Anda di halaman 1dari 14

BAB I

1.3

Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembahasan dalam makalah

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Berkembangnya kemampuan manusia dalam berpikir dan memikirkan tentang hidup

dan kehidupan yang sedalam-dalamnya (thoughtfull living) menjadi salah satu penyebab
munculnya filsafat. Kehadiran filsafat yang kian berkembang sejak 25 abad yang lalu
membuktikan bahwa filsafat sangatlah penting bagi manusia. Seiring dengan pentingnya
fungsi dan peran filsafat dalam kehidupan manusia maka filsafat dikenal sebagai master

ini ialah:
1. Untuk mengetahui arti dari filsafat.
2. Untuk mengetahui arti dari pengetahuan
3. Untuk mengetahui arti dari ilmu pengetahuan
4. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara filsafat, pengetahuan dan ilmu
pengetahuan.

scientarium atau induk bagi seluruh ilmu pengetahuan.


Berkaitan dengan filsafat sebagai induk bagi seluruh ilmu pengetahuan maka
perumusannya tidaklah mudah untuk dilakukan melainkan hanya seorang filsuf yang otentik
yang mampu melakukannya, Sedangkan mahasiswa sebagai bagian dari manusia yang
sedang mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan tentunya perlu memahami filsafat
agar dapat memahami ilmu pengetahuan itu secara sempurna sehingga pembahasan
mengenai filsafat sangat diperlukan di kalangan mahasiswa. Oleh karena itu, pada bab
selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai pengertian filsafat, pengetahuan dan ilmu
pengetahuan.
1.2

Rumusan Masalah
Melalui latar belakang yang telah dibahas di atas maka berikut ini rumusan masalah

yang perlu dijawab pada bab selanjutnya


1. Apakah yang dimaksud dengan filsafat?
2. Apakah yang dimaksud dengan pengetahuan?
3. Apakah yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan
4. Apakah persamaan dan perbedaan antara filsafat, pengetahuan dan ilmu
pengetahuan?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

a. Socrates (469-399 SM) mengartikan filsafat sebagai cara berpikir yang radikal dan
menyeluruh, cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya
b. Plato (427348 SM) mendefinisikan filsafat ialah pengetahuan yang bersifat untuk

Filsafat

mencapai kebenaran yang asli.


2.1.1

Pengertian Filsafat

Kata filsafat memiliki berbagai macam padanan bahasa. Dalam bahasa Inggris
filsafat disebut sebagai philosophy, sedangkan jika dilakukan arabisasi fisafat disebut sebagai
falsafah. Adapun istilah filsafat pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang
terdiri atas dua kata: philos/philia/philein (cinta) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan,
pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat
berarti cinta kebijaksanaan atau love of wisdom dalam arti yang sedalam-dalamnya (Surajiyo,
2005). Di samping itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata filsafat berarti
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab
asal dan hukumnya.
Selanjutnya, filsafat yang muncul dikarenakan adanya ketakjuban, ketidakpuasan,
hasrat bertanya dan keraguan dari manusia (Rapar, 1996) juga memiliki arti secara
terminologi. Adib (2011) menjelaskan bahwa secara terminologi filsafat dapat diartikan
dengan beberapa hal berikut ini: (i) upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan
sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas; (ii) upaya untuk melukiskan hakikat realitas
akhir dan dasar secara nyata; (iii) upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan
pengetahuan: sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya; (iv) penyelidikan kritis

c. Aristoteles (382322 SM): mendefenisikan filsafat ialah ilmu pengetahuan yang


meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
d. Cicero (106043 SM) menyatakan filsafat ialah ibu dari semua ilmu pengetahuan
lainnya.
e. Al Kindi (800870) berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan benar mengenai
hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia.
f. Al Farabi (872950) menerangkan filsafat sebagai ilmu (pengetahuan) tentang
hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
g. Descartes (15961650) menerangkan filsafat merupakan kumpulan segala
pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
h. Immanuel Kant (17241804) berpendapat filsafat ialah ilmu pengetahuan yang
menjadi pokok dan pangkal segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya 4
persoalan yakni: apa yang dapat diketahui (metafisika), apa yang harus diketahui
(etika), sampai di manakah harapan kita (agama) dan apa yang dinamakan manusia
(antropologi).
i. N. Driyarkara (19131967) berpendapat bahwa filsafat merupakan perenungan yang

atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai

sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab ada dan berbuat, perenungan tentang

bidang pengetahuan; (v) disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang

kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai ke mengapa yang penghabisan.

kita katakan dan untuk menyatakan apa yang kita lihat.


Di samping itu, terdapat pengertian filsafat yang diterjemahkan secara beragam oleh
para ahli atau para filsuf (orang yang berfilsafat) dan menurut Tafsir (2001) keanekaragaman
pengertian ini disebabkan oleh perbedaan konotasi filsafat, pengaruh lingkungan dan
pandangan hidup yang berbeda serta akibat dari perkembangan filsafat ini sendiri. Berikut ini

j. Notonagoro (19051981) menyatakan bahwa filsafat itu menelaah hal-hal yang


menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan
yang tidak berubah, yang disebut hakikat.
Melalui berbagai definisi yang telah dikutip dari banyak filsuf ini dapat diambil
kesimpulan bahwa filsafat adalah kegiatan memikirkan, menelaah dan mencari kebenaran

beberapa definisi filsafat yang dikemukakan oleh berbagai filsuf:

dalam arti sedalam-dalamnya akan sesuatu yang nyata yang telah ada guna menjawab

terbuka untuk dipersoalkan kembali dan diuji demi meraih kebenaran yang lebih pasti

keraguan dan pertanyaan yang muncul tentangnya.

sehingga terlihat jelas bahwa kebenaran filsafati tidaklah bersifat mutlak dan final,

