Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PEMBAHASAN
Telah dipaparkan pada bab sebelumnya, beberapa jenis pengobatan
swamedikasi yang bisa diberikan pada seseorang yang mengalami nyeri atau
demam. Sebagai seorang farmasis, kita dituntut untuk selalu memberi pedoman
kepada masyarakat untuk berswamedikasi agar tidak salah dalam penggunaanya.
Nyeri adalah alasan tersering yang diberikan oleh pasien apabila mereka
ditanya kenapa berobat. Dampak nyeri pada perasaan sejahtera pasien sudah
sedemikian luas diterima sehingga banyak institusi sekarang menyebut nyeri
sebagai tanda fital kelima, dan mengelompokkannya bersama tanda-tanda klasik
suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah.
Pada sebagian besar pasien, sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu cedera
atau rangsangan yang cukup kuat untuk berpotensi mencederai (berbahaya). Pada
kasus cedera atau berpotensi mencederai, nyeri memiliki fungsi protektif, memicu
respons terhadap stress berupa penarikan, melarikan diri, atau imobilitisasi bagian
tubuh (misalnya, menarik jari tangan dari kompor tangan ).
Walaupun merupakan pengalaman subjektif dengan komponen sensorik
dan emosional yang tidak menyenangkan, nyeri memperlihatkan beberapa bukti
objektif. Mengamati ekspresi wajah pasien, mendengarkan tangisan atau erangan ,
dan mengamati tanda-tanda vital ( misalnya, tekanan darah, kecepatan denyut
jantung) dapat memberi petunjuk mengenai derajat nyeri yang dialami pasien.
Demam merupakan respon fisiologis tubuh terhadap penyakit yang di
perantarai oleh sitokin dan ditandai dengan peningkatan suhu pusat tubuh dan
aktivitas kompleks imun. Dalam protokol Kaiser Permanente Appointment and
Advice Call Center definisi demam untuk semua umur, demam didefinisikan
temperatur rektal diatas 380 C, aksilar diatas 37,50 C dan diatas 38,20 C dengan
pengukuran membran timpani, sedangkan demam tinggi bila suhu tubuh diatas
39,50 C dan hiperpireksia bila suhu > 41,10 C

Terdapat tiga kelompok obat nyeri dan demam : OAINS (obat analgetikinflamasi non steroid) steroid, dan golongan opiod. Obat golongan AINS adalah
bentuk pengendalian nyeri yang paling sering digunakan berswamedikasi. Obat
golongan AINS terbagi menjadi 2 kelompok berdasarkan mekanisme kerjanya,
yaitu agen penghambat COX non selektiv dan COX-2 inhibitor. Golongan I (non
selektif inhibitror COX), terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu: Derivat asam
salisilat : Aspirin, Sodium salisilat, sulfasalazin. Derivat Para-aminophenol :
Acetaminophen; Asam Asetic Heteroaryl : Tolmetin, Diklofenak, Ketorolac ;
Asam Arylpropionic : Ibuprofen, Naproxen, Ketoprofen; Fenamat : Asam
mefenamat, meclofenamic acid; Asam Enolic : Oxicams

(piroksikam,

Meloksikam); Alkanonens : Nabumeton.


Beragam tanaman di Indonesia juga memiliki khasiat untuk analgetik dan
antipiretik, karena tanaman Indonesia kaya akan alkaloid dan minyak atsiri yang
sebagian besar berkhasiat untuk mengatasi nyeri dan demam.

Anda mungkin juga menyukai