Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hematologi adalah cabang kedokteran internal, fisiologi, patologi, pekerjaan
laboratorium klinis, dan pediatri yang berkaitan dengan studi tentang darah, organ
pembentuk darah, dan penyakit darah. Hematologi meliputi studi tentang etiologi,
diagnosis, pengobatan, prognosis, dan pencegahan

penyakit

darah.

Pekerjaan

laboratology yang masuk ke studi tentang darah sering dilakukan oleh teknolog medis.
Dokter ahli darah juga sangat sering melakukan studi lebih lanjut di onkologi-pengobatan
medis kanker.
Darah penyakit mempengaruhi produksi darah dan komponen-komponennya,
seperti sel-sel darah, hemoglobin, protein darah, mekanisme koagulasi, dll.
Dokter spesialis dalam hematologi dikenal sebagai Ahli Darah. pekerjaan rutin
mereka terutama mencakup perawatan dan pengobatan pasien dengan penyakit
hematologi, meskipun beberapa juga dapat bekerja di laboratorium hematologi darah dan
melihat film slide sumsum tulang di bawah mikroskop, menafsirkan berbagai hasil tes
hematologi. Di beberapa lembaga, Ahli Darah juga mengelola laboratorium hematologi.
Dokter yang bekerja di laboratorium hematologi, dan paling sering mengelola mereka,
adalah patolog spesialis dalam diagnosis penyakit hematologi, disebut sebagai
hematopathologists. Ahli Darah dan hematopathologists umumnya bekerja bersama untuk
merumuskan diagnosa dan memberikan terapi yang paling tepat jika diperlukan.
Hematologi adalah subspesialisasi berbeda penyakit dalam, yang terpisah dari terapi
tumpang tindih dengan subspesialisasi onkologi medis. Ahli Darah mungkin spesialisasi
lebih lanjut atau memiliki kepentingan khusus, misalnya dalam:

Mengobati

gangguan

perdarahan

seperti

hemofilia

dan

thrombocytopenic

Mengobati malignacies hematologi seperti limfoma dan leukemia

Mengobati hemoglobinopathies

Dalam ilmu transfusi darah dan pekerjaan bank darah

Dalam sumsum tulang dan transplantasi sel induk

purpura

idiopatik

Setiap makhluk hidup memerlukan oksigen dan zat makanan serta mengeluarkan
zat sisa metabolisme. Berbagai proses metobolisme menghasilkan sampah (sisa) yang
harus dikeluarkan oleh tubuh.
Peredaran materi, baik berupa bahan-bahan yang diperlukan tubuh seperti oksigen
maupun hasil metabolisme dan sisa-sisanya dilakukan oleh sistem peredaran atau sistem
sirkulasi. Hasil pencernaan makanan dan oksigen diangkut dan diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh, sedangkan sisa-sisa metabolisme diangkut dari seluruh jaringan tubuh
menuju organ-organ pembuangan oleh darah.
Darah adalah cairan berwarna merah yang terdapat di dalam pembuluh darah.
Warna merah tersebut tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah karena pengaruh zat
kandungannya, terutama kadar oksigen dan karbondioksida. Apabila kadar oksigen tinggi
maka warna daranya menjadi merah muda, tetapi bila kadar karbondioksidanya tinggi
maka warna darahnya menjadi merah tua. Volume darah pada manusia adalah 8% berat
badannya.

BAB II
PEMBAHASAN

Darah berasal dari kata haima, yang berasal dari akar kata hemo atau hemato. Darah
adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan dibawa dalam
matriks cairan (plasma). Darah terdiri dari 45% korpuskula dan 55% plasma darah. Darah
lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini memiliki rasa dan bau yang khas,
serta PH 7,4 (7,35 - 7,45). Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua
kebiruan, bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah. Volume darah total
sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata, dan kurang sedikit pada perempuan
dewasa. Volume ini bervariasi sesuai dengan ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan
jumlah jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi sesuai dengan perubahan
cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya.
A. KOMPOSISI DAN STRUKTUR SEL DARAH MANUSIA
Darah memiliki komposisi yang terdiri atas sekitar 55% cairan darah (plasma)
dan 45% sel-sel darah. Elemen pembentuk darah meliputi tiga macam sel darah, yaitu
sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
Ketiga sel-sel darah tersebut tergolong dalam unsur padat yang disebut korpuskuler.
1. Plasma Darah
Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama
dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung campuran kmpleks
zat organik dan anorganik.
Protein plasma mencapai 7% plasma dan merupakan satu-satunya unsur pokok plasma
yang tidak dapat menembus membran kapiler untuk mencapai sel. Ada 3 jenis protein
plasma yang utama yaitu:
a. Albumin
Albumin adalah protein plasma yang terbanyak, sekitar 55% sampai
dengan 60%, Tetapi ukurannya paling kecil. Albumin disintesis dalam hati dan
bertanggung jawab untuk Tekanan Osmotik koloid darah.
Koloid adalah zat yang berdiameter 1nm sampai 100nm, sedangkan
kristaloid adalah zat yang berdiameter kurang dari 1nm. Plasma mengandung
koloid dan kristaloid.
Tekanan osmotik koloid (tekanan onkotik) ditentukan berdasarkan jumlah
partikel koloid dalam larutan. Tekanan ini merupakan suatu ukuran daya tarik

plasma terhadap difusi air dari cairan ekstraseluler yang melewati membran
b.

kapiler.
Globulin
Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan beta globulin
disintesis di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul pembawa lipid, beberapa
hormon, berbagai substrat, dan zat penting tubuh lainnya.
Gamma globulin (imunoglobulin) adalah antibodi. Ada 5 jenis
imunoglobulin yang diproduksi jaringan limfoid dan berfungsi dalam imunitas.
Fibrinogen membentuk 4% protein plasma, disintesis dihati dan merupakan
komponen essensial dalam mekanisme pembentukan darah.
Plasma juga mengandung nutrien, gas darah, elektrolit, mineral, hormon,

vitamin dan zat-zat sisa.


a. Nutrien meliputi asam amino, gula, dan lipid yang diabsorpsi dari saluran
b.
c.

pencernaan.
Gas darah meliputi oksigen, karbon dioksida, dan nitrogen.
Elektrolit plasma meliputi ion natrium, kalium, magnesium, klorida, kalsium,
bikarbonat, fosfat, dan ion sulfat.

Fungsi Darah
1. Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air)
Sebagai alat pengangkut yaitu:

Mengambil oksigen/ zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh


jaringan tubuh.

Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.

Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh
jaringan/ alat tubuh.

Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan
melalui ginjal dan kulit.

2. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)


Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
3. Imunologi (mengandung antibodi tubuh)
Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantaraan leukosit dan antibodi/ zatzat anti racun.
4. Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator)
Zat-zat yang diangkut oleh darah diantaranya:

a.
b.
c.
d.

Zat makanan seperti: Glukosa, asam lemak dan vitamin


Hasil-hasil metabolisme
Gas-gas pernafasan
Hormon

Komposisi Darah dan Fungsinya :


Plasma 55%
Kandungan

Fungsi utama

Jenis

Sel-sel darah
& jumlah/ Fungsi

mm3

utama
Mengangkut

Air

Pelarut bagi zat-zat lain

Sel darah merah

O2 dan CO2

(4,5 sampai 5 juta)

(pertukaran
gas)

Garam

Sodium
Kalium
Kalsium
Magnesium
Klorida

Mempertahankan

tekanan osmotik
Mempertahankan

PH dan regulasi
Permeabilitas

membrane
mempertahankan

Albumin
Imunoglobulin
Fibrinogen

darah

putih

(5000 10.000)

Pertahanan
tubuh

dan

kekebalan

tekanan osmotik dan

Plasma protein

Sel

Keping darah

PH
proses pembekuan

400.000)

darah
pertahanan tubuh

(250.000

Pembekuan
darah

(antibodi)
a. Plasma Darah
Sekitar 91% plasma darah terdiri atas air. Selebihnya adalah zat terlarut yang
terdiri dari protein plasma (albumin, protrombin, fibrinogen, dan antibodi), garam
mineral, dan zat-zat yang diangkut darah (zat makanan, sisa metabolisme gas-gas, dan
hormon). Fibrinogen yang ada dalam plasma darah merupakan bahan penting untuk
pembekuan darah jika terjadi luka.
b. Sel-Sel Darah
Sel-sel darah pada manusia, terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
5

(leukosit), dan keping darah (trombosit). Dalam sel-sel darah, kandungan sel darah putih
dan keping darah sebanyak 1%, sedangkan sel darah merah sebanyak 99%.
B. Kandungan Darah
Kandungan dalam darah:

Air: 91%

Protein: 3% (albumin, globulin, protombin dan fibrinigen)

Mineral: 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium,


kalsium, dan zat besi).

