TINJAUAN PUSTAKA
A.
1.
Pengertian
KATEGORI
SISTOLIK
DIASTOLIK
Normal
< 130
< 85
130 139
85 89
Stadium 1 (ringan)
140 159
90 99
Stadium 2 (Sedang)
160 179
100 109
Stadium 3 (berat)
180 209
110 119
> 210
> 120
Anatomi Fisiologi
a.
Anatomi jantung
Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak ditengah toraks dan ia menempati rongga antara paru dan
diafragma yang beratnya sekitar 300 g. Daerah pertengahan dada antara kedua paru disebut sebagai mediastinum.
Sebagaian besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung yang terbungkus dalam kantung fibrosa tipis yang
disebut pericardium. Sisi kanan jantung dan kiri masing-masing tersusun atas dua kamar, atrium dan ventrikel.
Dinding yang memisahkan kamar kanan dan kiri disebut septum. Karena posisi jantung agak memutar dalam
rongga dada, maka ventrikel kanan terletak lebih ke anterior ( tepat di bawah sternum ) dan ventrikel kiri lebih ke
posterior.
b.
Fisiologi Jantung
Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil mengangkut
karbondioksida dan sampah hasil metabolisme. Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion bergerak menembus
membran sel. Pada keadaan istirahat otot jantung terdapat dalam keadaan terpolarisasi dan pada saat siklus jantung
bermula saat dilepaskannya implus listrik disebut fase depolarisasi. Adapun repolarisasi terjadi saat sel kembali
kekeadaan dasar dan sesuai dengan relaksasi otot miokardium.Prinsip penting yang menentukan arah aliran darah
adalah aliran cairan dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Perubahan tekanan yang terjadi
dalam kamar jantung selama siklus jantung di mulai dengan diastolic saat ventrikel berelaksasi. Selama diastolik,
katup atrioventrikularis terbuka dan darah yang kembali dari vena mengalir ke atrium dan kemudian ke ventrikel.
Pada titik ini ventrikel itu sendiri mulai berkontraksi ( sistolik ) sebagai respon propagasi implus listrik yang
dimulai di nodus SA beberapa milidetik sebelumnya. Selama sistolik tekanan di dalam ventrikel dengan cepat
meningkat, mendorong katup AV untuk menutup. Pada saat berakhirnya sistolik, otot ventrikel berelaksasi dan
tekanan dalam kamar menurun dengan cepat. Secara bersamaan, begitu tekanan di dalam ventrikel menurun
drastissampai di bawah tekanan atrium, nodus AV akan membuka, ventrikel mulai terisi dan urutan kejadian
berulang kembali.( Brunner & , 2002 ; 720 724 ).
3.
Etiologi
Penyebab terjadinya hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin, (2009 ; 485), antara lain :
a.
b.
Volume sekuncup
c.
d.
e.
Stres berkepanjangan
f.
Genetik
Sedangkan menurut Jan Tambayong (2000) etiologi dari hipertensi adalah sebagai berikut :
a.
Usia
Insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Hipertensi pada yang kurang dari 35 tahun dengan
jelas menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.
b.
Kelamin
Pada umumnya insidens pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada uia pertengahan dan lebih tua, insidens
pada waktu mulai meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun, insidens pada wanita lebih tinggi.
c.
Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitampaling sedikit dua kalinya pada yang berkulit putih. Akibat penyakit ini
umumnya lebih berat pada ras kulit hitam. Misalnya mmortalitas pasien pria hitam dengan diastole 115 atau lebih,
3,3 kali lebih tinggi daripada pria berkulit putih, dan 5,6 kali bagi wanita putih.
d.
Pola hidup
Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pola hidup lain telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan
rendah, dan kehidupan atau pekerjaan yang penus stes agaknya berhubungan dengan insidens hipertensi yang lebih
tinggi
e.
Diabetes melitus
Hubungan antara diabetes melitus dan hipertensi kurang jelas, namun secara statistik nyata ada hubungan antara
hipertensi dan penyakit arteri koroner.
f.
Hipertensi sekunder
Seperti dijelaskan sebelumnya, hipertensi dapat terjadi akibat yang tidak diketahui. Bila faktor penyebab dapat
diatasi, tekanan darah dapat kembali normal.
4.
