Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SOSIALISASI, TRANSMISI DAN TRANSFORMASI


DALAM PENDIDIKAN
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah AntropologiSosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Sabarudin, M. Si.

Disusun oleh:
Melya Dwi Astuti (13410126)
PAI B

Jurusan Pendidikan Agama Islam


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
2015

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa yang
memberikan rahmat serta taufik dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan
observasi ini dapat berlangsung dengan lancar. Penulis menyelesaikan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Antropologi-Sosiologi Pendidikan. Semoga makalah
ini sesuai syarat seperti yang diharapkan.
Dalam hal ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1; Bapak Prof. Dr. H. Muchsin, M. A., selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.
2; Bapak Dr. H. Tasman Hamami, M. A., selaku Dekan Fakultas FITK UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta.


3; Bapak H. Suwadi, M. Ag. M. Pd., selaku Kepala Jurusan PAI.
4; Bapak Dr. Sabarudin, M. Si., selaku Dosen mata kuliah AntropologiSosiologi Pendidikan
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
laporan ini. Oleh karena itu demi kesempurnaan, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan untuk masa mendatang.

Yogyakarta, 18 Oktober 2015


Penulis,

BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak
didik. Pendidikan berhubungan dengan penyampaian pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keterampilan, dan aspek-aspek kelakuan lainnya. Pendidikan adalah
proses belajar dan mengajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang
diharapkan oleh masyarakat.
Kelakuan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial, yakni
dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir segala sesuatu yang
dipelajari merupakan hasil hubungan dengan orang lain di rumah, di sekolah,
tempat bermain, tempat pekerjaan dan sebagainya. Bahan pelajaranatau isi
pendidikan oleh kelompok atau masyarakat.
Dari hal tersebut, dalam pendidikan akan terjalin sosialisasi, transformasi,
dan transmisi. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai
sosialisasi, transformasi, dan transmisi dalam pendidikan.
Rumusan masalah
A; Apakah yang dimaksud dengan sosialisasi, transmisi dan transformasi

dalam pendidikan?
B; Bagaimana sosialisasi, transmisi dan transformasi dalam pendidikan?
C; Apa urgensi dari sosialisasi, transmisi dan transformasi dalam pendidikan?

Tujuan
A; Pengertian sosialisasi, transmisi dan transformasi dalam pendidikan.
B; Sosialisasi, transmisi dan transformasi dalam pendidikan.
C; Urgensi sosialisasi, transmisi dan transformasi dalam pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
A; Pengertian Sosialisasi, Transmisi dan Transformasi

Dalam tiap kelompok, keluarga, sekolah, masyarakat terdapat cara berpikir dan
berbuat yang diterima dan diharapkan oleh setiap anggota kelompok atau
masyarakat. Pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam masyarakat disebut
kebudayaan. Yang meliputi keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, keterampilan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan manusia sebagai anggota
masyarakat.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar pesera didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan dan pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam KBBI, sosialisasi merupakan proses belajar seorang anggota
masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di
lingkungannya dan merupakan upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi
dikenal, dipahami, dihayati oleh masyarakat.
Setiap manusia memiliki sifat sosial dan mereka selalu melakukan interaksi
sosial. Apapun yang dipelajari, mereka dapat dari hubungan dengan orang lain di
rumah, sekolah, ataupun lingkungannya. Apa yang dipelajari atau isi pendidikan
tersebut ditentukan oleh kelompok masyarakat yang telah melakukan hubungan
atau interaksi sosial. Maka, kelompok masyarakat menjamin kelangsungan hidup
melalui pendidikan. Agar masyarakat dapat melanjutkan eksistensinya, maka
kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan
dan bentuk kelakuan lainnya diharapkan akan dimiliki setiap anggota. Tiap
masyarakat meneruskan kebudayaannya dengan beberapa perubahan kepada
generasi muda melalui pendidikan, interaksi sosial. Dengan ini, pendidikan dapat
diartikan sebagai sosialisasi.1
1 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm 10.

