Anda di halaman 1dari 6

BAGIAN ILMU RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN BANDUNG 2010 BAB I

PENDAHULUAN Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan,


baik itu jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat khusus, dan
kompleks. Fungsi utama sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan alat untuk
bergerak. Oleh karena itu, jika terdapat kelainan pada sistem ini maka kedua fungsi tersebut
juga akan terganggu. Infeksi muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi; dapat
melibatkan seluruh struktur dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi
penyakit yang berbahaya bahkan membahayakan jiwa. Osteomielitis adalah infeksi tulang
dan sumsum tulang. Osteomielitis akut terutama ditemukan pada anak-anak. Tulang yang
sering terkena ialah femur bagian distal, tibia bagian proksimal, humerus, radius dan ulna
bagian proksimal dan distal, serta vertebra.(10) Osteomielitis merupakan suatu bentuk proses
inflamasi pada tulang dan struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman
piogenik.(3) Staphylococcus adalah organisme yang bertanggung jawab untuk 90% kasus
osteomyelitis akut. Organisme lainnya termasuk Haemophilus influenzae dan salmonella.(14)
Pada masa anak-anak penyebab osteomyelitis yang sering terjadi ialah Streptococcus,
sedangkan pada orang dewasa ialah Staphylococcus.(17) Diagnosis infeksi tulang dan sendi
biasanya dapat dibuat dari tanda-tanda yang tampak pada pemeriksaan fisik. Pada lokasi
perifer seperti efusi sendi dan dan nyeri pada metafisis yang terlokalisir, dengan atau tanpa
pembengkakan, membuat diagnosis relatif mudah. Namun pada panggul, pinggul, tulang
belakang, tulang belikat dan bahu, penegakan diagnosis terjadinya infeksi sulit untuk
ditentukan. Sehingga, pemeriksaan penunjang, dalam hal ini, pencitraan dapat memudahkan
dan menegakkan diagnosis dari osteomielitis. Pemeriksaan pencitraan radiaografi yang dapat
dilakukan ialah foto polos, Computed Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging
(MRI) dan radionuklir. Pemeriksaan tersebut dapat memudahkan dokter dalam menegakkan
diagnosis osteomielitis. (6) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Osteomielitis (osteoberasal dari kata Yunani yaitu osteon, berarti tulang, myelo artinya sumsum, dan-itis berarti
peradangan) secara sederhana berarti infeksi tulang atau sumsum tulang.(13) Berdasarkan
kamus kedokteran Dorland, osteomielitis ialah radang tulang yang disebabkan oleh
organisme piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya. Ini
dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sum-sum, korteks, dan
periosteum.(11) 2.2 Patogenesis Infeksi dapat terjadi secara : 1. Hematogen, dari fokus yang
jauh seperti kulit, tenggorok. 2. Kontaminasi dari luar yaitu fraktur terbuka dan tindakan
operasi pada tulang 3. Perluasan infeksi jaringan ke tulang di dekatnya. (10) Mikroorganisme
memasuki tulang bisa dengan cara penyebarluasan secara hematogen, bisa secara penyebaran
dari fokus yang berdekatan dengan infeksi, atau karena luka penetrasi. Trauma, iskemia, dan
benda asing meningkatkan kerentanan tulang akan terjadinya invasi mikroba pada lokasi
yang terbuka (terekspos) yang dapat mengikat bakteri dan menghambat pertahanan host.