Bahan organik: 0,1% (glukosa, lemak asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam
amino).

2.1

Sel-sel Darah

B. Elemen Pembentuk Darah


1) Sel Darah Merah (Eritrosit)
Darah berwarna merah karena adanya sel-sel darah merah. Sel darah merah
berbentuk bulat gepeng yang kedua permukaannya cekung. Sel darah merah tidak
memiliki inti sel dan mengandung hemoglobin. Hemoglobin (Hb) merupakan protein
yang mengandung zat besi. Fungsi hemoglobin adalah untuk mengikat oksigen dan
karbondioksida dalam darah. Hemoglobin berwarna merah, karena itu sel darah merah
berwarna merah.
Jumlah sel darah merah yang normal kurang lebih adalah 5 juta sel/mm3 darah.
Sel darah merah dibentuk pada tulang pipih di sumsum tulang dan dapat hidup hingga
120 hari. Jika sel darah merah rusak atau sudah tua maka sel ini akan dirombak dalam
limfa. Hemoglobin dari sel darah merah yang dirombak akan terlepas dan dibawa ke
dalam hati untuk dijadikan zat warna empedu. Sel darah merah baru akan dibentuk
kembali dengan bahan zat besi yang berasal dari hemoglobin yang terlepas.
Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada sentralnya
dan berdiameter 7,65 m
Erirosit terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas yang tinggi. Membran
ini elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapiler (pembuluh darah
terkecil).
Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin sejenis pigmen
pernafasan yang mengikat oksigen. Volume hemoglobin mencapai sepertiga volume sel.

(1) Struktur kimia hemoglobin


a. Hemoglobin adalah molekul yang tersusun dari suatu protein, globin. Globin
terdiri dari 4 rantai polipeptida yang melekat pada 4 gugus hem yang mengandung zat besi.
Hem berperan dalam pewarnaan darah.
b. Pada hemoglobin orang dewasa (HgA), rantai polipeptidanya terdiri dari 2 rantai
alfa dan 2 rantai beta yang identik. Masing-masing membawa gugus hemnya.
c. Hemoglobin janin (Hgf) terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai ngamma. HgF
memiliki afinitas yang sangat besar terhadap oksigen dibandingkan HgA.
(2) Fungsi hemoglobin
Jika hemoglobin terpajan oksigen, maka molekul oksigen akan bergabung dengan
rantai alfa dan beta, untuk membentuk oksihemoglobin.
(a) Oksihemoglobin berwarna merah terang. Jika oksigen dilepas ke jaringan,
maka hemoglobinnya disebut deoksihemoglobin atau hemoglobin tereduksi. Hemoglobin ini
terlihat lebih gelap atau bahkan kebiruan, saat vena terlihat dari permukaan kulit.
(b) Setiap gram HgA membawa 1,3ml oksigen. Sekitar 97% oksigen dalam darah
yang dibawa dari paru-paru bergabung dengan hemoglobin, sisanya yang 3% larut dalam
plasma.
Hemoglobin berikatan dengan karbondioksida dibagian asam amino pada globin.
Karbaminohemoglobin yang terbentuk hanya memakai 20% karbondioksida yang terkandung
dalam darah, 80% sisanya dibawa dalam bentuk ion bikarbonat.
1. Jumlah
a. Jumlah sel darah merah pada laki-laki sehat berukuran rata-rata adalah 4,2
sampai 5,5 juta sel permilimeter kubik (mm 3). Pada perempuan sehat rat-rata,
jumlah sel darah merahnya antara 3,2 sampai 5,2 juta sel per mm3.
b. Hematokrit adalah persentase volume darah total yang mengandung eritrosit.
Persentase ini ditentukan dengan melakukan sentrifugasi sebuah sampel darah
dalam tabung khusus dan mengukur kerapatan sel pada bagian dasar tabung.
(a) Hematokrit pada laki-laki berkisar antara 42% sampai 54% dan pada
perempuan 38% samapai 48%.
(b) Hematokrit dapat bertambah atau berkurang, bergantung pada jumlah eritrosit
atau faktor-faktor yang mempengaruhi volume darah, seperti asupan cairan
atau air yang hilang.
(c) Kecepatan sedimentasi adalah kecepatan sel darah merah untuk sampai kedasar
tabung tanpa melalui sentrifugasi.
2. Fungsi
a. Sel-sel darah merah menstransfor oksigen keseluruh jaringan melalui
pengikatan hemoglobin terhadap oksigen.

b. Hemoglobin sel darh merah berikatan dengan karbon dioksida untuk ditransfor
ke paru-paru, tetapi sebagian besar karbon dioksida yang dibawa plasma
berada dalam bentuk ion bikarbonat. Suatu enzim (karbonat anhidrase) dalam
eritrosit memungkinkan sel darah merah bereaksi dengan karbon dioksida
untuk membentuk ion bikarbonat. Ion bikarbonat berdifusi keluar dari sel
darah merah dan masuk ke dalam plasma.
c. Sel darah merah berperan penting dalam pengaturan PH darah karena ion
bikarbonat dan hemoglobin merupakan buffer asam-basa.

3. Pengaturan produksi sel darah merah


a. Produksi eritrosit diatur eritropoietin, suatu hormon glikoprotein yang
diproduksi terutama oleh ginjal. Kecepatan produksi eritropoietin berbanding
b.

terbalik dengan persediaan oksigen dalam jaringan.


Faktor apapun yang menyebabkan jarinagan menerima volume oksigen yang
kurang (anoksia) akan mengakibatkan peningkatan produksi eritropoietin,

sehingga semakin menstimulasi produksi sel darah merah. Sebagai berikut :


(1) Kehilangan darah akibat hemoragi mengakibatkan peningkatan produksi sel
darh merah.
(2) Tinggal didataran tinggi dengan kandungan oksigen yang rendah dalam
jangka waktu yang lama akan mengakibatkan peningkatan produksi sel dara
merah.
(3) Gagal jantung, yang mengurangi darah ke jaringan, atau penyakit paru, yang
mengurangi volume oksigen yang diabsorpsi darah, mengakibatkan
c.

peningkatan produksi sel darh merah.


Hormon lain, seperti kortison, hormon tiroid, dan hormon pertumbuhan, juga

mempengaruhi produksi sel darh merah.


4. Faktor diet esensial untuk produksi sel darah merah
a. Zat besi penting untuk sintesis hemoglobin oleh eritrosit. Zat ini diabsorpsi
dari makanan sehari-hari dan disimpan diberbagai jaringan, terutama dihati.
b. Tembaga merupakan bagian esensial dari protein yang diperlukan untuk
mengubah besi feri (Fe3=-) menjadi besi fero (Fe2=).
c. Vitamin tertentu, seperti asam folat, vitamin c, dan vitamin B 12+, berperan
penting dalam pertumbuhan normal dan pematangan sel darah merah.
(1) Vitamin B12+ tidak dapat disintesis dalam tubuh dan harus didapat dari
makanan. Agar vitamin B12 tidak dapat diabsorpsi dari saluran pencernaan,
lapisan lambung harus memproduksi faktor instrinsik.
8

(2) Jika faktor instrinsik tidak ada, maka vitamin B12 tidak dapat diabsorpsi, sel
darah merah tidak matang dengan sempurna, dan mengakibatkan anemia
pernicious (defisiensi sel darah merah), injeksi vitamin B 12 digunakan
untuk pengobatan.
5. Umur dan destruksi eritrosit
a. Sel darah merah biasanya bersikulasi selama 120 hari sebelum menjadi
rapuh dan mudah pecah. Walaupun sel darah merah matang tidak memiliki
nuklei, mitokondria ataupun retikulum endoplasma, enzim sitoplasmanya
mampu memproduksi ATP untuk waktu yang terbatas ini.
b. Fragmen sel darah merah yang rusak atau terdisintegrasi akan mengalami
fagositosis oleh makrofag dalam limpa, hati, sumsum tulang, dan jaringan
tubuh lain.
(1) Globin (bagian protein) HgA terdegradasi menjadi asam amino, yang
kemudian akan diperbaharui untuk sintetis protein selular.
(2) Hem (bagian yang mengandung zat besi) diubah menjadi Biliverdin
(pigmen hijau) dan kemudian menjadi bilirubin (pigmen kuning), yang
dilepas kedalam plasma. Bilirubin diserap hati dan disekresi dalam
empedu.
(3) Sebagian besar Zat besi yang dilepas oleh Hem akan

diambil untuk

diperbaharui dalam proses sintesis HgA selanjutnya.


