1.3
Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembahasan dalam makalah
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Berkembangnya kemampuan manusia dalam berpikir dan memikirkan tentang hidup
dan kehidupan yang sedalam-dalamnya (thoughtfull living) menjadi salah satu penyebab
munculnya filsafat. Kehadiran filsafat yang kian berkembang sejak 25 abad yang lalu
membuktikan bahwa filsafat sangatlah penting bagi manusia. Seiring dengan pentingnya
fungsi dan peran filsafat dalam kehidupan manusia maka filsafat dikenal sebagai master
ini ialah:
1. Untuk mengetahui arti dari filsafat.
2. Untuk mengetahui arti dari pengetahuan
3. Untuk mengetahui arti dari ilmu pengetahuan
4. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara filsafat, pengetahuan dan ilmu
pengetahuan.
Rumusan Masalah
Melalui latar belakang yang telah dibahas di atas maka berikut ini rumusan masalah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
a. Socrates (469-399 SM) mengartikan filsafat sebagai cara berpikir yang radikal dan
menyeluruh, cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya
b. Plato (427348 SM) mendefinisikan filsafat ialah pengetahuan yang bersifat untuk
Filsafat
Pengertian Filsafat
Kata filsafat memiliki berbagai macam padanan bahasa. Dalam bahasa Inggris
filsafat disebut sebagai philosophy, sedangkan jika dilakukan arabisasi fisafat disebut sebagai
falsafah. Adapun istilah filsafat pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang
terdiri atas dua kata: philos/philia/philein (cinta) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan,
pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat
berarti cinta kebijaksanaan atau love of wisdom dalam arti yang sedalam-dalamnya (Surajiyo,
2005). Di samping itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata filsafat berarti
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab
asal dan hukumnya.
Selanjutnya, filsafat yang muncul dikarenakan adanya ketakjuban, ketidakpuasan,
hasrat bertanya dan keraguan dari manusia (Rapar, 1996) juga memiliki arti secara
terminologi. Adib (2011) menjelaskan bahwa secara terminologi filsafat dapat diartikan
dengan beberapa hal berikut ini: (i) upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan
sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas; (ii) upaya untuk melukiskan hakikat realitas
akhir dan dasar secara nyata; (iii) upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan
pengetahuan: sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya; (iv) penyelidikan kritis
bidang pengetahuan; (v) disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang
dalam arti sedalam-dalamnya akan sesuatu yang nyata yang telah ada guna menjawab
terbuka untuk dipersoalkan kembali dan diuji demi meraih kebenaran yang lebih pasti
sehingga terlihat jelas bahwa kebenaran filsafati tidaklah bersifat mutlak dan final,
2.1.2
Karakteristik Filsafat
Filsafat sebagai cara untuk mencari kebenaran yang hakiki akan suatu hal yang
dipertanyakan karena keheranan dan keraguan manusia terhadap sesuatu hal tersebut
memiliki beberapa karakteristik yang diterangkan melalui sifat dasar dan ciri-cirinya. Lima
sifat dasar itu ialah dipikirkan secara radikal, pencarian asas, perburuan kebenaran, pencarian
kebenaran dan dipikirkan dengan rasional (Rapar, 1996). Berikut ini penjelasan dari sifat
dasar tersebut:
a. Berpikir secara radikal
Radikal berasal dari kata radix yang berarti akar sehingga jika filsafat memiliki
sifat dasar berpikir radikal maka makna dari hal tersebut ialah dalam berfilsafat
haruslah mencari pengetahuan yang mendalam (sampai ke akar-akarnya). Bagi para
filsuf penting untuk berpikir secara radikal agar dapat menemukan akar dari permasalah
yang sedang dicari sehingga ketika akar permasalahan telah didapat, mudah bagi para
filsuf untuk memahami segala sesuatu yang tumbuh di atas akar tersebut.
b. Mencari asas
Filsafat tidak hanya mengacu pada bagian tertentu dari suatu realitas
melainkan pada keseluruhannya. Dalam memandang keseluruhan realitas, filsafat
senantiasa berupaya mencari asas yang paling hakiki dari seluruh realitas. Seorang
filsuf akan selalu berupaya untuk menemukan asas yang paling hakiki dari realitas.