Fagosit mencoba untuk menangani infeksi dan, dalam prosesnya, enzim dilepaskan sehingga
melisiskan tulang. Bakteri melarikan diri dari pertahanan host dengan menempel kuat pada
tulang yang rusak, dengan memasuki dan bertahan dalam osteoblast, dan dengan melapisi
tubuh dan lapisan yang mendasari tubuh mereka sendiri dengan pelindung biofilm yang kaya
polisakarida. Nanah menyebar ke dalam saluran pembuluh darah, meningkatkan tekanan
intraosseous dan mempengaruhi aliran darah. Disebabkan infeksi yang tidak diobati sehingga
menjadi kronis, nekrosis iskemik tulang menghasilkan pemisahan fragmen devaskularisasi
yang besar (sequester). Ketika nanah menembus korteks, subperiosteal atau membentuk abses
pada jaringan lunak, dan peningkatan periosteum akan menumpuk tulang baru (involucrum)
sekitar sequester. (3) Mikroorganisme, infiltrasi neutrofil, dan kongesti atau tersumbatnya
pembuluh darah merupakan temuan histologis utama osteomielitis akut. Fitur yang
membedakan dari osteomielitis kronis, yaitu tulang yang nekrosis, dicirikan oleh tidak
adanya osteosit yang hidup. Terdapat sel mononuklear yang dominan pada infeksi kronis, dan

granulasi dan jaringan fibrosa menggantikan tulang yang telah diserap kembali oleh
osteoklas. Pada tahap kronis, organisme mungkin terlalu sedikit untuk dilihat pada
pewarnaan. (3) 2.2.1 Infeksi Secara Hematogen Jumlah infeksi secara hematogen terjadi ~
20% dari kasus osteomielitis dan terutama menyerang anak-anak, pada tulang panjang yang
terinfeksi, dan orang dewasa yang lebih tua dan pengguna narkoba secara intavena, dan pada
tulang belakang yang merupakan tempat yang paling umum terjadinya infeksi.(3) Infeksi
sering hanya melibatkan satu tulang, paling sering tibia, femur, atau humerus pada anak-anak
dan pada badan vertebra pada pengguna narkoba suntik dan orang dewasa yang lebih tua.
Bakteri menetap pada metafisis yang memiliki perfusi yang baik, jaringan sinusoid vena
memperlambat aliran darah, dan fenestrasi dalam kapiler memungkinkan organisme untuk
melarikan diri menuju ruang extravascular. Disebabkan terjadi perubahan anatomi vaskular
seiring dengan bertambahnya usia, infeksi pada tulang panjang secara hematogen jarang
terjadi pada orang dewasa dan, ketika itu terjadi, biasanya melibatkan diafisis dari tulang. (3)
Manifestasi klinisnya, anak dengan osteomielitis biasanya muncul secara akut, dengan
demam, menggigil, nyeri lokal, dan dalam banyak kasus terjadi pembatasan gerak atau
kesulitan menopang badan. Eritema dan bengkak menunjukkan perluasan nanah melewati
korteks. Selama masa bayi dan setelah pubertas, infeksi dapat menyebar melalui epiphysis ke
ruang sendi. Pada anak-anak usia lain, perluasan infeksi melewati korteks menghasilkan
keterlibatan sendi jika metafisis intracapsular. Jadi, arthritis septik pada siku, bahu, dan
pinggul dapat mempersulit osteomielitis pada radius proksimal, humerus, dan femur, masingmasing. Pada anak-anak, sumber bakteremia biasanya tidak jelas. Riwayat yang sering
diperoleh adalah adanya trauma tumpul yang terjadi baru-baru ini, diduga, hasil dari kondisi
ini terjadi hematoma intraosseous yang kecil atau penyumbatan pembuluh darah yang
mempengaruhi terjadinya infeksi. Orang dewasa dengan osteomielitis hematogen dapat
terjadi baik disebabkan predisposisi dari infeksi tempat lain (misalnya, saluran pernafasan
atau kemih, katup jantung, atau sebuah situs kateter intravaskuler) atau bakteremia tanpa
sumber yang jelas. (3) Keadaan Infant Anak-Anak Orang Dewasa Lokalisasi Involucrum
Sekuestrasi Keterlibatan Sendi Abses Jaringan Lunak Fraktur Patologis Fistula Metafisis
dengan ekstensi ke epifisis Common Common Common Common Not Common Not
Common Metafisis Common Common Not Common Common Not Common Variabel
Epifisis Not Common Not Common Common Not Common Common* Common Tabel 2.1
Osteomielitis hematogen dari tulang berbentuk pipa (17) * pada kasus yang tidak diobati 2.3
Klasifikasi Osteomielitis Osteomielitis secara umum dapat dibagi menjadi jenis piogenik dan
nonpiogenik. Namun terdapat jenis pengklasifikasian lainnya, seperti berdasarkan perjalanan
klinis, yaitu osteomielitis sub akut, akut, atau kronis (aktif dan tidak aktif), yang tergantung
intensitas dari proses infeksi dan gejala yang terkait. Dari sudut pandang patologi anatomi,
osteomielitis dapat dibagi menjadi osteomielitis bentuk diffuse dan lokal (focal), dengan yang
kedua disebut sebagai abses tulang.(1) 2.3.1 Osteomielitis Akut Biasanya osteomielitis akut
disertai dengan gejala septikemia, seperti febris, malaise dan anoreksia. Infeksi dapat pecah
ke subperiosteum, kemudian menembus subkutis dan menyebar menjadi selulitis, atau
menjalar melalui rongga subperiosteum ke diafisis. Infeksi juga dapat pecah ke bagian tulang
diafisis melalui kanalis medularis. Penjalaran subperiosteal ke arah diafisis akan merusak
pembuluh darah yang ke diafisis sehingga menyebabkan nekrosis tulang yang disebut
sekuester. Periosteum akan membentuk tulang baru yang menyelubungi tulang mati tersebut.
