Oleh
Ayank Narita Dyatama
091514553013
091514553018
091514553014
091514553005
SEKOLAH PASCASARJANA
MAGISTER EKONOMI ISLAM
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Periode Perkembangan Ilmu Pengetahuan
2.2 Zaman Pra Yunani Kuno
28
27
24
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ilmu pengetahuan yang kita terima saat ini tidaklah terjadi secara tiba-tiba
dan tidak hadir langsung dalam bentuk selengkap yang kita dapatkan saat ini.
Ilmu pengetahuan ada sebagai akibat dari fitrah manusia untuk selalu berpikir,
mencari tahu sesuatu, dan berfilsafat. Sehingga dapat dikatakan, ilmu pengetahuan
ada sejak manusia lahir dan sejak itu pula manusia terus berkeinginan untuk
mencari tahu sesuatu.
Proses lahirnya ilmu pengetahuan tidak terjadi pada beberapa tahun saja,
melainkan membutuhkan waktu yang berabad-abad hingga akhirnya menjadi
sebuah ilmu pengetahuan yang lengkap dan menyeluruh. Namun perlu diingat
pula bahwa suatu ilmu pengetahuan bersifat kontinu atau berkelanjutan secara
terus-menerus. Selama manusia terus berpikir, terus berfilsafat, maka suatu ilmu
pengetahuan juga akan terus berkembang dan selanjutnya terbentuk suatu ilmu
pengetahuan yang baru dan begitu pula seterusnya.
Satu ilmu pengetahuan bersifat tidak sempurna, melainkan saling
berkaitan antara ilmu pengetahuan yang satu dengan ilmu pengetahuan yang
lainnya dan akan terus mengalami pembaharuan seiring berjalannya waktu.
Sehingga dapat dikatakan, ilmu pengetahuan yang lengkap dan kompleks saat ini
merupakan hasil proses pembaharuan ilmu pengetahuan di masa lampau yang
terjadi secara terus-menerus. Begitu pula selanjutnya, ilmu pengetahuan saat ini
pasti akan mengalami proses pembaharuan, penyempurnaan, dan perbaikanperbaikan yang terjadi secara terus-menerus selama beberapa waktu ke depan. Hal
ini akan berkaitan pula dengan kualitas pola pikir manusia. Dari hasil
perkembangan ilmu pengetahuan, dapat dilihat bagaimana kualitas pola pikir
manusia. Kualitas pola pikir manusia saat ini berbeda dengan kualitas pola pikir
manusia di masa lampau dan pasti berbeda pula dengan pola pikir manusia di
masa mendatang. Pola pikir manusia akan terus terasah dengan sikap-sikap kritis
1
yang dimiliknya. Pola pikir manusia yang terus terasah inilah yang
mengakibatkan ilmu pengetahuan akan terus selalu mengalami pembaharuan
berupa pertentangan dan penyempurnaan. Untuk itu, perlu bagi kita untuk
mengetahui bagaimana proses perkembangan ilmu pengetahuan dan secara
otomatis kita akan mengetahui bagaimana perkembangan pola pikir manusia dari
masa lampau hingga saat ini.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, adapan rumusan masalah yang diangkat
Tujuan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan dari
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
segi kronologis dan dari segi geografis. Dari sisi kronologis, ilmu pengetahuan
dalam
perkembangannya
berlangsung
secara
bertahap-tahap
dengan
2.2
Belum banyak hal yang bisa dilakukan pada manusia pada zaman ini. Begitu pula
dengan pola pikir manusia, belum banyak yang terpikirkan oleh manusia yang
hidup di zaman ini, sehingga belum ada ilmu pengetahuan yang jelas yang terlahir
pada zaman ini (ilmu pengetahuan masih bersifat abstrak). Satu hal yang
terpikirkan oleh manusia pada zaman ini bagaimana cara untuk bisa bertahan
hidup. Rizal (1996) dalam Surajiyo 2015 menyebutkan kemampuan dan pola pikir
yang dimiliki oleh manusia pada zaman ini antara lain:
a. Menggunakan pengalaman sebagai pedoman hidup sehari-hari.