2.1.2

Karakteristik Filsafat

Filsafat sebagai cara untuk mencari kebenaran yang hakiki akan suatu hal yang
dipertanyakan karena keheranan dan keraguan manusia terhadap sesuatu hal tersebut
memiliki beberapa karakteristik yang diterangkan melalui sifat dasar dan ciri-cirinya. Lima
sifat dasar itu ialah dipikirkan secara radikal, pencarian asas, perburuan kebenaran, pencarian
kebenaran dan dipikirkan dengan rasional (Rapar, 1996). Berikut ini penjelasan dari sifat
dasar tersebut:
a. Berpikir secara radikal
Radikal berasal dari kata radix yang berarti akar sehingga jika filsafat memiliki
sifat dasar berpikir radikal maka makna dari hal tersebut ialah dalam berfilsafat
haruslah mencari pengetahuan yang mendalam (sampai ke akar-akarnya). Bagi para
filsuf penting untuk berpikir secara radikal agar dapat menemukan akar dari permasalah
yang sedang dicari sehingga ketika akar permasalahan telah didapat, mudah bagi para
filsuf untuk memahami segala sesuatu yang tumbuh di atas akar tersebut.
b. Mencari asas
Filsafat tidak hanya mengacu pada bagian tertentu dari suatu realitas
melainkan pada keseluruhannya. Dalam memandang keseluruhan realitas, filsafat
senantiasa berupaya mencari asas yang paling hakiki dari seluruh realitas. Seorang
filsuf akan selalu berupaya untuk menemukan asas yang paling hakiki dari realitas.
Berupaya mencari asas berarti juga berupaya menemukan sesuatu yang menjadi esensi
realitas. Dengan menemukan esensi suatu realitas maka realitas itu dapat diketahui
dengan pasti dan menjadi jelas.
c. Pemburu kebenaran
Seorang filsuf ialah seorang pemburu kebenaran. Kebenaran yang diburu
merupakan kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat
dipersoalkan. Untuk memperoleh kebenaran yang sungguh-sungguh yang dapat

melainkan terus bergerak dari satu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti.
d. Mencari kejelasan
Salah satu penyebab lahirnya filsafat adalah keraguan sehingga untuk
menghapus keraguan tersebut diperlukan kejelasan. Mengejar kejelasan berarti harus
berjuang dengan gigih untuk mengeliminasi segala sesuatu yang tidak jelas, kabur dan
gelap, bahkan yang serba rahasia dan penuh teka-teki.tanpa kejelasan, filsafat akan
menjadi sesuatu yang mistik dan tak mungkin mampu menggapai kebenaran.
e. Berpikir rasional
Berpikir radikal, mencari asas, memburu kebenaran dan mencari kejelasan
tidak mungkin berhasil dengan baik tanpa adanya pemikiran yang rasional. Berpikir
secara rasional berarti berpikir logis, sistematis dan kritis. Berpikir logis merupakan
pemikiran yang sanggup menarik kesimpulan dan mengambil keputusan yang tepat dan
benar dari premis-premis yang digunakan. Berpikir sistematis merupakan rangkaian
pemikiran yang berhubungan satu sama lain atau berkaitan secara logis. Sedangkan
berpikir kritis berarti tingginya kemauan untuk terus menerus mengevaluasi argumenargumen yang mengklaim diri benar.
Adapun ciri-ciri filsafat menurut Surajiyo (2005) terbagi dalam tiga hal yaitu
menyeluruh, mendasar dan spekulatif dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Menyeluruh: pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan bukan hanya
ditinjau dari satu sudut pandang tertentu.
2) Mendasar: pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensi
objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai
dan keilmuan.
3) Spekulatif: hasil pemikiran yang dapat dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya.
Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah
pengetahuan yang baru.

dipertanggungjawabkan maka setiap kebenaran yang telah didapat haruslah senantiasa

2.1.3

Sumber (Asal) Filsafat

material filsafat dan objek formal filsafat. Adapun yang dimaksud objek filsafat menurut

Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira- kira abad ke-7

Syafiie (2010) adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan atau sesuatu yang akan

SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan

diamati, diteliti dan dipelajari serta dibahas sebagai kajian ini. Berikut ini penjelasan

alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama

mengenai objek filsafat:

lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya

a. Objek material filsafat

mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti

Objek material ialah suatu bahan yang menajdi tinjauan penelitian atau

Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di

pembentukan pengetahuan itu, objek material merupakan hal yang diselediki,

daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.

dipandang atau disorot oleh suatu disiplin ilmu (Surajiyo, 2005). Setiap objek material

Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta,

dari suatu disiplin ilmu pengetahuan bisa saja sama dengan objek material ilmu

sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja ialah:

pengetahuan lainnya, sehingga pokok bahasannya saling tumpang tindih (convergency)

Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah

dan menyebabkan objek material disebut subject matter.

murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah

Adapun contoh dari objek material adalah ilmu politik, ilmu pemerintahan,

komentar- komentar karya Plato belaka. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat

administrasi negara, hukum tata negara dan ilmu negara saling tumpang tindih karena

besar pada sejarah filsafat. Selanjutnya, Surajiyo (2005) dan Adib (2011) berpendapat bahwa

sama-sama membahas negara sebagai objek materialnya dan oleh sebab itu disebut

ditinjau dari sisi historisnya, terdapat tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat

sebagai ilmu kenegaraan. Selanjutnya, Tafsir (2001) menjelaskan tentang objek material

yaitu sebagai berikut:

ini banyak yang sama dengan objek sains namun tetap memiliki dua perbedaan yakni:

a)

Keheranan: banyak filsuf yang menunjukkan rasa heran sebagai asal filsafat, seperti

1) sains menyelidiki objek material yang empiris dan filsafat menyelidiki bagian abstrak

halnya Plato yang mengatakan: mata kita memberi pengamatan bintang-bintang,

dari objek empiris, dan 2) ada objek material filsafat yang memang tidak dapat diteliti

matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki;

oleh sains (seperti Tuhan), yakni objek material yang selamanya tidak empiris.

b) Kesangsian: banyak filsuf-filsuf yang lain seperti Descrates menunjukkan bahwa


kesangsian merupakan sumber utama pemikiran; dan
c)

Sehingga, objek material filsafat lebih luas dari objek material sains.
b. Objek formal filsafat

Kesadaran akan keterbatasan: manusia merupakan makhluk yang lemah dan terbatas

Menurut Surajiyo (2005), objek formal filsafat adalah sudut pandang yang

sehingga ia mulai berfilsafat karena manusia cendrung berpikir bahwa di luar

ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau sudut dari

manusia yang terbatas terdapat sesuatu yang tidak terbatas.

mana objek material itu disoroti. Adapun Lasiyo dan Yuwono (1985) menjelaskan

2.1.4

bahwa objek formal merupakan sudut pandang menyeluruh secara umum sehingga

Objek Filsafat

Filsafat yang dibahas secara mendalam agar menemukan kebenaran dan

dapat mencapai hakikat dari objek materialnya.

memusnahkan keraguan memiliki objek pembahasan yang luas, meskipun daru berbagai

Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada

macam pengertian dinyatakan bahwa filsafat membahas berbagai macam sesuatu yang ada

saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Selanjutnya, Tafsir (2001)

namun berbagai macam itu dapat dikelompokkan menjadi dua kategori besar yakni: objek

menegaskan bahwa objek formal filsafat adalah penyelidikan yang mendalam. Adapun

menurut Syafiie (2010), objek formal filsafat ialah kebenaran, kebaikan dan keindahan

Descrates berpendapat bahwa ada ketersusunan alami dalam kenyataan yang

secara berdialektika. Filsafat yang memiliki unsur logika, etika dan estetika memiliki

ada hubungannya dengan pengertian manusia. Di samping itu, ia berusaha keras

objek material yaitu akal untuk logika, budi untuk etika dan rasa untuk estetika.

menemukan yang benar. Adapun yang dipandang benar adalah apa yang jelas dan

2.1.5

Metode Filsafat

Metode merupakan cara bertindak menurut sistem aturan tertentu (Bakker, 1984).
Tak jauh dengan banyaknya pendapat mengenai definisi filsafat maka terdapat pula banyak
metode pada filsafat dikarenakan penerapan metode untuk mencapai hakikat kebenaran
sesuai dengan corak pandang seorang filsuf itu sendiri. Sehingga Runes dalam Dictionary of
Philosophy yang dikutip oleh Surajiyo (2005) menguraikan, sepanjang sejarah filsafat yang
telah dikembangkan sejumlah metode filsafat yang berbeda dengan cukup jelas dapat
dirangkum ke dalam 10 metode berikut ini:
a. Metode Kritis: Socrates dan Plato
Bersifat analisis istilah dan pendapat. Metode ini bersifat praktis dan
dijalankan dalam berbagai macam percakapan. Socrates tidak menyelidiki fakta-fakta
melainkan ia menganalisis pendapat atau aturan yang dikemukakan orang.
b. Metode Intuitif: Plotinus dan Bergson
Guna menyelami hakikat segala kenyataan diperlukan intuisi yakni naluri yang
telah mendapatkan kesadaran diri, yang telah diciptakan untuk memikirkan sasaran
serta memperluas sasaran itu menurut kehendak sendiri tanpa batas. Dengan jalan
introspeksi intuitif dan dengan pemakaian simbol-simbol diusahakan pembersihan
intelektual (bersama dengan penyucian moral) sehingga tercapai suatu penerangan
pikiran. Bregson: dengan jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan,
tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
c. Metode Skolastik: Aristoteles, T. Aquinas, Filsafat Abad Pertengahan
Bersifat sintetis-deduktif. Dengan bertitik tolak dari definisi dan prinsip yang
jelas dengan sendirinya, ditarik berbagai kesimpulan. Filsafat yang memakai metode ini
dihubungkan erat dengan teologia dan filsafat ini dipandang sebagai suatu filsafat
kodrati yang murni.

terang. Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks, dicapai intuisi akan hakikathakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain); dari hakikat itu
dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.
e. Metode Empiris: Hobbs, Locke, Berkeley, David Hume
Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar; maka semua pengertian
(ide-ide) dalam introspeksi dibandingkan dengan cerapan atau tanggapan atau impresi
dan kemudian disusun bersama geometris. Dalam metode ini pangkal utama
pemikirannya ialah empirisme namun tetap menerima konsekuensi terhadap ilmu alam
yang bersifat matematis.
f. Motode Transendental: Immanuel Kant dan Neo-Skolastik
Filsafat dengan metode ini ditekankan pada aktivitas pengertian dan penilaian
manusia dengan menggunakan analisis yang kritis. Bertitik tolak dari tepatnya
pengertian tertentu, dengan jalan analisis, diselidiki syarat-syarat apriori bagi suatu
pengertian. Menurut Kant, pemikiran telah mencapai arah yang pasti di dalam ilmu
pengetahuan alam seperti yang telah disusun oleh Newton. Ilmu pengetahuan itu telah
mengajarkan kita bahwa perlu terlebih dahulu secara kritis menilai pengenalan atau
tindakan mengenal itu sendiri.
g. Metode Fenomenologis: Husserl dan Eksistensialisme
Fenomenologis adalah suatu aliran yang membicarakan tentang segala sesuatu
yang menampakkan diri atau suatu aliran yang membicarakan tentang gejala. Pada
prinsipnya metode ini ingin mencapai hakikat segala sesuatu atau hal yang sebenarnya
yang menerobos semua gejala yang tampak dengan mengggunakan proses penyaringan
(reduksi) yang terbagi menjadi:
1) Reduksi fenomenologis, kita harus menyaring pengalaman kita dengan maksud
sebagai upaya mendapatkan fenomen dalam wujud yang semurni-murninya.

d. Metode Geometris: Rene Descrates dan pengikutnya

2) Reduksi eidetis, penyaringan terhadap segala hal yang bukan eidos atau inti

Selanjutnya, sejalan dengan eksistensinya yang baru maka secara umum Salam

sari atau hakikat gejala. Sehingga hasil reduksi kedua ialah penilikan hakikat.

(2005) mengelompokkan cabang-cabang filsafat menjadi enam bagian yaitu epistemologi,

3) Reduksi transendental, menyaring segala sesuatu yang tidak ada hubungan

metafisika, logika, etika, estetika dan filsafat khusus lainnya. Berikut ini penjelasan

timbal balik dengan kesadaran murni supaya dari objek yang itu akhirnya
orang sampai pada apa yang ada pada subjek sendiri.
h. Metode Dialektis: Hegel dan Marx
Menurut Hegel, jalan untuk memahami kenyataan ialah dengan mengikuti

mengenai pencabangan filsafat tersebut:


1) Epistemologi: berasal dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata,
pikiran, ilmu), sehingga epistemologi ialah suatu cabang filsafat yang bersangkut
paut dengan teori pengetahuan.

gerakan pikiran atau konsep. Metode dialektis Hegel mengikuti dinamis pemikiran atau

2) Metafisika: berasal dari bahasa Yunani meta physika (sesudah fisika) yang memiliki

alam sendiri yang diungkapkan melalui tiga langkah yakni dua pengertian yang

banyak arti yakni upaya untuk mengkarakteristikkan eksistensi atau realitas sebagai

bertentangan yang didamaikan (tesis antitesis sintesis).

suatu keseluruhan atau suatu pembahasan filsafat yang komprehensif mengenai

i. Metode Neo-Positivistis

seluruh realitas atau segala sesuatu yang ada. Objek pembahasannya ialah hakikat

Pada metode ini kenyataan dipahami menurut hakikatnya dengan jalan


mempergunakan aturan-aturan yang berlakunya seperti pada ilmu pengetahuan positif
(eksakta).

Dengan jalan analisis pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau


tidaknya ucapan-ucapan seorang filsuf/filosofis. Keistimewaan metode ini ialah semua
kesimpulan dan hasilnya senantiasa didasarkan pada penelitian bahasa yang logis.
Cabang-cabang Filsafat

Agar mempermudah seseorang mempelajari filsafat maka lapangan filsafat haruslah


dibagi-bagi dan diperinci lebih jelas. Adanya pembagian ini disebabkan karena objek yang
dipandang dalam filsafat sangatlah luas. Berikut ini beberapa pembagian cabang filsafat
menurut para filsuf yang dikutip oleh Salam (2005):
a)

3) Logika: suatu pertimbangan akal atau pikiran yang dinyatakan dalam bahasa.
Filsafat mengenai pikiran atau cara berpikir benar atau salah.

j. Metode Analitika Bahasa: Wittgenstein

2.1.6

fisika dan hakikat yang bersifat transendental.

Plato: 1) dialektika (tentang ide-ide atau pengertian umum); 2) fisika (tentang dunia
materiil); dan 3) etika (tentang kebaikan).

b) Aristoteles: 1) logika (susunan pikiran); 2) filosofia teoritika (fisikadunia materiil,


matematikakuantitas barang, metafisikatentang ada); 3) filosofia praktika (etika
kesusilaan perseorangan, ekonomikakesusilaan kekeluargaan, politikakesusilaan

4) Etika: berasal dari bahasa Yunani ethos (sifat, watak, kebiasaan) dan ethikos (susila,
keadaban atau kelakuan dan pebuatan baik). Etika sering disebut sebagai filsafat
moral.
5) Estetika: berasal dari bahasa Yunani aisthesis yang berarti pencerapan indrawi,
pemahaman intelektual atau pengamatan spiritual. Estetika merupakan cabang
filsafat yang membahas tentang seni dan keindahan.
6) Filsafat-filsafat khusus lainnya seperti filsafat bahasa, filsafat teknik, filsafat hukum,
filsafat pendidikan, filsafat ekonomi, filsafat sosial dsb.
2.1.7

Peran dan Kegunaan Filsafat

Filsafat tidak dipelajari dan dilakukan secara sia-sia, melainkan memiliki peran dan
kegunaan tersendiri. Adapun peran filsafat menurut Rapar (1996) ialah sebagai berikut:
1) Pendobrak, filsafat mampu mendobrak tertawannya intelektualitas manusia sejak
berabad-abad silam dikarenakan kepercayaan manusia terhadap mitos dan keskralan
yang berasal dari nenek moyang yang tidak dapat diganggu gugat.

kenegaraan); 4) filosofia poetika/aktiva (pencipta); dan 5) filosofia kesenian.

2) Pembebas, filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya.

insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah milik atau isi pikiran (Gazalba, 1992).

Filsafat telah, sedang dan akan terus berupaya membebaskan manusia dari

Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses berpikir atau usaha manusia dari

kekurangan pengetahuan yang menyebabkan manusia picik dan dangkal.

belum tahu menjadi tahu baik melalui penalaran secara langsung melalui panca indera

3) Pembimbing,

filsafat

membebaskan

pemikiran

manusia

dengan

cara

membimbingnya untuk berpikir secara rasional, lebih luas dan mendalam serta
menemukan esensi suatu permasalahan.
Sedangkan kegunaan filsafat menurut Rapar (1996) ialah terbagi menjadi dua yakni
kegunaan bagi ilmu pengetahuan dan kegunaan dalam kehidupan praktis dengan penjelasan
sebagai berikut:
1) Bagi ilmu pengetahuan, filsafat telah berhasil mengembangkan pemikiran rasional,
luas, mendalam, teratur, terang, integral, koheren, metodis, sistematis, logis, kritis,
dan analitis. Karenanya ilmu pengetahuan pun semakin tumbuh subur, terus
berkembang menjadi dewasa hingga pada tingkat kedewasaan yang penuh ilmu
tersebut akan mampu berdiri sendiri. Berdasarkan hal inilah filsafat disebut sebagai
master scientiarum.
2) Bagi kehidupan praktis, filsafat menggiring manusia ke pengertian yang terang dan
pemahaman yang jelas. Kemudian, filsafat menuntun manusia untuk melakukan
tindakan yang konkret berdasarkan pengertian yang terang dan pemahaman yang
jelas tersebut.
2.2

Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Di dalam kehidupan sehari-hari kita selalu mendengar kata pengetahuan berasal

dari kata dasar tahu. dalam kamu besar bahasa Indonesia kata pengetahuan memiliki arti
yaitu mempunyai makna pengetahuan, berilmu, dan terpelajar, sedangkan didalam bahasa
Inggris secara etimologi kata knowledge yang mempunyai arti segenap apa yang kita
ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu (Adib, 2011).
Sedangkan secara terminologi pengetahuan dapat kita definisikan dengan apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar,

maupun akal, karena dengan pengetahuan kita bisa menjawab segala persoalan yang ada.
2.2.2

Terjadinya (Sumber) Pengetahuan

Kita memperoleh pengetahuan setiap hari tentunya tidak semerta-merta tanpa


adanya sumber atau asal. Menurut John Hospers dalam bukunya An Introduction to
Philosophical Analysis yang dikutip oleh Surajiyo (2005) pengetahuan dapat terjadi melalui
enam hal berikut ini:
1) Pengalaman indra (sense experience), merupakan sumber pengetahuan berupa alat
untuk menangkap objek dari luar diri manusia melalui kekuatan indra. Kekhilafan
akan terjadi apabila ada ketidaknormalan pada indra tersebut.
2) Nalar (reason), merupakan salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua
pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru.
3) Otoritas (authority), dikatakan sebagai sumber dikarenakan suatu kelompok dapat
memperoleh pengetahuan melalui seorang yang mempunyai kewibawaan dalam
pengetahuannya dan pengetahuan ini biasanya tanpa diuji karena yang
menyampaikan adalah orang yang berwibawa dan mempunyai otoritas.
4) Intuisi (intuition), dengan adanya intuisi maka manusia mampu melahirkan
pernyataan-pernyataan berupa pengetahuan yang muncul dari tidak adanya
pengetahuan.
5) Wahyu (revelation), merupakan berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada NabiNya untuk kepentingan umatnya. Wahyu dikatakan sebagai sumber pengetahuan
karena manusia mengenal sesuatu melalui kepercayaannya.
6) Keyakinan (faith), antara sumber wahyu/kepercayaan dan keyakinan sangat sukar
dibedakan secara jelas. Keyakinan muncul melalui kemampuan kejiwaan manusia
untuk memproses kematangan kepercayaan. Kepercayaan bersifat dinamik
sedangkan keyakinan bersifat statik.

