Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS II

MOLA HIDATIDOSA

oleh :
WANTY MEILIAWATI

2005730069

Pembimbing :

Dr. Edy Purwanta, Sp. OG


BAGIAN/SMF OBGYN
RSIJ CEMPAKA PUTIH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2009

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. E

Umur

: 35 tahun

Alamat

: Kemayoran,Jakarta

Pekerjaan

: ibu rumah tangga

Jam/Tgl masuk RS: 01.30 / 11-9-2009


No.Rekam Medis: 00677224
Nama suami : Tn.R
Pekerjaan

: karyawan swasta

Keluhan

: keluar darah dari jalan lahir

Anamnesis khusus : pasien G5P3A1 hamil 17 minggu mengeluhkan keluar darah dari jalan
lahir sedikit-sedikit, sejak jam 00.30 (1 jam SMRS). Warna darah merah segar, tidak ada
gumpalan darah, riwayat keluar darah sebelumnya selama kehamilan tidak ada. Keluar air-air
dari jalan lahir disangkal pasien, tidak ada lendir,tidak ada nyeri dan mules-mules pada perut.
Pasien tidak merasakan gerakan janin. Pasien selama ini ANC di bidan dan pernah di USG,
hasilnya USG janin tidak terlihat berkembang,hanya kantong janin yang berkembang. Pasien
dianjurkan periksa ke dokter kandungan dan USG kembali.

RIwayat Haid
Haid pertama 14 tahun, teratur, tidak sakit, lama haid 7 hari, siklus haid 28 hari
Haid terakhir 13-5-2009
Taksiran persalinan 20-2-2010

Riwayat Perkawinan : kawin ke I, masih kawin, lama kawin 15 tahun

Riwayat Persalinan :
Gravida 5 Partus 3 Abortus 1 SC 1
No

Penolong

Aterm

Jenis persalinan

Jenis
kelamin

Berat
badan

1
2
3
4

Abortus
Bidan
Bidan
Dokter

Aterm
Aterm
Aterm

Spontan
Spontan
SC (sungsang)

Laki-laki
3600 g
Laki-laki
3400 g
perempuan 3500 g

Keterangan
Hidup
Hidup
Hidup

Riwayat penyakit/ operasi :


-

Riwayat operasi Sectio sesaria thn 2006


Penyakit hipertensi, diabetes disangkal pasien

Pemeriksaan Umum
KU
: baik
Tensi : 150/90mmHg
Suhu : 36 0C
Napas : 20x/menit
Tinggi Badan: 150 cmBerat Badan: 55 kg
Cor
: bunyi jantung I-II murni regular, murmur (-)
Paru : vesikuler kiri = kanan, ronchi -/-, wheezing -/Ekstremitas: edema +/+

Nadi : 100 x/menit

Pemeriksaan Obstetri
Inspeksi
: perut buncit, striae (+), bekas operasi (+)
Palpasi
: lunak, tidak dirasakan gerakan janin, tidak teraba bagian-bagian janin,
TFU setinggi pusat
Pemeriksaan Laboratorium
Hb
: 9,7
Leukosit
: 12.600
Hematokrit : 31
Trombosit
: 150.000
GDS
:77
Ureum
: 31
Creatinin
: 0,7
SGOT
: 54
SGPT
: 93
Pt
: 11(13)
APTT
: 32(35)
Pemeriksaan USG
Terdapat gambaran badai salju (snow storm )

CKMB
Na
Kalium
CL
Ca
Mg
CPK

: 92
: 143
: 4,8
: 102
: 7,1
: 1,8
: 172

Resume
Pasien G5P3A1 hamil 17 minggu mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak jam 00.30 (1
jam SMRS), warna darah merah segar, pasien tidak merasakan gerakan janin, tekanan darah
150/90mmHg, tidak teraba bagian-bagian janin, hasil pemeriksaan USG terdapat gambaran badai
salju (snow storm).
Diagnosis Kerja
G5P3A1 umur 35 tahun hamil 17 minggu dengan Mola Hidatidosa
Rencana Tindakan
-

Perbaikan keadaan umum (tranfusi untuk memperbaiki anemi / syok, menghilangkan


penyulit preeklamsia)
Pengeluaran jaringan mola
Pengawasan tes hCG
Memberikan anjuran kepada pasien untuk tidak hamil dulu

