Anda di halaman 1dari 16

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

BASUKI TJAHAJA PURNAMA

(AHOK)

Oleh

Nama : Putu Kusuma Dewi

Npm : 202232121379

Kelas : C5/Semester 5

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

2024/2025
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting dari manajemen.
Kemampuan untuk memimpin dengan efektif merupakan salah satu kunci untuk
melaksanakan seluruh unsur-unsur manajemen dengan baik. Pemimpin harus melaksanakan
semua fungsi peranannya untuk mengombinasikan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kunci untuk melakukan ini ialah
adanya peranan yang jelas dan tingkat kewenangan atau wewenang untuk menyokong
tindakan-tindakan kepemimpinan.

Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah, banyak rintangan yang mereka lalui hingga
menjadi pemimpin yang ideal. Menjadi seorang pemimpin, Anda tidak harus menjadi seorang
pejabat yang terpilih atau menjadi seorang dengan derajat yang tinggi. Seorang pemimpin
adalah sosok panutan yang selalu ingin diikuti oleh orang lain untuk mendapatkan ide-ide
baru yang inovatif. Pemimpin dapat diartikan sebagai sosok panutan yang diteladani setiap
orang karena memiliki jiwa yang besar yang mampu mengangkat ide-ide baru untuk
mencapai tujuan kelompok. Dalam memaknai konsep pemimpin, dapat disimpulkan bahwa
pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi individu
atau sekelompok orang lain dengan ide-ide kreatifnya untuk bekerja sama mencapai tujuan
bersama.

Sifat seorang pemimpin berbeda-beda, namun pemimpin yang ideal memiliki sikap tegas,
tetapi baik. Karena Anda memimpin, Anda harus memiliki pola pikir secara logis dan
pengertian pada saat Anda menyatakan peraturan yang Anda buat. Kedua, seorang pemimpin
mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan dari bahwahannya dan secara
khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan. Ketiga, bertanggung jawab,
Anda berani bertanggung jawab untuk menanggung efek dari segala keputusan yang timbul
akibat tindakan yang telah dilaksanakan. Keempat, Pemimpin yang jujur akan menjadikan
keterbukaan dan keluwesan dalam memberikan segala informasi yang mencakup kepentingan
kelompok. Kelima, rela berkorban, sebagai pemimpin yang ideal Anda berarti rela
menerjunkan diri dalam kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan pribadi,
sehingga Anda juga dapat belajar cara membagi waktu yang efektif. Keenam, pemimpin yang
cerdas dalam membawa diri yang didukung dengan keunggulan berfikir dan peka terhadap
hal-hal sekitar. Seiring menjalankan tugas, seorang pemimpin yang ideal akan mampu
berfikir luwes dan memiliki ide-ide segar untuk keberlangsungan kepentingan kelompoknya.

Jakarta adalah ibu kota dan kota terbesar di Indonesia, dengan jumlah penduduk sekitar 10
juta jiwa dan luas wilayah sekitar 661 km. Jakarta juga merupakan pusat pemerintahan,
ekonomi, budaya, dan sosial di Indonesia, yang menarik banyak orang dari berbagai daerah
untuk mencari peluang hidup dan pendidikan di kota ini. Namun, pertumbuhan penduduk dan
aktivitas di Jakarta juga menimbulkan berbagai masalah perkotaan, seperti kemacetan, banjir,
polusi, kemiskinan, ketimpangan, kriminalitas, dan lain-lain. Masalah-masalah ini
memerlukan penanganan yang serius dan komprehensif dari pemerintah daerah, khususnya
gubernur.

