LAPORAN KASUS
TUBERKULOSIS PARU PADA KEHAMILAN
Disusun Oleh:
Dian Primadia Putri (100100013)
Pembimbing:
dr. Marwan Indamirsah, Sp.OG
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, laporan kasus ini dapat
diselesaikan tepat waktu.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sebagai penyusun ucapkan kepada
dr. Marwan Indamirsah, Sp.OG sebagai pembimbing di Departemen Ilmu Obstetri dan
Ginekologi Rumah Sakit Umum PusatHaji Adam Malik Medan yang telah memberikan
waktunya dalam membimbing dan membantu selama pelaksanaan laporan kasusini.
Penyusun menyadari bahwa laporan kasusini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, segala kritik dan saran yang membangun atas makalah ini dengan senang hati penyusun
terima. Penyusun memohon maaf atas segala kekurangan yang diperbuat dan semoga
penyusun dapat membuat laporan kasuslain yang lebih baik di kemudian hari.
Akhir kata, penyusun berharap semoga laporan kasusini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................................. iii
Bab 1
Pendahuluan.......................................................................................................... 1
1.1. Latar belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................
Tinjauan Pustaka.................................................................................................... 3
2.1. Definisi........................................................................................................... 3
2.2. Plasentasi........................................................................................................ 3
2.3. Plasenta........................................................................................................... 4
2.4. Pelepasan Plasenta, Amniokorion, dan Ekstruksi Plasenta ............................ 5
2.4.1. Pelepasan Plasenta............................................................................. 5
2.4.2. Pelepasan Amniokorion..................................................................... 6
2.4.3. EkstruksiPlasenta............................................................................... 7
2.4.4. Mekanisme EkstruksiPlasenta........................................................... 7
2.5. Epidemiologi Retensio Plasenta..................................................................... 8
2.6. Faktor Predisposisi Retensio Plasenta ........................................................... 9
2.7. Patofisiologi Retensio Plasenta...................................................................... 9
2.8. Etiologi Retensio Plasenta.............................................................................. 9
2.9. Penatalaksanaan Retensio Plasenta................................................................ 10
2.10. PencegahanRetensio Plasenta....................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan dunia terutama di negara
Batasan Masalah
Referat ini membahas definisi, etiologi, patogenesis, gejala klinis,
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah :
1. Mengetahui definisi, etiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis serta
penatalaksanaan Tuberkulosis pada kehamilan.
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)
di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru.
1.4
Metode Penulisan
Manfaat Penulisan
Menambah wawasan dan pemahaman mengenai Tuberkulosis pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1
Definisi
Tuberkolusis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
Cara Penularan
Infeksi terjadi melalui penderita TB yang menular. Penderita TB yang
Etiologi
TB disebabkan oleh M. tuberculosis yang termasuk ke dalam familie
Patogenesis
TB Primer
TB primer merupakan sindrom yang disebabkan oleh infeksi M.
tuberculosis pada pasien nonsensitif yaitu mereka yang belum pernah terinfeksi.
Terdapat respon radang ringan pada tempat infeksi (subpleura pada bagian tengah
paru, dalam faring, atau di ileum terminal), diikuti penyebaran ke kelenjar getah
bening regional (hilus, servikal dan mesenterika). Satu atau dua minggu setelah
infeksi, dengan onset sensitivitas tuberkulin, terjadi perubahan reaksi jaringan
baik pada fokus dan pada kelenjar getah bening, menjadi bentuk granuloma
kaseosa yang khas. Kombinasi fokus dan keterlibatan kelenjar getah bening
regional disebut kompleks primer.8
Kompleks ini mengalami penyembuhan dengan fibrosis, dan seringkali
timbul kalsifikasi tanpa pemberian terapi. Kelenjar getah bening yang membesar
bisa tampak jelas di leher atau menyebabkan obstruksi bronkus yang
mengakibatkan kolaps. Penyebaran organ secara hematogen jarang terjadi dari
kompleks primer.10
Kompleks primer tersebut selanjutnya dapat menjadi:2
1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hilus dan 10% diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena
kuman yang dormant.
3. Berkomplikasi dan menyebar secara:
a. Menyebar kesekitarnya (perkontinuitatum)
b. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya. Kuman ini juga tertelan bersama sputum dan ludah dan
menyebar ke usus.
c. Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya
d. Secara limfogen.
2.4.2
TB Sekunder
TB sekunder merupakan sindrom yang disebabkan oleh infeksi M.
tuberculosis pada orang yang pernah terinfeksi dan pasien sensitif terhadap
tuberkulin. TB sekunder akan muncul bertahun-tahun setelah tuberkulosis primer.
TB sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, konsumsi
alkohol, penyakit keganasan, diabetes, AIDS dan gagal ginjal.2,9
TB sekunder ini dimulai dari sarang dini yang berlokasi di regio atas paru.
Invasi ke daerah parenkim paru dan tidak ke nodus hiler paru. Dalam 3-10 minggu
sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel histiosit
dan sel Datia-Langhans yang dikelilingi oleh sel limfosit dan berbagai jaringan
ikat.2,9
Sarang dini pada TB sekunder ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai
berikut:2
1. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan
dengan serbukan jaringan fibrosis. Kemudian akan terjadi pengapuran dan
akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi
Diagnosis
Gejala Klinis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan seperti dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, penurunan nafsu makan, penurunan
berat badan, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik dan demam
meriang lebih dari satu bulan. Gejala diatas dapat juga dijumpai pada penyakit
paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma dan kanker paru.1
2.5.2 Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis pasti TB dapat ditegakkan dengan ditemukannya Basil Tahan
Asam (BTA) pada pemeriksaan sputum. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif jika
sedikitnya dua dari tiga spesimen sputum Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS) hasilnya
positif. Jika hanya satu spesimen yang positif perlu dilakukan pemeriksaan
rontgen toraks atau pemeriksaan sputum ulang. Jika hasil rontgen toraks
mendukung kearah TB, maka penderita didiagnosis sebagai penderita TB BTA
positif. Jika rontgen toraks tidak mendukung kearah TB maka pemeriksaan
sputum harus diulang.10
Jika gejala klinis mengarah TB tetapi hasil pemeriksaan ketiga sputum
SPS negatif, maka diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksazol
atau amoksisilin) selama 1-2 minggu. Bila tidak terdapat perubahan, namun secara
klinis masih mencurigakan TB, perlu dilakukan pemeriksaan sputum SPS ulang.
Jika hasil SPS positif, maka didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Jika
hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan rontgen toraks untuk mendukung
diagnosis TB. Jika hasil rontgen toraks mendukung TB, maka didiagnosis sebagai
TB BTA negatif rontgen positif. Jika rontgen tidak mendukung TB, maka
penderita tersebut bukan TB.10
karena uterus yang membesar dapat mendorong diafragma dan paru ke atas serta
sisa udara dalam paru kurang, namun penyakit tersebut tidak menjadi lebih berat. 6
Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa faktor antara lain tipe, letak
dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT), status nutrisi, penyakit penyerta, status imunitas, dan
kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosis dan OAT.11
Sebelum tahun 1940, kehamilan dianggap sesuatu yang mengganggu
penyembuhan TB paru dan wanita dengan TB paru dianjurkan untuk tidak hamil,
jika terjadi konsepsi maka dilakukan aborsi. Sejak saat itu, banyak dokumentasi
yang menyatakan bahwa riwayat TB tidak berubah dengan adanya kehamilan
pada penderita yang diobati. TB akan meningkat secara progresif antara 15-30%
pada penderita yang tidak diobati selama 2,5 tahun pertama.6
TB aktif tidak membaik atau memburuk dengan adanya kehamilan.
Reaktivasi TB paru yang inaktif juga tidak mengalami peningkatan selama
kehamilan. Angka reaktivasi TB paru kira-kira 5-10% tidak ada perbedaan antara
mereka yang hamil maupun tidak hamil. Tetapi kehamilan bisa meningkatkan
risiko TB inaktif menjadi aktif terutama periode post partum.6
Jana et al. (1994) melaporkan TB paru aktif menyebabkan komplikasi dari
79 kehamilan di India. Bayi dari wanita yang menderita TB mempunyai berat
badan lahir rendah dua kali lipat, meningkatnya persalinan prematur dan
meningkatnya kematian perinatal enam kali lipat. Hal ini dianggap berhubungan
dengan terlambatnya diagnosis pengobatan yang tidak lengkap dan teratur, dan
luasnya kelainan pada paru.6
2.6.3
Kategori 1 : 2HRZ/4H3R3.
Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3.
10
penderita yang tidak hamil. Pengobatan jangka panjang selama setahun dengan
isoniazid diberikan kepada mereka yang tes tuberkulin positif atau tidak
menunjukkan gejala aktif. Beberapa penelitian tidak menunjukkan efek
teratogenik dari isoniazid pada wanita post partum. Beberapa rekomendasi
menunda pengobatan ini sampai 3-6 bulan post partum.6
Isoniazid termasuk obat yang perlu dipertimbangkan keamanannya selama
kehamilan. Penelitian bahwa isoniazid, ethambutol, rifampicin aman untuk
kehamilan jika diberikan dalam dosis yang tepat dan efek teratogenik terhadap
janin manusia belum dapat dibuktikan. Penelitian menunjukkan obat lain yang
dapat digunakan selama kehamilan adalah kanamicyn, viomisin, capreomisin,
pyazinamide, cycloserine dan thiosemicatbazone. Menurut The Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) bahwa kontranindkasi OAT pada wanita
hamil
meliputi
streptomycin,
kanamicyn,
amikacin,
capreomicin
dan
fluoroquinolones.6,11,12
Pada TB aktif dapat diberikan pengobatan dengan kombinasi 2 obat,
biasanya digunakan isoniazid 5 mg/kg/hari (tidak lebih 300 mg/hari) dan
ethambutol 15 mg/kg/hari. Pengobatan ini tidak direkomendasikan jika diketahui
penderita telah resisten terhadap isoniazid. Jika dibutuhkan pengobatan dengan 3
obat atau lebih dapat ditambah dengan rifampicin. Tetapi streptomycin sebaiknya
tidak digunakan karena berisiko permanent ototoxic dan dapat menembus barrier
placenta. Terapi dengan isoniazid mempunyai banyak keuntungan (manjur,
murah, dapat diterima penderita) dan merupakan pengobatan yang aman selama
kehamilan.1,6
11
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
ANAMNESIS PRIBADI
Nama
: Ningse br Hutapea
Umur
: 36 Tahun
Agama
: Kristen
Suku
: Batak
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan
: Petani
Alamat
Tanggal masuk
: 18 Maret 2015
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak 2 minggu ini, batuk berdahak dijumpai
kurang lebih 1 bulan ini. Batuk berupa bercak darah bercampuur dahak (+).
Penurunan nafsu makan (+), penurunan berat badan (+) dan pasien juga mengaku
sering mengalami keringat malam pada malam hari (+). Sebelumnya 5 tahun yang
lalu pasien sudah pernah minum OAT ( Obat Anti Tuberkulosis) selama 5 bulan,
namun pasien tidak teratur minum obat dan obat tidak diteruskan oleh pasien.
Mual (+), muntah (-), BAK (+) normal, BAB (+) normal. Riwayat keluar lendir
dan darah dari kemaluan (-), riwayar mules-mules (-).
ANC : 2 x SPOG
Riwayat Persalinan:
1. Laki-laki, aterm, 3500 gram, vakum, tahun 2002, dibantu oleh dokter rumah
sakit, lahir sehat, hidup, normal,
12
: Tuberkulosis paru
RPT
HPHT : ?-09-2014
TTP
III.
: ?-06-2015
PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS PRESENS
Sensorium
: Compos Mentis
Anemia
:-
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Ikterik
:-
Laju Nadi
: 92 x/menit
Sianosis
:-
Laju Pernafasan
: 32 x/menit
Dyspnoe
:+
Suhu
: 36 C
Oedem
:-
2. STATUS LOKALISATA
Kepala : Conjunctiva Palpebra Inferior Pucat (-/-), Sclera Ikterik (-/-)
Leher : JVP: R+2 cm H2O
Dinding Toraks
13
Batas Jantung:
Atas
: ICR II sinistra
Kanan : ICR IV LSD
Kiri
Auskultasi :
Jantung
: S1(N) S2(N) S3(-) S4(-) , regular
Murmur: (-), puctum maximum sulit teraba
Paru
: Suara Pernafasan : vesikuler (+/+)
Suara Tambahan: Ronkhi basah basal (+/+),
Wheezing:(-)
Ekstremitas: Superior : Sianosis (-), Clubbing: (-), Edema (-/-), Pulsasi arteri
(+/+) normal, Akral: hangat, CRT: < 3 detik
Inferior :
3. STATUS OBSTETRIKUS
Abdomen
: Membesar Asimetris
Terbawah
Gerakan
:+
His
:-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG TAS
14
: 9,8 g%
Lekosit
: 17 930 /mm3
: 28,0 %
KGDs
: 122,9 mg/dL
SGOT
: 17 U/L
Na
: 130 mEq/dL
: 3,2 mEq/dL
Cl
: 103 mEq/dL
ureum
: 16 mg/dL
kreatinin
: 0.45 mg/dL
V. DIAGNOSIS
Retensio Plasenta + Post Persalinan Spontan Pervaginam Luar
VI.
TERAPI
- IVFD RL + Oxytocin 20 IU 60gtt/i
- IVFD RL 20gtt/i
- Inj. Oxytocin 10 IU IM
- Inj. Methergin IM
- Inj. As. Traneksamat 1000 gram
- Inj. Ceftriaxone 1gr/ 12 jam, skin test terlebih dahulu
- Transfusi PRC 2 bag, premed transfusi: Inj. Furosemide 20mg
Tindakan:
plasenta
Kemudian dilakukan manual plasenta.
Lahir plasenta namun ada bagian yang tertinggal di daerah fundus uteri.
Observasi kesan perdarahan tidak profuse aktif.
Evaluasi serviks kesan ruptur pada jam 5, dilakukan repair.
Evaluasi perdarahan terkontrol, kontraksi kuat.
15
FOLLOW UP
Tanggal
Subjective
Objective
Assessment
Plan
06-02-15
Nyeri (-)
Retensio Plasenta
IVFD RL 20gtt/i
Inj. Cefazolin 1gr/ 12
HR: 84 x/menit
RR: 20 x/menit
NH1
jam
Inj. Ranitidin 50 mg/
T: 36.8
12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/
Status Obstetri:
8 jam
Abdomen: soepel,
peristaltik (+) normal
TFU: 1 jari bawah
pusat
P/V: (-), lochia rubra
(+)
BAB (+) N
BAK (+) N kateter
terpasang urine output
80cc /jam warna
07-02-15
Nyeri (-)
kuning pekat
Sens: compos mentis
Cefadroxil 2 x 500
Retensio Plasenta
HR: 84 x/menit
mg
As. Mefenamat
RR: 16 x/menit
NH2
T: 36,6
3x500 mg
B-Comp 2 x I
R/ Aff Infus dan
Status Obstetri:
Kateter
Abdomen: soepel,
peristaltik (+) normal
TFU: 1 jari bawah
pusat
P/V: (-), lochia rubra
(+)
BAB (+) N
BAK (+) N kateter
16
Nyeri (-)
kuning jernih
Sens: compos mentis
Cefadroxil 2 x 500
Retensio Plasenta
HR: 84 x/menit
mg
As. Mefenamat
RR: 16 x/menit
NH3
T: 36.5
Status Obstetri:
Abdomen: membesar
asimetris
TFU: 2 jari dibawah
pusta
P/V: (-), lochia rubra
(+)
BAB (+) N
BAK (+) N
3x500 mg
B-Comp 2 x I
R/ PBJ, kontrol ke
POLIKLINIK
RSHAM 3 hari lagi.
17
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1
Simpulan
1. TB merupakan penyakit infeksi oleh M. tuberculosis yang umumnya
menyerang jaringan paru, gejala klinisnya meliputi batuk produktif
terus-menerus lebih dari dua minggu, sering disertai dengan gejala
tambahan seperti sputum bercampur darah, hemoptisis, sesak napas
dan rasa nyeri dada.
2. Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa faktor antara lain
tipe, letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima
pengobatan OAT, status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit
penyerta, status imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas
diagnosis dan OAT.
3. OAT mempunyai kontraindikasi pada wanita hamil, misalnya
streptomicyn yang dapat menyebabkan ketulian kongenital pada janin.
4.2
Saran
1. Penyakit TB perlu diperhatikan dalam kehamilan, karena penyakit ini
masih merupakan penyakit rakyat, sehingga sering dijumpai dalam
kehamilan. TB paru dapat menimbulkan masalah pada wanita itu
sendiri dan bayinya.
Diperlukan pemahaman yang baik kepada wanita hamil mengenai efek samping
OAT sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan pada ibu hamil serta
mencegah terjadinya kelainan kongenital.
BAB 5
DISKUSI
18
1. Apakah ada indikasi dilakukan manual plasenta ulang untuk mengeluarkan bagian
yang tertinggal di daerah fundus uteri?
Pengeluaran bagian yang tertinggal adalah hal yang harus dilakukan. Jika bagian
plasenta, satu lobus atau lebih, mengalami retensi, bagian plasenta tersebut
mencegah uterus berkontraksi secara efektif.10 Sehingga perlu dilakukan langkah
langkah berikut10:
Raba bagian dalam uterus untuk mengetahui adanya bagian plasenta. Eksplorasi
uterus secara manual sama dengan teknik yang diuraikan pada pengeluaran retensi
plasenta.
Keluarkan bagian plasenta dengan tangan, forsep ovum, atau kuret lebar.
Catatan: Jaringan yang sangat melekat mungkin merupakan plasenta akreta.
Upaya pengeluaran bagian plasenta yang tidak mudah terlepas dapat
menyebabkan perdarahan berat atau perforasi uterus yang biasanya memerlukan
histerektomi.
Jika perdarahan berlanjut, kaji status pembekuan darah dengan menggunakan
uji pembekuan darah di sisi tempat tidur. Kegagalan darah untuk membeku setelah
tujuh menit atau terbentuk bekuan darah lunak yang mudah pecah menunjukkan
tanda koagulopati.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008.
2. Bahar A, Amin Z. Tuberkulosis paru. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
2007. 988-993
3. Aditama TY, et al. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis
di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006.
4. Alsagaff H, Mukty A. Tuberkulosis Paru. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu
Penyakit Paru. Jakarta: Airlangga, 2002. 73-108
5. Arora VK, Gupta R. Tuberculosis and Pregnancy. Ind J Tub. Vol. 50 (13):
13-16, 2003.
6. Cunningham et al. Penyakit Paru. Dalam: Obstetri Williams. Jakarta:
EGC, 2000. 1387-1389
7. Ravligion MC, Obrien RJ. Tuberculosis. In: Harrisons Principles of
Internal Medicine. 16th Ed. USA: Mc-Graw-Hill, 2005.
8. Danusantoso H. Ilmu Penyakit paru. Jakarta: Hipokrates; 2000.
9. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Lecture Notes: Kedokteran Klinis.
Edisi 6. Jakarta: Erlangga; 2007.
10. Hopewell PC. Tuberculosis and Other Mycobacterial Disease. In:
Textbook of Respiratory Medicine. 4th Ed. USA: Saunders, 2005. 9791043
11. Centers for Disease Control and Prevention. Tuberculosis and Pregnancy
http://www.cdc.gov/tb/publications/factsheets/specpop/pregnancy.htm
[diakses 6 Februari 2011].
12. Bothamley G. Drug Treatment for Tuberculosis during Pregnancy: Safety