6. Pertimbangan klinis
a. Anemia adalah defisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin. Hal ini
mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah, atau jumlah sel darh merah
cept normal tetapi jumlah hemoglobinnya subnormal. Karena kemampuan darh
untuk membawa oksigen berkurang. Maka individu akan terliht pucat atau
kurang tenaga.
Berikut merupakan beberapa jenis anemia :
(1) Anemia hemografi terjadi akibat kehilangan darh akut. Sumsum tulang secara
bertahap akan memproduksi sel darh merah baru untuk kembali ke kondisi
normal.
(2) Anemia defisiensi zat besi terjadi akibat penurunan asupan makanan,
penurunan daya absorpsi, atau kehilangan zat besi secara berlebihan.
(3) Anemia aplastik (sumsum tulang tidak aktif), ditandai dengan penurunan sel
darah merah secara besar-besaran. Hal ini dapat terjadi karena pajanan radiasi
yang berlebihan, keracunan zat kimia atau kanker.
(4) Anemia pernicious karena tidak ada vitamin B12.

(5) Anemia sel sabit (sickle cel anemia) adalah penyakit keturunan diman molekul
hemoglobin yang berbeda dari hemoglobin normalnya karena penggantian
salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta. Akibatnya, sel darah merah
terdistorsi menjadi berbentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen yang
rendah. Sel-sel terdistorsi ini menutup kapiler dan mengganggu aliran darah.
b. Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi, yang
mengakibatkan peningkatan viskositas dan volume darah. Aliran darah yang
mengalir melalui pembuluh darah terhalang dan aliran kapiler dapat tertutup.
a. Polisitemia kompensatori (sekunder) dapat terjadi akibat hipoksida
(kekurangan oksigen) karena hal berikut:
(1) kediaman permanen didataran tinggi
(2) aktivitas fisik berkepanjangan
(3) penyakit paru atau penyakit jantung.
Polisitemia vera adalah gangguan pada sumsum tulang
Eritrosit (Sel Darah Merah)
Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc
darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Berbentuk Bikonkaf, warna merah
disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) fungsinya adalah untuk mengikat Oksigen. Kadar 1 Hb
inilah

yang

dijadikan

patokan

dalain

menentukan

penyakit

Anemia.

Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limpa 4. Hemoglobin
dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu).

10

Sel darah merah (Eritrosit) Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf
dan tidak mempunyai inti. Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak dapat
bergerak. Banyaknya kirakira 5 juta dalam 1 mm3 (41/2 juta). Warnanya kuning kemerahan,
karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin, warna ini akan
bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung oksigen. Fungsi sel darah merah
adalah mengikat oksigen dari paruparu untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan
mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paruparu.
Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin yang telah
bersenyawa dengan oksigen yang disebut oksihemoglobin (Hb + oksigen 4 Hb-oksigen) jadi
oksigen diangkut dari seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di
jaringan akan dilepaskan: Hb-oksigen Hb + oksigen, dan seterusnya. Hb tadi akan bersenyawa
dengan karbon dioksida dan disebut karbon dioksida hemoglobin (Hb + karbon dioksida Hbkarbon dioksida) yang mana karbon dioksida tersebut akan dikeluarkan di paru-paru. Sel
darah merah (eritrosit) diproduksi di dalam sumsum tulang merah, limpa dan hati. Proses
pembentukannya dalam sumsum tulang melalui beberapa tahap. Mula-mula besar dan berisi
nukleus dan tidak berisi hemoglobin kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan
nukleusnya dan siap diedarkan dalam sirkulasi darah yang kemudian akan beredar di dalam
tubuh selama kebih kurang 114 - 115 hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari
eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang mengandung Fe yang
berguna untuk membuat eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat didalam
eritrisit yang berguna untuk mengikat oksigen dan karbon dioksida. Jumlah normal pada
orang dewasa kira- kira 11,5 15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan
laki-laki 13,0 mg%. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam
amino dan memerlukan pula zat besi, sehingga diperlukan diit seimbang zat besi. Di dalam
tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin
dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia,
yang biasanya disebabkan oleh perdarahaan yang hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan
tempat pembuatan eritrosit terganggu.
Sel Darah Merah

11

Sel Darah Merah Manusia


Sel darah merah, eritrosit (en:red blood cell, RBC, erythrocyte) adalah jenis sel darah
yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah
dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah
biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paruparu dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna
merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah
zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk
kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri
aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.
Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa Yunani,
yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel)
Eritrosit Vertebrata

12

Dari kiri ke kanan: eritrosit, trombosit, dan leukosit


Eritrosit secara umum terdiri dari hemoglobin, sebuah metalloprotein kompleks yang
mengandung gugus heme, dimana dalam golongan heme tersebut, atom besi akan tersambung
secara temporer dengan molekul oksigen (O2) di paru-paru dan insang, dan kemudian molekul
oksigen ini akan di lepas ke seluruh tubuh. Oksigen dapat secara mudah berdifusi lewat
membran sel darah merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa beberapa produk buangan
seperti CO2 dari jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir keseluruhan molekul CO2
tersebut dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah. Myoglobin, sebuah senyawa
yang terkait dengan hemoglobin, berperan sebagai pembawa oksigen di jaringan otot.
Warna dari eritrosit berasal dari gugus heme yang terdapat pada hemoglobin.
Sedangkan cairan plasma darah sendiri berwarna kuning kecoklatan, tetapi eritrosit akan
berubah warna tergantung pada kondisi hemoglobin. Ketika terikat pada oksigen, eritrosit
akan berwarna merah terang dan ketika oksigen dilepas maka warna erirosit akan berwarna
lebih gelap, dan akan menimbulkan warna kebiru-biruan pada pembuluh darah dan kulit.
Metode tekanan oksimetri mendapat keuntungan dari perubahan warna ini dengan mengukur
kejenuhan oksigen pada darah arterial dengan memakai teknik kolorimetri.
Pengurangan jumlah oksigen yang membawa protein di beberapa sel tertentu
(daripada larut dalam cairan tubuh) adalah satu tahap penting dalam evolusi makhluk hidup
bertulang belakang (vertebratae). Proses ini menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang
memiliki viskositas rendah, dengan kadar oksigen yang tinggi, dan difusi oksigen yang lebih
baik dari sel darah ke jaringan tubuh. Ukuran eritrosit berbeda-beda pada tiap spesies
vertebrata. Lebar eritrosit kurang lebih 25% lebih besar daripada diameter pembuluh kapiler

13

dan telah disimpulkan bahwa hal ini meningkatkan pertukaran oksigen dari eritrosit dan
jaringan tubuh.
Vertebrata yang diketahui tidak memiliki eritrosit adalah ikan dari familia
Channichthyidae. Ikan dari familia Channichtyidae hidup di lingkungan air dingin yang
mengandung kadar oksigen yang tinggi dan oksigen secara bebas terlarut dalam darah
mereka. Walaupun mereka tidak memakai hemoglobin lagi, sisa-sisa hemoglobin dapat
ditemui di genom mereka.
Nukleus
Pada mamalia, eritrosit dewasa tidak memiliki nukleus di dalamnya (disebut anukleat),
kecuali pada hewan vertebrata non mamalia tertentu seperti salamander dari genus
Batrachoseps. Konsentransi asam askorbat di dalam sitoplasma eritrosit anukleat tidak
berbeda dengan konsentrasi vitamin C yang terdapat di dalam plasma darah.[8] Hal ini berbeda
dengan sel darah yang dilengkapi inti sel atau sel jaringan, sehingga memiliki konsentrasi
asam askorbat yang jauh lebih tinggi di dalam sitoplasmanya.
Rendahnya daya tampung eritrosit terhadap asam askorbat disebabkan karena sirnanya
transporter SVCT2 ketika eritoblas mulai beranjak dewasa menjadi eritrosit. Meskipun
demikian, eritrosit memiliki daya cerap yang tinggi terhadap DHA melalui transporter
GLUT1 dan mereduksinya menjadi asam askorbat.
Fungsi lain
Ketika eritrosit berada dalam tegangan di pembuluh yang sempit, eritrosit akan
melepaskan ATP yang akan menyebabkan dinding jaringan untuk berelaksasi dan melebar.
Eritrosit juga melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin terdeoksigenasi, yang juga
berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan melancarkan arus darah supaya darah
menuju ke daerah tubuh yang kekurangan oksigen.
Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah
mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel darah merah
akan melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen,
serta membunuhnya.
Eritrosit pada manusia

14

Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 m dan ketebalan 2 m,


lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia.