b. Pola pikir manusia zaman ini adalah receptive mind, artinya manusia
menerima begitu saja pengalaman dan fakta-fakta yang terjadi, belum ada
pemikiran secara kritis seperti mengapa hal ini bisa terjadi. Selain itu,
pengetahuan atau pengalaman yang ia terima masih bersifat dihubungkan
dengan kekuatan magis.
c. Selanjutnya, manusia pada zaman ini mulai mecoba hal-hal baru, seperti
mencoba untuk menulis dan berhitung, sehingga pada zaman ini mulai
ditemukan abjad-abjad dan sistem bilangan alam yang masih bersifat
abstrak.
d. Kemampuan menyusun kalender yang didasarkan pada percobaan
terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
e. Kemampuan meramalkan suatu peristiwa atas dasar pengalaman
(peristiwa-peristiwa sebelumnya).
2.3
moyang sebelumnya. Manusia tidak lagi mudah percaya dengan pengalaman dan
mitologi-mitologi atau magis. Ada pergejolakkan antara mitos-mitos yang
dipercayainya selama ini dengan pikiran mereka. Mereka mulai tergugah untuk
mencoba mencari tahu sesuatu secara lebih mendalam, lebih riil, lebih nyata, dan
sesuatu yang dapat dilihat (badaniah), bukan sekadar mitos atau pengalaman yang
dipercayai oleh nenek moyang mereka sebelumnya.
Setiap orang mulai memiliki kebebasan untuk berpikir, mencari tahu
sesuatu, dan mengungkapkan ide-idenya atau pendapatnya. Manusia tidak lagi
bersikap receptive attitude (sikap mudah menerima begitu saja), melainkan
bersikap inquiring attitude, yaitu sikap tergugah utuk mencari tahu sesuatu secara
kritis dan mendalam. Teknik berfilsafat mulai digunakan. Sehingga tidak heran
jika pada zaman ini mulai terciptalah ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan modern
dan mulai munculnya para filsuf pertama.
Ilmu pengetahuan yang tercipta pada zaman ini masih bersifat mengenai
alam, sehingga dapat dikatakan para filsuf saat itu merupakan para filsuf alam.
Pernyataan-pernyataan para filsuf tersebut lebih banyak mengarah pada gejalagejala alam. Pemikiran mengenai gejala alam secara kritis atau filsafati, bukan
keagamaan atau mitologi. Dari pemikiran para filsuf pertama ini, terdapat
kesamaan pola pikir bahwa mereka sama-sama mencari dan mengkaji asas
pertama (arkhe), sesuatu yang mutlak yang merupakan awal mula terbentuknya
segala sesuatu yang ada saat ini (Hadiwijono, 1980). Mereka mencari satu hal
yang hakiki tersebut, suatu dasar yang ada di belakang segala gejala. Berikut
adalah para filsuf di zaman Yunani kuno beserta pemikirannya (Hadiwijono,
1980):
a. Thales (625-545 SM), digolongkan sebagai tujuh orang bijak kala itu,
berasal dari Miletos dan akrif dalam politik dan sebagai penasehat raja.
Kala itu, Thales pernah meramalkan bahwa akan adanya gerhana matahari
dan ternyata memang terjadi pada tahun 585 SM. Thales menyatakan
bahwa sumber dari segala sesuatu di bumi ini atau asas pertama dari
terbentuknya alam semesta beserta keseluruhannya adalah air. Air dapat
diamati dalam bentuk yang bermacam-macam, seperti dalam bentuk
cairan, benda halus (uap), dan benda keras (es) dan terdapat di segala
benda, yaitu ada pada makanan maupun pada batu padas sekalipun.
b.
saja, termasuk pada hal yang kering dan pada hal yang bersifat sebagai
lawannya, yaitu api. Anaximandros mengungkapkan bahwa asas pertama
di muka bumi ini adalah sesuatu yang tidak terbatas (to apeiron). Segala
sesuatu yang ada di muka bumi ini merupakan to apeiron yang berceraiberai, sehingga terbentuklah segala sesuatu yang bersifat panas dan dingin,
kaering dan basah, dan hal-hal lain yang berlawanan. Anaximandros
mengatakan bahwa hal-hal yang berlawanan tersebut tidak dapat bersatu
dan adanya hukum keseimbangan yang berbunyi bahwa saat ada satu hal
yang dominan, maka lawannya tersebut pasti akan mengusahakan sesuatu
agar derajatnya sama dengan yang dominan tersebut, sehingga
keseimbangan kembali seperti semula.