2.2.3

c. Pengetahuan filsafat: pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat

Metode Mendapatkan Pengetahuan

Terdapat beberapa metode agar manusia dapat memperoleh pengetahuan, menurut


Gazalba (1992) metode-metode tersebut ialah:
1.

Metode pertama dikenal dengan metode pre-scientifik. Metode ini dalam Bahasa
Indonesia dikenal dengan metode alternatif. Mengapa dikenal metode pre scientifik,

kontemplatif dan spekulatif.


Pengetahuan agama: pengetahuan yang hanya diperoleh dari tuhan lewat para utusanya.
Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
2.3

Ilmu Pengetahuan

karena orang hanya akan mendapat pengetahuan semata, atau orang hanya akan
memperoleh keyakinan (tanpa keraguan) dalam melihat realitas. Oleh karena itu
hasil dari metode ini adalah pengetahuan biasa (knowledge).
2.

Metode kedua dikenal sebagai metode ilmiah (scientific methods). Metode ini
menghasilkan pengetahuan ilmiah atau sanins. Dalam pengetahuan ini ada usaha
secara bertahap dengan menggunakan logika yang rasional untuk mendapatkan
hubungan sebab-akibat dari suatu realitas. Misal, mengapa gabus terapung diaras
air? Tentunya jawaban ilmiah akan dibawa pada perbedaan berat jenis dari air dan
gabus. Gabus lebih ringan daripada air.

3.

Metode ketiga dikenal dengan metode khusus (non-scientific methods). Metode ini
saya katakan khusus, karena tidak semua orang bisa melakukan metode ini secara
berulang. Misalnyanya: ada seorang anak yang meramal kejadian masa datang
hanya dengan melihat wajah. Mungkin melihat wajah bisa dilakukan semua orang,
namun tidak semua orang memilki kemampuan melihat masa depan dari wajah yang
dilihat itu. Hasil dari metode ini antara lain : wahyu, karya seni, karya filsafat, dsb

2.3.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan


Secara etimologi (bahasa), menurut Miramihardja (2009), ilmu pengetahuan dan
ilmu tidak ada bedanya secara prinsip, karena menurutnya ilmu pengetahuan hanya
memberikan tekanan pada ilmu, ialah dalam sisi sistematika, reliabilitas, dan validitas.
Sehingga apabila para ahli membahas tentang ilmu dan ilmu pengetahuan, maka maknanya
secara prinsip sama. Akan tetapi yang perlu dibedakan adalah pengetahuan dan ilmu
pengetahuan.
Kata ilmu itu sendiri diserap dari bahasa Arab alima-yalamu-ilman yang
berarti mengetahui, mengerti, atau memahami (Wahid, 1996). Sedangkan dalam bahasa
Inggris, kata ilmu merupakan terjemahan dari kata science, yang secara etimologi
berasal dari bahasa Latin scinre, artinya to know, yaitu mempelajari atau mengetahui.
Dalam pengertian yang sempit, kata science lebih menunjukkan pada ilmu pengetahuan alam
yang sifatnya kuantitatif dan objektif (Salam, 2005).
Secara terminologi (istilah), para pakar telah mendefinisikan makna ilmu
pengetahuan dengan berbagai macam definisi. Burhanuddin Salam (2005) dalam bukunya

2.2.4

Jenis Pengetahuan

Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan,


maka di dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran.
Dikemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki ada empat (Salam, 2005), yaitu:
a. Pengetahuan biasa: pengetahuan yang dalam istilah filsafat dengan istilah common
sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu
dimana ia menerima secara baik.

Pengantar Filsafat telah mengutip beberapa definisi ilmu pengetahuan dari beberapa pakar,
di antaranya:
Menurut Harold H. Titus, ilmu (science) diartikan sebagai common sense yang
diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwaperistiwa dengan menggunakan metode-metode observasi, yang diteliti secara kritis.
Mohammad Hatta berpendapat bahwa tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang
teratur tentang pekerjaan hukum kausal (sebab-akibat) dalam satu golongan masalah yang

b. Pengetahuan ilmu: ilmu sebagai terjemahan dari sciense diartikan untuk


menunjukan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan objektif.

sama tabiatnya, menurut kedudukannya tampak dari luar luar maupun menurut bangunnya
dari dalam.

Berdasarkan uraian tentang definisi ilmu pengetahuan menurut para pakar di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu pengetahuan tentang objek

Ashley Montagu memberikan definisi ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang

tertentu yang disusun secara sistematis sebagai hasil penelitian, analisa, dan diperiksa secara

disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan studi dan percobaan untuk

teliti, dengan menggunakan metode tertentu (secara rasional, sistematis, logis, dan konsisten)

menentukan hakikat dan prinsip tentang hal yang dipelajari.

sehingga diperoleh penjelasan mengenai gejala objek yang bersangkutan.

Arief Sidharta (2008) dalam bukunya Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu itu?
mengutip

definisi ilmu pengetahuan dari

C.A.

van Peursen,

menurutnya

ilmu

pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi
agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi
lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Inu Kencana Syafiie (2005) dalam bukunya Pengantar Ilmu Pemerintahan
mengutip

pengertian

ilmu

pengetahuan

dari

Van

Poeljo,

menurutnya ilmu

pengetahuan adalah tiap kesatuan pengetahuan, di mana dari masing-masing bagian


bergantung satu sama lain yang teratur secara pasti menurut asas-asas tertentu.
Menurut Mohammad Adib (2011) dalam bukunya Filsafat Ilmu yang mengutip
pernyataan The Liang Gie tentang definisi ilmu, menurutnya ilmu adalah rangkaian aktivitas
manusia yang rasional dan kognitif dengan metode berupa aneka prosedur dan tata langkah
sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala
kealaman,

kemasyarakatan, atau kemanusiaan untuk tujuan mencapai kebenaran,

memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan.


Sedangkan Wiramihardja (2009) menyatakan bahwa pengertian ilmu pengetahuan
meliputi pengertian tahu, mengetahui, dan pengetahuan. Lebih lanjut beliau
menjelaskan, pertama, ilmu pengetahuan merupakan suatu keadaan pada seseorang. Kedua,
ilmu pengetahuan merupakan kecakapan untuk mengetahui secara tersusun (sistematis). Segi
kedua ini mencakup suatu aksi, tindakan, atau suatu usaha. Ketiga, ilmu pengetahun
merupakan pengetahuan tersusun, yaitu susunan dari perumusan pendapat-pendapat tertentu.
Sehingga, beliau menyimpulkan bahwa batasan ilmu pengetahuan adalah usaha mencapai
serta merumuskan sejumlah pendapat yang tersusun sekitar suatu keseluruhan persoalan.

