Aspek Waktu
Waktu merupakan aspek penting dalam arsitektur pertamanan. Hasil penataan
pertamanan tidak selalu mempunyai dampak langsung terasakan bahkan keefektifan
penanaman maupun kebijaksanaan tata guna lahan baru dapat dirasakan selama jangka waktu
dua puluh atau tiga puluh tahun (Lauri, 1984).
Menurut Olmsted (dalam Lauri, 1984) seorang perancang pertamanan harus memiliki
konsepsi yang berjangkauan jauh di dalam mengembangkan suatu gambaran (karya) yang
hebat, sehingga karya tersebut sesuai dengan maksud perancang meskipun alam akan ikut
berpengaruh pada karya tersebut selama beberapa generasi.
Di dalam arsitektur, ruang merupakan hasil perencanaan lanskap yang berupa tiga dimensi
dengan cara memberi tingkatan pada nilai ruang itu sendiri. Ruang secara keseluruhan dapat
dibagi berdasarkan elemen-elemen alam, untuk tanah dan tanaman.
Ruang tak saja dibatasi oleh elemen alam sehingga berupa tiga dimensi, tetapi ruang juga
merupakan hasil daripada proses alam yang tergantung waktu. Sehingga waktu merupakan
dimensi keempat dari bumi (Einstein, dalam Hakim, 1987).
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor waktu mempengaruhi bentuk-bentuk perancangan
terhadap suatu ruang dengan cara yaitu :
a. Lama ketahanan dari perancangan yang diharapkan,
b. Lama waktu dalam pengerjaannya
Suatu rancangan yang berhasil akan menonjolkan suatu hubungan terhadap hubungan
apapun di sekitarnya baik masa lalu (faktor historia), masa sekarang (dinamikanya) dan masa
yang akan datang (pandangan akan masa depan).
Dalam rancangan, keadaan waktu lalu dapat menjadi perbandingan dan memberi pandangan
dalam penyajian perancangannya.
Selain itu juga meskipun rancangan mengikuti dinamika yang ada pada waktu sekarang
haruslah juga dapat menyelesaikan personal-personal pada waktu yang akan datang.
Di dalam Hakim (1987) diberikan contoh pertimbangan unsur waktu dalam konsep
perancangan Central Park New York yang dirancang oleh Frederick Law Olmsted dan
Calveat Vaux the Vaux pada tahun 1858, di mana konsepnya adalah sebagai berikut :
a. Adanya pemikiran bahwa nantinya sisi kota akan berkembang dan mengalami
pembangunan sehingga nantinya (waktu yang akan datang) taman ini akan menjadi
tempat satu-satunya bagi penduduk untuk menikmati pemandangan.
b. Jumlah penduduk masa yang akan datang mengalami peningkatan yang pesat.
c. Ramalan bahwa suatu saat Central Park (taman kota) ini akan dikelilingi oleh
tembok-tembok yang berasal dari gedung-gedung di sekitarnya, sehingga dengan
pertimbangan ini sering (pandangan kaan masa depan) maka konsep taman ini
diusahakan untuk menutupi tembok-tembok tersebut dengan pohon-pohon yang
bersuasana pedesaan mengelilingi seluruh taman.
Dari contoh tersebut di atas jelaslah bahwa suatu perancangan harus mepertimbangkan dari
segi masa yang akan datang dari suatu perkembangan manusia dan lingkungan.
Faktor waktu juga mempengaruhi pada suatu perancangan yaitu pada suatu jenis tanaman
misalnya pada saat tanaman bertajuk 3 m, maka pada suatu saat nanti akan berkembang
menjadi 6-10 m. Hal ini mengakibatkan perubahan ruangan yang hendak diciptakan.
Sehingga jelaslah waktu sangat berpengaruh di dalam bentuk rancangan.
4. Aspek Fungsi
Dalam mendesain atau merencanakan suatu taman, secara ideal dapat dikatakan
bahwa taman yang diciptakan haruslah dapat memenuhi suatu tujuan tertentu atau
mempunyai fungsi. Di bawah ini diberikan beberapa contoh taman dengan fungsinya masingmasing :
4.1 Taman Kota
Taman kota dalah ruang terbuka hijau dalam kota yang dapat dimanfaatkan
baik secara umum (public) ataupun individu (private) untuk kebutuhan rekreasi secara
aktif maupun pasif.
Lansekap perkotaan secara fungsional dapat dibagi atas :
a. Fungsi ekologis
Adanya ruang terbuka hijau dalam bentuk jalur hijau maupun taman-taman kota,
ditujukan pada terpeliharanya proses siklus ilmiah secara langsung maupun secara
tidak langsung untuk kesehatan manusia. Dengan proses alamiah ini diharapkan
antara lain akan tetap terpelihara stabilitas air tanah dalam kota, penjernihan
kesegaran udara kota dan terpelihara kehidupan mikroorganisme yang merupakan
mata rantai kehidupan satwa liar dalam kota.
b. Fungsi sosial
Kebutuhan melakukan berbagai kegiatan di ruang terbuka bagi mayarakat kota
adalah sangat diperlukan. Dengan adanya ruang terbuka dalam berbagai
Kebun raya dapat menjadi cermin yang memperlihatkan kenukina dan kekhasan
daerah yang bersangkutan apabila penataan dan pengisiannya disusun dengan
cermat. Banyak tumbuhan yang memiliki arti etnologi dan sejarah atau legenda
suatu daerah secara mendalam (pohon Wijayakusuma untuk daerah Jawa Tengah,
pohon Majapahit untuk Jawa Timur, Kamboja untuk Bali).
Dengan memilih jenis dan menata kebun raya sebaik-baiknya maka obyek
pariwisata suatu daerah bisa diperkaya dan akan mengundang perhatian para
wisatawan.
e. Pelestarian plasma nutfah dan flora langka
Hampir setiap provinsi di Indonesia mempunyai tanaman yang sejenisnya sudah
langka. Dengan adanya kebun raya maka pemerintah daerah setempat dapat
membantu upaya pelestarian dengann menanamnya di kebun tadi.
4.3 Taman Nasional
Taman nasional punya fungsi majemuk yang meliputi dua fungsi utama yaitu
fungsi pelestarian dan fungsi pelayanan. Fungsi pelestarian pada dasarnya dipenuhi
dengan mempertahankan dan memelihara ekosistem yang ada pada tungkat gangguan
dan pemanfaatan yang sekecil mungkin. Sedangkan fungsi pelayanan berupa
pelayanan tidak langsung yang terutama berupa perlindungan sistem hidrologi dan
pelayanan langsung yang berupa pelayanan wisatawan, penelitian dan pendidikan.
Jika diperinci maka taman nasional mempunyai fungsi-fungsi umum yaitu :
a. Sumber plasma nuutfah
b. Pemeliharaan tata air tanah
c. Wahana pendidikan dan penelitian
d. Objek rekreasi dan pariwisata.