Berupaya mencari asas berarti juga berupaya menemukan sesuatu yang menjadi esensi
realitas. Dengan menemukan esensi suatu realitas maka realitas itu dapat diketahui
dengan pasti dan menjadi jelas.
c. Pemburu kebenaran
Seorang filsuf ialah seorang pemburu kebenaran. Kebenaran yang diburu
merupakan kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat
dipersoalkan. Untuk memperoleh kebenaran yang sungguh-sungguh yang dapat
melainkan terus bergerak dari satu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti.
d. Mencari kejelasan
Salah satu penyebab lahirnya filsafat adalah keraguan sehingga untuk
menghapus keraguan tersebut diperlukan kejelasan. Mengejar kejelasan berarti harus
berjuang dengan gigih untuk mengeliminasi segala sesuatu yang tidak jelas, kabur dan
gelap, bahkan yang serba rahasia dan penuh teka-teki.tanpa kejelasan, filsafat akan
menjadi sesuatu yang mistik dan tak mungkin mampu menggapai kebenaran.
e. Berpikir rasional
Berpikir radikal, mencari asas, memburu kebenaran dan mencari kejelasan
tidak mungkin berhasil dengan baik tanpa adanya pemikiran yang rasional. Berpikir
secara rasional berarti berpikir logis, sistematis dan kritis. Berpikir logis merupakan
pemikiran yang sanggup menarik kesimpulan dan mengambil keputusan yang tepat dan
benar dari premis-premis yang digunakan. Berpikir sistematis merupakan rangkaian
pemikiran yang berhubungan satu sama lain atau berkaitan secara logis. Sedangkan
berpikir kritis berarti tingginya kemauan untuk terus menerus mengevaluasi argumenargumen yang mengklaim diri benar.
Adapun ciri-ciri filsafat menurut Surajiyo (2005) terbagi dalam tiga hal yaitu
menyeluruh, mendasar dan spekulatif dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Menyeluruh: pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan bukan hanya
ditinjau dari satu sudut pandang tertentu.
2) Mendasar: pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensi
objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai
dan keilmuan.
3) Spekulatif: hasil pemikiran yang dapat dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya.
Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah
pengetahuan yang baru.
2.1.3
material filsafat dan objek formal filsafat. Adapun yang dimaksud objek filsafat menurut
Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira- kira abad ke-7
Syafiie (2010) adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan atau sesuatu yang akan
SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan
diamati, diteliti dan dipelajari serta dibahas sebagai kajian ini. Berikut ini penjelasan
alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama
lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya
mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti
Objek material ialah suatu bahan yang menajdi tinjauan penelitian atau
Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di
daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
dipandang atau disorot oleh suatu disiplin ilmu (Surajiyo, 2005). Setiap objek material
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta,
dari suatu disiplin ilmu pengetahuan bisa saja sama dengan objek material ilmu
sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja ialah:
Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah
murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah
Adapun contoh dari objek material adalah ilmu politik, ilmu pemerintahan,
komentar- komentar karya Plato belaka. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat
administrasi negara, hukum tata negara dan ilmu negara saling tumpang tindih karena
besar pada sejarah filsafat. Selanjutnya, Surajiyo (2005) dan Adib (2011) berpendapat bahwa
sama-sama membahas negara sebagai objek materialnya dan oleh sebab itu disebut
ditinjau dari sisi historisnya, terdapat tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat
sebagai ilmu kenegaraan. Selanjutnya, Tafsir (2001) menjelaskan tentang objek material
ini banyak yang sama dengan objek sains namun tetap memiliki dua perbedaan yakni:
a)
Keheranan: banyak filsuf yang menunjukkan rasa heran sebagai asal filsafat, seperti
1) sains menyelidiki objek material yang empiris dan filsafat menyelidiki bagian abstrak
dari objek empiris, dan 2) ada objek material filsafat yang memang tidak dapat diteliti
oleh sains (seperti Tuhan), yakni objek material yang selamanya tidak empiris.