[13]

Eritrosit normal

memiliki volume sekitar 9 fL (9 femtoliter) Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh
hemoglobin, total dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4
gugus heme.
Orang dewasa memiliki 23 1013 eritrosit setiap waktu (wanita memiliki 4-5 juta
eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang tinggal di
dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka cenderung untuk memiliki sel
darah merah yang lebih banyak). Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi
dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih yang hanya
memiliki sekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki 150000400000 di setiap mikroliter dalam darah manusia.
Pada manusia, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai peran untuk mengantarkan
lebih dari 98% oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sisanya terlarut dalam plasma darah.
Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5 gram besi, mewakili sekitar
65% kandungan besi di dalam tubuh manusia.
Daur Hidup
Proses dimana eritrosit diproduksi dinamakan eritropoiesis. Secara terus-menerus,
eritrosit diproduksi di sumsum tulang merah, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per
detik (Pada embrio, hati berperan sebagai pusat produksi eritrosit utama). Produksi dapat
distimulasi oleh hormon eritropoietin (EPO) yang disintesa oleh ginjal. Hormon ini sering
digunakan dalam aktivitas olahraga sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan
sumsum tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamai retikulosit dan jumlahnya sekitar
1% dari seluruh darah yang beredar. Eritrosit dikembangkan dari sel punca melalui retikulosit
untuk mendewasakan eritrosit dalam waktu sekitar 7 hari dan eritrosit dewasa akan hidup
selama 100-120 hari.

Sel Darah Putih (Leukosit)

Sel darah putih sesungguhnya tidaklah berwarna putih, tetapi jernih. Disebut sel
darah putih untuk membedakannya dari sel darah merah yang berwarna merah. Sel darah

15

putih bentuknya tidak teratur atau tidak tetap. Tidak seperti sel darah merah yang selalu
berada di dalam pembuluh darah, sel darah putih dapat keluar dari pembuluh darah.
Kemampuan untuk bergerak bebas diperlukan sel darah putih agar dapat menjalankan
fungsinya untuk menjaga tubuh. Sel darah putih memiliki inti sel tetapi tidak berwarna
atau tidak memiliki pigmen.
Berdasarkan zat warna yang diserapnya dan bentuk intinya sel darah putih dibagi
menjadi lima jenis, yaitu basofil, neutrofil, monosit, eosinofil, dan limfosit.
Secara normal jumlah sel darah putih pada tubuh kita adalah kurang lebih 8.000
pada tiap 1 mm3 darah. Sel darah putih hanya hidup sekitar 12-13 hari. Fungsi sel darah
putih sebagai pertahanan tubuh dari serangan penyakit. Jika tubuh terluka dan ada kuman
yang masuk, sel-sel darah putih akan menyerang atau memakan kuman-kuman tersebut.
Ibarat sebuah negara, sel darah putih adalah pasukan tempur. Jika seseorang diserang
penyakit, tubuh akan memproduksi lebih banyak sel-sel darah putih untuk melawan bibit
penyakit tersebut.
Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 9000 sel/cc darah. Fungsi utama
dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke
dalam tubuh. Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang
masuk tubuh. Peningkatan jumlah lekosit merupakan petunjuk adanya infeksi misalnya
radang paru-paru.
Lekopeni adalah berkurangnya jumlah lekosit sampai di bawah 6000 sel/cc darah.
Lekositosis adalah bertambahnya jumlah lekosit melebihi normal (di atas 9000 sel/cc darah).
Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing/kuman jauh di
luar pembuluh darah. Kemampuan lekosit untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler)
untuk mencapai daerah tertentu disebut Diapedesis. Gerakan lekosit mirip dengan amoeba
Gerak Amuboid.
Jenis Leukosit
1. Granulosit Lekosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar
(granula). Jenisnya adalah eosinofil, basofil dan netrofil.
2. Agranulosit Lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granola. Jenisnya adalah
limfosit dan monosit.
3. Eosinofil mengandung granola berwama merah (Warna Eosin) disebut juga
Asidofil. Berfungsi pada reaksi alergi (terutama infeksi cacing).

16

4. Basofil mengandung granula berwarna biru (Warna Basa). Berfungsi pada reaksi
alergi.
5. Netrofil (ada dua jenis sel yaitu Netrofil Batang dan Netrofil Segmen). Disebut
juga sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear). Berfungsi sebagai fagosit.
6. Limfosit (ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B). Keduanya berfungsi untuk
menyelenggarakan

imunitas

(kekebalan)

tubuh.

Sel

T4

imunitas

seluler

sel B4 imunitas humoral.


7. Monosit merupakan lekosit dengan ukuran paling besar
1. Karakteristik :
a. Jumlah
1. Rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar daripada sel
darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil.
2. Dalam setiap millimeter kubik darah terdapat 6.000 10.000 (rata rata
8.000) sel darah putih.
3. Infeksi atau kerusakan jaringan mengakibatkan peningkatan jumlah total
leukosit.
b. Fungsi
Granulosit dan monosit mempunyai peranan penting dalam

perlindungan

badan terhadap mikroorganisme. Dengan kemampuannya sebagai fagosit, kedua


sel darah itu memakan bakteri bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah.
Melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10 20 mikroorganisme
tertelan sebutir granulosit.
Pada waktu menjalankan fungsi ini, sel darah itu disebut fagosit. Dengan
kekuatan gerakan amuboidnya, sel darah itu dapat bergerak bebas di dalam dan
dapat keluar pembuluh darah serta berjalan mengitari seluruh bagian tubuh.
Dengan cara ini sel darah dapat:

Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cedera,

Menangkap organisme hidup dan menghancurkannya,

Menyingkirkan bahan lain seperti kotoran - kotoran, serpihan kayu, benang

jahitan (catgut), dan sebagainya, dengan cara yang sama, dan sebagai tambahan
granulosit memiliki enzim yang dapat memcah protein, yang memungkinkan
merusak jaringan hidup, menghancurkan, dan membuangnya. Dengan cara ini
jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhan dimungkinkan.

17

Granulosit atau sel polimorfonuklear merupakan hampir 75 % dari seluruh


jumlah sel darah putih. Granulosit terbentuk dalam sumsum merah tulang. Sel itu
berisi sebuah nucleus yang berbelah benyak dan protoplasmanya berbulir,
sehingga disebut sel berbulir atau granulosit. Kekurangan granulosit disebut
granulositopenia.
Tidak adanya granulosit disebut agranulositosis, yang dapat timbul setelah makan
obat tertentu, termasuk juga beberapa antibiotika. Oleh karena itu, apabila makan
obat - obat tersebut, pemeriksaan darah sebaiknya sering dilakukan untuk
mengetahui keadaan ini seawal mungkin.

Sebagian besar aktivitas leukosit berlangsung dalam jaringan dan bukan dalam

aliran darah.
2. Klasifikasi Leukosit
a. Granulosit (Neutrofil, eusinofil, dan basofil, berdasarkan warna granula
sitoplasmanya saat dilakukan pewarnaan dengan zat warna darah wright
1. Neutrofil mencapai 60 % dari jumlah sel darah putih
Struktur. Neutrofil memiliki granula kecil berwarna merah muda dalam
sitoplasmanya. Nukleusnya memiliki 3 5 lobus yang terhubungkan

dengan benang kromatin tipis. Diameternya mencapai 9 12 m.


