Anda di halaman 1dari 15

PERANG SALIB I dan II

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Sejarah Islam
yang dibina oleh Ibu Yuliati

Oleh :
Abdhi Irawan
Hedda Wahyu R.
Linda Wahyuningtyas
M. Furqan
Sindi Seviani

(130731615741)
(130731615712)
(130731607300)
(130731607249)
(130731616744)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Oktober 2014

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................

1
2
2

BAB II PEMBAHASAN
A. Perang Salib Pertama ...........................................................................
B. Perang Salib Kedua ..............................................................................

3
5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari semua perang yang pernah dijalani oleh manusia, tidak ada yang
terjadi dengan lebih fanatik dibandingkan dengan perang agama. Salah satunya
adalah Perang Salib Kristen yang terjaddi pada Abad Pertengahan. Perang ini
telah terjadi selama hampir 200 tahun dari akhir abad 11 hingga awal abad 13.
Perang ini didasari oleh berbagai macam tujuan, di antaranya adalah upaya
untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah di ke tanah suci Yerussalem.
Penguasa Seljuk sebeumnya telah menetapkan beberapa peraturan bagi umat
Kristen yang dirasa bagi mereka hal ini sangat menyulitkan (Yatim, 2006:77).
Implementasinya adalah dengan adanya sistem pemungutan pajak yang dirasa
memberatkan bagi umat Kristen ketika berziarah. Meskipun faktanya, mereka
sendiri jarang dilarang masuk ke tempat pemujaan tadi (Fremantle, A., 1984:53).
Selain itu, dengan adanya perang Salib ini, gereja juga melihat adanya kesempatan
untuk memperluas kekuasaannya hingga ke Timur. Para bangsawan juga melihat
adanya adanya jalan untuk menyalurkan tenaga anak-anak muda yang suka
membuat keributan. Kaum biarawan sendiri berharap akan memperoleh tempat
pembuangan bagi para pengacau.
Di sisi lain, bagi para prajurit perang Salib sendiri, terdapat dua dorongan
yang saling bertentangan yang terjadi ddalam diri mereka, yakni mereka akan
mendapatkan ganjaran tertentu yang telah dijanjikan oleh Gereja jika mereka
melakukan perang Salib. Ganjaran tersebut dapat berupa pembebasan hukuman
bagi dosa yang telah dilakukan di msa lampau dan penundaan pembayaran
hutang. Sedangkan di sisi lain, dengan adanya Perang salib ini mereka dapat
melampiaskan kekejaman dan kebrutalan mereka. Hal inilah yang kemudian
membuat penulis tertarik untuk melakukan pembahasan mengenai bagaimana
jalannya Perang Salib.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyebab serta jalannya Perang Salib yang pertama?
2. Bagaimana penyebab serta jalannya Perang Salib yang kedua?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan menganalisis penyebab dan bagaimana jalannya
Perang Salib yang pertama.
2. Mengetahui dan menganalisis penyebab dan bagaimana
jalannyaPerang Salib yang pertama.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perang Salib Pertama
Perang Salib pertama terjadi pada tahun 1095 M. Pada awalnya hal ini
disebabkan oleh adanya berbagai macam penyerbuan yang dilakukan oleh bangsa
Asia, yang mereka sebuat sebagai sarakenos, orang dari Timur, terhadap benteng
Timur Dunia Kristen, Konstantinopel. Pada tahun 1071, penyerbu paling akhir
dan benar-benar paling kejam, yakni bangsa Turki Seljuk, telah
memporakporandakan ribuan prajurit Byzantium dalam pertempuran di Manzikert
dan berhasil menguasai hampir separuh lebih dari kawasan Byzantium.
Pada tahun 1073, kaisar Byzantium pun, Michael VII, meminta bantuan
kepada Dunia Kristen Barat. Sebagai dua negara yang baru saja menyelesaikan
konflik keagamaan, maka hal tersebut pun tentunya dilakukan oleh Michael VII
dalam keadaan putus asa. Setelah mengirimkan utusannya kepada Paus Gregorius
VII, Michael VII mendapat tanggapan yang bersahabat, namun Gregorius VII
sendiri juga tengah mengeluhkan adanya masalah internal di dalam negerinya
berupa pemberontakan terhadap Gereja, yang mengancam kelangsungan
negaranya dari dalam.
Dalam perjalanannya, bangsa Turki Seljuk tidak henti-hentinya melanggar
batas-batas wilayah yang telah ditentukan. Permintaan pertolongan dari kaisar
Byzantium lain kepada Paus dari Dunia Timur pun datang lagi. Kali ini berasal
dari Urbanus II, Alexius Comnenus. Alexius lebih cerdik dibandingkan dengan
kaisar sebelumnya, Michael VII. Pesan yang dia berikan kepada Roma bukanlah
mengenai bahaya yang mengancam mahkotanya, melainkan ia membawa issue
agama ke dalam laporannya. Ia menyebutkan bahwa hal tersebut berkaitan dengan
kepentingan bersama antara Timur dan Barat, untuk mengusir kaum Muslimin
yang meyelinap dari wilayah-wilayah yang menurut tradisi merupakan wilayah
Kristen.
Urbanus memberi tanggapannya yang disampaikan dalam konsili Gerejani
yang dihadiri oleh para kardinal, uskup, dan bangsawan serta para rakyat jelata
yang memenuhilapangan di luar gereja, pada bulan November 1095 di Clermont,

