampai
melebihi 10.000 prajurit. Menurut Nicolle dan Hook (2011: 87) mengatakan
bahwa dalam syair-syair setelah perang salib kedua berakhir memperkirakan
jumlah korban dalam pertempuran itu adalah sekitar 70 dari Damaskus
terbunuh, 200 orang Frank dan 90 kuda. Dari perang salib kedua ini
mengakibatkan tumbangnya kesultanan Seljuk Raya dan kebangkitan
kekhalifaan Abbasiyah.
B. Saran
11
12
12
DAFTAR RUJUKAN
Nicolle dan Hook. 2011. Perang Salib II 1148 Ancaman Di Damaskus.
Jakarta: KPG.
Yatim, B. 2006. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Fremantle, A. 1984. Abad Besar Manusia: Abad Iman. Terj: Soenarjo.
Jakarta: PT Tira Pustaka.