Fungsi. Neutrofil sangat fagositik dan sangat aktif. Sel sel ini sampai
di jaringan terinfeksi untuk menyerang, menghancurkan bakteri, virus,

atau agen penyebab cedera lainnya.


2. Eosinofil mencapai 1 3 % jumlah sel darah putih.
Struktur. Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar,
dengan pewarnaan orange kemerahan. Sel ini memiliki nukleus

berlobus 2, dan berdiameter 12 15 m.


Fungsi.
- Eosinofil adalah fagosit lemah. Jumlahnya akan meningkat saat
terjadi alergi atau penyakit parasit, tetapi akan berkurang selama
-

stress berkepanjangan.
Sel ini berfungsi dalam detoksitasi histamin yang diproduksi sel

mast dan jaringan yang cedera saat implamasi berlangsung


Eosinofil mengandung feroksidase dan fosfatase, yaitu enzim yang
mampu menguraikan protein. Enzim ini mungkin terlibat dalam
detoksifikasi bakteri dan pemindahan kompleks antigen antibody,

tetapi fungsi pastinya belum diketahui.


3. Basofil mencapai kurang dari 1 % jumlah leukosit.

18

a. Struktur. Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang


bentuknya tidak beraturan dan akan bewarna keunguan sampai hitam
serta memperlihatkan nukleus berbentuk S. Diameternya sekitar 12 - 15
m.
b. Fungsi. Basofil menyerupai fungsi sel mast. Ini mengandung histamin,
mungkin untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera dan
juga antikoagulan heparin, mungkin untuk membantu mencegah
penggumpalan darah intravaskular. Fungsi sebenarnya belum diketahui.
b. Agranulosit adalah leukosit tanpa granula sitoplasma yaitu limfosit dan
monosit.
1. Limfosit mencapai 30 % jumlah total leukosit dalam darah sebagian besar
limfosit dalam tubuh ditemukan di jaringan limfatik. Rentang hidupnya
dapat mencapai beberapa tahun.
Struktur. Limfosit mengandung nukleus bulat berwarna biru gelap yang
dikelilingi lapisan tipis sitoplasma. Ukurannya bervariasi : ukuran
terkecil 5- 8 ukuran terbesar 15 m
Asal dan Fungsi. Limfosit berasal dari sel sel batang, sumsum tulang

merah, tetapi melanjutkan diferensiasi dan proliferasinya dalam organ


lain. Sel ini berfungsi dalam reaksi imulogis.
2. Monosit mencapai 3-8% jumlah total leukosit.
Struktur. Monosit adalah sel darah terbesar diameternya rata-rata
berukuran 12-18 m. Nukleusnya besar, berbentuk seperti telur atau

seperti ginjal, yang dikelilingi sitoplasma berwarna biru keabuan pucat.


Fungsi. Monosit sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini bermigrasi
melalui pemuluh darah. Jika monosit telah meninggalkan aliran darah,
maka sel ini menjadi histiosit jaringan (makrofag tetap).

3.

Pertimbangan klinis
a. Leukimia adalah sejenis kanker yang ditandai dengan ploriferasi sel
darah putih yang tidak terkendali. Jenis leukemia ditentukan
berdasarkan jenis sel yang dominan, seperti mielositik (granulosit),
limfositik, atau leukemia monositik, dan berdasarkan durasi penyakit
dari awitannya, seperti leukemia kronik atau akut.

19

b. Mononukleosis infeksius, disebabkan oleh virus Epstein-Barr, yang


ditandai

dengan

adanya

peningkatan

jumlah

limfosit

dan

ketidakseimbangan jumlah sel yang abnormal dan tidak matang.


c. Acquired immunae deficiency syndrome (AIDS), disebabkan human
immunodeficiency virus (HIV), merusak system kekebalan tubuh
dengan cara menyerang rangkaian limfosit tertentu yang disebut sel T.
1.Karakteristik
a. Jumlah
1. Normal sel darah putih adalah 7000 sampai 9000 per mm3
2. Infeksi atau kerusakan jaringan mengakibatkan peningkatan jumlah total Leukosit
b. Fungsi
1. Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh tehadap invasi benda asing, termasuk
bakteri dan virus
2. Sebagian besar aktivitas leukosit berlangsung dalam jaringan dan bukan dalam
aliran darah.
c. Diapedesis.
Leukosit mempunyai sifat biapedesis, yaitu kemampuan untuk menembus pori-pori
membran kapilar dan masuk kedalam jaringan.
d.Gerakan Amuboid.
Leukosit bergerak sendiri dengan gerakan Amuboid (gerakan seperti gerakan amoeba).
beberapa sel mampu bergerak tiga kali panjang tubuhnya dan 1 menit.
e.Kemampuan Kemotaksis.
Pelepasan zat kimia oleh jaringan yang rusak menyebabkan leukosit bergerak
mendekati (Kemotaksis positif) atau menjauhi (Kemotaksis negative) sumber zat.
f. Fagositosis.
Semua leukosit adalah fagositik, tetapi kemampuan ini lebih berkembang pada
neutrofil dan monosit.
g. Rentang kehidupan.
Setelah diproduksi di sumsum tulang, leukosit bertahan kurang lebih 1 hari dalam
sirkulasi sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan selama beberapa hari,
beberapa minggu, atau beberapa bulan, tergantung jenis leukositnya.

20

Bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan sifat eritrosit apabila kita lihat di bawah
mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan
perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam- macam inti sel sehingga ia
dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1
mm3 darah kira-kira 6000-9000.
Fungsinya sebagai pertahanan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit/bakteri
yang masuk ke dalam jaringan RES (sistem retikuloendotel), tempat pembiakannya didalam
limpa dan kelenjar limfe; sebagai pengangkut yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari
dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah. Sel leukosit disamping berada di dalam
pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit
disebabkan oleh masuknya kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah akan
lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam
kelenjar limfe, sekarang beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan
penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10000/mm3 disebut leukositosis
dan kurang dari 6000 disebut leukopenia.
Macam-macam leukosit meliputi:
a. Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula didalamnya, yang terdiri dari:

Limposit, macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe,

bentuknya ada yang besar dan kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat glandula dan
intinya besar, banyaknya kira- kira 20%-15% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri
yang masuk ke dalam jarigan tubuh. Monosit. Terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar
dari limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34%. Di bawah mikroskop terlihat
bahwa protoplasmanya lebar, warna biru abu-abu mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan.
Inti selnya bulat dan panjang, warnanya lembayung muda.
b. Granulosit
Disebut juga leukosit granular terdiri dari:
- Neutrofil

21

Atau disebut juga polimorfonuklear leukosit, mempunyai inti sel yang kadang-kadang
seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik halus / glandula, banyaknya 60%50%.
- Eusinofil
Ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil tetapi granula dan sitoplasmanya
lebih besar, banyaknya kira-kira 24%.
- Basofil
Sel ini kecil dari eusinofil tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam
protoplasmanya terdapat granula-granula besar. Banyaknya setengah bagian dari sumsum
merah, fungsinya tidak diketahui.
3) Keping Darah (Trombosit)

Keping darah berbentuk bulat atau lonjong. Ukuran keping darah lebih kecil
daripada sel darah merah. Jumlahnya kurang lebih 300.000 pada tiap 1 mm3 darah.
Keping darah hidupnya singkat, hanya 8 hari. Keping darah berfungsi pada proses
pembekuan darah.
Saat terjadi luka, darah keluar melalui luka tersebut. Keping darah menyentuh
permukaan luka, lalu pecah dan mengeluarkan trombokinase.
Plasma darah yang mengandung zat untuk proses pembekuan darah, yaitu
protrombin dan fibrinogen. Trombokinase dibantu dengan ion kalsium akan mengubah
protrombin menjadi trombin. Trombin diperlukan untuk mengubah fibrinogen menjadi
benang-benang fibrin. Luka akan ditutup oleh benang fibrin yang berupa benang-benang
halus, sehingga darah berhenti keluar.
Trombosit disebut pula sel darah pembeku. Jumlah sel pada orang dewasa sekitar
200.000 500.000 sel/cc. Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku
(Hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic Factor) Jika seseorang
secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut, maka orang tersebut menderita
Hemofili.
Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong, warnanya putih, normal pada orang dewasa
200.000-300.000/mm3. Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika
banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku sehingga
timbul perdarahan yang terus- menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis.