Sehingga, objek material filsafat lebih luas dari objek material sains.
b. Objek formal filsafat
Kesadaran akan keterbatasan: manusia merupakan makhluk yang lemah dan terbatas
Menurut Surajiyo (2005), objek formal filsafat adalah sudut pandang yang
ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau sudut dari
mana objek material itu disoroti. Adapun Lasiyo dan Yuwono (1985) menjelaskan
2.1.4
bahwa objek formal merupakan sudut pandang menyeluruh secara umum sehingga
Objek Filsafat
memusnahkan keraguan memiliki objek pembahasan yang luas, meskipun daru berbagai
Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada
macam pengertian dinyatakan bahwa filsafat membahas berbagai macam sesuatu yang ada
saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Selanjutnya, Tafsir (2001)
namun berbagai macam itu dapat dikelompokkan menjadi dua kategori besar yakni: objek
menegaskan bahwa objek formal filsafat adalah penyelidikan yang mendalam. Adapun
menurut Syafiie (2010), objek formal filsafat ialah kebenaran, kebaikan dan keindahan
secara berdialektika. Filsafat yang memiliki unsur logika, etika dan estetika memiliki
objek material yaitu akal untuk logika, budi untuk etika dan rasa untuk estetika.
menemukan yang benar. Adapun yang dipandang benar adalah apa yang jelas dan
2.1.5
Metode Filsafat
Metode merupakan cara bertindak menurut sistem aturan tertentu (Bakker, 1984).
Tak jauh dengan banyaknya pendapat mengenai definisi filsafat maka terdapat pula banyak
metode pada filsafat dikarenakan penerapan metode untuk mencapai hakikat kebenaran
sesuai dengan corak pandang seorang filsuf itu sendiri. Sehingga Runes dalam Dictionary of
Philosophy yang dikutip oleh Surajiyo (2005) menguraikan, sepanjang sejarah filsafat yang
telah dikembangkan sejumlah metode filsafat yang berbeda dengan cukup jelas dapat
dirangkum ke dalam 10 metode berikut ini:
a. Metode Kritis: Socrates dan Plato
Bersifat analisis istilah dan pendapat. Metode ini bersifat praktis dan
dijalankan dalam berbagai macam percakapan. Socrates tidak menyelidiki fakta-fakta
melainkan ia menganalisis pendapat atau aturan yang dikemukakan orang.
b. Metode Intuitif: Plotinus dan Bergson
Guna menyelami hakikat segala kenyataan diperlukan intuisi yakni naluri yang
telah mendapatkan kesadaran diri, yang telah diciptakan untuk memikirkan sasaran
serta memperluas sasaran itu menurut kehendak sendiri tanpa batas. Dengan jalan
introspeksi intuitif dan dengan pemakaian simbol-simbol diusahakan pembersihan
intelektual (bersama dengan penyucian moral) sehingga tercapai suatu penerangan
pikiran. Bregson: dengan jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan,
tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
c. Metode Skolastik: Aristoteles, T. Aquinas, Filsafat Abad Pertengahan
Bersifat sintetis-deduktif. Dengan bertitik tolak dari definisi dan prinsip yang
jelas dengan sendirinya, ditarik berbagai kesimpulan. Filsafat yang memakai metode ini
dihubungkan erat dengan teologia dan filsafat ini dipandang sebagai suatu filsafat
kodrati yang murni.
terang. Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks, dicapai intuisi akan hakikathakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain); dari hakikat itu
dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.
e. Metode Empiris: Hobbs, Locke, Berkeley, David Hume
Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar; maka semua pengertian
(ide-ide) dalam introspeksi dibandingkan dengan cerapan atau tanggapan atau impresi
dan kemudian disusun bersama geometris. Dalam metode ini pangkal utama
pemikirannya ialah empirisme namun tetap menerima konsekuensi terhadap ilmu alam
yang bersifat matematis.
f. Motode Transendental: Immanuel Kant dan Neo-Skolastik
Filsafat dengan metode ini ditekankan pada aktivitas pengertian dan penilaian
manusia dengan menggunakan analisis yang kritis. Bertitik tolak dari tepatnya
pengertian tertentu, dengan jalan analisis, diselidiki syarat-syarat apriori bagi suatu
pengertian. Menurut Kant, pemikiran telah mencapai arah yang pasti di dalam ilmu
pengetahuan alam seperti yang telah disusun oleh Newton. Ilmu pengetahuan itu telah
mengajarkan kita bahwa perlu terlebih dahulu secara kritis menilai pengenalan atau
tindakan mengenal itu sendiri.
g. Metode Fenomenologis: Husserl dan Eksistensialisme
Fenomenologis adalah suatu aliran yang membicarakan tentang segala sesuatu
yang menampakkan diri atau suatu aliran yang membicarakan tentang gejala. Pada
prinsipnya metode ini ingin mencapai hakikat segala sesuatu atau hal yang sebenarnya
yang menerobos semua gejala yang tampak dengan mengggunakan proses penyaringan
(reduksi) yang terbagi menjadi:
1) Reduksi fenomenologis, kita harus menyaring pengalaman kita dengan maksud
sebagai upaya mendapatkan fenomen dalam wujud yang semurni-murninya.
