Anda di halaman 1dari 6

BAB 3

FOLLOW-UP HARIAN DI RUANGAN

Tang
gal

27
Mei
2015

Mencret (+)

P
Diagnosti
k
Tirah baring
- UDF
Diet MBTKTP
rutin
IVFD NaCl 0,9% - LFT
20 gtt/i
lengka
Inj Ceftriaxon 1
p
gr/12 jam
- RFT,
Inj Ranitidin
elektro
1amp/12 jam
lit
PCT 3x500mg
- Viral
Cotrimoxazole
marke
2x960mg
r
Loperamide
(HbSA
3x1(k/p)
g,
Substitusi albumin
HCV)
1fls/hari
- ELISA
3
metode
- Kultur
sputu
m/ST,
BTA
DS 3x
- USG
Abdo
men
- Foto
Thora
ks
Terapi

Sens CM
TD
110/70m
mHg
HR 78x/i
RR 20x/i
T 36,8oC
Kepala:
Conj
palpebra
e anemis
(-/-),
ikterus
(-/-)
T/H/M:
dbn
Leher:
TVJ R2cm
H2O,
Pemb.
KGB (-),
trakea:
medial
Thorax:
simetris
fusiformi
s, SP
bronchial
, ST
ronkhi
basah
Abdomen
:
Simetris,
Soepel,
H/L/R
ttb, nyeri
tekan (-),
tympani,
peristalti
k (+) N.
Ekstremi
tas:
oedem
(-/-)
Lab 26
Mei:
Hb :
11,30
Eritrosit

Diare
Kronis
ec
Colitis
TB +
Pneumo
nia dd
TB
Paru +
Susp.
HIV

Latar Belakang
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan retrovirus bersifat limfotropik
khas yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak
sel darah putih spesifik yang disebut limfosit T-helper atau limfosit pembawa faktor T4
(CD4). Virus ini diklasifikasikan dalam famili Retroviridae, subfamili Lentiviridae, genus
Lentivirus.1 Virus HIV dapat diisolasi dari cairan semen, sekresi serviks/vagina,

limfosit, sel-sel dalam plasma bebas, cairan serebrospinal, saliva, air seni dan air susu,
namun tidak berarti semua cairan tersebut dapat menjalarkan infeksi karena
konsentrasi virus dalam cairan-cairan tersebut sangat bervariasi.2
AIDS merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh
menurunnya kekebalan tubuh akibat virus HIV. Sebagian besar orang yang terkena HIV,
bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10
tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu yang dikelompokkan
oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menjadi 4 tahapan
stadium klinis, dimana pada stadium penyakit HIV yang paling terakhir (stadium IV)
digunakan sebagai indikator AIDS. Sebagian besar keadaan ini merupakan infeksi
oportunistik yang apabila diderita oleh orang yang sehat, infeksi tersebut dapat diobati. 1
Kasus HIV/AIDS pertama di dunia dilaporkan pada tahun 1981. Menurut
UNAIDS, salah satu bagian dari WHO yang mengurus tentang AIDS menyebutkan
bahwa perkiraan jumlah penderita yang terinfeksi HIV/AIDS di seluruh dunia sampai
dengan akhir tahun 2010 mencapai 34 juta. Dilihat dari tahun 1997 hingga tahun 2011
jumlah penderita HIV/AIDS mengalami peningkatan hingga 21%. Di Indonesia, jumlah
penderita HIV/AIDS terus meningkat dari tahun ke tahun tetapi jumlah kasus baru yang
terinfeksi HIV/AIDS relatif stabil bahkan cenderung menurun. Menurut Laporan HIVAIDS Triwulan II Tahun 2012, didapatkan jumlah kasus baru HIV pada triwulan kedua
(April-Juni 2012) sebanyak 3.892 kasus dan jumlah kasus kumulatif HIV pada Januari
1987- Juni 2012 sebanyak 86.762 kasus. Sedangkan kasus baru AIDS pada triwulan
kedua (April-Juni 2012) sebanyak 1.673 kasus dan jumlah kasus kumulatif AIDS pada
Januari 1987- Juni 2012 sebanyak 32.103 kasus. 1

Diagnosis pada infeksi HIV dilakukan dengan dua metode yaitu metode
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium meliputi
uji imunologi dan uji virologi. Keputusan untuk memulai terapi ARV pada OHDA
dewasa dan remaja didasarkan pada pemeriksaan klinis dan imunologis. Namun pada
keadaan tertentu maka penilaian klinis saja dapat memandu keputusan memulai terapi