Tulang baru yang menyelimuti tulang mati tersebut dinamakan involukrum.(15) Perubahan
jaringan lunak dapat terjadi secara nyata, terutama pada bayi. Pembengkakan, dengan edema
dan timbunan lemak yang kabur dapat terlihat. Osteoporosis dapat dilihat antara hari
kesepuluh sampai empat belas dari onset timbulnya penyakit. Pada anak-anak seringkali
terjadi pada metafisis.(17) Involucrum dapat terlihat setelah tiga minggu dan terjadi lebih
banyak pada bayi dan anak-anak daripada orang dewasa. Tempat keluarnya dan dekompresi

pus yang terjadi dapat mencegah kompresi vaskuler dan terjadinya infark, dan penyembuhan.
CT yang konvensional tidak dapat mendeteksi sekuester. Sekuester terlihat sebagai fragmenfragmen dari tulang padat diantara proses destruksi tulang lokal. Pengobatan dengan
antibiotik dan/atau pembedahan, memberi pengaruh pada perjalanan penyakitnya dengan
pembentukan tulang baru yang dapat ditemukan. (17) Dengan terapi yang adekuat pada bayi
dan anak-anak, harapan untuk kembali normal besar kecuali terjadi kerusakan pada lempeng
epifisis dan epifisis, sehingga pertumbuhan tulang yang abnormal dapat terjadi. Pada orang
dewasa, pengaruhnya tulang sering menyisakan daerah sklerotik dan bentuk yang ireguler.
Gambaran radiografi tidak pernah bias kembali normal pada kasus yang terlambat diketahui.
(17) 2.3.2 Osteomielitis Kronis Dengan pengobatan yang benar, <5%>(3) Panjangnya gejala
klinis, periode diam (quiescence) yang panjang, dan eksaserbasi berulang merupakan ciri
khas dari osteomielitis kronis. Saluran sinus antara tulang dan kulit dapat menghasilkan
material yang purulent dan kadang-kadang membuat potongan-potongan tulang yang
nekrotik. Peningkatan produksi material yang purulent, nyeri, atau bengkak sebagai tanda
suatu eksaserbasi, disertai dengan peningkatan kadar C reactive protein (CRP) dan ESR.
Demam jarang terjadi kecuali bila obstruksi dari saluran sinus menyebabkan infeksi jaringan
lunak. Komplikasi akhir yang jarang ialah fraktur patologis, karsinoma sel skuamosa pada
saluran sinus, dan amiloidosis. (3) 2.4 Pencitraan 2.4.1 Gambaran Foto Polos Radiologis
Pada osteomielitis gambaran foto polos radiologi yang dapat ditemukan adalah hilangnya
gambaran fasia, gambaran litik pada tulang (radiolusen), sequester dan involucrum. Namun
gambaran-gambaran tersebut terhantung dari perjalanan penyakitnya. Tanda-tanda awal
gambaran radiografi dari infeksi tulang ialah edema jaringan lunak dan hilangnya bidang
fasia. Ini biasanya ditemui dalam waktu 24 hingga 48 jam dari onset infeksi. Perubahan
paling awal pada tulang adalah bukti adanya lesi litik destruktif, biasanya dalam waktu 7
sampai 10 hari setelah terjadinya infeksi (Gambar 2.1) (1) Gambar 2.1 Osteomielitis akut.
Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun menderita demam dan lutut yang menyakitkan selama
1 minggu. Gambaran radiografi anteroposterior lutut kiri menunjukkan gambaran tanda-tanda
radiografi awal dari infeksi tulang: daerah osteolytic menunjukan adanya kerusakan pada
segmen metafisis dari femur distal (panah) dan pembengkakan jaringan lunak (panah
terbuka). (1) Dalam waktu 2 sampai 6 minggu, ada kerusakan progresif dari tulang kortikal
dan medula, peningkatan sklerosis endosteal menunjukkan pembentukan tulang reaktif baru,
dan reaksi periosteal (Gambar 2.2 dan 2.3). Dalam 6 sampai 8 minggu, adanya sequester
menunjukkan daerah tulang nekrotik yang menjadi jelas, mereka dikelilingi oleh involucrum
padat, menggantikan sarung tulang baru periosteal (Gambar 2.2 dan 2.3). Sequester dan
involucrum berkembang sebagai hasil dari akumulasi eksudat inflamasi (nanah), yang
menembus korteks dan menggundulinya dari periosteum, sehingga merangsang lapisan dalam
untuk membentuk tulang baru. Tulang baru yang dibentuk pada gilirannya akan terinfeksi
juga, dan barrier yang dihasilkan infeksi tersebut menyebabkan korteks dan spongiosa
menjadi kehilangan pasokan darah dan menjadi nekrosis. Pada tahap ini, disebut osteomielitis
kronis, sebuah saluran sinus sering bentuk (Gambar 2.5). Sequester yang kecil secara
bertahap akan diserap kembali, atau mungkin diekstrusi (extruded) melalui saluran sinus. (1)
Gambar 2.2 Osteomielitis akut gambaran anteroposterior. Gambaran radiografi dari lutut anak
laki-laki berusia 8 tahun dengan osteomielitis akut yang menunjukkan kerusakan yang luas
dari bagian kortikal dan medula dari metafisis dan diafisis dari femur distal, bersama-sama
dengan pembentukan tulang periosteal yang baru. Perhatikan terjadinya fraktur patologis. (1)
Gambar 2.3 Osteomielitis akut gambaran lateral. Gambaran radiografi lateral dari lutut anak
laki-laki berusia 8 tahun dengan osteomielitis akut yang menunjukkan kerusakan yang luas
dari bagian kortikal dan medula dari metafisis dan diafisis dari femur distal, bersama-sama
dengan pembentukan tulang periosteal yang baru. Perhatikan adanya abses subperiosteal
besar yang jelas. (1) Gambar 2.4 Osteomielitis aktif. Sequester dikelilingi oleh involucrum,

seperti terlihat di sini, pada kaki kiri anak berusia 2 tahun, adalah suatu keadaan dari
osteomielitis lanjut, biasanya terlihat setelah 6 sampai 8 minggu infeksi aktif. (Courtesy of Dr
Emas H. R., Los Angeles, CA.) (1) Gambar 2.5 Osteomielitis kronis. Seorang pria 28 tahun
dengan penyakit sickle cell anemia yang memiliki osteomielitis, salah satu komplikasi yang
sering pada penyakit sickle cell anemia. Hasil dari sinogram yang menunjukkan saluran sinus
yang khas pada osteomielitis kronis. Perhatikan saluran yang berkelok-kelok pada bagian
medula tulang. (1) 2.4.2 CT (Computed Tomography) Scan Deteksi osteomielitis ketika
masih dalam tahap akut dini sangat penting untuk meningkatkan probabilitas kesembuhan
dan menurunkan morbiditas. Disebabkan kurang sensitif dibandingkan MRI untuk
osteomielitis akut, CT merupakan pemeriksaan terbaik untuk membimbing aspirasi atau
biopsi (Gambar 2.6), jika secara klinis diperlukan, untuk memastikan osteomielitis atau untuk
dilakukannya uji kultur dan sensitivitas antibiotik organisme. CT juga berguna dalam
pemeriksaan penunjang terhadap infeksi pasca operasi saat instrumen ortopedi yang luas
dapat menghambat MRI (Gambar 2.7,2.8,2.9,2.10,2.11,2.12). (16) Gambaran CT dari
osteomielitis tergantung stage-nya, yaitu akut, subakut atau kronis. Pada osteomielitis akut,
edema sumsum tulang adalah kelainan yang ditemukan pertama kali pada pencitraan.