2.3.2 Karakteristik Ilmu Pengetahuan


Sejarah membuktikan, ilmu pengetahuan akan membawa manusia pada kemajuan
dalam kehidupannya. Kemajuan yang dihasilkan ilmu pengetahuan itu memungkinkan,
karena beberapa karakteristik atau sifat umum yang dimiliki ilmu pengetahuan. Menurut
Salam (2005) yang mengutip pendapat Randall, beliau mengemukakan beberapa karakteristik
atau ciri umum ilmu pengetahuan, di antaranya:
a. Hasil dari ilmu pengetahuan sifatnya akumulatif dan merupakan milik bersama.
Artinya, hasil dari ilmu pengetahuan yang telah lalu dapat dipergunakan untuk
penyelidikan dan penemuan hal-hal yang baru, dan tidak menjadi monopoli bagi
yang menemukannya saja. Setiap orang dapat menggunakan dan memanfaatkan
hasil penelitian atau hasil penemuan orang lain.
b. Hasil ilmu pengetahuan kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan,
karena yang melakukan penelitian adalah manusia. Namun yang perlu diketahui,
kesalahan-kesalahan itu bukan karena metodenya, melainkan terletak pada manusia
yang menggunakan metode tersebut.
c. Ilmu pengetahuan itu objektif. Artinya cara penggunaan metode ilmu tidak
tergantung pada yang menggunakannya, juga tidak tergantung pada pemahaman
secara pribadi. Berbeda dengan prosedur otoritas dan intuisi, yang tergantung pada
pemahaman secara pribadi.
Masih menurut Salam (2005), Ralph Ross dan Ernest van den Haag menambahkan
ciri-ciri umum dari ilmu pengetahuan, yaitu:
a. Ilmu itu rasional.
b. Ilmu itu bersifat empiris.
c. Ilmu itu bersifat umum.

d. Ilmu itu bersifat akumulatif.


2.3.3 Sumber Ilmu Pengetahuan
Menurut Salam (2005), setidaknya ada empat sumber lahirnya ilmu pengetahuan,

Pikiran manusia
Hal ini akan melahirkan paham rasionalisme yang berpendapat bahwa sumber
satu-satunya dari pengetahuan manusia adalah rasio (akal budi). Pelopor
pemahaman ini adalah Rene Descartes. Aliran ini sangat mendewakan akal
manusia, yang kemudian akan melahirkan paham intelektualisme dalam dunia
pendidikan.

b. Pengalaman manusia
Dengan ini muncul aliran empirisme yang dipelopori oleh tokoh yang bernama
John Locke. Aliran ini berpendapat bahwa manusia itu dilahirkan sebagai kertas
atau meja putih, pengalamanlah yang akan memberikan lukisan padanya. Dunia
empiris merupakan sumber ilmu pengetahuan utama dalam dunia pendidikan, yang
kemudian dikenal dengan teori tabula rasa (teori kertas putih).
c.

Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa


penyebab

sesuatu

dan

mengapa.

Vardiansyah

(2008)

menyatakan,

ada

persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu

yaitu:
a.

2.3.4 Syarat-syarat Ilmu Pengetahuan

Intuisi manusia
Jika ilmu pengetahuan yang diperoleh secara rasional dan empiris adalah hasil dari
penalaran, maka intuisi menghasilkan ilmu pengatahuan tanpa melalui proses
penalaran. Pengetahuan intuitif ini dipakai sebagai hipotesis bagi analisis
selanjutnya, kegiatan intuitif dan analitik saling berperan dalam menemukan
kebenaran.

d. Wahyu Allah
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan Allah kepada manusia melalui
perantara para nabi yang diutus-Nya, sejak nabi pertama sampai nabi terakhir.
Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang
yang terjangkau oleh empirik maupun yang mencakup permasalahan yang
transendental, seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia, dan
segenap isinya, serta kehidupan di akhirat nanti.

banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu. Di antara syaratsyarat ilmu pengetahuan adalah:
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah
yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan
subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. Metodis. Kata metodis itu sendiri berasal dari bahasa Yunani metodos yang
berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan
dan umumnya merujuk pada metode ilmiah. Maka yang dimaksud metodis adalah
upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu
untuk menjamin kepastian kebenaran.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek,
ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga
membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang
tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu
yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat
umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180. Karenanya
universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial
menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmuilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai

10

tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu

Dalam hal ini, bukan hanya kemampuan berpikir, tetapi peneliti juga harus

pula.

paham tentang instrumen intelektual yang diperlukan, seperti istilah-istilah,


simbol-simbol, atau konsep-konsep.

2.3.5 Objek Ilmu Pengetahuan


c.

Menurut Salam (2005), pada dasarnya, objek ilmu pengetahuan itu ada dua, yaitu

Alat-alat bantu fisik


Seperti: teleskop, mikroskop, stopwatch, atau alat-alat lain yang dapat

alam dan manusia. Oleh karena itu, para ahli membagi ilmu pengetahuan berdasarkan objek

mengukur waktu, luas, berat, dan hal-hal lain yang diperlukan dalam penelitian

yang dipelajari menjadi dua bagian besar, yaitu (1) kelompok ilmu pengetahuan alam, dan

secara tepat dan akurat, untuk menghasilkan kesimpulan yang cermat.

(2) kelompok ilmu pengetahuan manusia (sosial).


d.

Tetapi itu saja belum cukup, karena bisa saja ada dua atau lebih ilmu pengetahuan

Cara mengatur posisi, tempat, atau kondisi yang memungkinkan observasi


dapat dilakukan dengan cermat

yang mempelajari objek yang sama, padahal itu merupakan ilmu pengetahuan yang jelas

Peneliti juga harus memperhatikan faktor waktu, tempat, gerakan, suhu, cahaya,

berbeda. Contoh, ilmu kedokteran, ilmu psikologi, ilmu sosiologi. Semua ilmu itu

keadaan cuaca, suara, dan lain sebagainya. Kesalahan atau kegagalan observasi

mempelajari manusia, objeknya manusia. Bahkan ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu biologi,

boleh jadi disebabkan karena adanya kerusakan atau gangguan pada faktor-

dan ilmu kebangsaan, itu semua juga mempelajari manusia. Maka, yang membedakan antara

faktor tersebut.

satu ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan lainnya adalah objek material atau lapangan
e.

ilmu pengetahuan itu. Apabila objek materialnya sama, maka yang membedakan ialah objek

Pengetahuan lapangan
Peneliti yang mengenal lapangan penelitiannya, sejarahnya, serta pengalaman

formalnya atau sudut pandang dalam ilmu pengetahuan itu sendiri (Salam, 2005).

lainnya terkait objek penelitiannya, akan lebih memudahkan peneliti dalam


2.3.6 Metode Ilmu Pengetahuan
Adapun metode-metode yang dipakai dalam ilmu pengetahuan (Salam, 2005),

melakukan observasi.
2.

adalah:
1.