Insiden
Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria, Sekitar 20% populasi dewasa mengalami
hipertensi ; lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi esensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan
penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder),
seperti penyempitan renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan.
(Brunner & suddarth, 2001 ; 897).
5.
Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat pasomotor, pada medula di
otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jarak saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilapaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons penbuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa
hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah seebagai
rangsang respons emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kkortisol dan
steroid lainnya, yang dapat mempekuat respon vasokonsriktor pembiluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriksi striktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldesteron oleh korteks adenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi. (Brunner & Suddarth, 898; 2001).
6.
Manisfestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pederita hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin (2009 ;
487), antara lain :
a.
Sakit kepala saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah
intrakranium.
b.
c.
Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susuna saraf pusat.
d.
Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
e.
Sedangkan menurut Marllyn Doengoes (2000). Tanda dari hipertensi adalah kelemahan, napas pendek, frekuensi
jantung meningkat, ansietes, depresi, obesitas, pusing, sakit kepala, tekanan darah meningkat.
7.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin (2009), antara lain :
a.
Stroke
b.
Infark miokard
c.
Gagal ginjal
d.
e.
Kejang
Sedangkan menurut Sjaifoellah (2002) komplikasi pada hipertensi adalah angina pectoris, infark miokard,
hipertropi ventrikel kiri menyebabkan kegagalan jantung kongestif dan kerusakan ginjal permanen menyebabkan
kegagalan ginjal.
8.
Test dignostik
Jenis pemeriksaan diagnostik pada penyakit hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin (2009 ; 487), antara lain :
a.
Pengukuran diagnostik pada tekanan darah menggunakan sfigmomanometer akan memperlihatkan
peningkatan tekanan sistolik dan diastolik jauh sebelum adanya gejala penyakit.
b.
Sedangkan menurut Lyndon Saputra (2009), Pemeriksaan khusus pada penderita hipertensi antara lain :
a.
Tujuan semua pemeriksaan khusus adalah untuk menemukan penyebab, derajat dan adanya kerusakan pada
end organ.
b.
Kimia darah meliputi tes untuk fungsi ginjal dan elektrolit serum.
c.
Rontgen toraks.
d.
EKG
e.
Urinalisasi
f.
Tes lebih spesifik bila terdapat kecurigaan yang lebih besar, aortogram untuk koarktasio aorta atau kelainan
vaskuler ginjal.
g.
h.
Rapid-sequnce intravenous pyelogram, arteriogram arteri renalis, aktivitas renin vena renalis dan biopsi
ginjal untuk penyakit ginjal.
i.
Pemeriksaan terhadap asam vanillymandelic dan katekolamin pada urin untuk mencari adanya
feokromosotioma.
j.
k.
9.
Penatalaksanaan medik
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta
dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efektifitas setiap program
ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan,
pembatasan alkohol, natrium dan tembakau; latihan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan
pada setiap terapi antihipertensi. Apabila pada penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi (pria
perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95 mmHg dan siastoliknya diatas 130
sampai diatas 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan. (Brunner and Suddarth, 2002).
B.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Aktifitas
Gejala
Tanda
b.
Sirkulasi
Gejala
Tanda
Denyut apical: titik point of maksimum impuls, mungki bergeser atau sangat kuat.
Frekuensi/irama: takikardia, berbagai disritmia.
Bunyi jantung: tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar bunyi jantung II dan bunyi jantung III.
Murmur stenosis valvular.
Distensi vena jugularis/kongesti vena.
Desiran vaskuler tidak terdengar di atas karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis arteri).
Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler mungkin lambat atau tertunda.
c.
Integritas ego
Gejala
: Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah kronik, factor stress multiple.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan
empati, muka tegang, gerak fisik, pernafasan menghela nafas, penurunan pola bicara.
d.
Eliminasi
Gejala
lalu).
e.
: Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa
Gejala : Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam, lemak, kolesterol serta makanan dengan
kandungan tinggi kalori.
Tanda
Neurosensori
Gejala
Tanda
: Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi. Pola/isi bicara, afek, proses fikir atau memori.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala
h.
Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut dari hipertensi menetap/berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja tachypnea, ortopnea, dispnea, nocturnal paroxysmal,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda
i.