2) Reduksi eidetis, penyaringan terhadap segala hal yang bukan eidos atau inti
Selanjutnya, sejalan dengan eksistensinya yang baru maka secara umum Salam
sari atau hakikat gejala. Sehingga hasil reduksi kedua ialah penilikan hakikat.
metafisika, logika, etika, estetika dan filsafat khusus lainnya. Berikut ini penjelasan
timbal balik dengan kesadaran murni supaya dari objek yang itu akhirnya
orang sampai pada apa yang ada pada subjek sendiri.
h. Metode Dialektis: Hegel dan Marx
Menurut Hegel, jalan untuk memahami kenyataan ialah dengan mengikuti
gerakan pikiran atau konsep. Metode dialektis Hegel mengikuti dinamis pemikiran atau
2) Metafisika: berasal dari bahasa Yunani meta physika (sesudah fisika) yang memiliki
alam sendiri yang diungkapkan melalui tiga langkah yakni dua pengertian yang
banyak arti yakni upaya untuk mengkarakteristikkan eksistensi atau realitas sebagai
i. Metode Neo-Positivistis
seluruh realitas atau segala sesuatu yang ada. Objek pembahasannya ialah hakikat
3) Logika: suatu pertimbangan akal atau pikiran yang dinyatakan dalam bahasa.
Filsafat mengenai pikiran atau cara berpikir benar atau salah.
2.1.6
Plato: 1) dialektika (tentang ide-ide atau pengertian umum); 2) fisika (tentang dunia
materiil); dan 3) etika (tentang kebaikan).
4) Etika: berasal dari bahasa Yunani ethos (sifat, watak, kebiasaan) dan ethikos (susila,
keadaban atau kelakuan dan pebuatan baik). Etika sering disebut sebagai filsafat
moral.
5) Estetika: berasal dari bahasa Yunani aisthesis yang berarti pencerapan indrawi,
pemahaman intelektual atau pengamatan spiritual. Estetika merupakan cabang
filsafat yang membahas tentang seni dan keindahan.
6) Filsafat-filsafat khusus lainnya seperti filsafat bahasa, filsafat teknik, filsafat hukum,
filsafat pendidikan, filsafat ekonomi, filsafat sosial dsb.
2.1.7
Filsafat tidak dipelajari dan dilakukan secara sia-sia, melainkan memiliki peran dan
kegunaan tersendiri. Adapun peran filsafat menurut Rapar (1996) ialah sebagai berikut:
1) Pendobrak, filsafat mampu mendobrak tertawannya intelektualitas manusia sejak
berabad-abad silam dikarenakan kepercayaan manusia terhadap mitos dan keskralan
yang berasal dari nenek moyang yang tidak dapat diganggu gugat.
insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah milik atau isi pikiran (Gazalba, 1992).
Filsafat telah, sedang dan akan terus berupaya membebaskan manusia dari
Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses berpikir atau usaha manusia dari
belum tahu menjadi tahu baik melalui penalaran secara langsung melalui panca indera
3) Pembimbing,
filsafat
membebaskan
pemikiran
manusia
dengan
cara
membimbingnya untuk berpikir secara rasional, lebih luas dan mendalam serta
menemukan esensi suatu permasalahan.
Sedangkan kegunaan filsafat menurut Rapar (1996) ialah terbagi menjadi dua yakni
kegunaan bagi ilmu pengetahuan dan kegunaan dalam kehidupan praktis dengan penjelasan
sebagai berikut:
1) Bagi ilmu pengetahuan, filsafat telah berhasil mengembangkan pemikiran rasional,
luas, mendalam, teratur, terang, integral, koheren, metodis, sistematis, logis, kritis,
dan analitis. Karenanya ilmu pengetahuan pun semakin tumbuh subur, terus
berkembang menjadi dewasa hingga pada tingkat kedewasaan yang penuh ilmu
tersebut akan mampu berdiri sendiri. Berdasarkan hal inilah filsafat disebut sebagai
master scientiarum.
