Anda di halaman 1dari 22

1

LAPORAN KASUS
TUBERKULOSIS PARU PADA KEHAMILAN

Disusun Oleh:
Dian Primadia Putri (100100013)
Pembimbing:
dr. Marwan Indamirsah, Sp.OG

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, laporan kasus ini dapat
diselesaikan tepat waktu.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sebagai penyusun ucapkan kepada
dr. Marwan Indamirsah, Sp.OG sebagai pembimbing di Departemen Ilmu Obstetri dan
Ginekologi Rumah Sakit Umum PusatHaji Adam Malik Medan yang telah memberikan
waktunya dalam membimbing dan membantu selama pelaksanaan laporan kasusini.
Penyusun menyadari bahwa laporan kasusini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, segala kritik dan saran yang membangun atas makalah ini dengan senang hati penyusun
terima. Penyusun memohon maaf atas segala kekurangan yang diperbuat dan semoga
penyusun dapat membuat laporan kasuslain yang lebih baik di kemudian hari.
Akhir kata, penyusun berharap semoga laporan kasusini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Medan, 13 April 2015

Penyusun

3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................................. iii
Bab 1

Pendahuluan.......................................................................................................... 1
1.1. Latar belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................

1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2


1.4. Manfaat Penulisan ......................................................................................... 2
Bab 2

Tinjauan Pustaka.................................................................................................... 3
2.1. Definisi........................................................................................................... 3
2.2. Plasentasi........................................................................................................ 3
2.3. Plasenta........................................................................................................... 4
2.4. Pelepasan Plasenta, Amniokorion, dan Ekstruksi Plasenta ............................ 5
2.4.1. Pelepasan Plasenta............................................................................. 5
2.4.2. Pelepasan Amniokorion..................................................................... 6
2.4.3. EkstruksiPlasenta............................................................................... 7
2.4.4. Mekanisme EkstruksiPlasenta........................................................... 7
2.5. Epidemiologi Retensio Plasenta..................................................................... 8
2.6. Faktor Predisposisi Retensio Plasenta ........................................................... 9
2.7. Patofisiologi Retensio Plasenta...................................................................... 9
2.8. Etiologi Retensio Plasenta.............................................................................. 9
2.9. Penatalaksanaan Retensio Plasenta................................................................ 10
2.10. PencegahanRetensio Plasenta....................................................................... 15

Bab 3Laporan Kasus............................................................................................................ 16


Bab 4Kesimpulan ........................................................................................................... 22
Bab5 Diskusi ................................................................................................................... 23
Bab6Daftar Pustaka ........................................................................................................ 24

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan dunia terutama di negara

yang sedang berkembang. Berdasarkan laporan Penanggulangan TB Global yang


dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2007, angka insidensi TB mencapai 555.000
kasus dan 46% diantaranya merupakan kasus baru. Asia termasuk dalam kawasan
dengan penyebaran TB tertinggi didunia sebesar 33%. Indonesia merupakan
negara dengan prevalensi TB ketiga tertinggi di dunia setelah Cina dan India
dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di dunia.1,2,3,4
Penelitian melaporkan bahwa sekitar 1-3% dari semua wanita hamil
menderita TB. Di Indonesia, kasus TB baru hampir separuhnya adalah wanita, dan
menyerang sebagian besar wanita pada usia produktif. TB perlu diperhatikan
dalam kehamilan, karena penyakit ini dapat menimbulkan masalah pada wanita itu
sendiri dan janin.5,6
Kehamilan tidak banyak memberikan pengaruh terhadap cepatnya
perjalanan TB, sehingga banyak penderita tidak mengeluh sama sekali. Pengaruh
TB paru pada wanita yang sedang hamil bila diobati dengan baik tidak berbeda
dengan wanita tidak hamil. Pada janin jarang dijumpai TB kongenital, janin baru
tertular penyakit setelah lahir, karena dirawat atau disusui oleh ibunya.6
1.2

Batasan Masalah
Referat ini membahas definisi, etiologi, patogenesis, gejala klinis,

diagnosis serta penatalaksanaan Tuberkulosis pada kehamilan.


1.3

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah :
1. Mengetahui definisi, etiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis serta
penatalaksanaan Tuberkulosis pada kehamilan.
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)
di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru.

1.4

Metode Penulisan

Penulisan dari referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan


mengacu kepada beberapa literatur.
1.5

Manfaat Penulisan
Menambah wawasan dan pemahaman mengenai Tuberkulosis pada

kehamilan serta penatalaksanaan yang tepat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1

Definisi
Tuberkolusis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

basil Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis ) yang merupakan salah satu


penyakit saluran pernapasan bagian bawah. Sebagian besar basil tuberkolusis
masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya
mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari ghon.8
2.2

Cara Penularan
Infeksi terjadi melalui penderita TB yang menular. Penderita TB yang

menular adalah penderita dengan basil TB di dalam dahaknya, dan bila


mengadakan ekspirasi paksa berupa batuk atau bersin akan menghembus keluar
percikan dahak halus (droplet nuclei) yang berukuran kurang dari 5 mikron dan
yang akan melayang di udara. Droplet nuclei ini mengandung basil TB yang akan
melayang-layang di udara, jika droplet nuclei ini hinggap di saluran penapasan
yang besar, misalnya trakea dan bronkus, droplet nuclei akan segera dikeluarkan
oleh gerakan silia selaput lendir saluran pernapasan, tetapi bila droplet nuclei ini
berhasil masuk sampai ke dalam alveolus ataupun menempel pada mukosa
bronkiolus, droplet nuclei akan menetap dan basil TB akan mendapat kesempatan
untuk berkembang biak.9
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh jumlah kuman
yang dikeluarkan dari paru. Semakin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif
(tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang
terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut. Faktor endogen seperti daya tahan tubuh, usia, dan
penyakit penyerta (infeksi HIV, limfoma, leukemia, malnutrisi, gagal ginjal,
diabetes melitus dan terapi imunosupresif) juga mempengaruhi kerentanan
seseorang tertular kuman TB.2

Gambar 2.1 Faktor Risiko Kejadian TB1


2.3

Etiologi
TB disebabkan oleh M. tuberculosis yang termasuk ke dalam familie

Mycobacteriaceae. M. tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah


tipe humanus dan tipe bovinus. Basil TB mempunyai dinding sel lipoid sehingga
tahan asam. Basil TB memerlukan waktu 12 sampai 24 jam untuk bermitosis.7
Kuman ini berbentuk batang, bersifat aerob, mudah mati pada air mendidih (5
menit pada suhu 800C, dan 20 menit pada suhu 60 0C). Basil TB sangat rentan
terhadap sinar matahari, sehingga dalam beberapa menit saja akan mati. Basil TB
tahan hidup pada suhu kamar dan ruangan yang lembab.9
2. 4
2.4.1

Patogenesis
TB Primer
TB primer merupakan sindrom yang disebabkan oleh infeksi M.

tuberculosis pada pasien nonsensitif yaitu mereka yang belum pernah terinfeksi.
Terdapat respon radang ringan pada tempat infeksi (subpleura pada bagian tengah
paru, dalam faring, atau di ileum terminal), diikuti penyebaran ke kelenjar getah
bening regional (hilus, servikal dan mesenterika). Satu atau dua minggu setelah
infeksi, dengan onset sensitivitas tuberkulin, terjadi perubahan reaksi jaringan
baik pada fokus dan pada kelenjar getah bening, menjadi bentuk granuloma

kaseosa yang khas. Kombinasi fokus dan keterlibatan kelenjar getah bening
regional disebut kompleks primer.8
Kompleks ini mengalami penyembuhan dengan fibrosis, dan seringkali
timbul kalsifikasi tanpa pemberian terapi. Kelenjar getah bening yang membesar
bisa tampak jelas di leher atau menyebabkan obstruksi bronkus yang
mengakibatkan kolaps. Penyebaran organ secara hematogen jarang terjadi dari
kompleks primer.10
Kompleks primer tersebut selanjutnya dapat menjadi:2
1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hilus dan 10% diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena
kuman yang dormant.
3. Berkomplikasi dan menyebar secara:
a. Menyebar kesekitarnya (perkontinuitatum)
b. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya. Kuman ini juga tertelan bersama sputum dan ludah dan
menyebar ke usus.
c. Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya
d. Secara limfogen.
2.4.2

TB Sekunder
TB sekunder merupakan sindrom yang disebabkan oleh infeksi M.

tuberculosis pada orang yang pernah terinfeksi dan pasien sensitif terhadap
tuberkulin. TB sekunder akan muncul bertahun-tahun setelah tuberkulosis primer.
TB sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, konsumsi
alkohol, penyakit keganasan, diabetes, AIDS dan gagal ginjal.2,9
TB sekunder ini dimulai dari sarang dini yang berlokasi di regio atas paru.
Invasi ke daerah parenkim paru dan tidak ke nodus hiler paru. Dalam 3-10 minggu
sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel histiosit
dan sel Datia-Langhans yang dikelilingi oleh sel limfosit dan berbagai jaringan
ikat.2,9
Sarang dini pada TB sekunder ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai
berikut:2
1. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan
dengan serbukan jaringan fibrosis. Kemudian akan terjadi pengapuran dan
akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi

aktif kembali dengan membentuk jaringan keju dan menimbulkan kavitas


bila jaringan keju dibatukkan keluar.
3. Sarang tersebut meluas, membentuk jaringan keju. Kavitas akan muncul
dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kavitas awalnya berdinding
tipis, kemudian dindinganya akan menjadi tebal (kavitas sklerotik).
4. Ruptur ke dalam bronkus dan menyebabkan bronkopneumonia TB
5. Menyebar melalui darah dan menyebabkan TB milier pada hati, limfa,
paru, tulang dan meningen.
2.5
2.5 1

Diagnosis
Gejala Klinis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan seperti dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, penurunan nafsu makan, penurunan
berat badan, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik dan demam
meriang lebih dari satu bulan. Gejala diatas dapat juga dijumpai pada penyakit
paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma dan kanker paru.1
2.5.2 Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis pasti TB dapat ditegakkan dengan ditemukannya Basil Tahan
Asam (BTA) pada pemeriksaan sputum. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif jika
sedikitnya dua dari tiga spesimen sputum Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS) hasilnya
positif. Jika hanya satu spesimen yang positif perlu dilakukan pemeriksaan
rontgen toraks atau pemeriksaan sputum ulang. Jika hasil rontgen toraks
mendukung kearah TB, maka penderita didiagnosis sebagai penderita TB BTA
positif. Jika rontgen toraks tidak mendukung kearah TB maka pemeriksaan
sputum harus diulang.10
Jika gejala klinis mengarah TB tetapi hasil pemeriksaan ketiga sputum
SPS negatif, maka diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksazol
atau amoksisilin) selama 1-2 minggu. Bila tidak terdapat perubahan, namun secara
klinis masih mencurigakan TB, perlu dilakukan pemeriksaan sputum SPS ulang.
Jika hasil SPS positif, maka didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Jika
hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan rontgen toraks untuk mendukung
diagnosis TB. Jika hasil rontgen toraks mendukung TB, maka didiagnosis sebagai
TB BTA negatif rontgen positif. Jika rontgen tidak mendukung TB, maka
penderita tersebut bukan TB.10

Gambar 2.2 Alur Diagnosis TB Paru1


Kehamilan tidak akan menurunkan respons uji tuberkulin. Untuk
mengetahui gambaran TB pada trimester pertama, foto toraks dengan pelindung di
perut bisa dilakukan, terutama jika hasil BTA negatif.6
2.6
Perjalanan TB pada Kehamilan
2.6.1 Efek TB Terhadap Sistem Genitalia
Banyak diantara penderita TB yang mengalami infertilitas. Sistem
genitalia dapat terjadi fokus primer dari TB paru, dan sistem genital yang sering
terkena dalam tuba fallopi, dengan bagian distal yang terkena lebih dahulu. Infeksi
dapat menyebar ke bagian proksimal dari tuba fallopi dan akhirnya ke uterus. Jika

kuman sudah menyerang organ reproduksi wanita tersebut dapat mengalami


kesulitan untuk hamil karena uterus tidak siap menerima hasil konsepsi 6
Menurut Oster (2007) bahwa TB paru (baik laten maupun aktif) tidak akan
memengaruhi fertilitas seorang wanita di kemudian hari. Namun, jika kuman
menginfeksi endometrium dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Kesempatan
untuk memiliki anak menjadi tidak tertutup sama sekali, kemungkinan untuk
hamil masih ada. Idealnya, sebelum memutuskan untuk hamil, wanita pengidap
TB mengobati TB-nya terlebih dulu.11
2.6.2

Efek TB Terhadap Kehamilan


Kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada sistem pernapasan,

karena uterus yang membesar dapat mendorong diafragma dan paru ke atas serta
sisa udara dalam paru kurang, namun penyakit tersebut tidak menjadi lebih berat. 6
Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa faktor antara lain tipe, letak
dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT), status nutrisi, penyakit penyerta, status imunitas, dan
kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosis dan OAT.11
Sebelum tahun 1940, kehamilan dianggap sesuatu yang mengganggu
penyembuhan TB paru dan wanita dengan TB paru dianjurkan untuk tidak hamil,
jika terjadi konsepsi maka dilakukan aborsi. Sejak saat itu, banyak dokumentasi
yang menyatakan bahwa riwayat TB tidak berubah dengan adanya kehamilan
pada penderita yang diobati. TB akan meningkat secara progresif antara 15-30%
pada penderita yang tidak diobati selama 2,5 tahun pertama.6
TB aktif tidak membaik atau memburuk dengan adanya kehamilan.
Reaktivasi TB paru yang inaktif juga tidak mengalami peningkatan selama
kehamilan. Angka reaktivasi TB paru kira-kira 5-10% tidak ada perbedaan antara
mereka yang hamil maupun tidak hamil. Tetapi kehamilan bisa meningkatkan
risiko TB inaktif menjadi aktif terutama periode post partum.6
Jana et al. (1994) melaporkan TB paru aktif menyebabkan komplikasi dari
79 kehamilan di India. Bayi dari wanita yang menderita TB mempunyai berat
badan lahir rendah dua kali lipat, meningkatnya persalinan prematur dan
meningkatnya kematian perinatal enam kali lipat. Hal ini dianggap berhubungan
dengan terlambatnya diagnosis pengobatan yang tidak lengkap dan teratur, dan
luasnya kelainan pada paru.6

2.6.3

Efek TB Terhadap Janin


Menurut Oster (2007), jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan

ada risiko terhadap janin, seperti abortus, terhambatnya pertumbuhan janin,


kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi
cairan amnion (disebut TB kongenital). Gejala TB kongenital bisa diamati pada
minggu ke 2-3 kehidupan bayi, seperti prematur, gangguan napas, demam, berat
badan rendah, pembesaran hati dan limfa.11 Penularan kongenital sampai saat ini
masih belum jelas, apakah bayi tertular saat masih di kandungan atau setelah lahir.
Jika TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan jaringan limfa, maka wanita
memerlukan perawatan di rumah sakit sebelum melahirkan, karena bayi dapat
mengalami masalah setelah lahir.6
2.7
Penatalaksanaan
2.7.1 Pengobatan Umum TB
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Paduan OAT yang digunakan oleh
Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:1

Kategori 1 : 2HRZ/4H3R3.
Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3.

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan HRZE

Kategori Anak: 2HRZ/4HR

Tabel 2.1 Jenis, sifat dan dosis OAT1

10

Terdapat sebelas OAT yang terdapat di Amerika Serikat, empat


diantaranya dipertimbangkan menjadi obat primer karena keefektivitasan dan
toleransinya pada penderita, yaitu isoniazid, rifampicin, ethambutol, dan
streptomycin. Obat sekunder adalah obat yang digunakan dalam kasus resisten
obat atau intolerensi terhadap obat, yaitu paminasalicyli acid, pyrazinamide,
cycloserine, ethionamide, kanamycin, viomycin dan dacapreomycin.5,6,7
2.7.2

Pengobatan TB pada Kehamilan


Pengobatan TB aktif pada kehamilan hanya berbeda sedikit dengan

penderita yang tidak hamil. Pengobatan jangka panjang selama setahun dengan
isoniazid diberikan kepada mereka yang tes tuberkulin positif atau tidak
menunjukkan gejala aktif. Beberapa penelitian tidak menunjukkan efek
teratogenik dari isoniazid pada wanita post partum. Beberapa rekomendasi
menunda pengobatan ini sampai 3-6 bulan post partum.6
Isoniazid termasuk obat yang perlu dipertimbangkan keamanannya selama
kehamilan. Penelitian bahwa isoniazid, ethambutol, rifampicin aman untuk
kehamilan jika diberikan dalam dosis yang tepat dan efek teratogenik terhadap
janin manusia belum dapat dibuktikan. Penelitian menunjukkan obat lain yang
dapat digunakan selama kehamilan adalah kanamicyn, viomisin, capreomisin,
pyazinamide, cycloserine dan thiosemicatbazone. Menurut The Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) bahwa kontranindkasi OAT pada wanita
hamil

meliputi

streptomycin,

kanamicyn,

amikacin,

capreomicin

dan

fluoroquinolones.6,11,12
Pada TB aktif dapat diberikan pengobatan dengan kombinasi 2 obat,
biasanya digunakan isoniazid 5 mg/kg/hari (tidak lebih 300 mg/hari) dan
ethambutol 15 mg/kg/hari. Pengobatan ini tidak direkomendasikan jika diketahui
penderita telah resisten terhadap isoniazid. Jika dibutuhkan pengobatan dengan 3
obat atau lebih dapat ditambah dengan rifampicin. Tetapi streptomycin sebaiknya
tidak digunakan karena berisiko permanent ototoxic dan dapat menembus barrier
placenta. Terapi dengan isoniazid mempunyai banyak keuntungan (manjur,
murah, dapat diterima penderita) dan merupakan pengobatan yang aman selama
kehamilan.1,6

11

BAB III
LAPORAN KASUS
I.

ANAMNESIS PRIBADI
Nama

: Ningse br Hutapea

Umur

: 36 Tahun

Agama

: Kristen

Suku

: Batak

Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan

: Petani

Alamat

: Desa Alur Baning Babul Rahmah-Aceh Tenggara

Tanggal masuk

: 18 Maret 2015

Nomor Rekam Medis : 63.67.05


II. ANAMNESIS UMUM
Ny. N. 36 Tahun, G6P4A1, Batak, Kristen, SD, Petani, menikah dengan Tn. P, 36
Tahun, Batak, Kristen, SD, Petani, datang ke IGD RS HAM
KU

: Sesak dan Batuk Berdahak

Telaah : Hal ini dialami pasien sejak 2 minggu ini, batuk berdahak dijumpai
kurang lebih 1 bulan ini. Batuk berupa bercak darah bercampuur dahak (+).
Penurunan nafsu makan (+), penurunan berat badan (+) dan pasien juga mengaku
sering mengalami keringat malam pada malam hari (+). Sebelumnya 5 tahun yang
lalu pasien sudah pernah minum OAT ( Obat Anti Tuberkulosis) selama 5 bulan,
namun pasien tidak teratur minum obat dan obat tidak diteruskan oleh pasien.
Mual (+), muntah (-), BAK (+) normal, BAB (+) normal. Riwayat keluar lendir
dan darah dari kemaluan (-), riwayar mules-mules (-).
ANC : 2 x SPOG
Riwayat Persalinan:
1. Laki-laki, aterm, 3500 gram, vakum, tahun 2002, dibantu oleh dokter rumah
sakit, lahir sehat, hidup, normal,

12

2. Perempuan, aterm, 3500 gram, persalinan spontan pervaginam, tahun 2004,


dibantu oleh bidan, lahir di rumah, sehat, hidup, normal,
3. Perempuan, aterm, 3000 gram, persalinan spontan pervaginam, tahun 2006,
dibantu oleh bidan, lahir di rumah, sudah meninggal,
4. Laki-laki, aterm, 3500 gram, persalinan spontan pervaginam, tahun 2008,
dibantu oleh bidan, lahir sehat, hidup, normal,
5. Abortus, dikuret 4 tahun yang lalu,
6. Hamil ini
RPO

: Tuberkulosis paru

RPT

: Obat Anti Tuberkulosis

HPHT : ?-09-2014
TTP
III.

: ?-06-2015

PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS PRESENS

Sensorium

: Compos Mentis

Anemia

:-

Tekanan darah

: 120/70 mmHg

Ikterik

:-

Laju Nadi

: 92 x/menit

Sianosis

:-

Laju Pernafasan

: 32 x/menit

Dyspnoe

:+

Suhu

: 36 C

Oedem

:-

2. STATUS LOKALISATA
Kepala : Conjunctiva Palpebra Inferior Pucat (-/-), Sclera Ikterik (-/-)
Leher : JVP: R+2 cm H2O
Dinding Toraks

Inspeksi : Simetris Fusiformis


Palpasi : Stem fremitus Kanan=Kiri, Kesan melemah
Perkusi : Sonor memendek Pada Kedua Lapangan Paru
Auskultasi : Suara pernafasan : Vesikuler
Suara tambahan : ronkhi pada lapangan paru
kanan dan kiri

13

Batas Jantung:
Atas
: ICR II sinistra
Kanan : ICR IV LSD
Kiri

: ICR IV 2 cm medial LMCS

Auskultasi :
Jantung
: S1(N) S2(N) S3(-) S4(-) , regular
Murmur: (-), puctum maximum sulit teraba
Paru
: Suara Pernafasan : vesikuler (+/+)
Suara Tambahan: Ronkhi basah basal (+/+),
Wheezing:(-)
Ekstremitas: Superior : Sianosis (-), Clubbing: (-), Edema (-/-), Pulsasi arteri
(+/+) normal, Akral: hangat, CRT: < 3 detik
Inferior :

Sianosis (-/-), Clubbing (-/-), Edema (-/-), Pulsasi arteri


(+/+) normal, Akral : Hangat, CRT: < 3 detik

3. STATUS OBSTETRIKUS
Abdomen

: Membesar Asimetris

Tinggi Fundus Uterus : 2 jari atas pusat


Tegang

Terbawah

Gerakan

:+

His

:-

Denyut Jantung Janin : 150 x/menit, reguler


IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG TAS

-JT, AH, LL.


Fetal Heart Rate (FHR): (+)
Fetal Movement (FM): (+)
Biparietal Diameter (BPD): 73,4 mm
Femur Length (FL): 53,0 mm
Abdomen Circumference: 249,6 mm
Plasenta Fundal grade III
EFW: 1855gr

14

Kesan: IUP (31-32) minggu + severe oligohidramnion + letak lintang + Anak


hidup
2. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb

: 9,8 g%

Lekosit

: 17 930 /mm3

Trombosit : 279 000 /mm3


Ht

: 28,0 %

KGDs

: 122,9 mg/dL

SGOT

: 17 U/L

Na

: 130 mEq/dL

: 3,2 mEq/dL

Cl

: 103 mEq/dL

ureum

: 16 mg/dL

kreatinin

: 0.45 mg/dL

V. DIAGNOSIS
Retensio Plasenta + Post Persalinan Spontan Pervaginam Luar
VI.
TERAPI
- IVFD RL + Oxytocin 20 IU 60gtt/i
- IVFD RL 20gtt/i
- Inj. Oxytocin 10 IU IM
- Inj. Methergin IM
- Inj. As. Traneksamat 1000 gram
- Inj. Ceftriaxone 1gr/ 12 jam, skin test terlebih dahulu
- Transfusi PRC 2 bag, premed transfusi: Inj. Furosemide 20mg
Tindakan:

Sudah dilakukan Penarikan Tali Pusat Terkendali untuk pengeluaran

plasenta
Kemudian dilakukan manual plasenta.
Lahir plasenta namun ada bagian yang tertinggal di daerah fundus uteri.
Observasi kesan perdarahan tidak profuse aktif.
Evaluasi serviks kesan ruptur pada jam 5, dilakukan repair.
Evaluasi perdarahan terkontrol, kontraksi kuat.

15

Rencana Penjajakan Diagnostik / Tindakan Lanjut


1. Awasi Vital Sign
2. Awasi Tanda-Tanda Perdarahan
3. Awasi Kontraksi Uterus
VII.

FOLLOW UP

Tanggal

Subjective

Objective

Assessment

Plan

06-02-15

Nyeri (-)

Sens: compos mentis

Post Kala III a/i

TD: 100/70 mmHg

Retensio Plasenta

IVFD RL 20gtt/i
Inj. Cefazolin 1gr/ 12

HR: 84 x/menit

Post PSP Luar +

RR: 20 x/menit

NH1

jam
Inj. Ranitidin 50 mg/

T: 36.8

12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/

Status Obstetri:

8 jam

Abdomen: soepel,
peristaltik (+) normal
TFU: 1 jari bawah
pusat
P/V: (-), lochia rubra
(+)
BAB (+) N
BAK (+) N kateter
terpasang urine output
80cc /jam warna
07-02-15

Nyeri (-)

kuning pekat
Sens: compos mentis

Post Kala III a/I

Cefadroxil 2 x 500

TD: 100/80 mmHg

Retensio Plasenta

HR: 84 x/menit

Post PSP Luar +

mg
As. Mefenamat

RR: 16 x/menit

NH2

T: 36,6

3x500 mg
B-Comp 2 x I
R/ Aff Infus dan

Status Obstetri:

Kateter

Abdomen: soepel,
peristaltik (+) normal
TFU: 1 jari bawah
pusat
P/V: (-), lochia rubra
(+)
BAB (+) N
BAK (+) N kateter

16

terpasang urine output


100cc /jam warna
08-02-15

Nyeri (-)

kuning jernih
Sens: compos mentis

Post Kala III a/i

Cefadroxil 2 x 500

TD: 110/80 mmHg

Retensio Plasenta

HR: 84 x/menit

Post PSP Luar +

mg
As. Mefenamat

RR: 16 x/menit

NH3

T: 36.5
Status Obstetri:
Abdomen: membesar
asimetris
TFU: 2 jari dibawah
pusta
P/V: (-), lochia rubra
(+)
BAB (+) N
BAK (+) N

3x500 mg
B-Comp 2 x I
R/ PBJ, kontrol ke
POLIKLINIK
RSHAM 3 hari lagi.

17

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1

Simpulan
1. TB merupakan penyakit infeksi oleh M. tuberculosis yang umumnya
menyerang jaringan paru, gejala klinisnya meliputi batuk produktif
terus-menerus lebih dari dua minggu, sering disertai dengan gejala
tambahan seperti sputum bercampur darah, hemoptisis, sesak napas
dan rasa nyeri dada.
2. Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa faktor antara lain
tipe, letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima
pengobatan OAT, status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit
penyerta, status imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas
diagnosis dan OAT.
3. OAT mempunyai kontraindikasi pada wanita hamil, misalnya
streptomicyn yang dapat menyebabkan ketulian kongenital pada janin.

4.2

Saran
1. Penyakit TB perlu diperhatikan dalam kehamilan, karena penyakit ini
masih merupakan penyakit rakyat, sehingga sering dijumpai dalam
kehamilan. TB paru dapat menimbulkan masalah pada wanita itu
sendiri dan bayinya.

Diperlukan pemahaman yang baik kepada wanita hamil mengenai efek samping
OAT sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan pada ibu hamil serta
mencegah terjadinya kelainan kongenital.

BAB 5
DISKUSI

18

1. Apakah ada indikasi dilakukan manual plasenta ulang untuk mengeluarkan bagian
yang tertinggal di daerah fundus uteri?
Pengeluaran bagian yang tertinggal adalah hal yang harus dilakukan. Jika bagian
plasenta, satu lobus atau lebih, mengalami retensi, bagian plasenta tersebut
mencegah uterus berkontraksi secara efektif.10 Sehingga perlu dilakukan langkah

langkah berikut10:
Raba bagian dalam uterus untuk mengetahui adanya bagian plasenta. Eksplorasi
uterus secara manual sama dengan teknik yang diuraikan pada pengeluaran retensi

plasenta.
Keluarkan bagian plasenta dengan tangan, forsep ovum, atau kuret lebar.
Catatan: Jaringan yang sangat melekat mungkin merupakan plasenta akreta.
Upaya pengeluaran bagian plasenta yang tidak mudah terlepas dapat
menyebabkan perdarahan berat atau perforasi uterus yang biasanya memerlukan

histerektomi.
Jika perdarahan berlanjut, kaji status pembekuan darah dengan menggunakan
uji pembekuan darah di sisi tempat tidur. Kegagalan darah untuk membeku setelah
tujuh menit atau terbentuk bekuan darah lunak yang mudah pecah menunjukkan
tanda koagulopati.

2. Kapan dilakukuan pemeriksaan USG Trans-Abdominal ulang untuk menilai


bagian yang tertinggal di daerah fundus uteri?
Pemeriksaan USG Trans-Abdominal merupakan pemeriksaan penunjang untuk
memastikan bagian yang tertinggal di daerah fundus uteri. Hal ini dilakukan untuk
memastikan langkah pemeriksaan fisik perabaan bagian dalam uterus untuk
mengetahui adanya bagian plasenta.

19

DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008.
2. Bahar A, Amin Z. Tuberkulosis paru. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
2007. 988-993
3. Aditama TY, et al. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis
di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006.
4. Alsagaff H, Mukty A. Tuberkulosis Paru. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu
Penyakit Paru. Jakarta: Airlangga, 2002. 73-108
5. Arora VK, Gupta R. Tuberculosis and Pregnancy. Ind J Tub. Vol. 50 (13):
13-16, 2003.
6. Cunningham et al. Penyakit Paru. Dalam: Obstetri Williams. Jakarta:
EGC, 2000. 1387-1389
7. Ravligion MC, Obrien RJ. Tuberculosis. In: Harrisons Principles of
Internal Medicine. 16th Ed. USA: Mc-Graw-Hill, 2005.
8. Danusantoso H. Ilmu Penyakit paru. Jakarta: Hipokrates; 2000.
9. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Lecture Notes: Kedokteran Klinis.
Edisi 6. Jakarta: Erlangga; 2007.
10. Hopewell PC. Tuberculosis and Other Mycobacterial Disease. In:
Textbook of Respiratory Medicine. 4th Ed. USA: Saunders, 2005. 9791043
11. Centers for Disease Control and Prevention. Tuberculosis and Pregnancy
http://www.cdc.gov/tb/publications/factsheets/specpop/pregnancy.htm
[diakses 6 Februari 2011].
12. Bothamley G. Drug Treatment for Tuberculosis during Pregnancy: Safety

Considerations. Drug Safety Vol. (7): 553-65, 2001.

Anda mungkin juga menyukai