c. Anaximenes (538-480 SM), mengatakan bahwa tidaklah mungkin sesuatu
yang tak terbatas (ti apeiron) dapat menjadi asas pertama dari seluruh alam
semesta dengan segala isinya. Baginya asas pertama dari segala sesuatu
adalah hawa atau udara. Udara yang menjadikan manusia dapat bertahan
hidup dengan cara bernapas. Demikian juga selanjutnya, hawa atau udara
yang mempersatukan segala sesuatu di dalam jagat raya. Hawa atau
udaralah yang melahirkan segala benda di dalam jagat raya. Udara yang
memadat akan melahirkan angin, air, tanah, dan batu. Udara yang
mengencer atau mencair melahirkan api.
d. Pythagoras (580-500 SM), merupakan tokoh yang memiliki ajaran
rahasia yang disampaikan secara lisan, tidak dalam buku. Ada 2 ajaran
Pythagoras yang sangat berpengaruh, yaitu: suatu kepercayaan bahwa jiwa
tidak dapat mati dan mempelajari ilmu pasti. Dia mengatakan bahwa jiwa
adalah sesuatu yang berdiri sendiri, yang tidak bersajad dan tidak dapat
mati. Sehingga jiwa yang terdapat di dalam tubuh adalah suatu hukuman
dan perlu adanya sebuah penyucian pada diri seseorang agar jiwanya dapat
terbebas dari dalam tubuh tersebut dan hidup bahagia setelah kematian.
Penyucian tersebut dilakukan dengan melakukan pantangan-pantangan
terhadap makanan tertentu. Namun bila penyuciannya kurang, maka
jiwanya akan berpindah ke kehidupan yang lain sesuai dengan
belakang,
baik
b. Plato (427-347 SM) adalah salah satu dari murid Sokrates. Dalam
ajarannya, Palto melanjutkan ajaran Sokrates, yaitu menyatakan bahwa
tujuan hidup manusia adalah berbuat baik dan menggunakan metode yang
sama dengan Sokrates, yaitu dialektika. Ajaran Plato sebenarnya
merupakan jawaban atas masalah yang terjadi di antara ajaran para filsuf
sebelumnya, yaitu ajaran Herakleitos dan Parmenides yang saling
berlawanan. Herakleitos menyatakan bahwa di dunia ini segala sesuatu
pasti mengalami perubahan atau pergerakan dalam tiap aspek kehidupan.
Sebaliknya, Parmenides menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di
dunia ini sifatnya tetap dan kekal dari dahulu hingga saat ini. Disinilah
Plato mulai memikirkan pertentangan ini. Plato berpikiran bahwa tidak
mungkin seandainya mengakui kebenaran yang satu dengan menolak atau
melepas atau membuang yang lain. Menurut Plato, tidak mungkin di dunia
ini hanya bersifat selalu berubah saja ataupun tetap selamanya saja. Plato
menawarkan sebuah pemecahan, yaitu bahwa segala sesuatu yang bersifat
berubah dikenal sebagai pengamatan dan segala sesuatu yang bersifat tetap
atau tidak berubah dikenal sebagai akal atau idea.
c. Aristoteles (384-322 SM) mengajarkan teori yang berlawanan dengan
ajaran Plato. Menurut Plato, idea adalah pola segala sesuatu yang
tempatnya di luar dunia ini, yang berdiri sendiri, lepas dari benda kongkrit.
Sedangkan, Aristoteles adalah asas yang berada di dalam benda yang
kongkrit yang secara sempurna menentukan jenis suatu benda itu yang
menjadikan benda yang kongkrit tersebut dikatakan sebagai yang
diinginkan. Aristoteles mengenalkan cara berpikir secara logika, silogisme,
dan fisika-metafisika. Selain itu, Aristoteles juga mengajarkan dua
pengenalan, yaitu: pengenalan inderawi dan pengenalan rasional.