2) Bagi kehidupan praktis, filsafat menggiring manusia ke pengertian yang terang dan
pemahaman yang jelas. Kemudian, filsafat menuntun manusia untuk melakukan
tindakan yang konkret berdasarkan pengertian yang terang dan pemahaman yang
jelas tersebut.
2.2
Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Di dalam kehidupan sehari-hari kita selalu mendengar kata pengetahuan berasal
dari kata dasar tahu. dalam kamu besar bahasa Indonesia kata pengetahuan memiliki arti
yaitu mempunyai makna pengetahuan, berilmu, dan terpelajar, sedangkan didalam bahasa
Inggris secara etimologi kata knowledge yang mempunyai arti segenap apa yang kita
ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu (Adib, 2011).
Sedangkan secara terminologi pengetahuan dapat kita definisikan dengan apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar,
maupun akal, karena dengan pengetahuan kita bisa menjawab segala persoalan yang ada.
2.2.2
2.2.3
Metode pertama dikenal dengan metode pre-scientifik. Metode ini dalam Bahasa
Indonesia dikenal dengan metode alternatif. Mengapa dikenal metode pre scientifik,
Ilmu Pengetahuan
karena orang hanya akan mendapat pengetahuan semata, atau orang hanya akan
memperoleh keyakinan (tanpa keraguan) dalam melihat realitas. Oleh karena itu
hasil dari metode ini adalah pengetahuan biasa (knowledge).
2.
Metode kedua dikenal sebagai metode ilmiah (scientific methods). Metode ini
menghasilkan pengetahuan ilmiah atau sanins. Dalam pengetahuan ini ada usaha
secara bertahap dengan menggunakan logika yang rasional untuk mendapatkan
hubungan sebab-akibat dari suatu realitas. Misal, mengapa gabus terapung diaras
air? Tentunya jawaban ilmiah akan dibawa pada perbedaan berat jenis dari air dan
gabus. Gabus lebih ringan daripada air.
3.
Metode ketiga dikenal dengan metode khusus (non-scientific methods). Metode ini
saya katakan khusus, karena tidak semua orang bisa melakukan metode ini secara
berulang. Misalnyanya: ada seorang anak yang meramal kejadian masa datang
hanya dengan melihat wajah. Mungkin melihat wajah bisa dilakukan semua orang,
namun tidak semua orang memilki kemampuan melihat masa depan dari wajah yang
dilihat itu. Hasil dari metode ini antara lain : wahyu, karya seni, karya filsafat, dsb
2.2.4
Jenis Pengetahuan
Pengantar Filsafat telah mengutip beberapa definisi ilmu pengetahuan dari beberapa pakar,
di antaranya:
Menurut Harold H. Titus, ilmu (science) diartikan sebagai common sense yang
diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwaperistiwa dengan menggunakan metode-metode observasi, yang diteliti secara kritis.
Mohammad Hatta berpendapat bahwa tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang
teratur tentang pekerjaan hukum kausal (sebab-akibat) dalam satu golongan masalah yang
sama tabiatnya, menurut kedudukannya tampak dari luar luar maupun menurut bangunnya
dari dalam.
Berdasarkan uraian tentang definisi ilmu pengetahuan menurut para pakar di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu pengetahuan tentang objek
tertentu yang disusun secara sistematis sebagai hasil penelitian, analisa, dan diperiksa secara
disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan studi dan percobaan untuk
teliti, dengan menggunakan metode tertentu (secara rasional, sistematis, logis, dan konsisten)
Arief Sidharta (2008) dalam bukunya Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu itu?
mengutip
C.A.
van Peursen,
menurutnya
ilmu
pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi
agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi
lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Inu Kencana Syafiie (2005) dalam bukunya Pengantar Ilmu Pemerintahan
mengutip
pengertian
ilmu
pengetahuan
dari
Van
Poeljo,
menurutnya ilmu
Pikiran manusia
Hal ini akan melahirkan paham rasionalisme yang berpendapat bahwa sumber
satu-satunya dari pengetahuan manusia adalah rasio (akal budi). Pelopor
pemahaman ini adalah Rene Descartes. Aliran ini sangat mendewakan akal
manusia, yang kemudian akan melahirkan paham intelektualisme dalam dunia
pendidikan.
b. Pengalaman manusia
Dengan ini muncul aliran empirisme yang dipelopori oleh tokoh yang bernama
John Locke. Aliran ini berpendapat bahwa manusia itu dilahirkan sebagai kertas
atau meja putih, pengalamanlah yang akan memberikan lukisan padanya. Dunia
empiris merupakan sumber ilmu pengetahuan utama dalam dunia pendidikan, yang
kemudian dikenal dengan teori tabula rasa (teori kertas putih).
c.
sesuatu
dan
mengapa.
