PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hematologi adalah cabang kedokteran internal, fisiologi, patologi, pekerjaan
laboratorium klinis, dan pediatri yang berkaitan dengan studi tentang darah, organ
pembentuk darah, dan penyakit darah. Hematologi meliputi studi tentang etiologi,
diagnosis, pengobatan, prognosis, dan pencegahan
penyakit
darah.
Pekerjaan
laboratology yang masuk ke studi tentang darah sering dilakukan oleh teknolog medis.
Dokter ahli darah juga sangat sering melakukan studi lebih lanjut di onkologi-pengobatan
medis kanker.
Darah penyakit mempengaruhi produksi darah dan komponen-komponennya,
seperti sel-sel darah, hemoglobin, protein darah, mekanisme koagulasi, dll.
Dokter spesialis dalam hematologi dikenal sebagai Ahli Darah. pekerjaan rutin
mereka terutama mencakup perawatan dan pengobatan pasien dengan penyakit
hematologi, meskipun beberapa juga dapat bekerja di laboratorium hematologi darah dan
melihat film slide sumsum tulang di bawah mikroskop, menafsirkan berbagai hasil tes
hematologi. Di beberapa lembaga, Ahli Darah juga mengelola laboratorium hematologi.
Dokter yang bekerja di laboratorium hematologi, dan paling sering mengelola mereka,
adalah patolog spesialis dalam diagnosis penyakit hematologi, disebut sebagai
hematopathologists. Ahli Darah dan hematopathologists umumnya bekerja bersama untuk
merumuskan diagnosa dan memberikan terapi yang paling tepat jika diperlukan.
Hematologi adalah subspesialisasi berbeda penyakit dalam, yang terpisah dari terapi
tumpang tindih dengan subspesialisasi onkologi medis. Ahli Darah mungkin spesialisasi
lebih lanjut atau memiliki kepentingan khusus, misalnya dalam:
Mengobati
gangguan
perdarahan
seperti
hemofilia
dan
thrombocytopenic
Mengobati hemoglobinopathies
purpura
idiopatik
Setiap makhluk hidup memerlukan oksigen dan zat makanan serta mengeluarkan
zat sisa metabolisme. Berbagai proses metobolisme menghasilkan sampah (sisa) yang
harus dikeluarkan oleh tubuh.
Peredaran materi, baik berupa bahan-bahan yang diperlukan tubuh seperti oksigen
maupun hasil metabolisme dan sisa-sisanya dilakukan oleh sistem peredaran atau sistem
sirkulasi. Hasil pencernaan makanan dan oksigen diangkut dan diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh, sedangkan sisa-sisa metabolisme diangkut dari seluruh jaringan tubuh
menuju organ-organ pembuangan oleh darah.
Darah adalah cairan berwarna merah yang terdapat di dalam pembuluh darah.
Warna merah tersebut tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah karena pengaruh zat
kandungannya, terutama kadar oksigen dan karbondioksida. Apabila kadar oksigen tinggi
maka warna daranya menjadi merah muda, tetapi bila kadar karbondioksidanya tinggi
maka warna darahnya menjadi merah tua. Volume darah pada manusia adalah 8% berat
badannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Darah berasal dari kata haima, yang berasal dari akar kata hemo atau hemato. Darah
adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan dibawa dalam
matriks cairan (plasma). Darah terdiri dari 45% korpuskula dan 55% plasma darah. Darah
lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini memiliki rasa dan bau yang khas,
serta PH 7,4 (7,35 - 7,45). Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua
kebiruan, bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah. Volume darah total
sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata, dan kurang sedikit pada perempuan
dewasa. Volume ini bervariasi sesuai dengan ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan
jumlah jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi sesuai dengan perubahan
cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya.
A. KOMPOSISI DAN STRUKTUR SEL DARAH MANUSIA
Darah memiliki komposisi yang terdiri atas sekitar 55% cairan darah (plasma)
dan 45% sel-sel darah. Elemen pembentuk darah meliputi tiga macam sel darah, yaitu
sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
Ketiga sel-sel darah tersebut tergolong dalam unsur padat yang disebut korpuskuler.
1. Plasma Darah
Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama
dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung campuran kmpleks
zat organik dan anorganik.
Protein plasma mencapai 7% plasma dan merupakan satu-satunya unsur pokok plasma
yang tidak dapat menembus membran kapiler untuk mencapai sel. Ada 3 jenis protein
plasma yang utama yaitu:
a. Albumin
Albumin adalah protein plasma yang terbanyak, sekitar 55% sampai
dengan 60%, Tetapi ukurannya paling kecil. Albumin disintesis dalam hati dan
bertanggung jawab untuk Tekanan Osmotik koloid darah.
Koloid adalah zat yang berdiameter 1nm sampai 100nm, sedangkan
kristaloid adalah zat yang berdiameter kurang dari 1nm. Plasma mengandung
koloid dan kristaloid.
Tekanan osmotik koloid (tekanan onkotik) ditentukan berdasarkan jumlah
partikel koloid dalam larutan. Tekanan ini merupakan suatu ukuran daya tarik
plasma terhadap difusi air dari cairan ekstraseluler yang melewati membran
b.
kapiler.