Perancis Tenggara. Di akhir acara, Urbanus berpidato dan menyampaikan kepada


seluruh masyarakat dengan ucapan sebagai berikut:
Bahaya mendesak yang mengancam kamu dan seluruh
umat berimanlah yang menyebabkan kita berkumpul di
tempat ini. Dari wilayah Yerussalem dan dari kota
Konstantinopel datanglah kisah yang mengerikan ... suatu
bangsa ... telah menyerbu daerah orang Kristen di sana dan
membinasakannya dengan pedang, penjarahrayan, dan api
(Fremantle, 1984:54).
Urbanus lalu terus melanjutkan ceritanya mengenai kekejaman bangsa
penyerang, orang-orang Turki Seljuk, secara detil dan mencengangkan.
Bahwasanya mereka memiliki kebisaan merampok gereja dan mengunakannya
untuk upacara-upacara keagamaan, mencemarkan altar, memerkosa wanita
Kristen, dan membunuh suaminya. Ia bahkan menceritakan tentang bagaimana
cara mereka menyiksa korbannya, dengan cara membuat lubang pada pusar
korban, lalu mengeluarkan ujung usus dan mengikatkannya pada tiang, lalu si
korban dicambuki dan digiring mengitari tiang tadi sampai seluruh jeroannya
tumpah ke luar dan terjerembab di tanah. Hal ini tentu saja berhasil menyita
perhatian rakyat Kristen pada saat itu. Hal ini telah mengobarkan semangat juang
melawan kaum kafir.
Selanjutnya, Urbanus menyambung dengan ajakan untuk melakukan
perang suci untuk memalas kejahatan tersebut dan merebut kembali sucinya.
Kemampuannya yang lihai dalam mengobarkan semangat telah menjadi daya tarik
bagi rakyat untuk melakukan tindakan nyata. Setelah menyelesaikan pidatonya,
Urbanus disambut oleh gemuruh suara Deus volt! Deus volt! (Insya Allah).
Pengaruh propaganda Urbanus pun segera menyebarluar. Hal ini juga diperkuat
oleh khotbah-khotbah serta dorongan dari para imam serta segala macam pamflet
serta visualisasi gambar yang menunjukkan secara mendetil mengenai kekejaman
kaum Muslimin.
Pada saat itu, 150.000 tentara Salib dikerahkan. Mereka merupakan orangorang Eropa yang sebagian besar merupakan bangsa Perancis dan Norman.
Tentara tersebut berjalan menuju Konstantinopel lalu ke Palestina. Mereka
dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond. Pada tanggal 18 Juni 1097,