Salah satu gubernur yang pernah memimpin Jakarta adalah Basuki Tjahaja Purnama, atau
yang lebih dikenal dengan nama Ahok. Ahok menjabat sebagai gubernur Jakarta dari tahun
2014 hingga 2017, setelah menggantikan Joko Widodo yang terpilih menjadi presiden. Ahok
merupakan gubernur pertama di Jakarta yang beretnis Tionghoa dan beragama Kristen, yang
membuatnya menjadi target serangan politik dan diskriminasi dari kelompok-kelompok
intoleran. Ahok juga dikenal sebagai pemimpin yang tegas, vokal, dan reformis, yang berani
melakukan perubahan-perubahan radikal dalam menata Jakarta. Beberapa kebijakan dan
program yang dilakukan oleh Ahok antara lain adalah penertiban PKL, reklamasi pantai,
penghapusan bus kota, pengadaan e-budgeting, peningkatan kesejahteraan pegawai, dan lain-
lain. Namun, tidak semua kebijakan dan program Ahok mendapat dukungan dan apresiasi
dari masyarakat. Banyak pula yang menentang dan mengkritik Ahok karena dianggap tidak
peka, tidak adil, tidak demokratis, atau bahkan menistakan agama.

Ahok juga memiliki sifat kepemimpinan yang tegas dan memiliki visi yang jelas, yakni
membenahi DKI Jakarta dan memikirkan kepentingan rakyat banyak. Dengan sikap inilah
seorang Ahok dapat memimpin dan meyakinkan masyarakat untuk mengikuti aturan-aturan
yang telah ditetapkan meskipun dengan caranya yang tegas, bahkan cenderung keras, dan
cara yang dilakukan Ahok ini terbukti berhasil dalam mengatur warga Jakarta. Hal tersebut
tentu merupakan hal yang positif karena seorang pemimpin dituntut untuk membawa
perubahan bagi masyarakat yang dipimpinnya.

Pada tanggal 22 November 2019, Basuki resmi ditunjuk sebagai Komisaris Utama Pertamina.
Selain itu, Ahok pun kini memiliki dua jabatan di Pertamina berdasarkan hasil Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) Pertamina, Senin, 23 Desember 2019. Tak hanya Komisaris
Utama, mantan Bupati Belitung itu kini juga menjadi Komisaris Independen.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui gaya kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam memimpin
dan melayani masyarakat dengan model Kepemimpinan Transformasional.
2. Menganalisis karya nyata kepemimpinan Ahok selama menjabat di Jakarta dalam
menangani isu dan masalah di perkotaan.
3. Menganalisis beberapa data dari percakapan atau wawancara Basuki Tjahaja Purnama
dengan masyarakat dan para media.

1.3 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dari materi ini adalah tentang gaya kepemimpinan Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok) dalam memimpin dan melayani masyarakat dengan model Kepemimpinan
Transformasional. Selain itu, menganalisis karya nyata Ahok selama menjabat di Jakarta
dalam menangani isu dan masalah di perkotaan. Dan juga menganalisis beberapa data dari
percakapan atau wawancara Ahok dengan masyarakat dan para media. Membahas secara
detail gaya kepemimpinan Ahok.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kepemimpinan Tranformasional

Kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang dapat memotivasi para


pengikut untuk melaksanakan dan mengelola kepentingan mereka sendiri untuk kepentingan
organisasi dengan keramahan secara individual, stimulasi intelektual, dan pengaruh yang
ideal semuanya akan menghasilkan upaya ekstra dari pekerja untuk efektivitas organisasi
yang lebih baik (Robbins, 2017, hlm. 262). Artinya gaya kepemimpinan transformasional
adalah gaya kepemimpinan yang mampu mengubah (transforming) bawahan menjadi
menggunakan kepentingannya untuk mengutamakan kepentingan organisasi pula. Sementara
itu, menurut Rothwell, Stavros, dan Sullivan (2016, hlm. 95) transformasional leadership is a
style of leadership that transforms followers to rise above their self-interest and challenges
them to collective goals. Artinya, kepemimpinan transformasional adalah gaya
kepemimpinan yang mengubah bawahannya untuk berkembang melebihi kepentingan
pribadinya dan menantang atau merangsang mereka untuk mengejar tujuan bersama. Dengan
kata lain seorang pemimpin yang transformasional haruslah mampu
mengubah mindset bawahan berubah dari bekerja untuk sekedar bekerja untuk mencukupi
kebutuhan dirinya saja menjadi ingin turut serta berjuang mengejar tujuan bersama
organisasi. Lebih dari itu, Suwatno (2019, hlm. 107) berpendapat bahwa kepemimpinan
transformasional ialah kepemimpinan yang mempengaruhi pegawai hingga membuat
pegawai merasa sebuah rasa percaya diri, bangga, loyalitas dan rasa hormat kepada
pimpinannya dan juga memiliki motivasi untuk melakukan lebih dari yang diharapkan.
Sebuah dokumen yang dikeluarkan Langston University, Amerika Serikat, kepemimpinan
transformasional didefinisikan sebagai berikut. Secara umum bisa disampaikan bahwa
kepemimpinan transformasional merupakan sebuah pendekatan kepemimpinan yang
mengubah sistem individu dan sosial, yang menciptakan perubahan positif dan bernilai, yang
pada akhirnya yang melahirkan pemimpin-pemimpin baru.

Secara prinsip, dalam kepemimpinan transformasional ada proses mengembangkan motivasi,


moral dan kinerja yang dipimpin, melalui mekanisme yang variatif. Termasuk diantaranya
membangun koneksi bawahan dengan misi dan identitas kolektif organisasi. Pemimpin
transformasional menjadi sumber inspirasi bawahan, menantang bawahan agar ada rasa
memiliki yang lebih besar terhadap pekerjaan, dan tentu saja memahami kelemahan dan
kekuatan bawahan. Seorang pemimpin transformasional akan mensejajarkan bawahan dengan
misi yang pada gilirannya akan mengoptimalisasi kinerja bawahan dan bermuara pada kinerja
pimpinan. Berbicara mengenai kinerja yang telah dilakukan Ahok dalam masa empat tahun
kepemimpinanya sudah banyak yang harus dicatat berhasil. Cara kepemimpinan Ahok dalam
melakukan perubahan di Jakarta bisa dilihat sebagai kepemimpinan transformasional.

2.2 Gaya Kepemimpinan Ahok

Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa disapa Ahok (BTP) merupakan sosok yang sudah
tidak asing lagi di telinga masyarakat. Beliau dikenal sebagai pemimpin yang kontroversial
dan memiliki karakter yang unik ketika menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta Periode
2014-2017. Di era kepemimpinan beliau, terjadi berbagai perubahan yang cenderung positif
di ibu ota. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh gaya kepemimpinan Ahok yang
cenderung berbeda dengan pemimpin-pemimpin daerah lainnya. Gaya kepemimpinan Ahok
yang dapat dikatakan antimainstream dapat mewujudkan berbagai terobosan dalam kebijakan
yang berdampak baik bagi masyarakat DKI Jakarta terlepas dari berbagai pro kontra yang
muncul dalam masyarakat itu sendiri.

Tidak berhenti sampai di situ, ketika Ahok yang berganti sapaan menjadi BTP ditunjuk oleh
pemerintah untuk menjadi Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) pada akhir 2019 hingga
saat ini, BTP kembali menerapkan gaya kepemimpinan yang serupa dengan ketika menjabat
sebagai gubernur untuk mengoptimalkan kinerja dari perusahaan milik negara yang beliau
awasi.

Secara teori terdapat beberapa jenis gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan oleh seorang
pemimpin dalam menjalankan suatu organisasi. Di antaranya:

 Pertama, Kepemimpinan Otokratik, di mana seorang pemimpin cenderung


menjadikan dirinya sebagai tokoh kunci dalam pengambilan keputusan atau kebijakan
dan memaksa atau mengendalikan anggota organisasi yang dimiliki untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
 Kedua, Kepemimpinan Demokratik, di mana seorang pemimpin cenderung
melibatkan seluruh anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan dan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anggota organisasi untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki.
 Ketiga, Kepemimpinan Laissez Faire, di mana seorang pemimpin cenderung
menyerahkan tugas-tugas organisasi kepada anggota organisasi dengan anggapan
bahwa organisasi terdiri atas orang-orang yang sudah dewasa dan mengetahui tujuan
dari organisasi sehingga proses di dalamnya dapat berjalan dengan sendirinya.

Gaya Ahok dalam Memimpin Jakarta

Ketika menjadi gubernur DKI Jakarta, gaya kepemimpinan Ahok dapat dikatakan menuju ke
arah otoriter karena dalam menjalankan suatu kebijakan beliau cenderung memaksa dan
mengendalikan agar dapat mencapai tujuan. Di sini perlu digarisbawahi bahwa otoriter yang
dimaksud mengarah kepada suatu hal yang positif. Hal tersebut dikarenakan gaya
kepemimpinan Ahok yang cenderung memaksa dan mengendalikan serta karakter yang
melekat pada diri beliau seperti tegas, keras, berbicara di depan publik apa adanya, jujur,
transparan, dan taat pada aturan yang berlaku menyebabkan tercapainya berbagai kebijakan
yang dapat membawa perubahan bagi masyarakat DKI Jakarta.

Selain itu, kendati gaya kepemimpinan Ahok cenderung otoriter, namun beliau juga
cenderung menggunakan pendekatan yang rasional di mana dalam menjalankan suatu
kebijakan beliau mengacu kepada peraturan-peraturan yang ada dan mengatur berdasarkan
wewenang yang telah melekat pada diri beliau tanpa melewati batas. Gaya kepemimpinan
Ahok ini yang kemudian disukai oleh masyarakat dan dinilai sebagai suatu gebrakan baru
meskipun masih terdapat pro kontra dari beberapa kalangan terkait gaya atau karakter yang
dimiliki oleh Ahok.

Gaya Ahok dalam Mengawasi Pertamina

Setelah BTP ditunjuk menjadi Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), dapat terlihat bahwa
BTP menerapkan gaya kepemimpinan yang hampir serupa dengan ketika menjabat sebagai
Gubernur DKI Jakarta. Sebagai contoh, beliau menerapkan transparansi di PT Pertamina
dengan membuka akses informasi aktivitas operasional di laman resmi milik perusahaan
migas negara tersebut. Selain itu, terdapat pula kabar terbaru ketika BTP memutuskan untuk
mencabut fasilitas kartu kredit yang diberikan kepada jajaran komisaris dan direksi dalam
rangka menyelamatkan anggaran. Dari kedua hal tersebut dan juga masih banyak yang
lainnya, dapat terlihat bahwa BTP juga menerapkan gaya kepemimpinan yang tegas,
transparan, jujur, dan rasional ketika duduk sebagai Komisaris Utama PT Pertamina
(Persero).
Aspek-aspek kepemimpinan karismatik juga tampak dalam kepemimpinan Basuki di DKI
Jakarta. Kepemimpinan karismatik bergantung pada dua aspek, yaitu kualitas tertentu dari
diri seorang pemimpin dan persepsi publik terhadap kualitas tersebut. Kemunculan pemimpin
karismatik bukan karena semata-mata sifat luar biasa dari pemimpin tersebut, melainkan
merupakan perpaduan antara kepribadian seorang pemimpin dengan tuntutan keadaan sosial
yang dihadapi. Karisma seorang pemimpin diukur melalui bagaimana ia dapat memecahkan
masalah sosial dengan sifat-sifat tertentu yang unik dalam dirinya.

Kemunculan Basuki sebagai figur pemimpin yang tegas, anti korupsi, dan sungguh-sungguh
melayani, menjadi angin segar bagi masyarakat yang telah lelah menyaksikan korupsi yang
marak di negeri ini. Meskipun dengan gaya bahasa yang tegas, blak-blakan, tetapi ia
menegaskan bahwa semuanya dilakukan demi konstitusi.

Kepemimpinan Basuki menunjukkan bahwa kharisma bukan hanya berasal dari prestise,
harga diri, popularitas, atau keunggulan pribadi. Melalui kepemimpinan Basuki, dapat dilihat
bahwa kesuksesan kepemimpinan karismatik bergantung pada kemampuan seorang
pemimpin membawa dirinya dan bagaimana pendekatan mereka dalam memecahkan suatu
masalah (Oakes, 2010 dalam Hatherell dan Welsh, 2017).

2.3 Karya Nyata Basuki Tjahaja Purnama

1. Monas Bebas PKL

Geramnya Ahok akan tindak tanduk pedagang kaki lima (PKL) di Taman Monumen
Nasional, membuat pihaknya melakukan sterilisasi. Kebijakan itu tak mulus diterima
pedagang. Mereka menentang dan melawan atas keputusan itu. Namun begitu, Ahok jalan
terus. Dia tak gentar menerima perlawanan dari PKL. Hasilnya, kini mereka yang
berdagang di Monas telah dibina Ahok melalui lenggang Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta pun menutup semua akses pintu masuk Monas bagi pedagang kaki lima liar di areal
pusat jajanan Lenggang Jakarta. Ahok khawatir PKL akan kembali menjamur, jika kawasan
Monas dipergunakan untuk pagelaran acara apapun.

2. Gusur Lokalisasi Kalijodo

Delapan eskavator mulai bergerak menghancurkan satu persatu bangunan di Kalijodo,


kawasan yang dikenal sebagai lokasi prostitusi di perbatasan Jakarta Barat dan Jakarta
Utara. Alat berat itu menghancurkan bangunan mulai dari Jalan Kepanduan II. Di kiri dan
kanan eskavator dijaga oleh polisi, TNI dan Satpol PP. Sebelum dibongkar, petugas
mensterilkan kawasan tersebut dengan memberi garis polisi. Penyisiran dilakukan sekaligus
untuk memastikan tidak ada lagi warga di dalam bangunan yang dihancurkan. Dentuman dan
gemuruh dinding-dinding bangunan yang menandakan runtuhnya Kalijodo juga menjadi
tontonan warga. Jalan Pangeran Tubagus Angke, Jalan Bandengan Utara dan jalan yang
berada di seberang Kalijodo dipadati warga yang hendak menonton dan jadi saksi sejarah
dari akhir riwayat Kalijodo. Sejumlah truk pengangkut dari Dinas Tata Air dan Dinas
Pekerjaan Umum DKI Jakarta bersiap di sisi utara Kalijodo untuk mengangkut puing
reruntuhan bangunan. Setelah 30 menit dihancurkan, kafe-kafe yang berada di bagian
depan atau di bagian Jalan Kepanduan II mulai rata dengan tanah.

3. Membuat RPTRA Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA)

pertama dibangun Ahok di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, pada Oktober 2015.
Menurut mantan Bupati Belitung Timur, tujuan utama pembangunan ruang publik ini
merupakan langkah DKI Jakarta untuk mewujudkan provinsi yang ramah anak. Ahok
meminta anak-anak harus dididik dengan baik di RPTRA. Sebab, banyak RPTRA yang
baru dibangun telah dipenuhi sampah. Oleh karena itu, pembangunannya sengaja
dilakukan di dekat lokasi pada penduduk. Beragam permainan anak sengaja disiapkan di
RPTRA. Mulai dari lapangan futsal, badminton, voli, hingga arena skateboard dan sepeda
BMX.

4. Membentuk Pasukan Oranye

Melalui peraturan gubernur tentang perekrutan para pekerja penanganan prasarana dan
sarana umum (PPSU), Ahok pun membuat sejumlah pasukan yang ditugaskan untuk
menangani persoalan darurat dan kecil. Misalnya, membersihkan sampah yang menyumbat
saluran air, memunguti sampah yang dibuang sembarangan, menambal lubang kecil di
trotoar dengan semen, dan masalah kerusakan pada sarana dan prasarana umum di Jakarta.
Dengan seragam oranye, PPSU itupun lalu ditempatkan berdasarkan zonasi tertentu di
setiap kelurahan. Satu zona, misalnya, satu ruas jalan atau taman, bisa diisi 2-3 pekerja
yang dibagi dalam 2 giliran kerja dari pagi hingga malam. Satu kelurahan akan
mendapatkan 40-70 pekerja, tergantung luas wilayah dan jumlah penduduk. Disinyalir
berhasil, Ahok pun memindahkan Pekerja Harian Lepas (PHL) yang selama ini di bawah
dinas menjadi PPSU.

5. Relokasi Kampung Pulo


Banyak pihak tak menduga akan keberanian Ahok untuk memindahkan warga Kampung Pulo
di bantaran sungai Ciliwung. Bahkan aksi relokasi itu, sempat diwarnai bentrokan antara
warga dengan aparat. Meski demikian, relokasi pada September 2015 telah membuat
sejumlah warga berhasil dipindahkan ke Rumah Susun Sederhana Sewa Jatinegara Barat,
Jakarta Timur.

6. Simpang Susun Semanggi

Meski tidak langsung diresmikan oleh Ahok, namun dirinya merupakan penggagas utama
berdirinya Simpang Susun Semanggi. Jalan layang Simpang Susun Semanggi diresmikan
Presiden Joko Widodo pada Kamis 17 Agustus 2017 lalu. Simpang Susun Semanggi sendiri
dibangun menggunakan dana dari kewajiban pengembangan atas Koefisien Lantai
Bangunan (KLB). Anggaran yang dihabiskan sebesar Rp 579 miliar. Simpang Susun
Semanggi ini bisa dibilang merupakan karya monumental dari Pemerintah Provinsi
(Pemprov) DKI Jakarta untuk warganya. Jalan Layang Non-Tol (JLNT) dengan panjang
jalan 1.622 meter itu terbilang mempunyai desain yang unik dan megah. Dikatakan unik
karena proyek ini menjadi yang pertama di Indonesia yang memakai bentang terpanjang di
atas jalan tol dalam kota Jakarta secara full precast melengkung (hiperbolik).
BAB III

METODE PENELITIAN

(STUDI PUSTAKA)

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam paper ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan fenomena yang diteliti secara sistematis, faktual, dan akurat. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami makna, persepsi, dan
pengalaman subjektif dari partisipan yang terlibat dalam fenomena yang diteliti.

Objek Penelitian

Objek penelitian dalam paper ini adalah gaya kepemimpinan transformasional Basuki Tjahaja
Purnama melalui tuturan percakapan dengan masyarakat yang terdiri atas kejujuran, sopan-
santun, dan menarik.

Sumber Data

Sumber data dalam paper ini adalah tuturan percakapan Basuki Tjahaja Purnama dengan
masyarakat yang diambil dari berbagai sumber, seperti media sosial, media online, dan media
cetak. Sumber data dipilih berdasarkan kriteria relevansi, kredibilitas, dan aktualitas.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam paper ini adalah teknik dokumentasi.
Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan fenomena yang diteliti, seperti artikel, berita, laporan,
transkrip, video, atau audio. Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mencari,
mengumpulkan, dan menyimpan dokumen-dokumen yang sesuai dengan objek penelitian.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam paper ini adalah teknik analisis wacana. Analisis
wacana adalah teknik analisis data yang bertujuan untuk mengungkap makna, ide, dan
ideologi yang terkandung dalam tuturan percakapan. Analisis wacana dilakukan dengan cara
mengidentifikasi, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan unsur-unsur wacana, seperti
tema, topik, fokus, presuposisi, implikatur, koherensi, kohesi, dan gaya bahasa.
BAB IV

ANALISA DAN SOLUSI

4.1 Analisa Data

Berdasarkan hasil kumpulan percakapan, diperoleh beberapa tuturan percakapan Basuki


Tjahaja Purnama selama menjabat sebagai Gubernur Jakarta dengan masyarakat dan para
media terdiri atas kejujuran, sopan-santun, dan menarik. Berikut adalah beberapa contoh
tuturan percakapan tersebut, beserta analisisnya:

- Contoh 1: "Saya tidak mau berbohong, saya tidak mau menipu, saya tidak mau korupsi.
Saya mau kerja, saya mau bekerja untuk rakyat. Saya tidak takut mati, saya tidak takut
dipenjara, saya tidak takut dicaci maki. Saya hanya takut kepada Tuhan." (Basuki Tjahaja
Purnama, saat kampanye di Pasar Senen, Jakarta Pusat, 15 Oktober 2016)

Analisis: Tuturan percakapan ini menunjukkan dimensi idealized influence dari gaya
kepemimpinan transformasional Basuki Tjahaja Purnama. Basuki Tjahaja Purnama
menunjukkan perilaku yang etis, moral, dan berintegritas dengan menyatakan sikapnya yang
tidak mau berbohong, menipu, dan korupsi. Basuki Tjahaja Purnama juga menunjukkan visi
yang jelas dan menarik dengan menyatakan tujuannya yang mau kerja dan bekerja untuk
rakyat. Basuki Tjahaja Purnama juga menunjukkan kepercayaan dan keberanian dengan
menyatakan ketidak takutannya terhadap ancaman dan hinaan yang dihadapinya. Basuki
Tjahaja Purnama juga menunjukkan kejujuran dengan menyatakan ketakutannya hanya
kepada Tuhan. Tuturan percakapan ini dapat menginspirasi dan memotivasi pengikutnya
untuk mengikuti dan mendukung Basuki Tjahaja Purnama sebagai pemimpin yang teladan
dan visioner.

- Contoh 2: "Saya tidak mau janji-janji, saya mau bukti-bukti. Saya tidak mau omong kosong,
saya mau kerja nyata. Saya tidak mau bermimpi, saya mau beraksi. Saya tidak mau menunda-
nunda, saya mau segera-segera." (Basuki Tjahaja Purnama, saat kampanye di Pasar Tanah
Abang, Jakarta Pusat, 17 Oktober 2016)

Analisis: Tuturan percakapan ini menunjukkan dimensi inspirational motivation dari gaya
kepemimpinan transformasional Basuki Tjahaja Purnama. Basuki Tjahaja Purnama
memberikan dorongan dan semangat kepada pengikutnya dengan menggunakan kata-kata
yang positif, optimis, dan menggugah. Basuki Tjahaja Purnama juga menetapkan tujuan yang
tinggi dan menantang, tetapi dapat dicapai oleh pengikutnya. Basuki Tjahaja Purnama juga
menggunakan gaya bahasa yang menarik, seperti pengulangan, antitesis, dan paralelisme,
untuk menekankan pesannya. Tuturan percakapan ini dapat meningkatkan kinerja dan
komitmen pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama dengan Basuki Tjahaja Purnama
sebagai pemimpin yang motivator dan inovator.

- Contoh 3: "Saya mau ajak kalian semua untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Jangan
mau terima begitu saja apa yang dikatakan orang lain. Jangan mau ikut-ikutan apa yang
dilakukan orang lain. Jangan mau puas dengan apa yang sudah ada. Cari tahu, coba, dan
ciptakan sesuatu yang baru dan lebih baik." (Basuki Tjahaja Purnama, saat kunjungan kerja di
SMAN 1 Jakarta, Jakarta Pusat, 19 Oktober 2016)

Analisis: Tuturan percakapan ini menunjukkan dimensi intellectual stimulation dari gaya
kepemimpinan transformasional Basuki Tjahaja Purnama. Basuki Tjahaja Purnama
mendorong pengikutnya untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam menyelesaikan
masalah dan menghadapi tantangan. Basuki Tjahaja Purnama juga memberikan kesempatan
dan kebebasan kepada pengikutnya untuk mencari tahu, mencoba, dan menciptakan sesuatu
yang baru dan lebih baik. Basuki Tjahaja Purnama juga menggunakan gaya bahasa yang
sopan-santun, seperti penggunaan kata "mau" dan "ajak", untuk menunjukkan rasa hormat
dan kesetaraan dengan pengikutnya. Tuturan percakapan ini dapat meningkatkan keterlibatan
dan kreativitas pengikutnya untuk berkontribusi dan berinovasi dengan Basuki Tjahaja
Purnama sebagai pemimpin yang stimulator dan fasilitator.

- Contoh 4: "Saya peduli dengan kalian semua. Saya menghargai kalian semua. Saya mau
dengar kalian semua. Saya mau bantu kalian semua. Saya mau belajar dari kalian semua.
Saya mau bersama kalian semua." (Basuki Tjahaja Purnama, saat dialog dengan warga di
Kampung Melayu, Jakarta Timur, 21 Oktober 2016)

Analisis: Tuturan percakapan ini menunjukkan dimensi individualized consideration dari


gaya kepemimpinan transformasional Basuki Tjahaja Purnama. Basuki Tjahaja Purnama
memperhatikan dan menghargai kebutuhan, kepentingan, dan potensi masing-masing
pengikutnya. Basuki Tjahaja Purnama juga memberikan dukungan, bimbingan, dan umpan
balik yang konstruktif kepada pengikutnya untuk membantu mereka berkembang dan
meningkatkan kemampuan mereka. Basuki Tjahaja Purnama juga menggunakan gaya bahasa
yang menarik, seperti penggunaan kata ganti "saya" dan "kalian", untuk menunjukkan rasa
dekat dan empati dengan pengikutnya. Tuturan percakapan ini dapat meningkatkan
kepercayaan dan loyalitas pengikutnya untuk bekerja sama dan bersinergi dengan Basuki
Tjahaja Purnama sebagai pemimpin yang peduli dan bersahabat.

4.2 Solusi

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa Basuki Tjahaja Purnama memiliki
gaya kepemimpinan transformasional yang ditunjukkan melalui tuturan percakapan dengan
masyarakat yang terdiri atas kejujuran, sopan-santun, dan menarik. Gaya kepemimpinan
transformasional Basuki Tjahaja Purnama memiliki dampak dan implikasi yang positif
terhadap kinerja pemerintahan dan kepuasan masyarakat. Oleh karena itu, solusi yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut:

- Mempertahankan dan meningkatkan gaya kepemimpinan transformasional Basuki Tjahaja


Purnama dengan terus berkomunikasi secara efektif, etis, dan empatik dengan masyarakat.

- Mendorong dan mendukung Basuki Tjahaja Purnama untuk melanjutkan dan memperluas
program-program yang bermanfaat dan inovatif untuk memajukan Jakarta dan Indonesia.

- Menyadari dan menghargai kontribusi dan peran Basuki Tjahaja Purnama sebagai
pemimpin yang transformasional dan memberikan apresiasi dan penghargaan yang layak
kepadanya.

- Mencontoh dan meniru gaya kepemimpinan transformasional Basuki Tjahaja Purnama


dalam kehidupan sehari-hari dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan Jakarta dan
Indonesia.
BAB V

KESIMPULAN

Kepemimpinan transformasional adalah suatu pendekatan kepemimpinan yang mengubah


sistem individu dan sosial, menciptakan perubahan positif dan bernilai, dan pada akhirnya
melahirkan pemimpin-pemimpin baru.Kepemimpinan transformasional Ahok, yang dikenal
sebagai mantan Gubernur DKI Jakarta, telah membawa perubahan positif bagi Jakarta dan
menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ahok menerapkan kepemimpinan transformasional
selama masa jabatannya dan memperkenalkan berbagai inovasi dan kebijakan yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup warga Jakarta, seperti layanan transportasi umum yang
lebih baik, penataan kawasan kumuh, dan pengembangan infrastruktur kota1. Ahok juga
dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan berani dalam mengambil keputusan, meskipun
terkadang kontroversial1.Sebuah studi menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan Basuki
Tjahaja Purnama pada Pemda DKI Jakarta dinilai baik oleh para pegawai Pemda DKI Jakarta
melalui 5 proses manajemen public relationsDalam keseluruhan, kepemimpinan
transformasional Ahok telah membawa perubahan positif bagi Jakarta dan menjadi inspirasi
bagi banyak orang.

Anda mungkin juga menyukai