Globulin
Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan beta globulin
disintesis di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul pembawa lipid, beberapa
hormon, berbagai substrat, dan zat penting tubuh lainnya.
Gamma globulin (imunoglobulin) adalah antibodi. Ada 5 jenis
imunoglobulin yang diproduksi jaringan limfoid dan berfungsi dalam imunitas.
Fibrinogen membentuk 4% protein plasma, disintesis dihati dan merupakan
komponen essensial dalam mekanisme pembentukan darah.
Plasma juga mengandung nutrien, gas darah, elektrolit, mineral, hormon,
pencernaan.
Gas darah meliputi oksigen, karbon dioksida, dan nitrogen.
Elektrolit plasma meliputi ion natrium, kalium, magnesium, klorida, kalsium,
bikarbonat, fosfat, dan ion sulfat.
Fungsi Darah
1. Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air)
Sebagai alat pengangkut yaitu:
Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh
jaringan/ alat tubuh.
Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan
melalui ginjal dan kulit.
a.
b.
c.
d.
Fungsi utama
Jenis
Sel-sel darah
& jumlah/ Fungsi
mm3
utama
Mengangkut
Air
O2 dan CO2
(pertukaran
gas)
Garam
Sodium
Kalium
Kalsium
Magnesium
Klorida
Mempertahankan
tekanan osmotik
Mempertahankan
PH dan regulasi
Permeabilitas
membrane
mempertahankan
Albumin
Imunoglobulin
Fibrinogen
darah
putih
(5000 10.000)
Pertahanan
tubuh
dan
kekebalan
Plasma protein
Sel
Keping darah
PH
proses pembekuan
400.000)
darah
pertahanan tubuh
(250.000
Pembekuan
darah
(antibodi)
a. Plasma Darah
Sekitar 91% plasma darah terdiri atas air. Selebihnya adalah zat terlarut yang
terdiri dari protein plasma (albumin, protrombin, fibrinogen, dan antibodi), garam
mineral, dan zat-zat yang diangkut darah (zat makanan, sisa metabolisme gas-gas, dan
hormon). Fibrinogen yang ada dalam plasma darah merupakan bahan penting untuk
pembekuan darah jika terjadi luka.
b. Sel-Sel Darah
Sel-sel darah pada manusia, terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
5
(leukosit), dan keping darah (trombosit). Dalam sel-sel darah, kandungan sel darah putih
dan keping darah sebanyak 1%, sedangkan sel darah merah sebanyak 99%.
B. Kandungan Darah
Kandungan dalam darah:
Air: 91%
Bahan organik: 0,1% (glukosa, lemak asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam
amino).
2.1
Sel-sel Darah
b. Hemoglobin sel darh merah berikatan dengan karbon dioksida untuk ditransfor
ke paru-paru, tetapi sebagian besar karbon dioksida yang dibawa plasma
berada dalam bentuk ion bikarbonat. Suatu enzim (karbonat anhidrase) dalam
eritrosit memungkinkan sel darah merah bereaksi dengan karbon dioksida
untuk membentuk ion bikarbonat. Ion bikarbonat berdifusi keluar dari sel
darah merah dan masuk ke dalam plasma.
c. Sel darah merah berperan penting dalam pengaturan PH darah karena ion
bikarbonat dan hemoglobin merupakan buffer asam-basa.
(2) Jika faktor instrinsik tidak ada, maka vitamin B12 tidak dapat diabsorpsi, sel
darah merah tidak matang dengan sempurna, dan mengakibatkan anemia
pernicious (defisiensi sel darah merah), injeksi vitamin B 12 digunakan
untuk pengobatan.
5. Umur dan destruksi eritrosit
a. Sel darah merah biasanya bersikulasi selama 120 hari sebelum menjadi
rapuh dan mudah pecah. Walaupun sel darah merah matang tidak memiliki
nuklei, mitokondria ataupun retikulum endoplasma, enzim sitoplasmanya
mampu memproduksi ATP untuk waktu yang terbatas ini.
b. Fragmen sel darah merah yang rusak atau terdisintegrasi akan mengalami
fagositosis oleh makrofag dalam limpa, hati, sumsum tulang, dan jaringan
tubuh lain.
(1) Globin (bagian protein) HgA terdegradasi menjadi asam amino, yang
kemudian akan diperbaharui untuk sintetis protein selular.
(2) Hem (bagian yang mengandung zat besi) diubah menjadi Biliverdin
(pigmen hijau) dan kemudian menjadi bilirubin (pigmen kuning), yang
dilepas kedalam plasma. Bilirubin diserap hati dan disekresi dalam
empedu.
(3) Sebagian besar Zat besi yang dilepas oleh Hem akan
diambil untuk
(5) Anemia sel sabit (sickle cel anemia) adalah penyakit keturunan diman molekul
hemoglobin yang berbeda dari hemoglobin normalnya karena penggantian
salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta. Akibatnya, sel darah merah
terdistorsi menjadi berbentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen yang
rendah. Sel-sel terdistorsi ini menutup kapiler dan mengganggu aliran darah.
b. Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi, yang
mengakibatkan peningkatan viskositas dan volume darah. Aliran darah yang
mengalir melalui pembuluh darah terhalang dan aliran kapiler dapat tertutup.
a. Polisitemia kompensatori (sekunder) dapat terjadi akibat hipoksida
(kekurangan oksigen) karena hal berikut:
(1) kediaman permanen didataran tinggi
(2) aktivitas fisik berkepanjangan
(3) penyakit paru atau penyakit jantung.
Polisitemia vera adalah gangguan pada sumsum tulang
Eritrosit (Sel Darah Merah)
Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc
darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Berbentuk Bikonkaf, warna merah
disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) fungsinya adalah untuk mengikat Oksigen. Kadar 1 Hb
inilah
yang
dijadikan
patokan
dalain
menentukan
penyakit
Anemia.
Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limpa 4. Hemoglobin
dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu).
10
Sel darah merah (Eritrosit) Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf
dan tidak mempunyai inti. Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak dapat
bergerak. Banyaknya kirakira 5 juta dalam 1 mm3 (41/2 juta). Warnanya kuning kemerahan,
karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin, warna ini akan
bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung oksigen. Fungsi sel darah merah
adalah mengikat oksigen dari paruparu untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan
mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paruparu.
Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin yang telah
bersenyawa dengan oksigen yang disebut oksihemoglobin (Hb + oksigen 4 Hb-oksigen) jadi
oksigen diangkut dari seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di
jaringan akan dilepaskan: Hb-oksigen Hb + oksigen, dan seterusnya. Hb tadi akan bersenyawa
dengan karbon dioksida dan disebut karbon dioksida hemoglobin (Hb + karbon dioksida Hbkarbon dioksida) yang mana karbon dioksida tersebut akan dikeluarkan di paru-paru. Sel
darah merah (eritrosit) diproduksi di dalam sumsum tulang merah, limpa dan hati. Proses
pembentukannya dalam sumsum tulang melalui beberapa tahap. Mula-mula besar dan berisi
nukleus dan tidak berisi hemoglobin kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan
nukleusnya dan siap diedarkan dalam sirkulasi darah yang kemudian akan beredar di dalam
tubuh selama kebih kurang 114 - 115 hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari
eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang mengandung Fe yang
berguna untuk membuat eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat didalam
eritrisit yang berguna untuk mengikat oksigen dan karbon dioksida. Jumlah normal pada
orang dewasa kira- kira 11,5 15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan
laki-laki 13,0 mg%. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam
amino dan memerlukan pula zat besi, sehingga diperlukan diit seimbang zat besi. Di dalam
tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin
dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia,
yang biasanya disebabkan oleh perdarahaan yang hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan
tempat pembuatan eritrosit terganggu.
Sel Darah Merah
11
12
13
dan telah disimpulkan bahwa hal ini meningkatkan pertukaran oksigen dari eritrosit dan
jaringan tubuh.
Vertebrata yang diketahui tidak memiliki eritrosit adalah ikan dari familia
Channichthyidae. Ikan dari familia Channichtyidae hidup di lingkungan air dingin yang
mengandung kadar oksigen yang tinggi dan oksigen secara bebas terlarut dalam darah
mereka. Walaupun mereka tidak memakai hemoglobin lagi, sisa-sisa hemoglobin dapat
ditemui di genom mereka.
Nukleus
Pada mamalia, eritrosit dewasa tidak memiliki nukleus di dalamnya (disebut anukleat),
kecuali pada hewan vertebrata non mamalia tertentu seperti salamander dari genus
Batrachoseps. Konsentransi asam askorbat di dalam sitoplasma eritrosit anukleat tidak
berbeda dengan konsentrasi vitamin C yang terdapat di dalam plasma darah.[8] Hal ini berbeda
dengan sel darah yang dilengkapi inti sel atau sel jaringan, sehingga memiliki konsentrasi
asam askorbat yang jauh lebih tinggi di dalam sitoplasmanya.
Rendahnya daya tampung eritrosit terhadap asam askorbat disebabkan karena sirnanya
transporter SVCT2 ketika eritoblas mulai beranjak dewasa menjadi eritrosit. Meskipun
demikian, eritrosit memiliki daya cerap yang tinggi terhadap DHA melalui transporter
GLUT1 dan mereduksinya menjadi asam askorbat.
Fungsi lain
Ketika eritrosit berada dalam tegangan di pembuluh yang sempit, eritrosit akan
melepaskan ATP yang akan menyebabkan dinding jaringan untuk berelaksasi dan melebar.
Eritrosit juga melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin terdeoksigenasi, yang juga
berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan melancarkan arus darah supaya darah
menuju ke daerah tubuh yang kekurangan oksigen.
Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah
mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel darah merah
akan melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen,
serta membunuhnya.
Eritrosit pada manusia
14
[13]
Eritrosit normal
memiliki volume sekitar 9 fL (9 femtoliter) Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh
hemoglobin, total dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4
gugus heme.
Orang dewasa memiliki 23 1013 eritrosit setiap waktu (wanita memiliki 4-5 juta
eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang tinggal di
dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka cenderung untuk memiliki sel
darah merah yang lebih banyak). Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi
dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih yang hanya
memiliki sekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki 150000400000 di setiap mikroliter dalam darah manusia.
Pada manusia, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai peran untuk mengantarkan
lebih dari 98% oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sisanya terlarut dalam plasma darah.
Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5 gram besi, mewakili sekitar
65% kandungan besi di dalam tubuh manusia.
Daur Hidup
Proses dimana eritrosit diproduksi dinamakan eritropoiesis. Secara terus-menerus,
eritrosit diproduksi di sumsum tulang merah, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per
detik (Pada embrio, hati berperan sebagai pusat produksi eritrosit utama). Produksi dapat
distimulasi oleh hormon eritropoietin (EPO) yang disintesa oleh ginjal. Hormon ini sering
digunakan dalam aktivitas olahraga sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan
sumsum tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamai retikulosit dan jumlahnya sekitar
1% dari seluruh darah yang beredar. Eritrosit dikembangkan dari sel punca melalui retikulosit
untuk mendewasakan eritrosit dalam waktu sekitar 7 hari dan eritrosit dewasa akan hidup
selama 100-120 hari.
Sel darah putih sesungguhnya tidaklah berwarna putih, tetapi jernih. Disebut sel
darah putih untuk membedakannya dari sel darah merah yang berwarna merah. Sel darah
15
putih bentuknya tidak teratur atau tidak tetap. Tidak seperti sel darah merah yang selalu
berada di dalam pembuluh darah, sel darah putih dapat keluar dari pembuluh darah.
Kemampuan untuk bergerak bebas diperlukan sel darah putih agar dapat menjalankan
fungsinya untuk menjaga tubuh. Sel darah putih memiliki inti sel tetapi tidak berwarna
atau tidak memiliki pigmen.
Berdasarkan zat warna yang diserapnya dan bentuk intinya sel darah putih dibagi
menjadi lima jenis, yaitu basofil, neutrofil, monosit, eosinofil, dan limfosit.
Secara normal jumlah sel darah putih pada tubuh kita adalah kurang lebih 8.000
pada tiap 1 mm3 darah. Sel darah putih hanya hidup sekitar 12-13 hari. Fungsi sel darah
putih sebagai pertahanan tubuh dari serangan penyakit. Jika tubuh terluka dan ada kuman
yang masuk, sel-sel darah putih akan menyerang atau memakan kuman-kuman tersebut.
Ibarat sebuah negara, sel darah putih adalah pasukan tempur. Jika seseorang diserang
penyakit, tubuh akan memproduksi lebih banyak sel-sel darah putih untuk melawan bibit
penyakit tersebut.
Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 9000 sel/cc darah. Fungsi utama
dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke
dalam tubuh. Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang
masuk tubuh. Peningkatan jumlah lekosit merupakan petunjuk adanya infeksi misalnya
radang paru-paru.
Lekopeni adalah berkurangnya jumlah lekosit sampai di bawah 6000 sel/cc darah.
Lekositosis adalah bertambahnya jumlah lekosit melebihi normal (di atas 9000 sel/cc darah).
Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing/kuman jauh di
luar pembuluh darah. Kemampuan lekosit untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler)
untuk mencapai daerah tertentu disebut Diapedesis. Gerakan lekosit mirip dengan amoeba
Gerak Amuboid.
Jenis Leukosit
1. Granulosit Lekosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar
(granula). Jenisnya adalah eosinofil, basofil dan netrofil.
2. Agranulosit Lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granola. Jenisnya adalah
limfosit dan monosit.
3. Eosinofil mengandung granola berwama merah (Warna Eosin) disebut juga
Asidofil. Berfungsi pada reaksi alergi (terutama infeksi cacing).
16
4. Basofil mengandung granula berwarna biru (Warna Basa). Berfungsi pada reaksi
alergi.
5. Netrofil (ada dua jenis sel yaitu Netrofil Batang dan Netrofil Segmen). Disebut
juga sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear). Berfungsi sebagai fagosit.
6. Limfosit (ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B). Keduanya berfungsi untuk
menyelenggarakan
imunitas
(kekebalan)
tubuh.
Sel
T4
imunitas
seluler
perlindungan
jahitan (catgut), dan sebagainya, dengan cara yang sama, dan sebagai tambahan
granulosit memiliki enzim yang dapat memcah protein, yang memungkinkan
merusak jaringan hidup, menghancurkan, dan membuangnya. Dengan cara ini
jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhan dimungkinkan.
17
Sebagian besar aktivitas leukosit berlangsung dalam jaringan dan bukan dalam
aliran darah.
2. Klasifikasi Leukosit
a. Granulosit (Neutrofil, eusinofil, dan basofil, berdasarkan warna granula
sitoplasmanya saat dilakukan pewarnaan dengan zat warna darah wright
1. Neutrofil mencapai 60 % dari jumlah sel darah putih
Struktur. Neutrofil memiliki granula kecil berwarna merah muda dalam
sitoplasmanya. Nukleusnya memiliki 3 5 lobus yang terhubungkan
stress berkepanjangan.
Sel ini berfungsi dalam detoksitasi histamin yang diproduksi sel
18
3.
Pertimbangan klinis
a. Leukimia adalah sejenis kanker yang ditandai dengan ploriferasi sel
darah putih yang tidak terkendali. Jenis leukemia ditentukan
berdasarkan jenis sel yang dominan, seperti mielositik (granulosit),
limfositik, atau leukemia monositik, dan berdasarkan durasi penyakit
dari awitannya, seperti leukemia kronik atau akut.