Catatan Perkembangan
Tgl 12-09-09
S

: keluar darah (+), pasien mengeluhkan sesak, riwayat asma (-), riwayat alergi (-)

: Keadaan Umum : sakit sedang, kesadaran : composmentis, TD : 120/80mmHg,


Nadi : 112 x/mnt, napas : 24 x/mnt

: anemia, gangguan fungsi hepar

P
: foto toraks, sedia darah di bank darah, puasa 8 jam pre op, konsul ke spesialis penyakit
dalam.
Jam 16 dilakukan kuretase, hasil 1200 cc darah dikeluarkan, jaringan di PA,
Kondisi ibu TD : 179/112 mmHg, nadi 117 x/mnt, EKG sinus takikardi dirawat di
HCU
Terapi : Infus Asering 20 tts/mnt,
Clanexi

2x1

Biosanbe 2 x 1
Rantin 3 x 1 ampl

Insaar 1 x 1 tab
Cardioaspirin 2 x 1 tab
Zyparaz 1 x 1
Adalat 1 x 1
Paracetamol 3 x 1
Hasil Pemeriksaan PA:
-

Makroskopik I (kuret) jaringan compang camping 2 cc, semua cetak


II (kuret) jaringan compang camping 1 cc, semua cetak
Mikroskopik : sediaan kerokan mengandung sel-sel desidua dan sedikit villi khoriales
Villi mengalami degenerasi hidropik disertai proliferasi ringan sel
trofoblas. Histologik sesuai dengan mola hidatidosa

Tgl 24-6-09
Pasien masuk kembali ke RS untuk rencana kuret selanjutnya.
Hasil hematologi :
Hb 11,7
Leukosit 9200
LED 20
Hematokrit 38
Trombosit 334.000
Gula darah puasa 60 g/dl
Asam urat 4,5
Elektrolit :
Na : 141
K: 3,7
Cl: 98
Urinalisis
pH

: 5,0

protein : (-)
reduksi: (-)
bilirubin: (-)
leukosit: 2-3
eritrosit: 0-1
silinder: (-)
epitel : (+)
Kristal : (-)
Tes pack kehamilan (-)
USG : Vili chorealis (+)

MOLA HIDATIDOSA

Definisi

Suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh
vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Mola hidatidosa termasuk pada
penyakit trofoblastik gestasional.
Gejala dan Tanda
Pada permulaan gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda dengan kehamilan biasa yaitu
mual, muntah, pusing dna lain-lain, hanya saja derajat keluhannya sering lebih hebat.
Selanjutnya perkembangan lebih pesat sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar dari
umur kehamilan. Ada pula kasus-kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar walaupun
jaringannya belum dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangan jaringan trofoblas tidak begitu aktif
sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya jenis dying mole.
Perdarahan merupakan gejala utama mola. Biasanya keluhan perdarahan inilah yang
menyebabkan mereka datang ke rumah sakit. Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan
pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan biasanya intermiten,
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian. Karena
perdarahan ini umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan anemia.
Seperti juga pada kehamilan biasa mola hidatidosa bisa disertai dengan preeklamsia
(eklamsi)hanya perbedaannya ialah bahwa preeklamsia pada mola terjadinya lebih muda
daripada kehamilan biasa. Penyulit lain yang akhir-akhir ini banyak dipermasalahkan adalah
tirotoksikosis. Maka, dianjurkan agar tiap kasus mola dicari tanda tirotoksikosi secara aktif.
Penyulit lain yang mungkin terjadi ialah emboli sel trofoblas ke paru-paru. Sebenarnya pada
setiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke paru-paru tanpa memberikan gejala apa-apa.
Akan tetapi pada mola kadang-kadang jumlah sel trofoblas ini banyak sehingga dapat
menimbulkan emboli paru-paru akut yang bisa menyebabkan kematian.
Mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein , baik unilateral maupun bilateral. Umumnya
kista ini menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan, tetapi ada juga kasus-kasus dimana kista
lutein baru ditemukan pada waktu follow up. Kasus mola dengan kista lutein mempunyai risiko 4
kali lebih besar untuk mendapat degenerasi keganasan di kemudian hari daripada kasus-kasus
tanpa kista.
Diagnosis
Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada perempuan dengan amenorea, perdarahan
pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan dan tidak ditemukan tanda kehamilan
pasti seperti balotemen dan detik jantung anak. Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan
pemeriksaan kadar HCG (Human chorionic gonadotropin) dalam darah atau urin, baik secara
bioassay, immunoassay maupun radioimunoasay. Peninggian hCG terutama hari ke 100 sangat
sugestif. Bila perlu jelas dapat dilakukan pemeriksaan USG dimana kasus mola menunjukan