Selanjutnya, peningkatan periosteal dapat terjadi, yang kasusnya lebih sering pada anak-anak
dibandingkan pada orang dewasa, dengan bagian akhir yaitu pembentukan tulang
subperiosteal yang baru. Abses subperiosteal juga dapat terjadi. Unenhanced CT (CT scan
yang tidak ditingkatkan) kurang sensitif dibandingkan MRI dalam mendeteksi awal
peradangan periosteal dari osteomielitis yang terjadi pada model hewan percobaan. (16)
Gambar 2.6 Gambar Biopsi yang dipandu CT scan dari osteomielitis. Gambaran aksial
panggul lebih rendah pada pasien dengan posisi tengkurap. Biopsi jarum tulang ukuran 11
telah masuk ke bagian vertikal yang sklerotik dari ischium kanan untuk memastikan
osteomielitis dan memberikan sampel untuk dilakukannya kultur. (16) B A Gambar 2.7 Non
union (tidak menyatunya) tulang akibat infeksi. A dan B: Gambar axial CT yang
menunjukkan fraktur serta kalus nonbridging (tidak melekat) yang tidak efektif dan gambaran
lusen intramedulla sekitar paku retrograde (retrograde nail). (16) Gambar 2.8 C: Perubahan
secara coronal yang menunjukkan fraktur yang tidak menyatu (ununited). (16) D Gambar 2.9
D: Perubahan-perubahan yang dilakukan yang diberikan dalam gambaran 3D menunjukkan
fraktur yang tidak menyatu dan longgarnya logam (instrument ortopedik) yang detail. Sudut
pandang lateral yang diperoleh dengan hardware (logam) berwarna putih. (16) Gambar 2.10
E: Dengan melakukan variasi transparansi dari tulang, posisi perangkat keras (tanda panah)
menjadi lebih nyata. (16) E Gambar 2.11 F: Sudut pandang anterior menunjukkan temuan
yang sama dengan derajat yang berbeda dari kepadatan tulang.(16) Gambar 2.12 G: Sudut
pandang anterior menunjukkan temuan yang sama dengan derajat yang berbeda dari
kepadatan tulang, tanda panah menunjukan perangkat keras ortopedi (screw). (16)
Osteomielitis subakut lebih terlokalisasi. Contohnya adalah abses Brodie (Brodie's abscess),
merupakan abses piogenik yang dikelilingi oleh daerah sklerosis dan meningkatnya jaringan
granulasi. Osteomielitis kronis ditandai dengan tulang yang nekrotik. Fragmen dari fokus
tulang yang nekrotik atau sequestrum dikelilingi oleh jaringan granulasi atau oleh involucrum
dari pembentukan periosteal tulang yang tebal dan baru. CT menunjukkan gambaran
sequestrum sebagai fragmen terisolasi yang dipisahkan dari tulang kortikal, yang bebas di
dalam rongga medula atau saluran sinus. Gambaran CT dari osteomielitis kronis biasanya
akan memperlihatkan sklerosis yang signifikan, kelainan tulang dan resorpsi dengan bekas
luka jaringan lunak sekitar atau jaringan granulasi (Gambar 2.13 dan 2.14). (16) Gambar 2.13
Osteomielitis kronis. A: CT awal seorang pasien dengan paraplegia yang menunjukkan
sebuah ulkus jaringan lunak yang dalam yang utuh (intake), muncul di ramus pubis inferior
kanan. (16) Gambar 2.14 CT setelah 10 bulan kemudian. Sekali lagi menunjukkan ulkus
jaringan lunak, dengan perkembangan terjadinya fragmentasi secara interval, sklerosis dan

resorpsi sebagian dari ramus pubis inferior kanan. (16) Perubahan sumsum tulang pada
osteomielitis tidak spesifik, karena dapat terlihat juga pada neoplasma, trauma, beberapa
anemia, dan gangguan sumsum tulang primer lainnya seperti myelofibrosis. Perbandingan
dengan sisi kontralateralnya dapat membantu untuk melihat apakah proses pada sumsum
tersebut adalah sistemik atau hanya unilateral saja. Gas dalam saluran medula secara
konsisten terjadi pada osteomielitis, tetapi jarang. Hal ini dapat dilihat pada temuan radiografi
sebelum kehancuran atau pembentukan tulang baru. Gas pada jaringan lunak yang bukan
disebabkan trauma adalah ciri dari infeksi. (16) Perubahan diabetes neuropatik sering
dibedakan dari osteomielitis dan arthritis septik oleh CT. Dalam menilai osteomielitis pada
diabetic foot, MRI dengan sinyal normal pada sumsum tulang memiliki nilai prediksi negatif
yang lebih tinggi daripada CT normal. MR juga lebih sensitif untuk abses kecil dan untuk
jaringan lunak yang nonviable, terutama jika gadolinium diberikan. MR kadang-kadang dapat
membedakan antara kronis, neuropatik osteoarthropathy yang stabil dan osteomielitis, ketika
CT tidak bisa. (16) 2.4.3 Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI menunjukan osteomielitis
seawal seperti pemeriksaan scan radioisotope, dan jika ada, merupakan pilihan utama dalam
mendiagnosis infeksi musculoskeletal. Dengan menggunakan weightings, atau penguatan
paramagnetic, perubahan yang terjadi pada tulang dan edema jaringan lunak dapat diketahui
sejak awal, seperti terjadinya iskemia dan kerusakan dari kortex. Perluasan jaringan lunak
dari pus dan abses paraosseus dapat terlihat. Nekrosis sentral dalam abses dapat diketahui.