19
dengan
adanya
peningkatan
jumlah
limfosit
dan
20
Bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan sifat eritrosit apabila kita lihat di bawah
mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan
perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam- macam inti sel sehingga ia
dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1
mm3 darah kira-kira 6000-9000.
Fungsinya sebagai pertahanan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit/bakteri
yang masuk ke dalam jaringan RES (sistem retikuloendotel), tempat pembiakannya didalam
limpa dan kelenjar limfe; sebagai pengangkut yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari
dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah. Sel leukosit disamping berada di dalam
pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit
disebabkan oleh masuknya kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah akan
lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam
kelenjar limfe, sekarang beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan
penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10000/mm3 disebut leukositosis
dan kurang dari 6000 disebut leukopenia.
Macam-macam leukosit meliputi:
a. Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula didalamnya, yang terdiri dari:
Limposit, macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe,
bentuknya ada yang besar dan kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat glandula dan
intinya besar, banyaknya kira- kira 20%-15% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri
yang masuk ke dalam jarigan tubuh. Monosit. Terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar
dari limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34%. Di bawah mikroskop terlihat
bahwa protoplasmanya lebar, warna biru abu-abu mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan.
Inti selnya bulat dan panjang, warnanya lembayung muda.
b. Granulosit
Disebut juga leukosit granular terdiri dari:
- Neutrofil
21
Atau disebut juga polimorfonuklear leukosit, mempunyai inti sel yang kadang-kadang
seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik halus / glandula, banyaknya 60%50%.
- Eusinofil
Ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil tetapi granula dan sitoplasmanya
lebih besar, banyaknya kira-kira 24%.
- Basofil
Sel ini kecil dari eusinofil tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam
protoplasmanya terdapat granula-granula besar. Banyaknya setengah bagian dari sumsum
merah, fungsinya tidak diketahui.
3) Keping Darah (Trombosit)
Keping darah berbentuk bulat atau lonjong. Ukuran keping darah lebih kecil
daripada sel darah merah. Jumlahnya kurang lebih 300.000 pada tiap 1 mm3 darah.
Keping darah hidupnya singkat, hanya 8 hari. Keping darah berfungsi pada proses
pembekuan darah.
Saat terjadi luka, darah keluar melalui luka tersebut. Keping darah menyentuh
permukaan luka, lalu pecah dan mengeluarkan trombokinase.
Plasma darah yang mengandung zat untuk proses pembekuan darah, yaitu
protrombin dan fibrinogen. Trombokinase dibantu dengan ion kalsium akan mengubah
protrombin menjadi trombin. Trombin diperlukan untuk mengubah fibrinogen menjadi
benang-benang fibrin. Luka akan ditutup oleh benang fibrin yang berupa benang-benang
halus, sehingga darah berhenti keluar.
Trombosit disebut pula sel darah pembeku. Jumlah sel pada orang dewasa sekitar
200.000 500.000 sel/cc. Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku
(Hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic Factor) Jika seseorang
secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut, maka orang tersebut menderita
Hemofili.
Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong, warnanya putih, normal pada orang dewasa
200.000-300.000/mm3. Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika
banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku sehingga
timbul perdarahan yang terus- menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis.
22
Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Di dalam plasma darah terdapat
suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan
fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. ketika kita luka maka
darah akan keluar, trombosit pecah dan mengeluarkan zat yang dinamakan trombokinase.
Trombokinasi ini akan bertemu dengan protrombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi
trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus, bentuk
jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan demikian
terjadilah pembekuan. Protrombin di buat didalam hati dan untuk membuatnya diperlukan
vitamin K, dengan demikian vitamin K penting untuk pembekuan darah.
Keping darah (trombosit) berjumlah 250.000 sampai 400.000 per mm. Bagian ini
merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari megakariosit raksasa multinukleus
dalam sumsum tulang.
Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya
terbungkus suatu membran plasma dan mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan
dengan proses koagulasi darah.
Trombosit berfungsi dalam hemostatis (penghentian perdarahan) dan perbagian
pembuluh darah yang robek.
Mekanisme homeostatis dan pembekuan darah melibatkan suatu rangkaian proses yang cepat.
Vasokonstriksi
Jika pembuluh darah terpotong, trombosit pada sisi yang rusak melepas serotonin dan
tromboksan A (prostaglandin), yang menyebabkan otot polos dinding pembuluh
darah berkonstriksi. Hal ini pada awalnya akan mengurangi darah yang hilang.
Plug Trombosit
Trombosit membengkak, menjadi lengket, dan menempel pada serabut kolagen
dinding pembuluh darah yang rusak, membentuk plug trombosit.
Trombosit melepas ADP untuk mengaktivasi trombosit lain, sehingga mengakibatkan
agregasi trombosit untuk memperkuat plug.
Jika kerusakan pembuluh darah sedikit, maka plug trombosit mampu menghentikan
perdarahan.
23
Jika kerusakannya besar, maka plug trombosit dapat mengurangi perdarahan, sampai
proses pembekuan terbentuk.
2.2
Mekanisme ekstrinsik pembekuan darah dimulai dari faktor eksternal pembuluh darah itu
sendiri.
Tromboplastin (membran lipoprotein) yang dilepas oleh sel-sel jaringan yang rusak
mengaktivasi protrombin (protein plasma) dengan bantuan ion kalsium untuk membentuk
thrombin.
Trombin mengubah fibrinogen yang dapat larut, menjadi fibrin yang tidak dapat larut.
Benang-benang fibrin membentuk bekuan, atau jarring-jaring fibrin, yang menangkap sel
darah merah trombosit serta menutup aliran darah yang melalui pembuluh yang rusak.
Mekanisme instrinsik untuk pembekuan darah berlangsung dalam cara yang lebih sederhana.
Setiap faktor protein berada dalam kondisi tidak aktif; jika salah satu diaktivasi, maka
aktivitas enzimatiknya akan mengaktivasi faktor selanjutnya dalam rangkaian, dengan
demikian akan terjadi suatu rangkaian reaksi (cascade of reaction) untuk membentuk bekuan.
Penguraian bekuan darah
Setelah terbentuk, bekuan akan beretraksi (menyusut) akibat kerja protein kontraktil
dalam trombosit. Jaring-jaring fibrin dikontraksi untuk menarik permulakaan yang terpotong
agar saling mendekat dan untuk menyediakan kerangka kerja untuk perbaikan jaringan.
Bersamaan dengan retraksi bekuan, suatu cairan yang disebut serum keluar dari
bekuan. Serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen dan tanpa faktor lain yang terlibat dalam
mekanisme pembekuan.
Sumber-sumber faktor pembekuan
Hati mensintesis sebagian besar faktor pembekuan, sehingga berperan penting dalam
pembekuan darah. Penyakit hati yang mengganggu sintesis ini dapat menimbulkan kesulitan
pembekuan.
Vitamin K sangat penting dalam sintesis protrombin dan faktor pembekuan lainnya
dalam hati. Absorpsi vitamin ini dari usus bergantung pada garama empedu yang diproduksi
24
hati. Jika duktus empedu tersumbat (misalnya, oleh batu empedu), maka kemampuan untuk
membentuk bekuan akan berkurang.
Pencegahan terjadinya bekuan darah pada pembuluh yang tidak cedera
Antikoagulan, antitrombin, dan heparin yang ada dalam sirkulasi darah menghalangi
pembekuan. Heparin, yang disekresi basofil dan sel mast, mengaktivasi antitrombin.
Antitrombin kemudian menghalangi kerja thrombin terhadap fibrinogen.
Lapisan endothelial halus pada pembuluh darah menolak trombosit dan faktor-faktor
koagulasi.
Prostasiklin (PGI) adalah sejenis prostaglandin yang menghambat agregasi trombosit.
Prostasiklin merupakan antagonis tromboksan, suatu jenis prostaglandin ini membantu
mengatur proses pembekuan darah.
Abnormalitas pemebkuan
Bekuan yang abnormal disebut thrombus. Trombus yang terlepas, dan ikut dalam
aliran darah disebut embolus. Kedua jenis bekuan ini dapat menyumbat aliran darah.
Kondisi yang menunjang pembentukan thrombus
Pembuluh dengan permukaan kasar akibat plak-plak kolesterol (arterosklerosis), mungkin
akan menangkap trombosit untuk memulai pemebkuan.
Aliran darah yang lambat memungkinkan terjadinya akumulasi tromboplastin. Karena aliran
darah menurun setara dengan immobilitas, maka pasien tirah baring harus sering bergerak
atau digerakkan.
Pengobatan bagi orang yang rentan terhadap pembentukkan thrombus
a. Antikoagulan seperti senyawa coumarin menghambat aktivitas vitamin K,
sehingga menghalangi sintesis protrombin.
b. Aspirin menghalangi agregasi trombosit dan mengganggu sintesis prostasiklin.
Trombositopenia adalah suatu kondisi di mana terdapat sejumlah kecil trombosit abnormal
dalam darah yang bersirkulasi (di bawah 100.000 per mm). Ini akan memperlama waktu
koagulasi dan memperbesar resiko terjadinya perdarahan dalam pembuluh darah kecil di
25
seluruh tubuh. Trombositopenia dapat disebabkan oleh reaksi awal terhadap obat-obatan,
maglinansi sumsum tulang, atau radiasi ion yang merusak sumsum tulang.
Hemofilia adalah gangguan berkaitan dengan jenis kelamin secara herediter, akibat tidak
adanya beberapa faktor pemebkuan. Transfusi perlu dilakukan untuk mengganti faktor-faktor
yang hilang jika terjadi cedera ringan yang diikuti dengan perdarahan yang berlebihan.
Proses Pembekuan Darah
Trombosit yang menyentuh permukaan yang kasar akan pecah dan mengeluarkan
enzim Trombokinase (Tromboplastin). Prosesnya adalah sebagai berikut; TROMBOSIT
pecah TROMBOPLASTIN ion Ca PROTROMBIN TROMBIN Vitamin K
FIBRINOGEN FIBRIN
Pada masa embrio (janin) sel-sel darah dibuat di dalam Limpa dan Hati (extra
medullary haemopoiesis). Setelah embrio sudah cukup usia, fungsi itu diambil alih oleh
Sumsum Tulang.
Golongan Darah dan Tipe Darah
Sebelum lahir, molekul protein yang ditentukan secara genetic disebut antigen muncul
di permukaan membran sel darah merah. Antigen ini, tipe A dan tipe B bereaksi dengan
antibodi pasangannya, yang mulai terlihat sekitar 2 sampai 8 bulan setelah lahir.
a. Karena reaksi antigen-antibodi menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) sel darah
merah, maka antigen disebut aglutinogen dan antibodi pasangannya disebut agglutinin.
b. Seseorang mungkin saja tidak mewarisi tipe A, maupun B, atau hanya mewarisi salah
satunya, atau bahkan keduanya sekaligus.
Klasifikasi golongan darah ABO ditentukan berdasarkan ada tidaknya aglutinogen
(antigen tipe A dan tipe B) yang ditentukan pada permukaan eritrosit dan aglutinin
(antibodi), anti-A dan anti-B yang ditemukan dalam plasma darah.
a.
b.
c.
26
Transfusi Darah
Saat transfusi darah diberikan, plasma donor akan diencerkan oleh plasma resipien,
sehingga agglutinin donor tidak dapat menyebabkan aglutinasi.
Walaupun demikian, aglutinogen pada sel donor penting untuk transfusi. Jika
golongan darah donor berbeda dengan golongan darah resipien, maka aglutinin dalam plasma
resipien akan mengalugtinasi sel darah merah asing donor.
Reaksi transfusi disebabkan oleh aglutinasi sel darah merah donor.
a. Aliran darah dalam pembuluh kecil terhalang oleh gumpalan sel.
b. Hemolisis (ruptur) sel darah merah menyebabkan terlepasnya hemoglobin ke dalam
aliran darah.
c. Hemoglobin yang terbawa ke tubulus ginjal mengendap, menutup tubulus, dan
mengakibatkan ginjal tidak berfungsi.
27
Pencocokan silang pada golongan darah resipien dan donor dilakukan sebelum
pemebrian transfusi untuk memastikan kecocokan darah.
Konsep donor universal dan resipien universal
a. Donor universal. Darah golongan O tidak memiliki aglutinogen untuk diaglutinasi
sehingga dapat diberikan pada resipien manapun, asalkan volume transfusinya sedikit.
Golongan O disebut donor universal.
b. Resipien universal. Individudengan golongan darah AB tidak memiliki aglutinin
dalam plasmanya sehingga dapat menerima eritrosit donor apapun. Darah golongan
AB disebut resipien universal.
Sistem Rh adalah kelompok antigen lain yang diwariskan dalam tubuh manusia.
Sistem ini ditemukan dan diberi nama berdasarkan Rhesus monyet. Antigen RhD adalah
antigen terpenting dalam reaksi imunitas tubuh.
Jika faktor RhD ditemukan, individu yang memiliknya disebut Rh positif. Jika faktor
tersebut tidak ditemukan maka individunya disebut Rh negative. Individu dengan Rh positif
lebih banyak dibandingkan yang ber-Rh negative.s
Sistem ini berbeda dengan golongan ABO di mana individu ber-Rh negative tidak
memiliki aglutinin anti-Rh dalam plasmanya.
Jika seseorang dengan Rh negative diberikan darah ber-Rh positif maka agglutinin
anti-Rh akan diproduksi. Walaupun transfuse awal biasanya tidak membahayakan, pemberian
darah Rh positif selanjutnya akan mengakibatkan aglutinasi sel darah merah donor.
Eritoblastosis fetalis atau penyakit hemolisis pada bayi baru lahir dapat terjadi setelah
kehamilan pertama ibu ber-Rh negatif dengan janin ber-Rh positif.
Pada saat lahir (atau abortus spontan atau induksi), ibu akan terpapar beberapa antigen
Rh positif janin sehingga ibu akan membentuk antibodi untuk menolak antigen tersebut.
Jika antibodi lawan faktor Rh telah diproduksi ibu maka pada kehamilan selanjutnya,
antibodi tersebut akan menembus plasenta menuju aliran darah janin dan menyebabkan
hemolisis sel darah merah janin. Bayi yang mengalaminya akan terlahir dengan anemia. Jika
ibu ber-Rh negative mendapat injeksi antibodi berlawanan dengan faktor Rh positif dalam
waktu 72 jam setelah melahirkan, keguguran, atau setelah abortus janin ber-Rh positif, maka
antigen tidak akan teraktivasi. Ibu tidak akan memproduksi antibodi lawannya.
28
29
30
Pembuluh Darah
Terdiri dari:
1. Pembuluh darah yang meninggalkan jantung Arteri terdiri dari Aorta, Arteri, Arteriol.
2. Pembuluh darah yang menuju jantung Vena terdiri dari Vena Kava, Vena, Venula.
3. Pembuluh antara arteri dan vena Kapiler.
Struktur darah manusia berdasarkan perasaan kita (Sedih, senang, takut, dll)
Ternyata struktur sel-sel darah kita bisa berubah-ubah sesuai perasaan yang kita alami.
Sebuah penelitian dilakukan oleh pakar EFT untuk menunjukkan bagaimana kondisi darah
manusia disaat normal, sedih, gembira, jatuh cinta dan saat berdoa.
Pakar EFT tersebut mengambil sampel darah seorang pasien (Rebecca) kemudian
memotretnya dengan menggunakan darkfield microscope yang dihubungkan dengan
monitor komputer. Dan tampaklah perubahan drastis pada darah Rebecca tersebut setiap kali
emosinya berubah. Sebelum melakukan EFT (sel darah merah menggumpal oleh Lectin yang
didapat dari alergi ayam dan alpukat). Sesudah melakukan EFT (sel darah merah menjadi
normal kembali ).
Kemudian Rebecca melakukan EFT lagi dan mengundang emosi sedih. Caranya,
Rebecca memikirkan saat-saat sedih sampai dia menangis. Lalu sang pakar EFT ( Dr. Felicy)
mengambil sampel darahnya lagi.
Struktur Sel Darah Saat Sedih
31
Struktur sel darah saat kita sedih. Selanjutnya, Rebecca menggunakan EFT untuk
mengundang energi cinta untuk memasuki tubuh dan darahnya. Dan seketika darahnya
kembali normal, dan sel-sel darah bergerak dengan indah dan timbul substansi yang
berkilauan dalam cairan darah.
Saat Jatuh Cinta
32
Struktur sel darah saat kita jatuh cinta. Satu kenyataan menarik pada sampel darah saat
sedih terjadi perubahan seperti pada sampel darah saat merasakan cinta. Jadi walaupun
darah itu sudah meninggalkan tubuh Rebecca ia tetap masih berhubungan dengan pemiliknya.
Kemudian seorang Rebecca mengundang rasa takut dan memikirkan kejadian menakutkan
yang pernah ia alami. Dan sel-sel dalam darahnya bergerak tidak beraturan dengan sangat
cepat. Mungkin ini adalah akibat dari produksi adrenalin sebagai reaksi normal atas rasa takut.
Saat Ketakutan
Struktur sel darah saat kita ketakutan. Lalu Rebecca mecoba untuk memikirkan sifat
feminine Tuhan. Dalam keyakinan agamanya ia sebut divine mother, sifat penyayang,
penyantun
dan
pemelihara
(dalam
islam
disebut
sifat
Jamaliah
Allah).
Dan memohon kepada-Nya untuk menyalurkan energi feminine itu kedalam tubuh dan
darahnya.
Saat
berdoa
tersebut,
Rebecca
33
merasakan
seperti
ini.
Saya merasakan gelombang energi yang begitu besarnya menyelimuti diri saya, saya
sampai menangis bahagia karenanya, begitu Rebecca tersebut menggambarkan
pengalamannya.
Saat sampel darah Rebecca diambil setelah berdoa dan merasakan pengalaman religius
itu, kemudian dilihatkan dibawah mikroskop yang dihubungkan dengan computer. Semua
yang hadir dilaboratorium itu seketika terdiam dan terpana karena melihat kondisi darah yang
sama sekali berbeda dengan yang lain, cairah darahnya sangat cerah, gerakan sel darah sangat
tenang seakan bergerak dengan penuh kedamaian, muncul banyak substansi yang berkilauan.
Di dalam sel darah terdapat substansi yang bercahaya dan berdenyut seperti denyutan jantung
mini.
Saat Berdoa
34
35
mati dalam nanah itu, dan ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang telah mencair.
Sementara pertempuran berlangsung, kalau sel darah putih dapat mengalahkan organisme
penyerbu itu, semua bekas karusakan, bakteri-bakteri yang hidup maupun yang mati, sel
nanah dan jaringan yang meleleh, akan disingkirkan granulosit sehat yang bekerja sebagai
fagosit.
Mengenal fungsi limfosit sedikit yang diketahui. Limfosit tidak memiliki gerakan
amuboid terapung-apung di dalam aliran darah, dan juga terdapat dalam jaringan limfe dari
semua bagian badan. Limfosit tidak memakan bakteri, tetapi diduga membentuk antibody
(bahan penangkis) penting yang melindungi tubuh terhadap infeksi kronis dan
mempertahankan tingkat kekbalan (imunitas) tertentu terhadap infeksi.
Leukosit ialah istilah untuk menunjukan penambahan jumlah keseluruhan sel putih
dalam darah, yaitu kalau penambahan melampaui 10.000 butir per millimeter kubik.
Leucopenia berarti berkurangnya jumlah sel darah putih sampai 5.000 atau kurang.
Limfositosis adalah pertambahan jumlah limfosit sedangkan Agranulositosis adalah
suatu penurunan jumlah granulosit atau sel polimorfonuklear secara mencolok.BAB III
PENUTUP
Resume ini disusun sebagai pedoman dalam pembelajaran kami sebagaimana telah
dijelaskan diatas. Penyusun sangat menyadari bahwa keberhasilan kami dalam belajar
tidak akan terwujud tanpa adanya rasa ingin tahu dan bekerja keras serta kerjasama yang
baik dengan berbagai pihak. Melalui resume ini, kami mengharap pencerahan ilmu dari
dosen demi kelancaran dan kesuksesan kami di masa yang akan datang.
Atas waktu dan perhatiannya, penyusun mengucapkan banyak terima kasih.
Semoga resume ini dapat bermanfaat. AMIN.
36
37