Trial and Error


Metode trial and error (coba-coba) telah dikenal secara universal, tanpa

Observasi

memerlukan penjelasan yang panjang-lebar. Metode trial and error cenderung

Metode observasi meliputi pengamatan indrwi (sense perception), seperti: melihat,

disebut dengan learning by doing daripada disebut learning by thinking, semua

mendengar, menyentuh, meraba, mencium, merasakan, dan sebagainya. Observasi


yang cermat dan teliti sangat diperlukan dalam penelitian ilmiah. Ada beberapa hal
penting yang harus dipenuhi dalam melakukan observasi, yaitu:
a.

Indra yang normal dan sehat


Semua indra diperlukan untuk melakukan observasi yang cermat, seperti:
penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa.

b.

Kematangan mental

itu dikemukakan dalam bentuk sederhana yang mengandung refleksi.


3.

Eksperimen
Kegiatan eksperimen adalah berdasarkan pada prinsip metode penemuan sebabakibat dan pengujian hipotesis. Terdapat beberapa teknik atau metode dalam
eksperimen, di antaranya:
a.

Teknik pengawasan (techniques of control). Peneliti mengontrol kondisikondisi yang berhubungan dengan objek yang sedang ia pelajari, kemudian ia

11

memanipulasi kondisi-kondisi ini dengan mengubah satu faktor tertentu,

a.

kemudian ia mencatat akibat-akibatnya.


b.

c.

1.

5.

Teoritis

Metode perbedaan (the method of difference). Metode ini digunakan untuk

a) Nomotetis adalah ilmu yang menetapkan hukum-hukum yang berlaku

membedakan satu faktor atau kondisi pada satu waktu, sedangkan faktor-faktor

universal, mempelajari objeknya dalam keabstrakannya, dan mencoba

lainnya diusahakan tidak berubah atau tetap, kemudian peneliti membuat suatu

menemukan unsur-unsur yang selalu dapat kembali dalam segala

perbedaan yang diperoleh dari pengamatannya dalam kesimpulan penelitiannya.

pernyataannya yang konkret kapan saja dan di mana saja.

Konkonitan Variasi (concomitant variation). Yaitu hubungan antara dua

b) Ideografis (ide, cita-cita, grafis, atau lukisan) adalah ilmu yang

fenomena yang berbeda, sebagai hasil hubungan sebab-akibat yang mungkin

mempelajari objeknya secara konkret berdasarkan tempat dan waktu

terjadi pada kegiatan observasi dan eksperimen. Metode ini menunjukkan dua

tertentu, dengan sifat-sifat tersendiri (unik), misalnya: ilmu sejarah,

fenomena muncul atau hilang bersama-sama, atau yang satu muncul dan yang

etnografi (ilmu bangsa-bangsa), sosiografi, dan sebagainya.

lain menghilang.
4.

Menurut Subjeknya

2.

Praktis (applied science/ilmu terapan) yaitu adalah ilmu yang langsung

Statistik

ditujukan pada pemakaian atau pengamalan pengetahuan itu, jadi ilmu ini dapat

Istilah statistik berarti pengatahuan tentang mengumpulkan, menganalisis, dan

menentukan bagaimana manusia harus berbuat sesuatu. Ilmu praktis ini pun

menggolongkan bilangan/data sebagai dasar induksi. Statistik memungkinkan kita

diperinci menjadi:

untuk menjelaskan sebab-akibat dan pengaruhnya, menggambarkan tipe-tipe dari

a) Normatif yaitu ilmu yang memesankan bagaimanakah kita harus berbuat,

fenomena-fenomena, kita juga dapat membuat perbandingan-perbandingan dengan

membebankan kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan, berbicara

menggunakan tabel atau grafik, serta dapat pula meramalkan kejadian-kejadian yang

tentang baik-buruk, benar-salah, misalnya: agama, etika, norma,

akan datang dengan tingkat akurasi yang tinggi.

kesusilaan, dan sebagainya.

Sampling

b) Positif yaitu ilmu yang mengatakan bagaimanakah orang harus membuat

Yang dimaksud sampling adalah apabila kita mengambil beberapa anggota atau

sesuatu dan mencapai hasil tertentu, misalnya: ilmu teknik, ilmu

bilangan tertentu dari satu kelas atau kelompok sebagai wakil dari keseluruhan

pertanian, ilmu kedokteran, dan sebagainya.

kelompok tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebagian anggota
sebagai perwakilan tersebut benar-benar dapat mewakili keseluruhan anggota

b.

Menurut Objeknya
1.

kelompoknya atau tidak.


2.3.7 Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan diklasifikasikan berdasarkan para pakar itu meninjaunya.
Burhanuddin Salam (2005) mengklasifikasikan ilmu pengetahuan berdasarkan subjeknya dan
objeknya.

Universal/umum, yaitu ilmu yang meliputi keseluruhan yang ada, seluruh hidup
manusia, misalnnya: agama/teologi dan filsafat.

2.

Khusus, yaitu ilmu yang membahas hanya mengenai salah satu bidang tertentu
dari kehidupan manusia, jadi objeknya terbatas. Ilmu ini diperinci lagi menjadi:
a) Ilmu alam (natural science), yaitu ilmu yang mempelajari benda-benda
menurut keadaannya di alam raya ini, terlepas dari pengaruh manusia,

12

serta mencari hukum-hukum yang mengatur apa yang terjadi di alam raya

Ilmu pengetahuan harus dapat menjelaskan faktor sebab akibat suatu peristiwa

ini, misalnya: ilmu biologi, ilmu fisika, ilmu kimia, dan sebagainya.

atau kejadian, misalnya apa yang akan terjadi jika harga naik.

b) Ilmu pasti (mathematics), yaitu ilmu yang memandang benda-benda

3. Mengendalikan (controlling)

terlepas dari isinya tetapi hanya menurut besarnya atau jumlahnya. Ilmu

Fungsi Ilmu pengetahuan dalam mengendalikan harus dapat mengendalikan

ini dijabarkan secara logis berdasarkan pada beberapa azas dasar

gejala alam berdasarkan suatu teori misalnya bagaimana mengendalikan kurs

(axioma), misalnya: ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu aljabar, dan sebagainya.

rupiah dan harga.

c) Ilmu kerohanian/kebudayaan (social science), yaitu ilmu yang mempelajari

BAB III

berbagai hal di mana jiwa manusia memegang peranan yang menentukan.

