Penulis:
Indah Dwi Cahya Putri
Mata Kuliah
: Bahasa Indonesia
Dosen
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
1311031047
tradisional,
sistem
ekonomi
sosialis/terpusat,
sistem
ekonomi
dapat
mematikan
kreativitas
dan
motivasi
masyarakat
untuk
terpimpin.
Pada masa pasca kemerdekaan, sistem ekonomi di Indonesia sangat buruk.
Hal itu desebabkan oleh inflasi yang sangat tinggi karena adanya pemberlakuan
tiga mata uang yaitu De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda,
dan mata uang pendudukan Jepang. Selain itu juga disebabkan oleh pemerintah
AFNEI mengumumkan berlakunya uang NICA di derah-daerah yang dikuasai
sekutu dan pada bulan Oktober 1946 pemerintah Republik Indonesia
mengeluarkan uang kertas baru yakni ORI sebagai pengganti uang Jepang.
Adapun usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
ekomomi tersebut adalah dengan mengadakan program pinjaman nasional,
konferensi ekonomi februari 1946 dengantujuan untuk memperoleh kesepakatan
yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak,
pembentukan planning board, rekonstruksi dan rasionalisasi angkatan perang,
upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mengadakan kontak
dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera
dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
Pada masa liberal pada tahun 1950-1957 adalah masa dimana dalam
politik maupun sistem ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal.
Perekonomian diserahkan pada mekanisme pasar. Padahal penguasa pribumi
masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha non pribumi, terutama
pengusaha China. Pengusaha asing menjadi penguasa pada masa ini. Pada
akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang
baru merdeka.
Pada masa demokrasi terpimpin pada tahun 1959-1967 sebagai akibat
dekrit presiden 5 juli 1959 maka sistem ekonomi di Indonesia condong pada
sistem ekonomi terpusat. Dimana segalanya diatur oleh pemerintah. Dengan
sistem ini diharapkan mampu membawa Indonesia pada kemakmuran bersama
dalam sosial, politik, dan ekonomi. Akan tetapi kebijakan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah belum mampu untuk memperbaiki keadaan ekonomi di
Indonesia.
kepada soeharto, berakhirlah masa orde lama dan dimulailah masa orde baru.
Awal masa orde baru, pemerintah menerima beban berat terutama masalah
inflasi. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah melakukan
pinjaman luar negri. Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam sistem
ekonomi liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha
nonpribumi dan sistem etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah
sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila.
Kemudian membersihkan segala aspek kehidupan dari sisa-sisa faham dan sistem
perekonomian yang lama. Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan
di segala bidang, yang tercermin dalam 8 jalur pemerataan, yaitu kebutuhan
pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan, kesempatan kerja,
pemerintahan Megawati telah usai, maka berdasarkan hasil pemilu pada tahun
2004 terpilihlah Susilo Bambang Yudhoyonosebagai presiden. Tidak ada masalah
yang berarti dalam masa pemerintahan Megawati kecuali peristiwa Bom Bali dan
perebutan pulan Ligitan dan Sipadan.
Pada masa pemerintahanPresiden Susilo Bambang yudhoyono atau yang
sering kita sebut dengan SBY melakukan kebijakan baru. Kebijakan tersebut
adalah mengurangi subsidi BBM atau dengan kata lain menaikkan harga BBM.
Hal itu dikarenakan naiknya harga minyak dunia. Kebijakan baru yang berikutnya
adalah dengan memberikan Biaya Langsung Tunai (BLT) kepada rakyat miskin.
Kebijakan yang dilakukan untuk menaikkan pendapatan perkapita negara adalah
mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim
investasi.
Kebijakan-kebijakan
lain
yang
dilakaukan
SBY adalah
lembaga