mereka berhasil menaklukkan Nicea. Selanjutnya, pada tahun 1098 M mereka


menguasai Raha (Edessa). Dari sini mereka brhasil mendirikan Kerajaan Latin I
dengan Baldawin sebagai rajanya. Selanjutnya, pada tahun yang sama, mereka
dapat menguasai Antiochea dan dapat mendirikan Kerajaan Latin II di Timur,
dengan Bohemond sebagai rajanya. Mereka juga berhasil menduduki bait Almaqdis pada 15 juli 1099 M (Yatim, 2006:77) dan mendirikan Kerajaan Latin III
dengan Godfrey sebagai rajanya. Selanjutnya, para tetara salib tersebut meluaskan
ekspansinya dan berhasil mengusai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M), dan
Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV dengan Raymond
sebagai rajanya.
B. Perang Salib Kedua
Kejatuhan Edessa yang dapat direbut kembali oleh kaum muslim pada
masa Nuruddin Zanki selaku putra dari Imanuddin Zanki penguasa dari Moshul
pada abad X ini, menyebabkan orang Kristen geram dan menyatakan Perang Salib
Kedua. Dimana pada Perang Salib kedua ini di serukan oleh Paus Eugenius III
dan disetujui oleh raja Perancis dan Jerman. Menurut Yatim, B (2006: 78)
mengatakan bahwa keduanya memimpin pasukan salib untuk merebut wilayah
kristen di Syria. Pada bulan Juli 1147, dimana kontingen darat dari pasukan salib
bergerak dari timur yang dipimpin pasukan dari Jerman yaitu Konrad III. Pasukan
ini bergerak melewati sungai Donau, yang mana dalam pasukan ini tidak saja
melakukan penyerangan dari darat saja, melainkan juga melalui jalur laut yaitu
dengan menggunakan kapal.
Sedangkan pasukan Salib dari Perancis yang dipimpin Louis VII ini
bergabung di Metz yang kemudian berhenti di Worms, disini terjadi perselisihan
antar pasukan dengan saudagar yang ada. Hal ini terjadi karena ditakutkan akan
harga makanan yang naik. Selain masalah tersebut, pada saat berada di
Regensburg itu adanya benturan budaya antara kaum bangsawan dari raja Louis
dan kekaisaran Bizantium. Pasukan yang dipimpin raja Perancis dan raja Jerman
ini telah berhasil menyebrangi Jerman, Hongaria, dan sebagian besar daerah
Balkan Bizantium. Dimana Bizantium juga menyediakan pasokan makanan bagi
pasukan Salib. Bizantium ini juga sebagai pengawas serta mengiringi pasukan

Jerman yang dipimpin oleh Prosuch. Namun meskipun demikian tidak selamanya
hubungan antara Bizantium dengan pasukan atau militer dari Jerman ini baik-baik
saja, ada suatu masalah yang membuat Prosuch menyerang hinggab jatuh korban
pasukan dari Jerman karena ia membuat onar. Itu semua dianggap sebagai hukum
Tuhan akibat dari buruknya pasukan dari Jerman dalam bekerja. Bahkan dalam
setiap melakukan pergerakan, pasukan Salib kedua ini masih saja kurang belajar
dari kekalahan pasukan salib dalam menghadapi muslim pada Perang Salib kedua.
Salah satu contohnya bahwa pasukan salib masih saja kurang pengetahuannya
akan kondisi geografis serta iklim pada suatu wilayah.
Dapat dilihat bahwa pasukan Jerman pernah terperangkap banjir pada saat
berada di Choirobakchoi yang letaknya tidak jauh dari Konstantinopel. Dimana
pada saat itu semua harta benda yang dimiliki seperti perlengkapan perang,
perlengkapan pribadi, uang, bahkan juga adanya jatuh korban. Ini jelas dirasakan
oleh pasukan salib sebab seperti apa yang diatas tadi bahwa mereka masih
kurangnya penetahuan geografiss dan iklim. Pada saat itu mereka telah
mendirikan tempat untuk berteduh, atau yang disebut denag kamp yang didirikan
diantara dua dasar sungai yang alirannya menuju laut Marmara. Dengan peristiwa
yang demikian itu banyak tentara-tentara pasukan dari Jerman yang beranjak
untuk kembali atau tidak lagi meneruskan perjuangannya. Mereka telah
kehilangan semangat, dan merasa sangat lelah. Tiga hari kemudian, dengan
jumlah pasukan salib yang telah berkurang ini mereka tiba di Konstantinopel,
kekaisaran Bizantium dan dimana pasukan Jerman terlebih dulu untuk
menyeberangi Bosforus.
Sedangkan untuk pasukan Perancis yang dipimpin raja Louis, bergerak
menuju ke Balkan. Pasukan Perancis ini menggunakan alat-alat atau perlengkapan
yang ditinggalkan oleh pasukan Jerman, seperti menggunakan jembatan sisa dari
penngguanaan pasukan Jerman untuk menyeberang. Seperti telah kita ketahui
bahwa Bizantium hanyalah menyediakan makanan bagi pasukan Jerman, lain pula
dengan pasukan Perancis yang sampai kehabisan bahan perbekalan makanan.
Sikap tidak tergantungnya pasukan Perancis terhadap Bizaantium ini
membuktikan bahwa disiplin Perancis lebih baik daripada Jerman yang masih
bergantung pada Bizantium. Namun hubungan antara pasukan salib yang baik itu

berubah ketika adanya penyerbuan pasukan salib yang menyerbu pesisir barat
kekaisaran Bizantium/ ketika mendekati Konstantinopel. Pasukan Salib ketika
berada di Bizantium ini melalui jalan yang berbeda-beda ketika akan menuju dari
daerah ke daerah, seperti melewati pesisir dan pegunungan.
Namun dalam penyerbuannya, ada suatu berita mengennai penyerbuan
dari pasukan salib yang sampai terdengar oleh Turki dan Suriah. Dimana Turki
yang saat itu dipimpin oleh Sultan Masud, dia merupakan seorang raja penguasa
dari Turki Seljuk di Anatholia. Seketika mendengar berita bahwa pasukan salib
sudah mendekat ia langsung meminta bantuan pada negeri-negeri tetangganya.
Berbeda dengan aksi yang ditunjukkan oleh kesultanan Seljuk Rum dari Suriah.
Dimana dari kesultanan Seljuk Rum ini dirasa siap untuk menghadapi pasukan
salib, terbukti dari Kitab Al-Rawdatayn yang mengtakan bahwa mereka siap
dengan menggalang banyak prajurit untuk diberangkatkan untuk pertahanan
mereka.
Dalam perang Salib kedua ini, jelas sekali ada dua pihak yang terlibat
yaitu pasukan islam dan pasukan kristen. Dilihat dari pasuka islam yang terlibat
dalam perang Salib kedua ini bahwa jumlah pasukan islam tidak sebesar jumlah
pasukan salib atau pasukan lawan-lawannya, tidak sampai melebihi 10.000
prajurit. Menurut Nicolle dan Hook (2011: 32) mengatakan bahwa ciri khas lain
praktik militer islam yang mencerminkan peradaban canggih Timur Tengah Islam
adalah pos merpati yang dapat menyediakan sistem komunikasi pemerintahan atau
militer. Dimana pos merpati ini merupakan burung merpati yang sudah terlatih
untuk dapat mengirimkan surat-surat pada abad 11 itu hingga kecepatan terbang
lebih dari 100km/jam dan dapat menempuh jarak lebih dari 1500km/jam. Pada
periode perang salib kedua ini perlu kita ketahui bahwa budaya militer islam yang
saat itu digunakan berbeda dengan sekarang dimana pada masa itu menggunakan
para ghulam/ mamluk atau disini biasanya disebut dengan budak. Menurut Nicolle
dan Hook (2011: 33) mengtakan bahwa mamluk/ ghulam membentuk elite
militer dan juga elite yang semakin lama semakin politis di negeri-negeri Turki
Islam di Timur Tengah. Ini bahwa mereka itu merupakan prajurit yang merdeka
dan dimerdekakan dan bahkan mudah untuk disewa dan dipelihara.