PENUTUP

Yang dilihat bukan benda-benda di alam raya yang terlepas dari manusia,
tetapi justru melihat benda-benda di alam raya yang mengalami pengaruh

a.

Kesimpulan

dari manusia. Juga karena manusia berbuat berdasarkan kekuatan

Dari pembahasan di atas, dapat kami simpulkan bahwa:

jiwanya, misalnya: ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu pendidikan, ilmu

1.

hukum, ilmu bahasa, ilmu sosiologi, dan sebagainya.

arti sedalam-dalamnya akan sesuatu yang nyata yang telah ada guna menjawab
keraguan dan pertanyaan yang muncul tentangnya.

2.3.8 Fungsi Ilmu Pengetahuan


2.

Adapun fungsi ilmu pengetahuan yang utama ada tiga, yaitu:


1.

maupun akal, untuk dapat menjawab segala persoalan yang ada.

Fungsi ilmu pengetahuan dalam menjelaskan memiliki 4 bentuk yaitu:


1) Deduktif, yaitu ilmu harus dapat menjelaskan sesuatu berdasarkan

3.

teliti, dengan menggunakan metode tertentu (secara rasional, sistematis, logis,

2) Probabilistik, Ilmu pengetahuan dapat menjelaskan berdasarkan pola

dan konsisten) sehingga diperoleh penjelasan mengenai gejala objek yang

pikir induktif dari sejumlah kasus yang jelas, sehingga hanya dapat

bersangkutan.

memberi kepastian (tidak mutlak) yang bersifat kemungkinan besar


4.

atau hampir pasti.


3) Fungsional, ilmu pengetahuan dapat menjelaskan letak suatu

dapat

menjelaskan

Berdasarkan pengertian filsafat, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan tersebut,


maka kita dapat mengetahui persamaan dan perbedaannya. Berikut adalah tabel
persamaan dan perbedaan antara filsafat, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan.

komponen dalam suatu sistem secara menyeluruh.


pengetahuan

Ilmu pengetahuan adalah suatu pengetahuan tentang objek tertentu yang


disusun secara sistematis sebagai hasil penelitian, analisa, dan diperiksa secara

premis pangkal ilir yang telah ditetapkan sebelumnya.

ilmu

Pengetahuan adalah hasil proses berpikir atau usaha manusia dari belum tahu
menjadi tahu, baik melalui penalaran secara langsung melalui panca indera

Menjelaskan (explaining, describing)

4) Genetik,

Filsafat adalah kegiatan memikirkan, menelaah dan mencari kebenaran dalam

suatu

faktor

berdasarkan gejala-gejala yang sudah sering terjadi sebelumnya.


2. Meramalkan (prediction)

13

Tabel 3.1. Persamaan Filsafat, Pengetahuan, dan Ilmu Pengetahuan


No.
1

Persamaan Filsafat, Pengetahuan, dan Ilmu Pengetahuan


Ketiganya merupakan hasil proses berpikir atau usaha manusia untuk menjawab
suatu persoalan tertentu dalam rangka mencari suatu kebenaran.
2 Ketiganya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya yang
timbul dari hasrat manusia (objektivitas) akan pengetahuan yang lebih mendasar.
2 Ketiganya mencari rumusan yang sebaik-baiknya untuk menyelidiki objek
selengkap-lengkapnya.
3 Ketiganya memberikan pengertian mengenai hubungan yang ada antara kejadiankejadian yang kita alami dan mencoba menunjukan sebab-sebabnya.
4 Ketiganya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
5 Ketiganya memiliki karakteristik masing-masing.
6 Ketiganya memiliki metode masing-masing.
7 Ketiganya dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia
Sumber: Data diolah (2015)
Tabel 3.2. Perbedaan Filsafat, Pengetahuan, dan Ilmu Pengetahuan
No
1

Filsafat
Mencoba merumuskan
pertanyaan atas jawaban.
Mencari prinsip-prinsip umum,
tidak membatasi segi
pandangannya bahkan
cenderung memandang segala
sesuatu secara umum dan
keseluruhan.
Keseluruhan yang ada

Pengetahuan
Yang dipelajari
terbatas karena hanya
sekedar kemampuan
yang ada dalam diri
kita untuk
mengetahui sesuatu
hal.

Ilmu Pengetahuan
Cenderung kepada hal
yang dipelajari dari
sebuah buku panduan.

Objek penelitian yang


terbatas

Menilai objek renungan dengan


suatu makna. Misalkan :
agama, kesusilaan, keadilan,
dan sebagainya
Bertugas mengintegrasikan
ilmu-ilmu.

Tidak menilai objek


dari suatu sistem nilai
tertentu.

Ilmu pengetahuan adalah


kajian tentang dunia
material.
Ilmu pengetahuan adalah
definisi eksperimental.

Bertugas memberikan
jawaban

Sumber: Data diolah (2015)


DAFTAR PUSTAKA

Adib, Mohammad. 2011. Filsafat IlmuOntologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan, Edisi ke-2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Salam, Burhanuddin. 2005. Pengantar Filsafat. Jakarta : Bumi Aksara.
Sidharta, Arief. 2008. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?. Bandung : Pustaka Sutra.
Sidi, Gazalba. 1992. Sistematika Filsafat. Jakarta : Bulan Bintang.
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara
Syafiie, Inu Kencana. 2005. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung : Refika Aditama.
Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu KomunikasiSuatu Pengantar. Jakarta : Indeks.
Wahid, Ramli Abdul. 1996. Ulumul Qu'ran. Jakarta : Grafindo.
Wiramihardja, Sutardjo. 2009. Pengantar Filsafat Sistematika dan Sejarah Filsafat, Logika
dan Filsafat Ilmu (Epistemologi), Metafisika dan Filsafat Manusia, Aksiologi.
Bandung : Refika Aditama.

Ilmu Pengetahuan dapat


sampai pada kebenaran
melalui kesimpulan logis
dari pengamatan empiris.

14

Anda mungkin juga menyukai