22

Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Di dalam plasma darah terdapat
suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan
fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. ketika kita luka maka
darah akan keluar, trombosit pecah dan mengeluarkan zat yang dinamakan trombokinase.
Trombokinasi ini akan bertemu dengan protrombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi
trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus, bentuk
jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan demikian
terjadilah pembekuan. Protrombin di buat didalam hati dan untuk membuatnya diperlukan
vitamin K, dengan demikian vitamin K penting untuk pembekuan darah.
Keping darah (trombosit) berjumlah 250.000 sampai 400.000 per mm. Bagian ini
merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari megakariosit raksasa multinukleus
dalam sumsum tulang.
Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya
terbungkus suatu membran plasma dan mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan
dengan proses koagulasi darah.
Trombosit berfungsi dalam hemostatis (penghentian perdarahan) dan perbagian
pembuluh darah yang robek.
Mekanisme homeostatis dan pembekuan darah melibatkan suatu rangkaian proses yang cepat.

Vasokonstriksi
Jika pembuluh darah terpotong, trombosit pada sisi yang rusak melepas serotonin dan
tromboksan A (prostaglandin), yang menyebabkan otot polos dinding pembuluh
darah berkonstriksi. Hal ini pada awalnya akan mengurangi darah yang hilang.

Plug Trombosit
Trombosit membengkak, menjadi lengket, dan menempel pada serabut kolagen
dinding pembuluh darah yang rusak, membentuk plug trombosit.
Trombosit melepas ADP untuk mengaktivasi trombosit lain, sehingga mengakibatkan
agregasi trombosit untuk memperkuat plug.
Jika kerusakan pembuluh darah sedikit, maka plug trombosit mampu menghentikan
perdarahan.

23

Jika kerusakannya besar, maka plug trombosit dapat mengurangi perdarahan, sampai
proses pembekuan terbentuk.
2.2

Pembentukan Bekuan Darah

Mekanisme ekstrinsik pembekuan darah dimulai dari faktor eksternal pembuluh darah itu
sendiri.
Tromboplastin (membran lipoprotein) yang dilepas oleh sel-sel jaringan yang rusak
mengaktivasi protrombin (protein plasma) dengan bantuan ion kalsium untuk membentuk
thrombin.
Trombin mengubah fibrinogen yang dapat larut, menjadi fibrin yang tidak dapat larut.
Benang-benang fibrin membentuk bekuan, atau jarring-jaring fibrin, yang menangkap sel
darah merah trombosit serta menutup aliran darah yang melalui pembuluh yang rusak.
Mekanisme instrinsik untuk pembekuan darah berlangsung dalam cara yang lebih sederhana.
Setiap faktor protein berada dalam kondisi tidak aktif; jika salah satu diaktivasi, maka
aktivitas enzimatiknya akan mengaktivasi faktor selanjutnya dalam rangkaian, dengan
demikian akan terjadi suatu rangkaian reaksi (cascade of reaction) untuk membentuk bekuan.
Penguraian bekuan darah
Setelah terbentuk, bekuan akan beretraksi (menyusut) akibat kerja protein kontraktil
dalam trombosit. Jaring-jaring fibrin dikontraksi untuk menarik permulakaan yang terpotong
agar saling mendekat dan untuk menyediakan kerangka kerja untuk perbaikan jaringan.
Bersamaan dengan retraksi bekuan, suatu cairan yang disebut serum keluar dari
bekuan. Serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen dan tanpa faktor lain yang terlibat dalam
mekanisme pembekuan.
Sumber-sumber faktor pembekuan
Hati mensintesis sebagian besar faktor pembekuan, sehingga berperan penting dalam
pembekuan darah. Penyakit hati yang mengganggu sintesis ini dapat menimbulkan kesulitan
pembekuan.
Vitamin K sangat penting dalam sintesis protrombin dan faktor pembekuan lainnya
dalam hati. Absorpsi vitamin ini dari usus bergantung pada garama empedu yang diproduksi

24

hati. Jika duktus empedu tersumbat (misalnya, oleh batu empedu), maka kemampuan untuk
membentuk bekuan akan berkurang.
Pencegahan terjadinya bekuan darah pada pembuluh yang tidak cedera
Antikoagulan, antitrombin, dan heparin yang ada dalam sirkulasi darah menghalangi
pembekuan. Heparin, yang disekresi basofil dan sel mast, mengaktivasi antitrombin.
Antitrombin kemudian menghalangi kerja thrombin terhadap fibrinogen.
Lapisan endothelial halus pada pembuluh darah menolak trombosit dan faktor-faktor
koagulasi.
Prostasiklin (PGI) adalah sejenis prostaglandin yang menghambat agregasi trombosit.
Prostasiklin merupakan antagonis tromboksan, suatu jenis prostaglandin ini membantu
mengatur proses pembekuan darah.
Abnormalitas pemebkuan
Bekuan yang abnormal disebut thrombus. Trombus yang terlepas, dan ikut dalam
aliran darah disebut embolus. Kedua jenis bekuan ini dapat menyumbat aliran darah.
Kondisi yang menunjang pembentukan thrombus
Pembuluh dengan permukaan kasar akibat plak-plak kolesterol (arterosklerosis), mungkin
akan menangkap trombosit untuk memulai pemebkuan.
Aliran darah yang lambat memungkinkan terjadinya akumulasi tromboplastin. Karena aliran
darah menurun setara dengan immobilitas, maka pasien tirah baring harus sering bergerak
atau digerakkan.
Pengobatan bagi orang yang rentan terhadap pembentukkan thrombus
a. Antikoagulan seperti senyawa coumarin menghambat aktivitas vitamin K,
sehingga menghalangi sintesis protrombin.
b. Aspirin menghalangi agregasi trombosit dan mengganggu sintesis prostasiklin.
Trombositopenia adalah suatu kondisi di mana terdapat sejumlah kecil trombosit abnormal
dalam darah yang bersirkulasi (di bawah 100.000 per mm). Ini akan memperlama waktu
koagulasi dan memperbesar resiko terjadinya perdarahan dalam pembuluh darah kecil di

25

seluruh tubuh. Trombositopenia dapat disebabkan oleh reaksi awal terhadap obat-obatan,
maglinansi sumsum tulang, atau radiasi ion yang merusak sumsum tulang.
Hemofilia adalah gangguan berkaitan dengan jenis kelamin secara herediter, akibat tidak
adanya beberapa faktor pemebkuan. Transfusi perlu dilakukan untuk mengganti faktor-faktor
yang hilang jika terjadi cedera ringan yang diikuti dengan perdarahan yang berlebihan.
Proses Pembekuan Darah
Trombosit yang menyentuh permukaan yang kasar akan pecah dan mengeluarkan
enzim Trombokinase (Tromboplastin). Prosesnya adalah sebagai berikut; TROMBOSIT
pecah TROMBOPLASTIN ion Ca PROTROMBIN TROMBIN Vitamin K
FIBRINOGEN FIBRIN
Pada masa embrio (janin) sel-sel darah dibuat di dalam Limpa dan Hati (extra
medullary haemopoiesis). Setelah embrio sudah cukup usia, fungsi itu diambil alih oleh
Sumsum Tulang.
Golongan Darah dan Tipe Darah
Sebelum lahir, molekul protein yang ditentukan secara genetic disebut antigen muncul
di permukaan membran sel darah merah. Antigen ini, tipe A dan tipe B bereaksi dengan
antibodi pasangannya, yang mulai terlihat sekitar 2 sampai 8 bulan setelah lahir.
a. Karena reaksi antigen-antibodi menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) sel darah
merah, maka antigen disebut aglutinogen dan antibodi pasangannya disebut agglutinin.
b. Seseorang mungkin saja tidak mewarisi tipe A, maupun B, atau hanya mewarisi salah
satunya, atau bahkan keduanya sekaligus.
Klasifikasi golongan darah ABO ditentukan berdasarkan ada tidaknya aglutinogen
(antigen tipe A dan tipe B) yang ditentukan pada permukaan eritrosit dan aglutinin
(antibodi), anti-A dan anti-B yang ditemukan dalam plasma darah.
a.

Darah golongan A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti-B

b.

Darah golongan B mengandung aglutinogen tipe B dan aglutinin anti-A

c.

Darah golongan AB mengandung aglutinogen tipe A dan tipe B, tetapi tidak

mengandung agglutinin anti-A dan anti-B


d.

Darah golongan O tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung aglutinin

anti-A dan anti-B

26

Penggolongan darah penting dilakukan sebelum transfuse darah karena pencampuran


golongan darah yang tidak cocok menyebabkan aglutinasi dan destruksi sel darah merah.
a. Dalam teknik slide biasa untuk penggolongan darah ABO, dua tetes darah yang
terpisah dari orang yang akan diperiksa golongan darahnya diletakkan pada sebuah
slide mikroskop.
b. Setets serum yang mengandung agglutinin anti-A (dari darah golongan B) diteteskan
pada salah satu tetes darah, sedangkan setets serum yang mengandung aglutinin anti-B
(dari darah golongan A) diteteskan pada tetes darah lainnya.
Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut
memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A).
Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen
tipe B (golongan darah B).
Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut
memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB).
Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak mengakibatkan aglutinasi, maka individu
tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O).

Transfusi Darah
Saat transfusi darah diberikan, plasma donor akan diencerkan oleh plasma resipien,
sehingga agglutinin donor tidak dapat menyebabkan aglutinasi.
Walaupun demikian, aglutinogen pada sel donor penting untuk transfusi. Jika
golongan darah donor berbeda dengan golongan darah resipien, maka aglutinin dalam plasma
resipien akan mengalugtinasi sel darah merah asing donor.
Reaksi transfusi disebabkan oleh aglutinasi sel darah merah donor.
a. Aliran darah dalam pembuluh kecil terhalang oleh gumpalan sel.
b. Hemolisis (ruptur) sel darah merah menyebabkan terlepasnya hemoglobin ke dalam
aliran darah.
c. Hemoglobin yang terbawa ke tubulus ginjal mengendap, menutup tubulus, dan
mengakibatkan ginjal tidak berfungsi.

27

Pencocokan silang pada golongan darah resipien dan donor dilakukan sebelum
pemebrian transfusi untuk memastikan kecocokan darah.
Konsep donor universal dan resipien universal
a. Donor universal. Darah golongan O tidak memiliki aglutinogen untuk diaglutinasi
sehingga dapat diberikan pada resipien manapun, asalkan volume transfusinya sedikit.
Golongan O disebut donor universal.
b. Resipien universal. Individudengan golongan darah AB tidak memiliki aglutinin
dalam plasmanya sehingga dapat menerima eritrosit donor apapun. Darah golongan
AB disebut resipien universal.
Sistem Rh adalah kelompok antigen lain yang diwariskan dalam tubuh manusia.
Sistem ini ditemukan dan diberi nama berdasarkan Rhesus monyet. Antigen RhD adalah
antigen terpenting dalam reaksi imunitas tubuh.
Jika faktor RhD ditemukan, individu yang memiliknya disebut Rh positif. Jika faktor
tersebut tidak ditemukan maka individunya disebut Rh negative. Individu dengan Rh positif
lebih banyak dibandingkan yang ber-Rh negative.s
Sistem ini berbeda dengan golongan ABO di mana individu ber-Rh negative tidak
memiliki aglutinin anti-Rh dalam plasmanya.
Jika seseorang dengan Rh negative diberikan darah ber-Rh positif maka agglutinin
anti-Rh akan diproduksi. Walaupun transfuse awal biasanya tidak membahayakan, pemberian
darah Rh positif selanjutnya akan mengakibatkan aglutinasi sel darah merah donor.
Eritoblastosis fetalis atau penyakit hemolisis pada bayi baru lahir dapat terjadi setelah
kehamilan pertama ibu ber-Rh negatif dengan janin ber-Rh positif.
Pada saat lahir (atau abortus spontan atau induksi), ibu akan terpapar beberapa antigen
Rh positif janin sehingga ibu akan membentuk antibodi untuk menolak antigen tersebut.
Jika antibodi lawan faktor Rh telah diproduksi ibu maka pada kehamilan selanjutnya,
antibodi tersebut akan menembus plasenta menuju aliran darah janin dan menyebabkan
hemolisis sel darah merah janin. Bayi yang mengalaminya akan terlahir dengan anemia. Jika
ibu ber-Rh negative mendapat injeksi antibodi berlawanan dengan faktor Rh positif dalam
waktu 72 jam setelah melahirkan, keguguran, atau setelah abortus janin ber-Rh positif, maka
antigen tidak akan teraktivasi. Ibu tidak akan memproduksi antibodi lawannya.

28

Hematopoieses (Produk) Elemen Pembentuk


1. Area pembentukan
a. Selama perkembangan embrio, hematopoieses pertama kali berlangsung dalam
kantong kuning telur dan berlanjut dihati, limfa, nodus limfe, dan seluruh sumsum jani yang
sedang berkembang.
b. Setelah lahir dan masa kanak-kanak, sel-sel darah terbentuk dalam sumsum
semua tulang.
c. Pada orang dewasa, sel darah hanya terbentuk pada sumsum tulang merah
yang ditemukan dalam tulang membranosa seperti sternum, iga, vertebrata, dan tulang ilia
girdel pelvis. Sel-sel darah yang sudah matang masuk kesirkulasi utama dari sumsum tulang
melalui vena rangka.
2. Diferensiasi sel darah. Semua sel darah diturunkan dari Hemositoblas (sel batang
primitif) pada sumsum tulang, yang dibagi dan dibedakan menjadi 5 jenis sel yaitu:
a. Proeritroblas mengalir melalui sejumlah tahapan (eritoblas basofilik, eritroblas
kromatofilik, normoblas, dan retikulosit), dan setelah matang menjadi eritrosit.
1. Selama masa perkembangan, eritrosit mensintesis hemoglobin. Suatu pigmen
pembawa oksigen, dan melepas organelnya. Nukleus mengecil dan akhirnya keluar dari sel.
2. Setelah nukleus hilang, eritrosit tetap berada dalam sumsum tulang selama
beberapa hari sampai matang dan kemudian dilepas kedalam sirkulasi.
b. Mieloblas merupakan asal promielosit, yang mengalami penyimpangan dalam
perkembangannya dan menjadi 3 jenis sel darah yang disebut Granulosit: neutrofil, eosinofil,
dan basofil
c. Limfoblas merupakan asal limfosit, monoblas merupakan asal monosit. Monosit
dan limfosit disebut agranulosit.
d. Megakarioblas, membentuk megakariosit, yang merupakan asal trombosit.
Jantung

29

Terdiri dari tiga lapisan


1. Perikardium (lapisan luar)
2. Miokardium (lapisan tengah/otot jantung)
3. Endokardium (lapisan dalam)
Jantung terdiri dari 4 ruang
1. Atrium Sinister (Serambi Kiri)
2. Atrium Dekster (Serambi Kanan)
3. Ventrikel Sinister (Bilik Kiri)
4. Ventrikel Dekater (Bilik Kanan)
Antara Atrium Sinister (Serambi Kiri) dengan Ventrikel Sinister (Bilik Kiri) terdapat
katup dua daun (Valvula Bicuspidalis), sedangkan antara Atrium Dekster (Serambi Kanan)
dengan Ventrikel Dekster (Bilik Kanan) dihubungkan katup tiga daun (Valvula Tricuspidalis).
Jantung mendapat makanan (oksigenasi) melalui pembuluh Arteri Koronaria.
Peredaran darah terbagi dua bagian yang bekerja sekaligus yaitu:
1. Peredaran darah Pulmona/Peredaran darah pendek (jantung - paru-paru - jantung).
2. Peredaran darah Sistemik/Peredaran darah panjang (jantung - seluruh tubuh - jantung)
Denyut jatung terbagi dua fase yaitu:
1. Fase Sistolik (kontraksi).
2. Fase Diastolik (relaksasi).

