Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon


terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelaina
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal (Djuanda, 2008).
Insect bite ( gigitan serangga) adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan
serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau allergen yang dikeluarkan
artropoda penyerang (Wolf , 2007). Insect bite reaction (reaksi gigitan serangga)
adalah reaksi yang disebabkan oleh gigitan yang biasanya berasal dari bagian
mulut serangga dan terjadi saat serangga berusaha untuk mempertahankan diri
atau saat serangga tersebut mencari makanannya. Sebuah gigitan atau sengatan
dapat menyuntikkan bisa (racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain
yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga
mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat (Singh, 2013).
Gigitan dan sengatan serangga mempunyai prevalensi yang sama diseluruh
dunia. Dapat terjadi pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena
musiman, meskipun tidak menutup kemungkinan kejadian ini dapat terjadi di
sekitar kita. Prevalensi antara pria dan wanita sama. Bayi dan anak-anak lebih
rentan terkena gigitan serangga dibandingkan orang dewasa (Singh, 2013).
Dermatitis insect bite dapat dibedakan dengan herpes zoster, scabies dan
dermatitis kontak iritan. Penatalaksanaan disesuaikan dengan berat ringannya

keadaan penderita. Pada umumnya gigitan serangga dapat dirawat pada saat akut
dengan memberikan kompres setelah perawatan luka rutin dengan sabun dan air
untuk

meminimalisasi

kemungkinan

infeksi.

Antihistamin

sistemik

dan

kortikosteroid, bila tersedia, dapat membantu mengatasi reaksi sistemik (Burns,


2013)

BAB 2

LAPORAN KASUS

Seorang wanita datang ke Poli Kulit Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang
pada tanggal 06 Oktober 2015 pukul 19.00 WIB, dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik didapatkan :
I. Identitas pasien :

Nama

: Ny. A

Umur

: 30 tahun

Pendidian Terakhir

: SLTA

Pekerjaan

: Petani

Status

: Menikah

Alamat

: Dusun Ngelom, Sepanjang Sidoarjo

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Tgl Pemeriksaan

: 06 Oktober 2015

II. Anamnesis:
Keluhan Utama : Gatal di paha kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin rumah sakit Siti Khodijah
Sepanjang dengan keluhan gatal pada paha kiri sejak 1 minggu yang lalu, keluhan
disertai dengan rasa panas dan terbakar. Pasien mengatakan keluhan muncul

secara tiba-tiba saat pulang dari sawah. Awalnya berupa bintil-bintil berisi cairan
yang bergerombol, kemudian dalam 1 minggu ini semakin melebar. Pasien
mengatakan sejak 1 hari yang lalu, pada lesi keluar air dan dirasakan semakn gatal
dan panas. Sebelumnya pasien tidak mengeluh demam, nyeri kepala maupun nyeri
sendi. Pasien sudah berobat ke puskesmas dan diberi obat asyklovir diminum 5x
sehari serta salep namun keluhan tidak berkurang.
Riwayat Penyakit Dahulu:

Keluhan seperti ini sebelumnya disangkal

Riwayat alergi makanan, alergi obat ataupun alergi yang lain disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada keluarga yang menderita penyakit dan keluhan yang sama,
Riwayat alergi pada anggota keluarga disangkal.
Riwayat Penyakit Sosial :
Pasien bekerja sebagai petani, sehingga kegiatan setiap hari adalah di
sawah dimana merupakan tempat hidup berbagai serangga.
III.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda vital
Tekanan darah

: tidak dilakukan

Nadi

: 80 kali /menit

Pernafasan

: 20 kali / menit

Suhu

: tidak dilakukan

BB

: 57 kg

Kepala

: Normocephali

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)

Tenggorokan

: Faring tidak hiperemis

Leher

: Pembesaran KGB (-/-)

Paru

: Bunyi nafas vesikuler, Ronchy -/-, Wheezing -/-

Jantung

: Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: Datar, supel. Hepar dan Lien tidak ada pembesaran, bising


usus (+) normal

2.3.2

Ekstrimitas

: Akral hangat, edema (-/-)

Genitalia

: tampak lesi kulit (lihat status dermatologis)

STATUS DERMATOLOGIKUS
Distribusi

: Regional

Ad Regio

: Femur sinistra

Efloresensi

: Makula eritematosa batas tidak jelas, vesikel yang sudah


pecah, tampak basah, krusta (+) coklat kehitaman

IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan.

V. RESUME
-

Wanita, Ny. A, 30 tahun

Pruritus pada paha kiri

Rasa panas dan terbakar

Semakin melebar

Pekerjaan Petani

Tidak membaik dengan asyklovir

Ad Regio
Efloresensi

: Femur sinistra
: Makula eritematosa batas tidak jelas, vesikel yang sudah
pecah, tampak basah, krusta (+) coklat kehitaman

VI. DIAGNOSIS KERJA


Suspect Dermatitis insect bite
VII. DIAGNOSIS BANDING
Herpes zoster
Dermatitis Kontak Iritan
VIII. PLANING DIAGNOSIS
IX.
PLANING TERAPI
Kortikosteroid topikal krim hidrokortison 1-2%
Cefadroxil 2x500 mg
CTM 3x4 mg
Kompres PZ
X. PROGNOSIS
Prognosis pada penderita ini baik bila obat diminum sesuai dengan
petunjuk dokter
XI.
MONITORING DAN EDUKASI
a. Menjelaskan

kepada

pasien

mengenai

penyakit

dan

cara

pengobatannya.
b. Menjelaskan bahwa kemungkinan sakitnya disebabkan oleh gigitan
serangga
c. Menerangkan bahwa agar luka tidak digaruk untuk mencegah
adanya infeksi sekunder
d. Menjelaskan pada pasien agar luka tidak digosok dengan minyak
oles lainnya

e. Menjelaskan kepada keluarga untuk selalu mecegah kebersihan


diri, pakaian maupun lingkungan sekitar tempat tinggal

BAB 3
PEMBAHASAN

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon


terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelaina
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal (Djuanda, 2008). Insect bite ( gigitan serangga)
adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga yang disebabkan reaksi
terhadap toksin atau allergen yang dikeluarkan artropoda penyerang (Wolf, 2007).
Pada pasien Ny. A, datang ke poli dengan keluhan gatal pada paha kiri
sejak 1 minggu yang lalu, keluhan disertai dengan rasa panas dan terbakar. Pasien
mengatakan keluhan muncul secara tiba-tiba saat pulang dari sawah. Awalnya
berupa bintil-bintil berisi cairan yang bergerombol, kemudian dalam 1 minggu ini
semakin melebar. Pasien mengatakan sejak 1 hari yang lalu, pada lesi keluar air
dan dirasakan semakn gatal dan panas. Sebelumnya pasien tidak mengeluh
demam, nyeri kepala maupun nyeri sendi. Pasien sudah berobat ke puskesmas dan
diberi obat asyklovir diminum 5x sehari serta salep namun keluhan tidak
berkurang. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada regio femur sinistra terdapat
Makula eritematosa batas tidak jelas, vesikel yang sudah pecah, tampak basah,
krusta (+) coklat kehitaman.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik

yang didapat diduga penyakit

pasien adalah dermatitis insect bite yang disebabkan oleh karena gigitan serangga,
karena muncul secara tiba-tiba dan riwayat pulang dari sawah dan juga tidak
terdapat gejala prodormal berupa demam, nyeri kepala, malaise maupun nyeri
sendi.

10

Pada pasien Ny. A sebelumnya sudah pernah dibawa berobat ke dokter


umum dan diduga sebagai herpes zoster karena pada awalnya terdapat vesikel
bergerombol di atas makula eritematosa yang mirip dengan efloresensi pada
herpes zoster, kemudian diberikan obat asyklovir yang diminum sebanyak 5x/hari
dan salep namun keluhan pasien tidak sembuh dan luka semakin melebar.
Pada dermatitis insect bite, memberikan respon yang berbeda pada
masing-masing individu. Reaksi yang timbul dapat berupa lokal atau generalisata.
Reaksi lokal yang biasanya muncul dapat berupa papular urtikaria. Biasanya
disertai dengan rasa gatal, dan lesi nampak seperti berkelompok maupun
menyebar pada kulit. Pada awalnya, muncul perasaan yang sangat gatal disekitar
area gigitan dan kemudian muncul papul-papul. Papul yang mengalami ekskoriasi
dapat muncul dan akan menjadi prurigo nodularis. Vesikel dan bulla dapat muncul
dan dapat menyerupai pemphigoid bullosa, sebab manifestasi klinis yang terjadi
juga tergantung dari respon sistem imun penderita (Kar, 2013) (Hogan, 2013).
Hal ini sesuai dengan keluhan yang dialami pasien yaitu pada awalnya
muncul rasa sangat gatal di area lesi secara tiba-tiba kemudian muncul vesikel
berkelompok yang menyerupai herpes zoster. Namun pada pasien Ny A tidak
terdapat gejala prodormal berupa demam, nyeri sendi, nyeri kepala maupun
anoreksia.Pada pasien ini juga tidak terdapat riwayat alergi makanan maupun obat
sebelumnya. Gejala yang menonjol adalah gatal pada daerah lesi dan rasa panas
serta terbakar lokal pada daerah lesi. Dan pada pasien ini juga bekerja sebagai
petani dimana tempat bekerjanya di sawah yang merupakan tempat hidup
berbagai macam serangga

11

Diagnosis dari penyakit ini dapat ditegakkan melalui anamnesis dan


pemeriksaan fisik saja tanpa dilakukan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan

laboratorium jarang dibutuhkan. Pemeriksaan laboratorium yang sesuai harus


dilakukan apabila pasien mengalami reaksi yang berat dan membutuhkan
penanganan di rumah sakit atau dicurigai mengalami kegagalan organ akhir atau
membutuhkan evaluasi akibat infeksi sekunder, seperti sellulitis. Pemeriksaan
serologis mungkin berguna dalam menentukan infeksi yang diakibatkan oleh
vektor serangga, namun jarang tersedia dan membutuhkan waktu yang lama untuk
mendapatkan hasilnya (Amiruddin, 2003).
Penatalaksanaan pada dermatitis insect bite adalah pengobatan topikal jika
reaksi lokal ringan, dikompres dengan larutan asam borat 3%, atau kortikosteroid
topikal seperti krim hidrokortison 1-2%. Jika reaksi berat dengan gejala sistemik,
lakukan pemasangan torniket proksimal dari tempat gigitan dan diberi obat
sistemik. Pengobatan Sistemik dengan Injeksi antihistamin seperti klorfeniramin
10 mg atau difenhidramin 50mg. Adrenalin 1% 0,3-0,5 ml subkutan.
Kortikosteroid sistemik diberikan pada penderita yang tak tertolong dengan
antihistamin atau adrenalin (Moffit, 2003).
Pada

pasien

ini

diberikan

terapi

kortikosteroid

topikal

berupa

hidrokortison 1-2% cream untuk menekan reaksi inflamasi dan digunakan untuk
mengatasi reaksi hipersensitifitas dari sengatan atau gigitan, diberikan anti
histamin cholpeniramin maleat 3x4 mg sebagai anti pruritus, diberikan cefadroxyl
2x 500 mg karena diduga terdapat infeksi sekunder karena garukan serta diberikan
kompres PZ atau dengan larutan asam borat 3%. Serta diberikan edukasi agar luka
tidak digaruk untuk mencegah adanya infeksi sekunder, menjelaskan pada pasien

12

agar luka tidak digosok dengan minyak

oles lainnya, menjelaskan kepada

keluarga untuk selalu mecegah kebersihan diri, pakaian maupun lingkungan


sekitar tempat tinggal dan menggunakan lotion anti serangga.
Prognosis dari pasien ini adalah baik apabila mengikuti pengobatan sesuai
petunjuk dokter karena gejala hanya bersifat lokal, tidak terdapat gejala sistemik
maupun anafilaktik seperti sesak, mual, muntah dan shok.

BAB 4
KESIMPULAN

13

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon


terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelaina
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal (Djuanda, 2008). Insect bite ( gigitan serangga)
adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga yang disebabkan reaksi
terhadap toksin atau allergen yang dikeluarkan artropoda penyerang (Wolf, 2007).
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik bisa disimpulkan bahwa pasien
wanita, Ny. A, 30 tahun bisa didiagnosis sebagai dermatitis insect bite. Karena
secara teori yang menyatakan diagnosis dermatitis insect bite sesuai baik dari
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang ataupun riwayat penyakit sosialnya
serta gambaran klinis penyakit.
Pasien

bisa

diberikan

penatalaksanaan

terbaik

sesuai

dengan

keamananannya menurut teori yang ada. Untuk itu prognosisnya pun baik karena
diberikan penatalaksanaan yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

14

Amiruddin MD. Skabies. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.1.
Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ; 2003
Djuanda, Adhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke-6. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
Hogan

DJ.

Allergic

Contact

Dermatitis.

Emedicine.

http://emedicine.medscape.com/article/1049216-overview. [Online] diakses


pada 08 Oktober 2015. 2013.
Kar S, Dongre A, Krishnan A, Godse S, Singh N. Epidemiological Study of Insect
Bite Reactions. Indian Journal of Dermatology. 337: p. 1-6. 2013.
Moffitt, John E. MD. Allergic Reactions to Insect Bites and Stings on Southern
Medical Journal, November 2003.
Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatrick's Color Atlas & Synopsis of
Clinical Dermatology. Insect Bites and Infestations. 5th ed: The Mc-Graw
Hill Companies 2007.
Singh S, Mann, Baldeep Kaur. Insect Bite Reactions. Indian Journal of
Dermatology, Venereology and Leprology. 78(2): p. 151-164. 2013.

Anda mungkin juga menyukai