Pada masa Perang salib kedua, di Suriah ini banyak ditemukan atau
terdapat bnayak perkebunan anggur, ini membuktikan bahwa Imanuddin Zengi itu
terkenal akan kegemaran mabuknya (Nicolle dan Hook, 2011: 35). Ini bisa terjadi
karena cara hidupnya yang lebih pada cara hidup nenek moyangnya di Asia
Tengah pra-Islam. Telah kita ketahui bahwa berperang itu pada umumnya dengan
cara menunggang kuda dan membawa sebuah senjata. Namun, dalam syair Persia
yang dituliskan untuk seorang elite penguasa dan militer Turki setelah adanya
pengepungan terhadap damaskus yaitu sebagai berikut: bahwa gaya peperangan
elite Turki pada abad 12:
Tombak mereka, haus pembantaian, menagalihkan kepala
Lembing mereka menyilaukan mata
Desingan anak panah dan entakan busur
Hantaman gadha dan cabikan tombak
Dalam struktur perangnya pasukan muslim Turki ini terbagi menjadi dua
yaitu ada orang asli Turki dan para sukarelawan. Orang Turki merupakan orang
yang berbahasa Turki, yang membentuk lebih dari tiga perempat pasukan utama
Damaskus dan hidup di dalam kota bertembok, di daerah pinggir yang berbatasan
langsung (Nicolle dan Hook, 2011: 37). Sedangkan para sukarelawan ini biasanya
disebut Turkoman, yang biasanya hidup atau bertempat tinggal di distrik-distrik
atau desa disekeliling kota. Dalam penyerangan pasukan Damaskus dapat
mengalahkan pasukan Salib dalam perang Salib kedua ini terdiri atas unsur
penting seperti askar yang ini penuh waktu milik penguasa, namun ada lagi yang
bersaal dari status yang lebih rendah yaitu ahduth yang bertugas menjaga
ketertiban. Sedangkan untuk para sukarelawan itu terbagi menjadi dua yakni
mutawiya dan jihadi. Namun, dalam perang salib dkedua ini juga diperoleh
kelompok yang disebut dengan al-harammiya yang merupakan suatu kelompok
perampok yang tugasnya mengganggu perbekalan dari musuh menurut Zanki
(dalam Nicolle dan Hook, 2011: 37).
Untuk selanjutnya yaitu bila dilihat dari pasukan kristen. Mereka
beranggapan bahwa perang Salib kedua ini merupakan perang yang dianggap
lebih besar dan kesiapan yang lebih baik dibandingkan dengan perang salib
pertama. Untuk jumlah pasukan atau prajurit dari pasukan salib ini lebih banyak

daripada pasukan muslim. Secara keseluruhan jika disimpulkan jumlah prajurit


pasukan salib ini untuk pasukan dari Jerman dengan jumlah 2000 ksatria, raja
Louis dari Perancis menggalang 700 ksatria, Graaf Vlaanderen menggalang 600
kstria, sedangkan dari kerajaan Yerussalem menggalang 550 ksatria serta 6000
prajurit infanteri (Nicolle dan Hook, 2011: 25). Sebagian besar prajurit yang
diambil untuk perang salib kedua ini diambil dari daerah Latin, yang sebagian
besar mereka orang islam yang secara terpaksa meninggalkan agama islam untuk
menjadi kristen. Namun sekali lagi pasukan salib mengalami kekalahan dalam
perang salib kedua ini, ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebab kekalahan
mereka yaitu kurang pengetahuan mereka tentang konsep jihad islam, selain itu
juga masih banyak prajurit yang tidak disiplin dan berperlengkapan buruk yang
tidak semuanya prajurit tidak bisa sampai di Timur Tengah (Nicolle dan Hook,
2011: 26).
Selanjutnya, pada rencana-rencana yang dibuat masing-masing pasukan
baik pasukan islam maupun pasukan kristen. Rencana pada pasukan kristen ini
seperti pada penentuan kota-kota yang akan dijadikan tujuan seperti penentuan
pada Edessa yang ditentukan pihak Jerman, dan pada kota Suriah (Alepo) yang
dianggap merupakan sasaran yang lebih pantas atau barangkali benteng kokoh
digaris depan islam Arab yang juga merupakan negara merdeka, Syaizar. Selain
itu ada kota Askelon , bahkan hanya ada sedikit yang memilih Damaskus sebagai
sasarannya. Beberapa kali percobaan untuk merebut Damaskus seperti pada 1126
& 1129. Sedangkan dari pasukan islam, yang pertama kali diserang oleh pasukan
salib yaitu Sultan Masud yang berasal dari kesultanan Seljuk Rum di Anatolia.
Dimana sebelmnya telah terjadi pertentangan antara Kasultanan Seljuk Rum
dengan kekaisaran Bizantium , dengan mengetahui ancaman pada akhir 1146
kasultanan seljuk Rum menawarkan perdamaian pada Bizantium. Dengan hal ini
memperlihatkan bahwa kesultanan Seljuk Rum semakin kuat untuk menghadapi
pasukan salib. Selain kesultanan Seljuk Rum , ada Anur yang berada di Damaskus
dimana ia cara menghadapi pasukan salib berbeda dengan cara Seljuk Rum
menghadapi pasukan salib. Ia mengandalkan cara berperang bertahan dan
tindakan kontra peperangan tradisional islam (Nicolle dan Hook, 2011: 42).