30

Pembuluh Darah
Terdiri dari:
1. Pembuluh darah yang meninggalkan jantung Arteri terdiri dari Aorta, Arteri, Arteriol.
2. Pembuluh darah yang menuju jantung Vena terdiri dari Vena Kava, Vena, Venula.
3. Pembuluh antara arteri dan vena Kapiler.
Struktur darah manusia berdasarkan perasaan kita (Sedih, senang, takut, dll)
Ternyata struktur sel-sel darah kita bisa berubah-ubah sesuai perasaan yang kita alami.
Sebuah penelitian dilakukan oleh pakar EFT untuk menunjukkan bagaimana kondisi darah
manusia disaat normal, sedih, gembira, jatuh cinta dan saat berdoa.
Pakar EFT tersebut mengambil sampel darah seorang pasien (Rebecca) kemudian
memotretnya dengan menggunakan darkfield microscope yang dihubungkan dengan
monitor komputer. Dan tampaklah perubahan drastis pada darah Rebecca tersebut setiap kali
emosinya berubah. Sebelum melakukan EFT (sel darah merah menggumpal oleh Lectin yang
didapat dari alergi ayam dan alpukat). Sesudah melakukan EFT (sel darah merah menjadi
normal kembali ).
Kemudian Rebecca melakukan EFT lagi dan mengundang emosi sedih. Caranya,
Rebecca memikirkan saat-saat sedih sampai dia menangis. Lalu sang pakar EFT ( Dr. Felicy)
mengambil sampel darahnya lagi.
Struktur Sel Darah Saat Sedih

31

Struktur sel darah saat kita sedih. Selanjutnya, Rebecca menggunakan EFT untuk
mengundang energi cinta untuk memasuki tubuh dan darahnya. Dan seketika darahnya
kembali normal, dan sel-sel darah bergerak dengan indah dan timbul substansi yang
berkilauan dalam cairan darah.
Saat Jatuh Cinta

32

Struktur sel darah saat kita jatuh cinta. Satu kenyataan menarik pada sampel darah saat
sedih terjadi perubahan seperti pada sampel darah saat merasakan cinta. Jadi walaupun
darah itu sudah meninggalkan tubuh Rebecca ia tetap masih berhubungan dengan pemiliknya.
Kemudian seorang Rebecca mengundang rasa takut dan memikirkan kejadian menakutkan
yang pernah ia alami. Dan sel-sel dalam darahnya bergerak tidak beraturan dengan sangat
cepat. Mungkin ini adalah akibat dari produksi adrenalin sebagai reaksi normal atas rasa takut.
Saat Ketakutan

Struktur sel darah saat kita ketakutan. Lalu Rebecca mecoba untuk memikirkan sifat
feminine Tuhan. Dalam keyakinan agamanya ia sebut divine mother, sifat penyayang,
penyantun

dan

pemelihara

(dalam

islam

disebut

sifat

Jamaliah

Allah).

Dan memohon kepada-Nya untuk menyalurkan energi feminine itu kedalam tubuh dan
darahnya.

Saat

berdoa

tersebut,

Rebecca

33

merasakan

seperti

ini.

Saya merasakan gelombang energi yang begitu besarnya menyelimuti diri saya, saya
sampai menangis bahagia karenanya, begitu Rebecca tersebut menggambarkan
pengalamannya.
Saat sampel darah Rebecca diambil setelah berdoa dan merasakan pengalaman religius
itu, kemudian dilihatkan dibawah mikroskop yang dihubungkan dengan computer. Semua
yang hadir dilaboratorium itu seketika terdiam dan terpana karena melihat kondisi darah yang
sama sekali berbeda dengan yang lain, cairah darahnya sangat cerah, gerakan sel darah sangat
tenang seakan bergerak dengan penuh kedamaian, muncul banyak substansi yang berkilauan.
Di dalam sel darah terdapat substansi yang bercahaya dan berdenyut seperti denyutan jantung
mini.
Saat Berdoa

34

Mengenal Secara Singkat Fungsi dan Bagian-bagian Darah


Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
warnannya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya kadar
oksigen dan karbondioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon diogsida
warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah di ambil dengan cara bernapas, dan zat
tersebut sangat berguna pada peristiwa pembakaran/ metabolisme di dalam tubuh. Vikositas/
kekentalan darah lebih kental dari pada air yang mempunyai BJ 1,041-1,065, temperatur
380C, dan PH 7,37-7,45. Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja
atau pompa jantung. Selama darah beredar dalam pembuluh maka darah akan tetap encer,
tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat
dicegah dengan jalan mencampurkan ke dalam darah tersebut sedikit obat anti- pembekuan/
sitrus natrikus. Dan keadaan ini akan sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk
transfusi darah. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira
1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang
tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung, atau pembuluh darah.
Bila setetes darah diletakan di atas kaca objek dan ditambahkan dua macam pewarna
untuk menghitung jenis sel-sel darah, sel darah putih ini dikenal menurut sifatnya dalam
pewarnaan. Sel netrofil paling bayak dijumpai. Sel golongan ini mewarnai dirinya dengan
pewarna nertal, atau campuran pewarna asam dan basa, dan tampak bewarna ungu.
Sel eosinofil. Sel golongan ini hanya sedikit dijumpai. Sel ini menyerap pewarna yang
bersifat asam (eosin) dan kelihatan merah. Sel basofil menyerap pewarna basa menjadi biru.
Limfosit membentuk 25 % dari seluruh jumlah sel darah putih. Sel ini dibentuk di
dalam kelenjar limfe dan dalam sumsum tulang. Sel ini nongranuler dan tidak memiliki
kemampuan bergerak seperti amuba. Sel ini dibagi ladi dalam limfosit kecil dan besar. Selain
itu ada sejumlah kecil sel yang berukuran lebih besar (kira-kira sebanyak 5%) yang disebut
monosit. Sel ini mampu mengadakan gerakan amuboid dan mempunyai sifat fagosit
(pemakan)
Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama
sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah
berisi jenazah kawan dan lawan fagosit yang terbunuh dalam perjuangannya melawan
kuman yang menyerbu masuk disebut sel nanah. Demikian juga terdapat banyak kuman yang

35

mati dalam nanah itu, dan ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang telah mencair.
Sementara pertempuran berlangsung, kalau sel darah putih dapat mengalahkan organisme
penyerbu itu, semua bekas karusakan, bakteri-bakteri yang hidup maupun yang mati, sel
nanah dan jaringan yang meleleh, akan disingkirkan granulosit sehat yang bekerja sebagai
fagosit.
Mengenal fungsi limfosit sedikit yang diketahui. Limfosit tidak memiliki gerakan
amuboid terapung-apung di dalam aliran darah, dan juga terdapat dalam jaringan limfe dari
semua bagian badan. Limfosit tidak memakan bakteri, tetapi diduga membentuk antibody
(bahan penangkis) penting yang melindungi tubuh terhadap infeksi kronis dan
mempertahankan tingkat kekbalan (imunitas) tertentu terhadap infeksi.
Leukosit ialah istilah untuk menunjukan penambahan jumlah keseluruhan sel putih
dalam darah, yaitu kalau penambahan melampaui 10.000 butir per millimeter kubik.
Leucopenia berarti berkurangnya jumlah sel darah putih sampai 5.000 atau kurang.
Limfositosis adalah pertambahan jumlah limfosit sedangkan Agranulositosis adalah
suatu penurunan jumlah granulosit atau sel polimorfonuklear secara mencolok.BAB III
PENUTUP
Resume ini disusun sebagai pedoman dalam pembelajaran kami sebagaimana telah
dijelaskan diatas. Penyusun sangat menyadari bahwa keberhasilan kami dalam belajar
tidak akan terwujud tanpa adanya rasa ingin tahu dan bekerja keras serta kerjasama yang
baik dengan berbagai pihak. Melalui resume ini, kami mengharap pencerahan ilmu dari
dosen demi kelancaran dan kesuksesan kami di masa yang akan datang.
Atas waktu dan perhatiannya, penyusun mengucapkan banyak terima kasih.
Semoga resume ini dapat bermanfaat. AMIN.

36

37

Anda mungkin juga menyukai