Menurut tokoh-tokoh seperti Kimbal Young, R.S. lazarus, Havigurst,


Naugarten, Thomas Ford Hoult serta George Herbert Mead seperti dirangkum
Ahmadi (1991) mengemukakan pengertian sosialisasi mencakup:
1; Proses sosialisasi adalah proses belajar. Yaitu proses akomodasi dimana

individu menahan, mengubah impuls dalam dirinya lalu didikuti oleh upaya
pewarisan cara hidup atau kebudayaan masyarakat.
2; Dalam proses sosialisasi, individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide,
nilai-nilai dan tingkah laku dalam masyarakat dimana ia hidup.
3; Semua sikap dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi
disusun dan dikembangkan secara sistematis dalam pribadinya.2
Dengan adanya sosialisasi maka terjadi transmisi dan transformasi. Transmisi
merupakan penyampian nilai-nilai yang dijunjung tinggi kepada generasi muda
yang merupakan warisan nenek moyang sebagai pemersatu bangsa. Sedangkan
transformasi adalah penyampaian nilai-nilai kepada generasi muda untuk
dikembangkan dan melakukan penemuan-penemuan baru yang dapat membawa
perubahan pada masyarakat berdasar berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi.3
B; Sosialisasi, Transmisi, dan Transformasi dalam Pendidikan

Sosialisasi
Belajar adalah sosialisasi yang kontinu. Dalam masyarakat, setiap individu
dapat menjadi murid dan menjadi guru. Individu belajar dari lingkungan sosialnya
juga mengajar dan mempengaruhi orang lain. Melalui pendidikan terbentuklah
kepribadian seseorang. Aspek-aspek yang sama yang terdapat dalam kelakuan
semua orang dalam masyarakat dapat disebut kebudayaan masyarakat itu.
Kepribadian individu selalu bertalian erat dengan kebudayaan lingkungan tempat
ia hidup.
Sosialisasi sebagai bagian dari pendidikan berlangsung dalam tiga komponen
penting yang menjadi faktor penentu terbentuknya kepribadian seseorang. Oleh Ki
Hadjar Dewantara diberi istilah Tri Pusat Pendidikan, yang meliputi di rumah atau
dalam keluarga, di sekolah dan di masyarakat.4
2 Ravik Karsidi, Sosiologi Pendidikan, (Surakarta: LPP UNS dan UNS Press,
2011), hlm 36.
3 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm 16.
4 Ravik Karsidi, Sosiologi Pendidikan, (Surakarta: LPP UNS dan UNS Press,
2011), hlm 40.

a; Di rumah atau dalam keluarga, anak berinteraksi dengan orang tua dan

anggota keluarga lainnya. Ia memperoleh pendidikan informal, berupa


pembentukan pembiasaan-pembiasaan. Pendidikan informal dalam
keluarga akan banyak membantu dalam meletakkan dasar pembentukkan
kepribadian anak.
Tugas utama keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak
dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan
tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari
anggota keluarga lainnya.
Salah fungsi keluarga adalah sosialisasi, yaitu menunjuk peranan
keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial
dalam keluarga, anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap,
keyakinan, cita-cita dan nilai-niai dalam masyarakat dalam proses
perkembangan pribadinya.
Sosialisasi dalam keluarga memiliki peran yang sangat penting
untuk anak karena dalam keluarga terjadi interaksi face to face secara tetap.
Sehingga perkembangan anak dapat diikuti secara seksama oleh orang
tuanya. Orang tua mempunyai motivasi yang kuat mendidik anak karena
merupakan buah kasih cinta dari hubungan suami istri.
b; Di sekolah, anak berinteraksi dengan guru beserta bahan pendidikan dan
pengajaran, pserta didik lainnya, serta pegawai tata usaha. Ia memperoleh
pendidikan formal (terprogram) di sekolah berupa pembentukkan nilainilai, pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap bidang studi. Maka,
terbentuklah kepribadian untuk tekun dan rajin belajar disertai dengan
keinginan untuk meraih cita-cita akademis yang setinggi-tingginya.
Dalam soisalisasi, sekolah memiliki peran yang penting dalam proses
sosiaisasi yaitu proses membantu perkembangan individu menjadi makhluk
sosial, makhluk yang dapat beradaptasi dengan baik di masyarakat. Juga,
sekolah dalam mempersiapkan tenaga-tenaga pembangunan bertugas
untuk:
- Memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan
- Mempersiapkan untuk menjadi kader-kader karyawan sampai
pemimpin
- Mengantisipasi mobilitas sosial
- Membantu memecahkan masalah-masalah sosial
- Penerus dan pengembang kebudayaan
- Membantu kesejahteraan keluarga5
Sekolah juga merupakan miniature masyarakat yang memiliki
peran-peran yang cukup rumit dan menerapkan pola-pola peraturan yang
lebih ketat. Tempat dimana proses pengajaran keterampilan dan macammacam standar pengetahuan akan diserap dan dipahami oleh siswa untuk
memainkan peran kehidupannya pada jenjang kedewasaan.