Pengenalan inderawi memberi pengetahuan tentang bentuk benda tanpa
materi (satu aspek saja). Pengenalan rasional berkaitan dengan rasioa yang
ada pada manusia, tidak terbatas aktivitasnya, berkaitan dengan hakikat
sesuatu, jenis sesuatu. Pengenalan rasional inilah yang memimpin kepada
ilmu pengetahuan, yaitu pengajaran tentang hal-hal yang kongkrit.
2.4
Zaman Pertengahan (6 M 15 M)
Setelah masa Yunani Kuno berakhir, maka dilanjutkan dengan masa
Zaman Patristik
Patristik dari kata latin patres yaitu Bapa-Bapa Gereja kemudian
dipilahkan atas Patristik Yunani (Patristik Timur) dan Patristik Latin (Patristik
Barat).
Sumber
Pengetahuan.
Karyanya
tersebut
secara
sistematis
menggambarkan seluaruh sejarah filsafat pada masa Patritik Yunani sebanyak tiga
jilid (Wiramirhadja, 2009).
Pada abad ke-4, Zaman keemasan Pratistik Latin terjadi. Nama besar dari
jajaran Bapak Gereja Barat adalah Augustinus (354 430) yang dinilai menjadi
pemikir terbesar untuk seluruh Zman Pratistik. Adapun kekuatan dan kelemahan
pemikiran Augustinus terletak pada pemikirannya. Tulisannya merupakan
penghayatan rohani pribadinya. Ia sendiri tidak sepaham dengan pendapat yang
10
mengatakan bahwa filsafat itu otonom, lepas dari iman kritiani. Meurutnya,
filsafat hanya dapat dipahami sebagai filsafat kritiani atau kebijaksanaan
kristiani. Dalam filsafat, ia jga tergolong pengikut neoplatonisme, bahkan
platonisme juga. Pemikiran lain yang mempengaruhinya adalah stoisme. Terdapat
beberapa hal penting untuk dipahami dari pemikiran Augustinus, yaitu :
Wiramirhadja (2009)
a. Iluminasi atau penerangan. Rasio insani hanya dapat abadi jika mendapat
penerangan dari rasio Ilahi. Allah adalah guru tinggal dalam batin kita dan
menerangi roh manusia.
b. Dunia jasmani yang terus-menerus berkembang, tetapi bergantung kepada
Allah. Mula-mula Allah menciptakan materi yang tidak mempunyai
bentuk tertentu, tetapi mengandung matrei yang tidak mempunyai bentuk
tertentu, tetapi mengandung benih (rationes seminales) berupa prinsip bagi
perkembangan jasmani. Prinsip perkembangannya berbeda dengan evolusi
Darwin karena tidak mengandung mutasi jenis. Meurutnya, didalam benih
segala hal telah ada, seperti sesudah telor akan lahir ayam. Suatu masalah
tidak akan mencapai jalan buntu apabila berdasarkan akidah
c. Manusia, jiwanya terkurung tubuh. Menurut Augustinus sebagaiman
dipengaruhi Platonisme, tetapi tidak mengakui dualisme ekstrim Plato
tubuh bukan seumber kejahatan, sumber kejahatan adalah dosa yang
berasal dari kehendak bebas.
2.4.2
perpindahan bangsa Hun dari Asia ke Eropa, sehingga bagsa Jerman berpindah
melintasi perbatasan kakisaran Rowami yang secara politik mengalami
kemerosotan. Akibat situasi yang ricuh, tidka banyak pemikiran filasafati yang
patut dikemukakan pada masa ini. namun ada beberapa tokoh dan situasi penting
yang harus diperhatikan dalam memahami filsafat pada masa ini (Wiramirhadja,
2009):
11
a. Ahli pikir Boethius (480 524 M), dalam usianya yang ke-44 tahun, ia
dikenai hukuman mati dengan tuduhan berkompol. Ia dianggap sebagai
filosofi akhir Rowami dan filsof pertama Skolastik. Jasanya adalah
menerjemahkan logika Aristoteles kedalam bahasa Latin dan mneulis
beberapa traklat logika Aristoteles. Boethus adalah guru logika Abad
Pertengahan dan mengarang beberapa traklat teologi yang dipelajari
sepanjang Abad Pertengahan
b. Kaisar Karel Agung yang memerintah pada awal abad ke-9 dan berhasil
emncapai
stabilitas
politik
yang
besar.