Keamanan
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta
respons terhadap masalah actual dan resiko tinggi. Menurut Marllyn Doengoes (2000), diagnosa keperawatan pada
hipertensi adalah sebagai berikut :
a.
b.
Intolerans aktifitas
c.
Nyeri (akut)
d.
e.
f.
3.
Perencanaan
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untik prilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang
harus dilakukan oleh perawat. Tindakan keperawatan dibagi menjadi, mandiri (dilakukan perawat) dan kolaboratif
(dilakukan oleh pemberiperawatan lainnya).
a.
Berhubungan dengan
ventrikuler,
Tujuan:
1)
2)
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang dan pasien.
RASIONAL
1.
1.
Perbandingan dari tekanan memberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan/bidang masalah vaskuler.
2.
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral
dan perifer.
3.
6.
2.
Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan
femoralis mungkin diamati atau tekanan palpasi.
Denyutan pada tungkai mungkin menurun: efek
dari vasokontraksi.
3.
Bunyi jantung IV umum terdengar pada
hipertensi berat dan kerusakan fungsi adanya
krakels mengi dapat mengindikasi kongesti paru
5.
Mengindikasi gagal jantung, kerusakan
ginjal atau vaskuler.
6.
Membantu untuk menurunkan rangsangan
simpatis, menurunkan relaksasi.
7.
Menurunkan stress dan ketegangan yang
mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan
penyakit hipertensi.
8.
Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat
menurunkan rangsang simpatis.
9.
Menurunkan rangsangan stress membuat
efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan
darah.
Intoleran aktifitas
RASIONAL
1.
Kaji respon pasien terhadap aktifitas
frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah yang
nyata selama/sesudah aktifitas.
1.
Menyebutkan parameter membantu dalam
mengkaji respon fisiologis stress terhadap
aktifitas dan bila ada merupakan indicator dari
kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat
aktifitas.
2.
Instruksikan tehnik penghematan energi
(menggunakan kursi saat mandi, duduk, menyisir
rambut atau menyikat gigi, lakukan aktifitas
dengan perlahan).
3.
Berikan dorongan untuk melakukan
aktifitas/perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
2.
Dapat mengurangi penggunaan energi dan
membantu keseimbangan antara suplai antara
suplai dan kebutuhan O2.
3.
Kemajuan aktifitas bertahap mencegah
penurunan kerja jantung tiba.
Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan: peningkatan tekanan vaskuler serebral.
RASIONAL
1.
Mempertahankan tirah baring selama fase
akut.
1.
Meminimalkan stimulasi atau menurunkan
relaksasi.
2.
Berikan kompres dingin pada dahi, pijat
punggung, dan leher, tenang, redupkan lampu
kamar, tehnik relaksasi.
2.
Menurunkan tekanan vaskuler serebral dan
yang memperlambat/ memblok respon simpatis
efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan
komplikasi.
3. Hilangnya/minimalkan aktifitas
vasokonstriksi yang dapat menurunkan dan sakit
kepala, misalnya: batuk panjang, mengejan saat
BAB, dan lain-lain.
3.
Menyebabkan sakit kepala pada adanya
tekanan vaskuler serebral karena aktifitas yang
meningkatkan vaskonotraksi.
4.
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan.
4.
Pusing dan pengelihatan kabur sering
berhubungan dengan sakit kepala.
5.
Berikan cairan, makanan lunak, perawatan
mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung
atau kompres di hidung telah dilakukan untuk
5.
Menaikkan kenyamanan kompres hidung
dapat mengganggu menelan atau membutuhkan
nafas dengan mulut, menimbulkan stagnasi
menghentikan perdarahan.
6.
Kolaborasi dalam pemberian analgesic dan
antiancietas.
6.
Dapat mengurangi tegangan dan
ketidaknyamanan yang diperbuat oleh stress.
2)
3)
4)
RASIONAL
1.
Kaji pemahaman pasien tentang hubungan
langsung antara hipertensi dan kegemukan.
1.
Kegemukan adalah resiko tambahan pada
hipertensi karena kondisi proporsi antara
kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung
berkaitan dengan peningkatan massa tubuh.
2.
Bicarakan pentingnya menurunkan
masukan kalori dan batasi masukan lemak,
garam, gula sesuai indikasi.