10

Selain itu terdapat seorang penguasa Alepo yaitu Nuruddin. Dimana


posisinya dianggap lebih rawan dari pada yang lainnya, maka ia terlebih dulu
memperkuat garis depan menghadap pasukan salib yang ada di Anatolia. Pangeran
Raymond lah yang menghadapi Nuruddin digaris depan sedangkan Raja Louis
VII dari Prancis bergerak menuju selatan yaitu Yerussalem. Menurut Nicolle dan
Hook (2011: 82) mengatakan bahwa pasukan salib tiba di Damaskus pada 24 Juli
1148. Dimana Raja Louis yang bergerak menuju selatan itu melewati lembah
Shahura yang merupakan daerah perkebunan dan pertanian yang rimbun yang
terletak di antara desa Darayya dan Mizzah. Pada tanggal 24 Juli 1148 itu terjadi
pertarungan sengit di perkebunan dan berpusat di daerah kecil tempat sungai
Barada. Ini berlangsung selama beberapa hari dan banyak jatuh korban dari
muslim. Menurut Nicolle dan Hook (2011: 87) mengatakan bahwa dalam syairsyair setelah perang salib kedua berakhir memperkirakan jumlah korban dalam
pertempuran itu adalah sekitar 70 dari Damaskus terbunuh, 200 orang Frank dan
90 kuda. Dari perang salib kedua ini mengakibatkan tumbangnya kesultanan
Seljuk Raya dan kebangkitan kekhalifaan Abbasiyah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perang Salib pertama terjadi pada tahun 1095 M. Pada awalnya hal ini
disebabkan oleh adanya berbagai macam penyerbuan yang dilakukan oleh
bangsa Asia, yang mereka sebuat sebagai sarakenos, orang dari Timur,
terhadap benteng Timur Dunia Kristen, Konstantinopel. Pada saat itu, 150.000
tentara Salib dikerahkan. Mereka merupakan orang-orang Eropa yang sebagian
besar merupakan bangsa Perancis dan Norman. Tentara tersebut berjalan
menuju Konstantinopel lalu ke Palestina. Dan pada akhirnya tentara Salib
berhasil menduduki kawasan Asia Tengah.
2. Kejatuhan Edessa yang dapat direbut kembali oleh kaum muslim pada masa
Nuruddin Zanki selaku putra dari Imanuddin Zanki penguasa dari Moshul pada
abad X ini, menyebabkan orang Kristen geram dan menyatakan Perang Salib
Kedua. Dalam perang Salib kedua ini, jelas sekali ada dua pihak yang terlibat
yaitu pasukan islam dan pasukan kristen. Dilihat dari pasuka islam yang
terlibat dalam perang Salib kedua ini bahwa jumlah pasukan islam tidak
sebesar jumlah pasukan salib atau pasukan lawan-lawannya, tidak sampai
melebihi 10.000 prajurit. Menurut Nicolle dan Hook (2011: 87) mengatakan
bahwa dalam syair-syair setelah perang salib kedua berakhir memperkirakan
jumlah korban dalam pertempuran itu adalah sekitar 70 dari Damaskus
terbunuh, 200 orang Frank dan 90 kuda. Dari perang salib kedua ini
mengakibatkan tumbangnya kesultanan Seljuk Raya dan kebangkitan
kekhalifaan Abbasiyah.
B. Saran

11

12

Dalam pembuatan makalah mengenai Perang Salib I dan II ini dirasa


masih ada kesalahan. Kritik dan saran dari pembaca diperlukan untuk
memperbaiki dan sebagai acuan dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya.

12

DAFTAR RUJUKAN
Nicolle dan Hook. 2011. Perang Salib II 1148 Ancaman Di Damaskus.
Jakarta: KPG.
Yatim, B. 2006. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Fremantle, A. 1984. Abad Besar Manusia: Abad Iman. Terj: Soenarjo.
Jakarta: PT Tira Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai