KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL
Diajukan sebagai pemenuhan tugas matakuliah Kepemimpinan Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Ririn Tri Ratnasari, SE., M.Si.
Dr. Ari Prasetyo, SE., M.Si.
Prof. Dr. H. Muslich Anshori, SE., M.Si.
Dr. Gancar, CP
Oleh:
Laila Masruro Pimada
Irfan Jauhari
Rani Puspitaningrum
091514553007
091514553008
091514553016
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS AIRLANGGGA
SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya untuk Allah Azza Wa Jalla, yang telah memberikan
segala karunia, limpahan rahmat dan hidayah-Nya, serta kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya,
yang akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas matakuliah kepemimpinan
Islam ini.
Dalam penyelesaian tugas pembuatan makalah mengenai kepemimpinan
transaksional ini tentunya penulis memerlukan bimbingan dan arahan dari dosendosen pengampu, sehingga penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada
Dr. Ririn Tri Ratnasari, SE., M.Si., Dr. Ari Prasetyo, SE., M.Si., Prof. Dr. H.
Muslich Anshori, SE., M.Si., Dr. Gancar, CP. selaku dosen pengampu matakuliah
kepemimpinan Islam ini. Tak lupa kepada teman-teman magister sains ekonomi
Islam Unair angkatan 2015 yang senantiasa mendukung satu sama lain.
Selanjutnya, tentu saja makalah ini masih memiliki beberapa kekurangan
sehingga penulis mengharapkan kritikan dan saran demi mendapatkan hasil
makalah yang lebih baik dan maksimal yang bisa bermanfaat bagi para
pembacanya.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................................................. ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan .....................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN
A. Definisi Kepemimpinan Transaksional .......................................................3
B. Karakteristik Kepemimpinan Transaksional ...............................................5
C. Karakteristik Pemimpin Transaksional .......................................................6
D. Kelebihan dan Kekurangan Kepemimpinan Transaksional ........................8
E. Ayat-ayat Al-Qur'an & Hadist Mengenai Kepemimpinan Transaksional .. 8
F. Mind Mapping Makalah Kepemimpinan Transaksional ...........................13
BAB III: PENUTUP
Kesimpulan ....................................................................................................14
Daftar Pustaka ........................................................................................................15
Lampiran Pertanyaan .............................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia secara individual maupun komunal merupakan sosok yang
diciptakan (makhluk) untuk mengabdi kepada Tuhan sebagai hamba/ karyawan/
anggota bersama makhluk-makhluk Tuhan yang lainnya. Namun diantara seluruh
makhluk yang ada di bumi ini manusia telah mendapatkan perintah untuk
menjadi khalifah/pengelola/pemimpin. Sehingga baik secara individual maupun
komunal manusia mempunyai potensi ganda yaitu menjadi pemimpin sekaligus
rakyat, ketua-anggota, manejer-karyawan, khalifah-abdun/ hamba.
Tata cara pengabdian manusia kepada Tuhannya (hablum minallah)
melalui manusia yang lain (hablum minannas) tentunya melalui banyak hal
termasuk proses kepemimpinan. Kepemimpinan yang merupakan salah satu
elemen penting dalam suatu kehidupan sosial muncul karena adanya berbagai
perbedaan dalam kehidupan manusia yang heterogen yang selanjutnya butuh
untuk diselaraskan dan diarahkan agar perbedaan yang ada tidak menimbulkan
konflik.
Selanjutnya, kepemimpinan yang dipimpin oleh seorang manusia yang
memiliki perbedaan antara satu sama lain tentulah menimbulkan perbedaan gaya
kepemimpinan dan hal ini merupakan hal yang wajar. Namun pada dasarnya
setiap pemimpin yang baik memiliki tujuan dasar yang sama yakni mencapai
maslahah bagi dirinya dan bagi apa-apa yang dipimpinnya. Oleh karena itu,
bukanlah hal yang aneh ketika muncul berbagai macam jenis dan tipe
kepemimpinan yang selanjutnya dilakukan pengelompokan oleh para ahli terkait
keanekaragaman cara memimpin seseorang agar lebih mudah dipelajari.
Di antara jenis kepemimpinan yang ada, jenis kepemimpinan transaksional
merupakan kepemimpinan yang pertama kali diungkapkan oleh Burn di tahun
1978 dalam konteks politik yang selanjutnya dikembangkan oleh Bass (1985) dan
membawanya dalam konteks organisasional yang akan di bahas oleh penulis pada
bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Melalui latar belakang yang telah dibahas di atas maka berikut ini rumusan
masalah yang perlu dijawab pada bab selanjutnya:
1. Apa definisi kepemimpinan transaksional?
2. Apa saja karakteristik dari kepemimpinan transaksional?
3. Apa saja karakter dari pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan
transaksional?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari gaya kepemimpinan transaksional?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembahasan
dalam makalah ini ialah:
1. Untuk mengetahui definisi kepemimpinan transaksional
2. Untuk mengetahui karakteristik kepemimpinan transaksional
3. Untuk mengetahui karakter pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan
transaksional
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari gaya kepemimpinan
transaksional.
BAB II
PEMBAHASAN
awal
mengenai
gaya
kepemimpinan
transaksional
ini
hubungan
pertukaran.
Pertukaran
tersebut
didasarkan
pada
Adapun
Yukl
(2010:
291)
menjelaskan
bahwa
kepemimpinan
L : Mengklarifikasi peran F
L : Mengklarifikasi bagaimana
kebutuhan F akan dipenuhi
sebagai ganti dari
keterlibatan dlm peran yg
dibutuhkan untuk mencapai
hasil yang diinginkan
F : mengembangkan motivasi
untuk mencapai hasil yang
diinginkan (usaha yang
diharapkan)
Keterangan:
L = Leader
F = Follower
Gambar 1. Kepemimpinan Transaksional Menurut Bass (1985)
Berdasarkan
transaksi:
kepemimpinan
birokrasi
transaksional
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
karakteristik
seorang
pemimpin
dalam
kepemimpinan
transaksional di terangkan oleh Bass (1990) melalui empat hal yaitu: 1) contingent
reward; 2) management by exception (active); 3) management by exception
(passive); dan 4) Laissez-Faire. Adapun penjelasan mengenai empat hal tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Contingent reward (Imbalan kontingen)
Contingent reward dimaksudkan bahwa bawahan memperoleh
pengarahan dari pemimpin mengenai prosedur pelaksanaan tugas dan
target-target yang harus dicapai. Bawahan akan menerima imbalan dari
pemimpin sesuai dengan kemampuannya dalam mematuhi prosedur tugas
dan keberhasilannya mencapai target-target yang telah ditentukan. Bass
(1998) menjelaskan bahwa contingent reward cukup efektif untuk
mencapai tingkat yang lebih tinggi dari pembangunan kinerja. Dengan
metode ini, pemimpin menugaskan atau mendapatkan kesepakatan tentang
apa yang perlu dilakukan dan menjanjikan imbalan yang memuaskan
dalam penyertaan pelaksanaan tugas.
2. Active management by exception (manajemen eksepsi aktif)
Maksudnya dari manajemen eksepsi aktif ialah pemimpin selalu
melakukan pengawasan secara langsung terhadap bawahannya. Hal ini
bertujuan untuk mengantisipasi dan meminimalkan tingkat kesalahan yang
timbul selama proses kerja berlangsung. Seorang pemimpin transaksional
menguntungkan.
Selanjutnya, Bass (1990) juga mengemukakan bahwa hubungan pemimpin
transaksional dengan karyawan dapat tercermin dari tiga hal berikut ini:
a. Pemimpin
mengetahui
apa
yang
diinginkan
karyawan
dan
kelemahan
atau
kekurangan
dari
tipe
kepemimpinan
Al-Qur'an
dan
Hadist
Mengenai
Kepemimpinan
Transaksional
Dalam Islam kepemimpinan merupakan sunnatullah atau tradisi Allah
dalam menjalankan ketetapan-Nya. Selanjutnya, kepemimpinan dalam Islam
melibatkan proses penginspirasian dan pendekatan kepada para pengikut secara
sukarela dalam upaya untuk memenuhi visi bersama yang jelas (Altalib 1993,
Chowdhury, 2002). Lebih jauh lagi, seorang pemimpin Islam tidak bebas untuk
bertindak sebagaimana yang ia inginkan, juga tidak tunduk pada keinginan
kelompok manapun, dia hanya harus bertindak untuk menerapkan hukum-hukum
Allah di muka bumi. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk yang diciptakan
sempurna karena akalnya telah memiliki tanggung jawab yang besar untuk
menjadi seorang khalifah di bumi Allah ini yang mana sejalan hal ini dengan
firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah ayat 30 berikut ini:
Terjemahan: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para
Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui."
Al Shabuni (1999: 48) menjelaskan bahwa ayat ini merupakan perintah
Allah kepada Nabi Muhammad saw. untuk menyampaikan dan mengingatkan
kembali umatnya tentang tugas yang pernah dibebankan kepada manusia pada
awal penciptaannya. Nabi Muhammad saw. dan umatnya disuruh untuk
mengingat suatu peristiwa ketika Allah SWT berfirman kepada para Malaikat
terkait rencananya menciptakan dan mengangkat seorang khalifah di muka bumi.
Khalifah itu, dalam rencana Allah SWT, dimaksudkan untuk menggantikan peran
Allah SWT dalam melaksanakan hukum-hukum-Nya. Khalifah itu adalah Nabi
Adam as. dan juga kaum-kaum sesudahnya yang sebagian menggantikan sebagian
lainnya di kurun waktu dan generasi yang berbeda. Sehingga menjadi wajar ketika
Rasulullah saw bersabda sebagai berikut:
) (
Terjemahan: Ibn umar r.a berkata: saya telah mendengar Rasulullah
saw bersabda: ketahuilah setiap orang adalah pemimpin dan akan
diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang
kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat
yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga
yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga
suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya.
Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas
memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal
yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya
(diminta pertanggungan jawab) dari hal-hal yang dipimpinnya.
(HR. Bukhari Muslim)
Melalui ayat dan hadis di atas jelaslah bahwa kepemimpinan dalam Islam
telah dikehendaki oleh Allah dan Nabi Muhammad saw. telah menjelaskan etika
kepemimpinan dalam Islam yakni harus bertanggung jawab karenanya seorang
pemimpin sudah seharusnya dapat bertangguung jawab sekurang-kurangnya
terhadap dirinya sendiri. Namun, tanggung jawab di sini bukan semata-mata
bermakna melaksanakan tugas lalu setelah itu selesai dan tidak menyisakan
dampak bagi yang dipimpin. Melainkan lebih dari itu, yang dimaksud tanggung
jawab di sini adalah lebih berarti upaya seorang pemimpin untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pihak yang dipimpinnya.
Selanjutnya, kayo (2006) menerangkan gaya yang harus dimilki seorang
pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
10
7.
8.
bilaman
sebagai
masyarakat,
agar
kehadirannya
tidak
Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya
kering. (HR. Ibnu Majah, shahih).
Maksud hadits ini adalah bersegera menunaikan hak si pekerja setelah
selesainya pekerjaan, begitu juga bisa dimaksud jika telah ada kesepakatan
pemberian gaji setiap bulan. Al Munawi berkata, Diharamkan menunda
pemberian gaji padahal mampu menunaikannya tepat waktu. Yang dimaksud
memberikan gaji sebelum keringat si pekerja kering adalah ungkapan untuk
menunjukkan diperintahkannya memberikan gaji setelah pekerjaan itu selesai
ketika si pekerja meminta walau keringatnya tidak kering atau keringatnya telah
kering. Menunda penurunan gaji pada pegawai padahal mampu termasuk
kezholiman. Sebagaimana Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Menunda penunaian kewajiban (bagi yang mampu) termasuk
kezholiman (HR. Bukhari no. 2400 dan Muslim no. 1564)
Bahkan orang seperti ini halal kehormatannya dan layak mendapatkan
hukuman, sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
11
Orang yang menunda kewajiban, halal kehormatan dan pantas
mendapatkan hukuman (HR. Abu Daud no. 3628, An Nasa-i no.
4689, Ibnu Majah no. 2427, hasan).
Maksud halal kehormatannya, boleh saja kita katakan pada orang lain
bahwa majikan ini biasa menunda kewajiban menunaikan gaji dan zholim. Pantas
mendapatkan hukuman adalah ia bisa saja ditahan karena kejahatannya tersebut.
Allah Taala berfirman,
Terjemahan: Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan
(yang dahsyat) (1), Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban
berat (yang dikandung)nya (2), Dan manusia bertanya: "Mengapa
bumi (menjadi begini)?" (3), Pada hari itu bumi menceritakan
beritanya (4), Karena Sesungguhnya Tuhanmu telah
memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya (5). Pada hari itu
manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-macam,
supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka
(6), Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan)nya (7). Dan Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya pula (8). [Q.S. Al Zalzalah: 1-8]
Terjemahan:Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai:tumbuh
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
12
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berikut ini kesimpulan yang dapat diambil melalui pembahasan yang telah
dibahas pada bab sebelumnya:
1. Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang melibatkan atau
menekankan pada imbalan untuk memotivasi bawahan, artinya gaya
kepemimpinan
transaksional
ini
memiliki
karakteristik
perilaku
yakni:
a)
14
Daftar Pustaka
Al-Sarhi, N.Z., L. M. Salleh, Mohamed Z.A., & Amini, A.A. 2014. The West and
Islam Perspective of Leadership. International Affrais dan Global
Strategy, 18, 42-56.
Al-Shabuni, M.A. 1999. Shafwa al Tafasir: Tafsir lil Qur'an al Karim. Jilid 1.
Jakarta: Dar Al Kutub Al Islamiyyah.
Altalib, H. 1993. Training guide for Islamic workers : International Islamic
Federation of Student Organizations.
Bass, B. M. 1985. Leadership and Performance Beyond Expectations. New York:
Free Pass.
1990. From Transactional to Transformational Leadership: Learning
to Share the Vision. Organizational Dynamics, 18, January: 19-33.
Burns, J.M. 1978. Leadership. New York: Harper & Row.
Bycio, P., Hackett, R.D., & Allen, J.S. 1995. Further Assessment of Basss (1985)
Conceptualization of Transactional and Transformational Leadership.
Journal of Applied Psychology, 80 (4), 468-478
Chowdhury, N. 2002. Leadership strategies and global unity for the 21st century:
An Islamic perspective. Leadership & Unity in Islam , 23.
Ivancevich, Konopaske, Matteson. 2006. Perilaku Dan Manajemen Organisasi.
Edisi 7 Jilid 2. Alih bahasa: Dharma Yuwono. Jakarta: Erlangga.
Kayo, R.B.K.P. 2006. Kepemimpinan Islam & Dakwah. Jakarta: CV. Amzah.
Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta.
Robbins, S. P., Judge, T. A. &Sanghi, S. 2007. Organizational Behavior. (12th
ed.). N.J.: Pearson: Prentice Hall.
Yukl, Gary. 2010. Kepemimpinan dalam Organisasi. Edisi Lima. Terjemahan.
Jakarta: PT. Indeks
15
16
2.
3.
4.
organisasi:
hierarki
kekuasaan,
formalitas
hubungan,
17
up
(bawahan
kepada
atasa)
adalah
dalam
karakteristik
18
organisasi (seperti yang disampaikan oleh penanya) akan tetapi lebih kepada
tidak adanya kerjasama antara pegawai atau pekerja yang memiliki job
description yang berbeda atau diluar lini kepemimpinan manajer pekerja
borongan tersebut. Ketika semua persyaratan kerja yang sudah disepakati
dimuka telah disampaikan maka tidak ada alasan pekerja borongan tersebut
meminta bantuan atau kerjasama dari staff kantor bagian marketing,
finansial, dan sebagainya.
5.
Laissez Faire pada kegiatan ekonomi diartikan sebagai bebas sebebasbebasnya dalam pengambilan keputusan ekonomi, bagaimana penerapan
konsep tersebut dalam kepemimpinan transaksional? (Fauzie Senoaji091514553004)
Jawaban: Konsep Laissez Faire mengacu pada karakteristik pemimpinnya
dimana ia bebas menentukan tujuan dan perilaku peserta organisasi.
Sehingga hal tersebut membatasi ide-ide, kreatifitas dan inovasi pegawai
yang mana prinsip Laissez Faire ini tidak berlaku pada pegawai yang
dipimpin dalam model kepemimpinan transaksional ini.
Tanggapan: (Fauzie)
Apakah reward yang diberikan hanya berbentuk uang atau gaji?
Jawaban: Sejauh dari literatur yang kelompok kami kaji sebagai referensi
dari makalah, iya benar. Reward atas kerja dan pencapaian tujuan yang
dilakukan pegawai umumnya dalam bentuk uang, gaji, bonus dan bendabenda materiil lainnya.
19