3. Tetapkan keinginan pasien untuk
menurunkan berat badan.
4.
Kaji ulang masukan kalori harian dan
pilihan diet.
5.
Instruksikan dan bantu memilih makanan
yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan
lemak tinggi dan kolesterol.
6.
Kolaboratif, rujuk ke ahli gizi sesuai
indikasi.
2.
Kesalahan kebiasaan maksimum menunjang
terjadinya atherosklerosis dan kegemukan yang
merupakan predisposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya.
3.
Motivasi penurunan berat badan adalah
internal. Individu harus berkeinginan untuk
menurunkan berat badan bila tidak maka program
sama sekali tidak berhasil.
4.
Membantu dalam menentukan kebutuhan
individu untuk penyesuaian/penyuluhan dan
mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dalam
program diet terakhir.
5.
Penting untuk mencegah perkembangan
aterogenesis.
6.
1)
Krisis situasional/diaturasional.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Nutrisi buruk.
8)
9)
2)
3)
RASIONAL
1.
Kaji keefektifan strategi koping dengan
mengobservasi perilaku, misalnya: kemampuan
menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
1.
Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah
pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi
kronik, dan mengintegrasikan terapi yang
diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Catat laporan gangguan tidur, peningkatan
keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang,
penurunan toleransi sakit kepala,
ketidakmampuan untuk mengatasi atau
menyelesaikan masalah.
2.
Manifestasi mekanisme koping maladaptik
mungkin merupakan indicator marah yang
ditekan dan diketahui telah menjadi penentu
utama tekanan darah diastolic.
3.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi
stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasi atau menyelesaikan masalah.
3.
Pengenalan terhadap stressor adalah
langkah pertama dalam mengubah respon
seseorang terhadap stressor.
4.
Libatkan pasien dalam perencanaan
perawatan dan berikan dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan.
5.
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas
atau tujuan hidup.
4.
Memperbaiki keterampilan koping dan
dapat meningkatkan kerjasama dalam regimen
teraupetik.
5.
Fokus perhatian pasien pada realitas situasi
yang ada relatif terhadap pandangan pasien
tentang apa yang diinginkan.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi rencana pengobatan berhubungan dengan:
1)
2)
Misinterpretasi informasi
3)
Keterbatasan kopnitif.
4)
Menyangkal diagnosa.
Tujuan:
1)
2)
3)
Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
1.
Mengidentifikasi kemampuan klien dalam
menerima pembelajaran.
2.
Meningkatkan pengetahuan klien tentang
tekanan darah normal dan efek hipertensi.
3.
Hindari mengatakan tekanan darah normal
dan gunakan istilah terkontrol dengan baik saat
menggambarkan tekanan darah pasien dalam
batas yang diinginkan.
4.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi factorfaktor resiko kardiovaskuler yang dapat diubah
misalnya obesitas, diet, tinggi lemak jenuh,
kolesterol, pola hidup monoton, dan minum
alcohol, pola hidup stress.
5.
Rekomendasikan untuk menghindari mandi
air panas, ruang penguapan, penggunaan alcohol
yang berlebihan.
6. Anjurkan pasien untuk berkonsultasi
dengan pemberi perawatan sebelum
menggunakan obat.
7.
Instruksikan pasien tentang peningkatan
masukan makanan atau cairan tinggi kalium.
Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan
pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang
dilakukan yaitu :
a.
Tindakan mandiri
b.
Tindakan observasi
c.
d.
Tindakan kolaborasi
5.
Evaluasi
Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat dicapai, sehingga dalam
mengevaluasi efektivitas tindakan keperawatan. Perawat perlu mengetahui kriteria keberhasilan dimana kriteria ini
harus dapat diukur dan diamati agar kemajuan perkembangan keperawatan kesehatan klien dapat diketahui Dalam
evaluasi dapat dikemukakan 4 kemungkinan yang menentukan keperawatan selanjutnya yaitu :
a.
b.
c.
d.
Evaluasi untuk klien dengan hipertensi dapat disesuaikan dengan masalah yang telah ditanggulangi dengan
mengacu pada tujuan yang telah ditentukan.
a.
Apakah tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima oleh klien?.
b.
c.
d.
e.
DAFTAR PUSTAKA