Gambaran dapat didapat dari berbagai sudut. (17) Gambar 2.15 Gambaran coronal CT scan
dari osteomielitis kronis menunjukkan penebalan korteks humerus proksimal (panah). (8)
Weighting yang sering digunakan ialah T1, T2, dan fat supresseion. Sumsum tulang tampak
jelas pada sinyal T1, sedangkan korteks yang padat, yang memiliki cairan yang sedikit,
memiliki sinyal yang lebih rendah.edema dan perubahan inflamasi meningkatkan sinyal
secara dramatis pada T2-weightening dan khususnya short tau inversion recovery (STIR)
sequences.(17) Jaringan yang keras secara umum lebih baik ditunjukan oleh CT namun
perubahan jaringan lunak lebih baik terlihat menggunakan MRI. Ketika terjadi perubahan
kepadatan pada infeksi sumsum tulang, hal tersebut dapat diperiksa menggunakan CT, namun
MRI lebih baik dalam menunjukkan perluasan patologis tulang dan jaringan lunak sekitarnya
dan sangat sensitive seperti pemeriksaan scan radioisotop. Kelebihan terakhir yaitu MRI
dapat menunjukkan focus infeksi diluar dari yang diperkirakan.(17) Gambar 2.16 Gambaran
coronal MRI T1, menampilkan osteomielitis kronis humerus proksimal (panah). (8) 2.4.4
Scaning Menggunakan Radionuclide Scintigraphy skeletal pada orang yang diduga memiliki
infeksi tulang harus didahului oleh pemeriksaan foto polos. Pada pemeriksaan terhadap foto
polos tidak dapat terlihat sampai 10-14 hari infeksi, namun pada infeksi TBC perubahan
dapat muncul pada presentasi pertama. Menggunakan scintigraphy, diagnosis dapat ditegakan
pada 48 jam setelah onset penyakit, bahkan jika tanda-tanda klinis penyakit samar-samar.
Pengobatan awal yang agresif dapat mencegah kerusakan tulang yang berat.(17) Teknik
standar menggunakan technetium 99m-labelled phosphate dan phosphate. Tambahan dari
radionuclide pada tulang berhubungan dengan aliran darah pergantin tulang yang local. Hal
ini membuat gambaran dua jenis yang terpisah yang didapatkan pada osteomielitis, yaitu:
(17) 1. Gambaran kelompok darah dari daerah yang nyeri segera setelah penyuntikan. Hal
ini menunjukkan peningkatan radioaktif local, jika positif, pada daerah yang mengandung
banyak darah. 2. Gambaran scintigraphy skeletal tertunda setelah 3-4 jam. Saat ini
radionuclide telah diabsorbsi menjadi kristal-kristal tulang. Hal ini memberikan gambaran
skeletal dengan penekanan lokal pada daerah peningkatan aliran darah dan pergantian tulang.
Hal ini juga yang membedakan antara osteomielitis dan selulitis. (17) Gambar 2.17
Osteomielitis, kronis. Tiga fase dari technetium-99m diphosphonate bone scan pada pasien
yang sama seperti menunjukkan peningkatan aktivitas pada tulang metatarsal ketiga dan
keempat dan di kaki ketiga. (2) Dengan menggunakan teknik ini dapat dikatakan bahwa

selain lebih sensitif dalam mendeteksi adanya fokal infeksi, juga pemeriksaan ini hampir
akurat memberikan hasil positif atau negatif. Namun tidak spesifik karena tumor dan infeksi
memberikan gambaran yang hampir sama. Ambilan technetium terbatas jika pembuluh darah
tersumbat karena proses infeksi oleh tamponade atau thrombus, meskipun , pada neonatus,
sampai 30% scan dapat negatif disebabkan hal tersebut. (17)
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

Anda mungkin juga menyukai