ARV, semua pasien dengan stadium 3 dan 4 harus memulai terapi ARV. Infeksi
oportunistik dan penyakit terkait HIV lainnya yang perlu pengobatan diredakan
sebelum terapi ARV.3
Alasan utama terjadinya kegagalan terapi ARV adalah ketidakpatuhan atau
adherence (kepatuhan) yang buruk. Kepatuhan harus selalu dipantau dan dievaluasi
secara teratur serta didorong pada setiap kunjungan pasien. Kepatuhan pada
pengobatan antiretroviral sangat kuat hubungannya dengan supresi virus HIV,
menurunkan resistensi, meningkatkan harapan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.
Karena pengobatan HIV merupakan pengobatan seumur hidup, dan karena banyak
pasien yang memulai terapi dalam kondisi kesehatan yang baik dan tidak meunjukkan
tanda penyakit HIV, maka kepatuhan menjadi tantangan khusus dan membutuhkan
komitmen dari pasien dan tim yang merawatnya.3
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita AIDS umumnya sulit
dibedakan karena bermula dari gejala klinis umum yang didapati pada penderita
penyakit lainnya. Gejala-gejala dari infeksi akut HIV tidak spesifik, meliputi
kelelahan, ruam kulit, nyeri kepala, mual dan berkeringat di malam hari. AIDS
ditandai dengan supresi yang nyata pada sitem imun dan perkembangan infeksi
oportunistik berat yang sangat bervariasi atau neoplasma yang tidak umum (terutama
sarcoma Kaposi).3
Gejala yang lebih serius pada orang dewasa seringkali didahului oleh gejala
prodormal (diare dan penurunan berat badan) meliputi kelelahan, malaise, demam,
napas pendek, diare kronis, bercak putih pada lidah (kandidiasis oral) dan
limfadenopati. Gejala-gejala penyakit pada saluran pencernaan, dari esophagus
sampai kolon merupakan penyebab utama kelemahan. Tanpa pengobatan interval
antara infeksi primer oleh HIV dan timbulnya penyakit klinis pertama kali pada orang
dewasa biasanya panjang, rata-rata sekitar 10 tahun.3
WHO menetapkan empat stadium klinik pada pasien yang terinfeksi
HIV/AIDS, sebagai berikut :3

Tabel 2.1 Stadium Klinis HIV3


Stadium Klinis 1
Tanpa gejala (asimtomatis)
Limfadenopati generalisata persisten
Stadium Klinis 2
Kehilangan berat badan yang sedang (5-10% berat badan) tanpa alasan
Infeksi saluran napas bagian atas yang berulang (sinusitis, tonsilitis, ototis
media dan faringitis)
Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
Kheilitis angularis
Ulkus di mulut yang berulang
Erupsi papular pruritis
Dermatitis seboroik
Infeksi jamur di kuku
Stadium Klinis 3
Kehilangan berat badan yang parah (>10% berat badan) tanpa alasan
Diare kronis tanpa alasan yang berlangsung lebih dari 1 bulan
Demam berkepanjangan tanpa alasan (di atas 37,5C, sementara atau terus

menerus, lebih dari 1 bulan)


Kandidiasis oral atau vaginal berkepanjangan
Oral hairy leukoplakia
Tuberkulosis paru dalam 1 tahun terakhir
Infeksi bakteri yang berat (mis. pnemonia, empiema, piomiositis, infeksi

tulang atau sendi, meningitis atau bakteremia)


TB limfadenopati
Gingivitis/ periodontitis ulseratif nekrotikan akut
Anemia (HB <8g/dl), neutropenia (<5000/ml) dan/atau trombositopenia kronis

(<50.000/ml)
Stadium Klinis 4
Sindroma wasting HIV
Pneumonia Pneumocystis
Pneumonia bakteri parah yang berulang
Infeksi herpes simpleks kronis (orolabial, kelamin, atau rektum/anus lebih dari

1 bulan atau viskeral pada tempat apa pun)


Kandidiasis esofagus (atau kandidiasis pada trakea, bronkus atau paru)
TB extraparu
Sarkoma Kaposi (KS)
Infeksi sitomegalovirus (retinitis atau infeksi organ lain)
Toksoplasmosis sistem saraf pusat
Ensefalopati HIV
Kriptokokosis di luar paru termasuk meningitis
Infeksi mikobakteri non-TB diseminata

Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML)


Kriptosporidiosis kronis, isosporiasis kronis,

(histoplasmosis atau kokidiomikosis di luar paru)


Septisemia yang berulang (termasuk Salmonela nontifoid)
Limfoma (serebral atau non-Hodgkin sel-B)
Kanker serviks invasive
Leishmaniasis diseminata atipikal
Nefropati bergejala terkait HIV atau kardiomiopati bergejala terkait HIV

Dafpus:
1.
Rosella

M.

Human

Immunodeficiency

Virus

mikosis

(HIV)

dan

diseminata

Acquired

2.

Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Semarang: Universitas Diponegoro; 2013.


Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI. Situasi HIV/AIDS di

3.

Indonesia Tahun 1987-2006. Jakarta; 2007.


Mariam S. Perbandingan Respon Imunologi Empat Kombinasi
Antiretroviral Berdasarkan Kenaikan Jumlah CD4 Di Rumah Sakit
Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Periode Maret 2006-Maret 2010.
Depok: Universitas Indonesia; 2010.

Anda mungkin juga menyukai