Anda di halaman 1dari 4

Metabolisme Energi Saat Kelaparan

Saat berpuasa panjang (1-3 hari bahkan lebih) seseorang akan kelaparan. Pada saat seperti
inilah, tubuh kekurangan asupan glukosa sehingga melalui proses metabolisme energi, tubuh
akan berusaha untuk bisa menghasilkan cukup glukosa bagi jaringan (terutama bagi otak).
Upaya pemenuhan glukosa tersebut dapat dilakukan dengan cara mengubah simpanan
glikogen dalam tubuh menjadi glukosa dan menguraikan protein menjadi asam-asam amino
yang nantinya akan diubah menjadi glukosa lewat proses yang dikenal sebagai
glukoneogenesis.
Selain glikogen dan protein yang diubah menjadi glukosa, melalui proses lipolisis, lemak
yang disimpan dalam jaringan adiposa akan diuraikan menjadi gliserol dan asam-asam lemak.
Gliserol dan laktat yang merupakan hasil metabolisme glukosa dalam keadaan anaerob dapat
diubah oleh hati menjadi glukosa. Sementara itu, asam-asam lemak yang tidak bisa diubah
menjadi glukosa akan ditukar dengan asam-asam amino dari otot. Otot dapat menggunakan
asam lemak sebagai sumber energi dengan menghasilkan limbah metabolik yang berupa
keton bodies. Asam-asam amino yang didapat dari pertukaran di otot nantinya akan diubah
menjadi glukosa lewat glukoneogenesis dalam hati.
Dengan cara menggunakan glikogen, protein, serta lemak untuk membentuk glukosa
kembali, otak serta jaringan-jaringan tubuh dapat hidup dan bekerja sesuai dengan fungsi
masing-masing. Apabila puasa bekepanjangan sehingga mengakibatkan kelaparan yang
teramat-sangat, secara berangsur-angsur otak akan mengubah metabolisme energinya dari
pemakaian glukosa menjadi pemakaian keton bodies sebagai sumber energi kedua. Tujuannya
untuk mempertahankan protein tubuh agar fungsi organ-organ penting dapat terpelihara.
Seluruh proses adaptasi baik bagi puasa singkat maupun puasa lama, dikoordinasikan oleh
hipotalamus dan diatur oleh kelenjar adrenal, tiroid dan pankreas.2
Secara sederhana segala bentuk proses metabolisme energi saat kelaparan dapat dilihat
pada gambar 1. Proses dinyatakan dalam garis putus-putus. Berdasarkan uraian-uraian diatas,
kita akan membahas dua jenis metabolisme yaitu glikogenolisis dan glukoneogenesis.
3. Glikogenolisis
Sebelum masuk ke glikogenolisis, kita akan membahas sedikit mengenai glikogenesis.
Glikogenesis adalah proses pembentukan glikogen dari glukosa. Hal ini bertujuan untuk
menyediakan cadangan energi tertutama di hati dan otot. Glikogen yang terbentuk dari proses
glikogenolisis merupakan polimer-polimer becabang. Rantai lurusnya disebut dengan ikatan
glikosidik -1,4. Percabangannya dinamakan ikatan glikosidik -1,6. Ketika gula dalam

darah menurun, maka rantai-rantai glikogen tersebut akan mengalami pemecahan untuk
menbentuk glukosa kembali yang dikenal dengan proses glikogenolisis.
Glikogenolisis adalah sintesis glikogen menjadi glukosa (pada hati) dan menjadi asam
piruvat serta laktat (pada otot). Mengapa hanya dapat menjadi glukosa bila proses terjadi di
hati? Karena di dalam hati terdapat enzim glukosa 6-fosfatase. Meskipun demikian, nantinya
asam piruvat maupun laktat dapat dijadikan glukosa dengan cara memasuki siklus cori.
Glikogen sendiri adalah sumber bahan bakar darurat yang mengasilkan glukosa untuk
membentuk ATP dalam keadaan tidak ada oksigen atau apabila terjadi kekurangan glukosa. 3
Enzim yang berperan dalam proses ini antara lain adalah enzim fosforilase, transferase, dan
debranching enzim.
Fosforilase merupakan enzim regulator yang mengkatalis reaksi pemecahan ikalatan
glikosidik/fosforolisis (pemecahan dengan fosfat). Oleh fosforilase, tiap satu molekul glukosa
pada rantai lurus glikogen dilepaskan menjadi glukosa 1-P, sampai tinggal kurang lebih 4
molekul glukosa pada cabang. Setelah itu, kerjanya akan beralih pada enzim transferase.
Enzim ini memindahkan kurang lebih 3 segmen glukosa dari 4 sisa glukosa ke rantai lurus
yang berdekatan dan meninggalkan satu glukosa pada cabang tersebut. Debranching enzim
akan mengambil alih setelahnya dengan menghidrolisis tempat percabangan, memutuskan
satu molekul glukosa pada cabang tersebut menghasilkan glukosa bebas.4
Proses glikogenolisis sendiri melalui beberapa tahap-tahap berikut ini. Glikogen yang
terdiri dari unit glukosil 1,4 dan 1,6 akan mengalami pemecahan dengan bantuan fosfat oleh
enzim fosforilase, lalu dilanjutkan oleh enzim glukan transferase dan terakhir oleh
debranching enzyme (hal ini telah dijelaskan sebelumnya). Glukosa dari pemcahan oleh
debranching enzyme sudah merupakan glukosa bebas, sementara glukosa dari pemecahan
dengan fosforilase masih dalam bentuk glukosa terikat fosfat (glukosa 1-p).
Glukosa 1-p tersebut kemudian dengan bantuan enzim fosfoglukomutase menjadi
glukosa 6-p. Di hati, glukosa 6-p dapat diubah menjadi glukosa oleh enzim glukosa 6fosfatase. Glukosa 6-p yang berada di otot, harus melalui jalur pembentukan laktat maupun
asam piruvat, untuk bisa kembali menjadi glukosa. Proses tersebut akan dibahas pada
pembahasan berikutnya. Untuk lebih jelasnya, simak bagan yang berada di bawah ini.
Proses glikogenolisis tidak terlepas dari peranan hormon epinefrin dan glukagon dalam
darah (hormon ini akan dibahas lebih lengkap pada pembahasan di subbab berikutnya). Kadar
gula darah yang menurun, merangkasang peningkatan glukagon ataupun peningkatan
epinefrin ke resptor di hati yang kemudian mengaktifkan adenilat siklase, yang mensintesis

cAMP dari ATP. cAMP kemudian berikatan dengan protein kinase A (protein kinase
dependen-cAMP) sehingga terjadi pengaktifan subunit katalitik.3
Protein kinase A mengaktifkan fosforilase kinase melalui fosforilasi. Fosforilase kinase
manambahkan sebuah fosfat ke residu serin spesifik pada fosforilase, sehingga mengubah
fosforilase b menjadi fosforilase a yang aktif. Protein kinase A juga memfosforilasi glikogen
sintase, menyebabkan aktivitas enzim berkurang. Akibat inhibisi terhadap glikogen sintase
dan pengaktifan glikogen fosforilase, terjadi penguraiann glikogen menjadi glukosa 1-p. Pada
gambar, garis terputus-putus menyatakan reaksi yang menurun di hati individu yang sedang
puasa (kondisi kelaparan).3
4. Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah pembentukan glukosa dari sumber-sumber non karbohidrat
seperti asam laktat, beberapa jenis asam amino, gliserol, dan beberapa jenis asam lemak.
lokasi glukoneogenesis terjadi biasanya berlangsung di hati, tetapi pada orang yang
kelaparan, ginjalnya akan membentuk glukosa (lihat gambar 1). Proses ini juga berlangsung
di beberapa area yang sangat terbatas pada sel-sel epitel usus halus. Proses ini bertujuan
untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup saat kelaparan, saat masa asupan
karbohidrat terbatas, atau saat latihan berat, yaitu ketika asam laktat yang terbentuk dalam
otot diubah kembali menjadi glukosa dalam hati.
Glukoneogenesis distimulasi oleh konsentrasi karbohidrat selular yang rendah dan
penurunan gula darah. Proses ini juga distimulasi secara hormonal oleh glukagon, epinefrin
medula adrenal, dan oleh glukokortikoid korteks adrenal. 5 Pada manusia, sumber karbon
yang utama untuk glukoneogenesis adalah laktat, gliserol, asam amino, dan alanin. Laktat
dihasilkan oleh glikolisis anaerobik di jaringan misalnya otot yang sedang bekerja atau sel
darah merah. Gliserol dibebaskan dari simpanan triasilgliserol di jaringan adiposa, dan asam
amino terutuma berasal dari simpanan asam amino di otot yang mungkin berasal dari
penguraian protein otot. Alanin adalah asam amino glukoneogenik utama yang dibentuk di
otot dari asam amino lain dan dari glukosa.3
4.1 Sintesis Glukosa dari Laktat dan Alanin
Laktat akan terlebih dahulu dirubah menjadi piruvat. Kemudian piruvat mitokondria
mengalami dekarboksilasi membentuk oksaloasetat. Reaksi ini memerlukan ATP dan
dikatalis oleh piruvat karboksilase. Kemudian oksaloasetat direduksi menjadi malat oleh
malat dehidrogenase mitokondria. Pada reaksi ini, glukoneogenesis secara singkat mengalami
overlap (tumpang tindih) dengan siklus asam sitrat.

Malat meninggalkan mitokondria dan dalam sitoplasma dioksidasi membentuk kembali


oksaloasetat. Oksaloasetat sioplasma mengalami dekarboksilasi membentuk PEP (fosfat enol
piruvat) pada reaksi yang tidak memerlukan GTP yang dikatalis oleh PEP karboksikinase.
Dari PEP, akan terjadi jalur yang merupakan kebalikan jalur glikolisis sehingga pada
akhirnya akan menghasilkan glukosa bebas.3
4.2 Sitesis Glukosa dari Gliserol
Gliserol adalah hasil pecahan dari lemak yang disimpan dalam bentuk triasilgliserol.
Gliserol akan diubah menjadi glisero 3-p oleh enzim gliserol kinase. Dengan demikian,
proses ini telah masuk ke dalam proses glikolisis. Nantinya, gliserol 3-p akan diubah menjadi
dihidroksiaseton fosfat (DHAP), yang selanjutnya diubah menjadi furktosa 1,6 bisfosfat.
Fruktosa 1,6 bifosfat oleh bantuan enzim fruktosa 1,6 bisfosfatase menjadi fruktosa 6-p.
Fruktosa kemudian menjadi glukosa 6-p, dimana pada akhirnya glukosa 6-p akan menjadi
glukosa bebeas oleh bantuan enzim glukosa 6-fosfatase.
4.3 Sintesis Glukosa dari Asam Amino
Melalui reaksi bokimiawi, beberapa asam amino dalam tubuh dapat diubah menjadi
glukosa atau glikogen; asam amino ini disebut asam amino glukogenik atau glikogenik. Asam
amino yang di dalam tubuh dapat diubah menjadi senyawa-senyawa keton (keton bodies) atau
menjadi Asetil-S-KoA dikenal sebagai asam-asam amino ketogenik. Beberapa asam-asam
amino termasuk keduanya, yaitu sebagai asam amino glikogenik dan ketogenik.6
Dari gambar 8, kita dapat melihat proses perubahan asam-asam amino glikogenik untuk
menjadi glukosa. Histidin, prolin, glutamin, dan arginin akan diubah menjadi glutamat yag
kemudian dengan bantuan enzim transaminase akan diubah menjadi -ketoglutarat. Dengan
berubah menjadi -ketoglutarat, proses ini telah memasuki siklus asam sitrat dan pada
akhirnya akan menjadi glukosa. Isoleusin, metionin, dan valin akan diubah menjadi suksinilKoA dan kemudian masuk ke dalam siklus asam sitrat. Tirosin dan fenilalanin diubah
menjadi fumarat dan kemudian masuk ke dalam siklus asam sitrat dan berlanjut akhirnya
menjadi glukosa.

Anda mungkin juga menyukai