gambaran yang khas, yaitu berupa badai salju (snow flake pattern) atau gambaran seperti sarang
lebah.
Diagnosis yang tepat apabila kita melihat keluarnya gelembung mola. Namun bila kita
menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat karena perngeluaran
gelembung umumnya disertai perdarahan yang banyak dan keadaan umum pasien menurun.
Terbaik ialah bila dapat mendiagnosis mola sebelum keluar.pada kehamilan trisemeter I
gambaran mola hidatidosa tidak spesifik sehingga sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik,
missed abortion, abortus inkomplit atau mioma uteri. Pada kehamilan trisemester II gambaran
mola hidatidosa umumnya lebih spesifik. Kavum uteri berisi masa ekogenik bercampur bagianbagian anekoik vesikuler berdiameter antara 5-10 mm.gambaran tersebut seperti gambaran
sarang lebah (honey comb) atau badai salju (snow storm). Pada 20-50 % kasus dijumpai adanya
masa kistik multilokuler di daerah adneksa. Massa tersebut berasal dari kista teka lutein.
Apabila jaringan mola memenuhi sebagian kavum uteri dan sebagian berisi janin yang
ukurannya relative kecil dari umur kehamilannya disebut mola parsialis. Umumnya janin mati
pada bulan pertama, tapi ada juga yang hidup sampai cukup besar atau bahkan aterm. Pada
pemeriksaan histopatologik, tampak beberapa tempat vili yang edema dengan sel trofoblas yang
tidak begitu berproliferasi, sedangkan di tempat lain masih tampak vili yang normal. Umum
mola parsialis mempunyai kariotipe triploid.pada perkembangan selanjutnya jenis mola ini
jarang menjadi ganas.

Pengelolaan Mola hidatidosa


1.

Perbaikan keadaan umum


Yang termasuk usaha ini misalnya pemberian tranfusi darah untuk memperbaiki syok
atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklamsia atau
tirotoksikosis.
2. Pengeluaran jaringan mola, ada 2 cara yaitu :
- Vakum kuretase, setelah keadaan umum diperbaiki, dilakukan vakum kuretase tanpa
pembiusan. Untuk memperbaiki kontraksi diberikan pula uterotonika. Vakum kuretase
dialnjutkan dengan menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul. Tindakan kuret cukup
dilakukan 1 kali saja asal bersih. Kuret kedua dilakukan bila ada indikasi. Sebelum
tindakan kuret sebaiknya disediakan darah untuk menjaga bila terjadi perdarahan yang
banyak
- Histerektomi, tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup
mempunyai anak. Alasan untuk histerektomi adalah karena umur tua dan paritas tinggi
merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai adalah
umur 35 tahun dengan anak hidup tiga. Tidak jarang bahwa pada sediaan histerektomi
bila dilakukan pemeriksaan histopatologik sudah tampak adanya tanda-tanda keganasan
berupa mola invasive/ koriokarsinoma.

3. Pemeriksaan tindak lanjut


hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah mola
hidatidosa. Tes hCG harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah evakuasi. Lama
pengawasan berkisar 1 tahun. Untuk tidak mengacaukan pemeriksaan selama periode ini
pasien dianjurkan untuk tidak hamil dahulu dengan menggunakan kondom, diafragma,
atau pantang berkala.
Prognosis
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung atau
tirotoksikosis. Di negara maju kematian karena mola hampir tidak ada lagi. Akan tetapi, di
negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2- 5,7%. Sebagian dari pasien
mola akan segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok
perempuan yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Persentase
keganasan yang dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda-beda, berkisar antara 5,56%. Bila
terjadi keganasan, maka pengelolaan secara khusus pada divisi onkologi ginekologi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan edisi ketiga cetakan ke delapan. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka. 2006
2. Rayburn, William. Osbtetri dan Ginekologi. Jakarta Widya Medika. 2001

Anda mungkin juga menyukai