Hal
ini
menyebabkan
12
dalam pikiran tidak mungkin lebih besar. Ketiga, Allah tidak hanya berada
dalam pemikiran, tetapi juga ada dalam kenyataan.
e. Abelardus (1109 1142) berjasa dalam bidang logika dan etika. Ia telah
memberikan sumbangan terhadap penyelesaian masalah yang ramai
dibicarakan dalam kalangan Skolastik, aialah masalah universalia.
Universalia menyangkut konsep-konsep umum yang menentukan kodrat
dan kedudukan konsep-konsep tersebut. Dalam hal ini, terdapat dua
pendirian, yaitu realisme atau sering disebut ultra-realisme dengan
tokohnya
sintesis filosofis penting dan berkaitan dengan tiga hal yaitu : Wiramirhadja
(2009)
a. Didirikannya universitas-universitas pada tahun 1200. Sekolah-sekolah di
Paris secara bersama-sama membangun universitas yang meliputi
keselut=ruhan guru dan mahasiswa. Sejak abad ke-9 di seluruh Eropa
Barat didirikan sekolah, setelah akademia ditutup pada abad ke-2. Di paris
sekolah-sekolah itu merupakan terbanyak. Sekolah ini merupakan
universitas pertama didunia dan yang mula-mula bekerja bekerja sama
13
14
15
didasarkan atas campur tangan ilahi. (Surajiyo, 2015). Pada zaman ini manusia
Barat mulai berpikir baru dan mulai melepaskan diri dari otoritas kekuasaan
gereja yang selama ini membelenggu kebebasan dan mengemukakan kebenaran
filsafat dan ilmu. Zaman ini merupakan penyempurnaan kesenian, keahlian, dan
ilmu. Pada zaman ini banyak ditemukan ilmu-ilmu baru, diantaranya penemuan
percetakan, penemuan benua baru oleh Colombus, kelahiran sastra di Inggris,
Perancis, dan Spanyol dan penemuan ilmu perbintangan oleh Copernicus dan
Galileo (Andriyani & Indah, 2013).
Ciri utama renaissance yaitu humanisme, individualisme, sekulerisme,
empirisisme, dan rasionalisme. Sains berkembang karena semangat dan hasil
empirisisme, sementara Kristen semakin ditinggalkan karena semangat humanism.
Pada masa kebangkitan ini, mulai bermunculan ilmuwan-ilmuwan baru. Mereka
telah menemukan teori atau konsep baru yang menjadi sejarah dalam
perkembangan ilmu.
a. Niklas Koppernigk atau Nicolaus Copernicus (1473 M - 1543 M)
adalah
seorang
berkebangsaan
astronom,
Polandia.
Ia
matematikawan,
mengembangkan
dan
teori
ekonom
yang
heliosentrisme
16
seperti
sebuah
magnet,
berputar
pada
porosnya
dan
17
Dioptrice
(Dioptre),
Epitome
astronomiae
Copernicanae
18
2.6
sudah dirintis sejak Zaman Reaissance. Zaman modern ditandai dengan berbagai
penentuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengeahuan pada zaman
modern sesungguhnya sudah dirintis sejak Zaman Renaissance. Seperti Rene
Descartes (1596-1650), tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat moden. Rene
Descartes juga seorang ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalah
sistem koordinat yang terdiri atas dua garis turus X dan Y dalarn bidang datar.
Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi. Charles Darwin dengan teorinya
strugglefor life (perjuangan untuk hidup). JJ. Thompson dengan temuannya
elektron. Berikut penjelasan sekilas dari filsuf-filsuf tersebut:
a. Rene Descartes, menemukan dalam ilmu pasti ialah sistem koordinat
yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Garis X
letaknya horizontal dan disebut axis atau sumbu X, sedangkan garis Y
letaknya tegak lurus pada sumbu X. Karena sistem tersebut didasarkan
pada dua garis lurus yang berpotongan garis lurus, maka sistem koordinat
itu dinamaka ortbogonal coordinate system. Kedudukan tiap titik dalam
bidang tersebut diproyeksikan dengan garis-garis lurus pada sumbu X dan
sumbu Y. Pentingnya sistem yang dikemukakan oleh Rene Descartes ini
terletak pada hubungan yang diciptakannya antara ilmu ukur bidang datar
dengan aljabar. Tiap titik dapat dinyatakan dengan dua koordinat Xi dan
Yi. Panjang garis dapat dinyatakan serupa dengan hukum phytagoras
mengenai Hypothenusa. Penemuan Descater ini dinamakan Analytic
Geometry. (Rizal Mustansyir, 1996).
b. Isaac Newton, berperan dalam ilmu pengetahuan modern terutama
penemuannya dalam tiga bidang, yaitu teori Gravitasi, perhitungan
Calculus, dan Optika. Ketiga bidang tersebut dapat diuraikan (dalam Rizal
Mustansyir, 1996). Secara singkat adalah sebagai berikut:
-
19
Teori gravitasi ini dapat menerangkan dasar dari semua lintasan planet
dan bulan, pengaruh pasang-surutnya air samudera, dan peristiwa
astronomi lainnya. Teori Gravitasi Newton ini dipergunakan oleh para
ahli berikutnya untuk pembuktian laboratorium dan penemuan planet
baru di alam semesta.
-
20
21
eksper
untuk
mengolahnya.
Seluruh
kehidupan
praktis
sudah
22
Manusai
pada
zaman
ini
hanya
23
pengalaman
yang
dipercayai
oleh
Bersikap inquiring attitude (bertanyatanya, berpikir kritis terhadap gejalagejala alam yang terjadi)
teliti
adalah
mengenai
tentang dirinya
sendiri
(manusia).
Zaman Pertengahan
Zaman Reinassence
Ilmu
Pengetahuan
tidak
boleh
kebebasan
Zaman Modern
berpikir
Kelanjutan dari Zaman Reinassence
Penemuan-penemuan
sudah
mulai
2.9
24
25
BAB 3
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tersebut, kesimpulan yang dapat ditarik, antara lain:
1. Filsafat dan ilmu pengetahuan telah ada sejak manusia itu dilahirkan. Pola
pikir
manusia
selalu
mengalami
perkembangan,
sehingga
ilmu
26
DAFTAR PUSTAKA
Adib, Mohammad. 2011. Filsafat Ilmu : Ontologi, Epistimologi, Aksiologi dan
Logika Ilmu Pengetahuan . Edisi ke 2. Yogyakarta : Putaka Pelajar
Andriyani, Asih., Indh Nurma. 2013. Sejarah Perkembangan Ilmu. Program Studi
Teknologi Pendidikan PPs UNS
Bartens. 1999. Sejarah Filsafat Yunani : Dari Thales ke Aristoteles. Yogyakarta :
Penerbit KANISUS
Hadiwijoyono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Penerbit
KANISIUS
Prakoso, Teguh Budi., Sujarwo. 2013. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Universitas Negeri Semarang
Surajiyo. 2015. Sejarah, Klasifikasi dan Strategi Perkembangan Ilmu
Pengetahuan. Jurnal Universitas Indraprasta PGRI Jakarta
27
LAMPIRAN
Pertanyaan dan Jawaban
1. Reza Fetrian (091514553006)
Pertanyaan: Dari zaman ke zaman perkembangan ilmu pengetahuan, alam
semesta ke ilmu sains, mengapa ilmu sosial atau hubungan sosial dibahas
sedikit?
Jawaban: Menurut sejarah filsafat atau ilmu pengetahuan Yunani (Barat),
awal manusia ada di bumi cenderung masih memiliki sifat individual (egois).
Pola pikir manusia di zaman pra-Yunani kuno belum menyentuh aspek sosial
atau hubungan antarmanusia, melainkan mereka terfokus untuk memikirkan
cara yang harus dia lakukan agar dapat bertahan hidup bagi dirinya sendiri
dengan berpedoman pada pengalaman-pengalaman sebelumnya atau mitosmitos dari nenek moyang, misalnya dalam hal berburu. Seiring berjalannya
28
29
30