Vardiansyah
(2008)
menyatakan,
ada
persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu
yaitu:
a.
Intuisi manusia
Jika ilmu pengetahuan yang diperoleh secara rasional dan empiris adalah hasil dari
penalaran, maka intuisi menghasilkan ilmu pengatahuan tanpa melalui proses
penalaran. Pengetahuan intuitif ini dipakai sebagai hipotesis bagi analisis
selanjutnya, kegiatan intuitif dan analitik saling berperan dalam menemukan
kebenaran.
d. Wahyu Allah
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan Allah kepada manusia melalui
perantara para nabi yang diutus-Nya, sejak nabi pertama sampai nabi terakhir.
Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang
yang terjangkau oleh empirik maupun yang mencakup permasalahan yang
transendental, seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia, dan
segenap isinya, serta kehidupan di akhirat nanti.
banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu. Di antara syaratsyarat ilmu pengetahuan adalah:
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah
yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan
subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. Metodis. Kata metodis itu sendiri berasal dari bahasa Yunani metodos yang
berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan
dan umumnya merujuk pada metode ilmiah. Maka yang dimaksud metodis adalah
upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu
untuk menjamin kepastian kebenaran.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek,
ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga
membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang
tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu
yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat
umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180. Karenanya
universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial
menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmuilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai
10
tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu
Dalam hal ini, bukan hanya kemampuan berpikir, tetapi peneliti juga harus
pula.
Menurut Salam (2005), pada dasarnya, objek ilmu pengetahuan itu ada dua, yaitu
alam dan manusia. Oleh karena itu, para ahli membagi ilmu pengetahuan berdasarkan objek
mengukur waktu, luas, berat, dan hal-hal lain yang diperlukan dalam penelitian
yang dipelajari menjadi dua bagian besar, yaitu (1) kelompok ilmu pengetahuan alam, dan
Tetapi itu saja belum cukup, karena bisa saja ada dua atau lebih ilmu pengetahuan
yang mempelajari objek yang sama, padahal itu merupakan ilmu pengetahuan yang jelas
Peneliti juga harus memperhatikan faktor waktu, tempat, gerakan, suhu, cahaya,
berbeda. Contoh, ilmu kedokteran, ilmu psikologi, ilmu sosiologi. Semua ilmu itu
keadaan cuaca, suara, dan lain sebagainya. Kesalahan atau kegagalan observasi
mempelajari manusia, objeknya manusia. Bahkan ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu biologi,
boleh jadi disebabkan karena adanya kerusakan atau gangguan pada faktor-
dan ilmu kebangsaan, itu semua juga mempelajari manusia. Maka, yang membedakan antara
faktor tersebut.
satu ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan lainnya adalah objek material atau lapangan
e.
ilmu pengetahuan itu. Apabila objek materialnya sama, maka yang membedakan ialah objek
Pengetahuan lapangan
Peneliti yang mengenal lapangan penelitiannya, sejarahnya, serta pengalaman
formalnya atau sudut pandang dalam ilmu pengetahuan itu sendiri (Salam, 2005).
melakukan observasi.
2.
adalah:
1.
Observasi
b.
Kematangan mental
Eksperimen
Kegiatan eksperimen adalah berdasarkan pada prinsip metode penemuan sebabakibat dan pengujian hipotesis. Terdapat beberapa teknik atau metode dalam
eksperimen, di antaranya:
a.
Teknik pengawasan (techniques of control). Peneliti mengontrol kondisikondisi yang berhubungan dengan objek yang sedang ia pelajari, kemudian ia
11
a.
c.
1.
5.
Teoritis
membedakan satu faktor atau kondisi pada satu waktu, sedangkan faktor-faktor
lainnya diusahakan tidak berubah atau tetap, kemudian peneliti membuat suatu
terjadi pada kegiatan observasi dan eksperimen. Metode ini menunjukkan dua
fenomena muncul atau hilang bersama-sama, atau yang satu muncul dan yang
lain menghilang.
4.
Menurut Subjeknya
2.
Statistik
ditujukan pada pemakaian atau pengamalan pengetahuan itu, jadi ilmu ini dapat
menentukan bagaimana manusia harus berbuat sesuatu. Ilmu praktis ini pun
diperinci menjadi:
menggunakan tabel atau grafik, serta dapat pula meramalkan kejadian-kejadian yang
Sampling
Yang dimaksud sampling adalah apabila kita mengambil beberapa anggota atau
bilangan tertentu dari satu kelas atau kelompok sebagai wakil dari keseluruhan
kelompok tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebagian anggota
sebagai perwakilan tersebut benar-benar dapat mewakili keseluruhan anggota
b.
Menurut Objeknya
1.
Universal/umum, yaitu ilmu yang meliputi keseluruhan yang ada, seluruh hidup
manusia, misalnnya: agama/teologi dan filsafat.
2.
Khusus, yaitu ilmu yang membahas hanya mengenai salah satu bidang tertentu
dari kehidupan manusia, jadi objeknya terbatas. Ilmu ini diperinci lagi menjadi:
a) Ilmu alam (natural science), yaitu ilmu yang mempelajari benda-benda
menurut keadaannya di alam raya ini, terlepas dari pengaruh manusia,
12
serta mencari hukum-hukum yang mengatur apa yang terjadi di alam raya
Ilmu pengetahuan harus dapat menjelaskan faktor sebab akibat suatu peristiwa
ini, misalnya: ilmu biologi, ilmu fisika, ilmu kimia, dan sebagainya.
atau kejadian, misalnya apa yang akan terjadi jika harga naik.
3. Mengendalikan (controlling)
terlepas dari isinya tetapi hanya menurut besarnya atau jumlahnya. Ilmu
(axioma), misalnya: ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu aljabar, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
Yang dilihat bukan benda-benda di alam raya yang terlepas dari manusia,
tetapi justru melihat benda-benda di alam raya yang mengalami pengaruh
a.
Kesimpulan
1.
arti sedalam-dalamnya akan sesuatu yang nyata yang telah ada guna menjawab
keraguan dan pertanyaan yang muncul tentangnya.
3.
pikir induktif dari sejumlah kasus yang jelas, sehingga hanya dapat
bersangkutan.
dapat
menjelaskan
ilmu
Pengetahuan adalah hasil proses berpikir atau usaha manusia dari belum tahu
menjadi tahu, baik melalui penalaran secara langsung melalui panca indera
4) Genetik,
suatu
faktor
13
Filsafat
Mencoba merumuskan
pertanyaan atas jawaban.
Mencari prinsip-prinsip umum,
tidak membatasi segi
pandangannya bahkan
cenderung memandang segala
sesuatu secara umum dan
keseluruhan.
Keseluruhan yang ada
Pengetahuan
Yang dipelajari
terbatas karena hanya
sekedar kemampuan
yang ada dalam diri
kita untuk
mengetahui sesuatu
hal.
Ilmu Pengetahuan
Cenderung kepada hal
yang dipelajari dari
sebuah buku panduan.
Bertugas memberikan
jawaban
Adib, Mohammad. 2011. Filsafat IlmuOntologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan, Edisi ke-2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Salam, Burhanuddin. 2005. Pengantar Filsafat. Jakarta : Bumi Aksara.
Sidharta, Arief. 2008. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?. Bandung : Pustaka Sutra.
Sidi, Gazalba. 1992. Sistematika Filsafat. Jakarta : Bulan Bintang.
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara
Syafiie, Inu Kencana. 2005. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung : Refika Aditama.
Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu KomunikasiSuatu Pengantar. Jakarta : Indeks.
Wahid, Ramli Abdul. 1996. Ulumul Qu'ran. Jakarta : Grafindo.
Wiramihardja, Sutardjo. 2009. Pengantar Filsafat Sistematika dan Sejarah Filsafat, Logika
dan Filsafat Ilmu (Epistemologi), Metafisika dan Filsafat Manusia, Aksiologi.
Bandung : Refika Aditama.
14