5 Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan: suatu analisis sosiologi tentang


pelbagai problem pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 64.

c; Di masyarakat, anak berinteraksi dengan seluruh anggota masyarakat yang

beraneka ragam. Agar masyarakat dapat melanjutkan eksistensinya, maka


kepada generasi muda harus diteruskan atau diwariskan nilai-nilai, sikap,
pengetahuan, keterampilan dan pola perilaku lainnya.
Masyarakat terdiri atas berbagai kelompok, baik kelompok besar
maupun kecil. Kelompok tersebut sangat mempengaruhi seorang anggota
yang ada di dalamnya.
Dalam pendidikan non formal. Kepribadian seseorang dapat tumbuh
dan berkembang sesuai situasi dan kondisi yang dilandasi sikap yang
selektif berdasarkan rasio, idealism, dan falsafah hidupnya. Pada umumnya
kepribadian seseorang terbentuk melalui pendidikan maka kepribadian pada
hakikatnya adalah gejala sosial, dan kepribadian individu bertalian erat
dengan kebudayaan di sekitarnya. Misal, individu yang hidup dalam
lingkungan yang akademis maka cenderung untuk suka belajar.
Transmisi
Dengan adanya sosialisasi maka muncul proses transmisi. Pendidikan berfungsi
untuk menyampaikan, meneruskan atau mentransmisi kebudayaan, diantaranya
niali-nila nenek moyang kepada generasi muda. Setiap warga negara diharap
menghormati pahlawannya, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang diwariskan
nenek moyang dan dengan demikian meresapkan rasa kesatuan dan persatuan
bangsa. Menurut Vembrianto (1990) transmisi kebudayaan dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
1; Transmisi pengetahuan dan keterampilan

Transmisi pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang bahasa,


sistem mtematika, pengetahuan alam dan sosial serta penemuan-penemuan
teknologi. Dalam masyarakat industri, fungsi transmisi pengetahuan sangat
penting sehingga proses di sekolah membutuhkan waktu lama dan
membutuhkan guru-guru atau ahli dan lembaga yang khusus. Dan transmisi
ini berbentuk vocational training.
Di masyarakat tradisional, seorang ayah mengajarkan kepada
anaknya cara menggunakan alat pertanian dengan benar dan teknik-teknik
membudidayakan tanaman pangan yang dikembangkan oleh nenek moyang
pendahulunya secara intensif. Sementara pada masyarakat modern. Di
sekolah teknik anak belajar bagaimana cara memperbaiki mobil. Dalam
sekolah ini juga menerapkan pengetahuan yang dilakukan oleh orang-orang
penemu pada terdahulu. Dibandingkan dengan masyarakat tradisional,
hanya saja sekolah memiliki perangkat penataan oragnisasi sumber daya
yang lebih sistematis dan terpadu. Output pendidikan ini juga menjamin

kualitas yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Seorang anak yang


dari masyarakat tradisional belajar menjadi petani yang baik sesuai dengan
tuntutan masyarakat.
2; Transmisi sikap, nilai-nilai dan norma-norma
Pemuda dari masyarakat tradisional harus mengikuti dengan cermat modelmodel penggemblengan spiritual di kala mereka akan menginjak dewasa
melalui padepokan, podok pesantren dan sejenisny ayang tumbuh subur
dalam perjalanan kebudayaan masyarakat setempat. Hal tersebut
merupakan bukti tentang perana lembaga pendidikan dalam mengupayakan
terjadinya transmisi nilai-nilai dan norma-norma yang senantiasa dijunjung
tinggi. Dalam sekolah sikap dan nilai-nilai yang dipelajari melalui situasi
formal di klas dan di sekolah. Misalnya, anak akan memperlajari sikap dan
nilai-nilai dari buku-buku tentang sejarah dan dari gurunya.6
Transformasi
Denga ada penemuan-penemuan baru maka dengan transformasi akan
membawa perubahan dalam masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah membawa perubahan yang besar di dunia. Ada tokoh pendidikan
yang beranggapan bahwa sekolah dapat digunakan untuk merekonstruksi
masyarakat. Seklah turut mendidik generasi muda agar hidup dan menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan yang cepat akibat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini, sekolah merupakan agent of change
untuk membawa perubahan sosial. Akan tetapi dalam norma-norma sosial seperti
sruktur keluarga, agama, filsafat bangsa, sekolah cenderung mempertahankan yang
lama dan dengan demikian mencegah terjadinya perubahan yang dapat mengancam
keutuhan bangsa. Sekolah harus dapat mengikuti laju perkembangan agar bangsa
tidak ketinggalan dalam kemampuan pengetahuan dibanding dengan bangsabangsa lain. Untuk itu, kurikulum harus senantiasa mangalami perubahan dan
pembaruan. Perubahan-perubahan itu antara lain tercermin dalam perubaha dan
pembaruan kurikulum dan sistem pendidikan.
Perubahan dari negara agrarian menjadi negara industri memerlukan orientasi
baru bagi sekolah kejuruan yang menyediakan tenaga kerja yang sesuai.7
C; Urgensi Sosialisasi, Transmisi dan Transformasi Dalam Pendidikan

6 Ravik Karsidi, Sosiologi Pendidikan, (Surakarta: LPP UNS dan UNS Press,
2011), hlm 25.
7 Ibid, hlm 26.

Sosialisasi, transmisi dan transformasi memiliki urgensi yang begitu kuat


terhadap keberlangsungan pendidikan bagi individu sebagai anggota masyarakat.
Karena adengan proses ini dapat membuat seseorang menjadi tahu bagaimana
seharusnya seseorang bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan
budayanya. Juga dapat melangsungkan kehidupan yang sejahtera sesuai dengan
perkembangan zaman.
Kemudian dengan adanya proses ini merupakan pewaris budaya nenek moyang
tentang nilai-nilai, norma-norma, pengetahuan, kebudayaan,

sikap dan

menjunjung tinggi sehingga akan merekatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam
daerah maupun bangsa. Selain itu, nilai maupun kebudayaan dikembangkan dan
dilkukan perubahan sebagai bentuk penyesuaian dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga mampu bersaing dengan bangsa lain. Dalam
dunia dinamis ini, setiap masyarakat akan mengalami perubahan sehingga
mempertahankan eksistensinya. Dan setiap pemerintahan akan mengadakan
perubahan yang diinginkan demi kesejahteraan rakyatnya dan keselamatan bangsa
dan negaranya.8

8 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm 23.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sosialisasi merupakan proses untuk membimbing individu untuk
mempelajari,

mamahami

dan

mempraktikkan

nilai-nilai,

norma-norma,

pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki masyarakat. Transmisi merupakan


penyampian nilai-nilai yang dijunjung tinggi kepada generasi muda yang
merupakan warisan nenek moyang sebagai pemersatu bangsa. Sedangkan
transformasi adalah penyampaian nilai-nilai kepada generasi muda untuk
dikembangkan dan melakukan penemuan-penemuan baru yang dapat membawa
perubahan pada masyarakat berdasar berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Sosialisasi terjadi di rumah sebagai lingkungan terkecilnya, kemudian di
sekolah yang akan membentuk kepribadian individu melalui pendidikan formal
dan di masyarakat akan mendapatkan nilai-nilai, budaya dan pengetahuan yang
lebih heterogen.
Transmisi dilakukan sebagai penyampaian pengetahuan,keterampilan, nilainilai, norma. Dan trasformasi sebagai upaya perubahan pada masyarakat untuk
menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Urgensi dari sosialisasi, transmisi dan transformasi sebagai proses untuk
menyesuaikan didi dalam masyarakat, pewaris budaya, pemersatu bangsa dan
melakukan perubahan sebagai usaha untuk kesejahteraan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Ary H. 2010. Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi tentang
Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Karsidi, Ravik. 2011. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS Dan UNS Press.
Nasution, S. 1995. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai