Anda di halaman 1dari 19

Tugas Farmasi

PRE-ECLAMPSIA

Oleh :
S. Fatimah R.
G9931080

KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pre-eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan . Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3
kehamilan, atau segera setelah persalinan.
Definisi lain menyebutkan bahwa pre eklamsia adalah suatu sindroma
klinik pada kehamilan viable (usia kehamilan > 20 minggu atau berat janin >
500 gram) yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria, dan oedema.
B. Etiologi
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui pasti. Teori
yang dewasa ini dapat dikemukakan sebagai penyebab preeklampsia ialah
iskemia plasenta, yaitu Pembuluh darah yang mengalami dilatasi hanya artei
spirales didecidua, sedangkan pembuluh darah di miometrium yaitu arteri.
spirales dan arteria basalis tidak melebar. Pada Preeklamsi invasi sel-sel
thropoblast ini tidak terjadi sehingga tonus pembuluh darah tetap tinggi dan
seolah-olah terjadi vasokonsrtiksi.
Faktor Risiko Pre-eklampsia
1. Usia : pada wanita hamil berusia kurang dari 25 ahun insidens > 3 kali
lipat, dan wanita hamil usia > 35 tahun
2. Paritas : insidens tinggi pada primigravid muda maupun tua
3. Faktor keturunan
4. Faktor gen : diduga bersifat resesif
5. Obesitas / overweight
6. Iklim / musim : di daerah tropis insidens lebih tinggi
7. Kehamilan ganda, hidramnion, mola hidatidosa

C. Patofisiologi
Patofisiologi pre-eklampsia adalah :
1.

Penurunan kadar angiotensin II


Penurunan angiotensia II menyebabkan pembuluh darah menjadi
sangat peka terhadap bahan-bahan vasoaktif. Pada kehamilan normal
terjadi penigkatan yang progresif angiotensia II, sedangkan pada
preeklamsi terjadi penurunan angiotensia II

2.

Perubahan volume intravaskuler


Pada kehamilan preeklamsi terjadi vasokontriksi menyeluruh pada
sistem pembuluh darah asistole dan prakapiler pada hakekatnya
merupakan kompensasi terhadap terjadinya hipovolemi.

3.

Sistem kogulasi tidak normal


Terjadinya gangguan sistem koagulasi bisa menyebabkan komplikasi
hemologik seperti hellp syndrom (hemolytic anemia, elevated liver
enzyme, low platelet)
Patofisiologi terpenting pada pre-eklampsia adalah perubahan arus

darah di uterus koriodesidua, dan plasenta yang merupakan faktor penentu


hasil akhir kehamilan.
1.

Iskemia uteroplasenter
Ketidakseimbangan antara masa plasenta yang meningkat dengan
perfusi darah sirkulasi yang berkurang.

2.

Hipoperfusi uterus
Produksi renin uteroplasenta meningkat menyebabkan terjadinya
vasokonstriksi vaskular dan meningkatkan kepekaan vaskuler pada zat
zat vasokonstriktor lain ( angiotensi dan aldosteron ) yang
menyebabkan tonus pembuluh darah meningkat

3.

Gangguan uteroplasenter
Suplai O2 jain berkurang sehingga terjadi gangguan pertumbuhan /
hipoksia / janin mati

Skema patofisiologi Pre-eklampsia

Faktor Predisposisi Pre-eklampsia


( umur, paritas, genetik, dll )

Perubahan plasentasi

Obstruksi mekanik dan fungsi dari arteri spiralis

Menurunkan perfusi uteroplasenter

PGE2/PGI2

Renin/angiotensin II

Kerusakan endotel

Vasokonstriksi arteri

Hipertensi sistemik

Tromboksan

Disfungsi endotel
endotelin, NO

Aktivasi intravascular koagulasi

DIC

Ginjal

SSP

Proteinuri
GFR

kejang
koma

Edema

Hati

LFT abnormal

Organ lainnya

iskemi

D. Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi dalam kehamilan
1. Hipertensi kronik
Hipertensi yang didapatkan sebelum kehamilan, dibawah 20 minggu
umur kehamilan dan hipertensi tidak menghilang setelah 12 minggu
pasca persalinan
2. Preclampsia-eclampsia
Hipertensi dan proteinuria yang didapatkan setelah umur kehamilan
3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia
Hipertensi kronik dengan proteinuria
4. Hipertensi gestasional
Timbulnya hipertensi pada kehamilan yang tidak disertai proteinuria
hingga 12 minggu pasca persalinan. Bila hipertensi menghilang
setelah 12 minggu persalinan, maka dapat disebut dengan Hipertensi
transien
Pre eklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a.

Pre eklampsia ringan


Tekanan darah 140/90 mmHg yang diukur pada posisi
terlentang; atau kenaikan sistolik 30 mmHg; atau kenaikan
tekanan diastolik 15 mmHg.
Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada dua kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
Oedem umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat
badan 1 kg per minggu.
Proteinuria kuantitatif 0,3 gram/liter; kualitatif 1+ atau 2+ pada
urin kateter atau mid stream.

b.

Pre eklampsia berat


-

Tekanan darah 160/110 mmHg.

Proteinuria 5 gram/liter.

Oligouria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc/24 jam.

Adanya

gangguan

serebral,

gangguan

visus

dan

nyeri

epigastrium.

c.

Terdapat oedem paru dan sianosis.

Thrombosytopenia berat

Kerusakan hepatoseluler

Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat

Impending Eclampsia
Preeclampsia-eclampsia dengan adanya hemolisis, peningkatan enzim
hepar. Disfungsi hepar dan trombositopenia

Klasifikasi pre-eklampsia lain , yaitu :


a.

Genuine pre-eklampsia
Gejala pre-eklampsia yang timbul setelah kehamilan 20 minggu
disertai dengan oedem (pitting) dan kenaikan tekanan darah 140/90
mmHg sampai 160/90. Juga terdapat proteinuria 300 mg/24 jam
(Esbach)

b.

Super imposed pre-eklampsia


Gejala pre-eklampsia yang terjadi kurang dari 20 minggu disertai
proteinuria 300 mg/24 jam (Esbach), dan bisa disertai oedem.
Biasanya disertai hipertensi kronis sebelumnya.

E. Diagnosis
Diagnosis pre eklampsia didasarkan atas adanya dua tanda utama,
yaitu hipertensi, oedem dan proteinuria.
Menurut Organization Gestosis, impending eklampsia adalah gejalagejala oedema, protenuria, hipertensi disertai gejala subyektif dan obyektif.
Gejala subyektif antara lain : nyeri kepala, gangguan visual dan nyeri
epigastrium. Sedangkan gejala obyektif antara lain : hiperreflexia, eksitasi
motorik dan sianosis.

Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan


adanya tanda dan gejala pre eklampsia yang disusul oleh serangan kejang,
maka diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan.
F. Pencegahan
Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun
pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi dan dianjurkan lebih banyak duduk dan
berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan
penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal
secara dini preeklampsi dan segera merawat penderita tanpa memberikan
diuretik dan obat antihipertensi. Memang merupakan kemajuan dari
pemeriksaan antenatal yang baik.
G. Komplikasi
1) HELLP syndrom
2) Perdarahan otak
3) Gagal ginjal
4) Hipoalbuminemia
5) Ablatio retina
6) Edema paru
7) Solusio plasenta
8) Hipofibrinogenemia
9) Hemolisis
10) Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intrauterin
H. Penatalaksaan PEB
HIMPUNAN KEDOKTERAN FETO MATERNAL POGI
Dasar penatalaksanaan dari pre eklamsi berat adalah
1.

Pertama

adalah

rencana

terapi

medikamentosa.

pada

penyulitnya,

yaitu

terapi

2.

Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya, yang


bergantung pada umur kehamilannya :
a. Konsevatif : bila umur kehamilan kurang dari 37 minggu, artinya
kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi
medikamentosa.
Tujuannya adalah mempertahankan kehamilan sehingga
tercapai umur kehamilan yang memenuhi syarat janin dapat
dilahirkan dan meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa
mempengaruhi kesehatan ibu.
Indikasinya adalah kehamilan kurang dari 37 minggu tanpa disertai
tanda tanda dan gejala impending eklamsi.
Terapi medikamentosa
1). Segera masuk rumah sakit
2). Tirah baring
3). Infus Ringer laktat atau ringer asetat
4). Pemberian anti kejang Mg SO4 sebagai pencegahan dan terapi
kejang. MgSO4 tidak diberikan loading dose intra vena,
cukup intramuskuler saja
5).Obat anti hipertensi, diberikan bila tekanan darah lebih dari
sama dengan 180/110 mmHg atau MAP lebih dari sama
dengan 123 mmHg. Jenis obat y7ang digunakan : Nifedipin 10
20 mg oral, diulangi setelah 30 menit, dosis maksimum 120
mg dalam 24 jam.
6). Diuretikum, hanya diberikan atas indikasi edema paru, payah
jantung kongestif, edema anasarka.
7). Diet diberikan secara seimbang.
b. Aktif : bila umur kehamilan lebih dari 37 minggu artinya kehamilan
diakhiri setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi
ibu.
Tujuannya adalah terminasi kehamilan.
Indikasinya adalah
1). Indikasi ibu
8

- Kegagalan terapi medikamentosa


- tanda dan gejala impending eclamsia
- gangguan fungsi hepar
- gangguaun fungsi ginjal
- dicurigai solutiop plasenta
- timbulnya onset partus, ketuban pecah dini dan perdarahan.
2). Indikasi janin
- umur kehamilan lebih dari sama dengan 37 minggu.
- IUGR berdasar pemeriksaan USG
- NST nonreaktiv dan profil biofisik abnormal
- timbulnya oligohidramnion.
3). Indikasi laboratorium
Trobositopenia progresif, yang menjurus ke sindrom HELLP.
Pemberian Medikamentosa sama dengan Perawatan konservatif,
tetapi berbeda hanya pada pemberian MgSO4, loading dose dapat
diberikan intra vena
Cara persalinan, sedapat mungkin diarahkan pervaginam.
1). Penderita belum inpartu
a). Dilakukan induksi persalinan bila skor bishop lebih adri sama
dengan 8. Induksi persalinan harus mencapai kala II dalam waktu
24 jam. Bila tidak, induksi dianggap gagal, dan harus dilakukan
pembedahan caesar.
b). Indikasi pembedahan caesar
- tidak ada indikasi untuk persalina pervaginam
- induksi persalinan gagal
- terjadi maternal dan fetal distres
- bila umur kehai\milan kurang dari 33 minggu
2). Bila penderita sudah inpartu
a). Persalinan mengikuti grafik friedman
b). Memperpendek kala II
c). Pembedahan caesar dilakukan jika ada maternal dan fetal distres
d). Primigravida direkomendasikan pembedahan caesar
9

BAB II
ILUSTRASI KASUS

ANAMNESA
Identitas Penderita
Nama

: Ny. Z

Umur

: 25 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Pendidikan

: SMA

Alamat

:Matesih Karanganyar

Status Perkawinan

: Kawin

Agama

: Islam

Nama Suami

: Tn. D

Pekerjaan

: Swasta

HPMT

: 24 Mei 2015

HPL

: 17 Pebruari 2015

UK

: 37 +6 minggu

Tanggal Masuk

: 11 Pebruari 2015

CM

: 01232997

Berat Badan

: 68 kg

Tinggi badan

: 155 cm

Keluhan Utama
Hamil dengan sakit kepala dan pandangan mata kabur.
Riwayat Penyakit Sekarang
Datang seorang G2P1A0, 25 tahun, kiriman dari dokter spesialis obstetri
dan ginekologi dengan keterangan G2P1A0 hamil 37+6 minggu dengan
keterangan Pre-Eklampsia Berat hamil aterm. Pasien merasa hamil 9 bulan,
gerakan janin masih dirasakan, kenceng-kenceng teratur belum dirasakan, air
kawah belum dirasakan keluar, keluar lendir darah (-). Kejang (-), nyeri di

10

sekitar ulu hati (-), pandangan mata kabur (+), nyeri kepala (+), mual`(-),
muntah(-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat DM

: disangkal

Riwayat Asma

: disangkal

Riwayat Sakit Jantung

: disangkal

Riwayat Hipertensi

: disangkal

Riwayat Alergi obat/makanan

: disangkal

Riwayat Fertilitas
Baik
Riwayat Obstetri
Kehamilan I

: Laki-laki, 12 tahun, 2400 gram, spontan, lahir di bidan

Kehamilan II : Hamil sekarang


Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Teratur, di bidan dan puskesmas
Riwayat Haid
Menarche

: 13 tahun

Lama menstruasi

: 7 hari

Siklus menstruasi

: 28 hari

Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, 5 tahun dengan suami sekarang
Riwayat KB
KB suntik 1 bulan

11

PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan Umum : baik, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital

T : 170/110 mmHg

RR : 20 x/ menit

N : 84 x/ menit

S : 37 0C

Kepala : Mesocephal
Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), Sclera Ikterik (-/-)
THT

: Tonsil tidak membesar, pharing hiperemis (-)

Leher : Gld. thyroid tidak membesar, limfonodi tidak membesar


Thorax : Glandula

mammae

hipertrofi

(+),

areola

mammae

hiperpigmentasi (+)
Cor

: Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi

: Batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)


Pulmo : Inspeksi

: Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi

: Fremitus raba kanan = kiri

Perkusi

: Sonor / sonor

Auskultasi : SD vesikuler (+/+), Suara tambahan paru (-/-)


Abdomen : Inspeksi

Dinding perut > dinding dada,

stria gravidarum (+)


Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Palpasi

: Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak membesar, lien


tidak membesar.

Perkusi

: Timpani pada daerah bawah processus xyphoideus,


redup pada daerah uterus

Genital

: Lendir darah (-), air ketuban (-)

Ekstremitas

: Oedem

Akral dingin

12

Status Obstetri
Inspeksi
Kepala

: simetris, mesocephal

Mata

: Conjungtiva Anemis (-/-), Sclera Ikterik (-/-)

Thoraks

: Glandula

mammae

hipertrofi

(+),

areola

mammae

hiperpigmentasi (+)
Abdomen

: Dinding perut > dinding dada, striae gravidarum (+)

Genetalia Eksterna

: vulva/uretra tenang, lendir darah (-), peradangan


(-), tumor (-)

Palpasi
Abdomen

: Supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uteri,


memanjang, punggung di kiri, presentasi kepala,

kepala

masuk panggul >1/3 bagian, TFU 30 cm, TBJ = 3000 gram,


His (-), DJJ (+) 12-12-12, reguler
Pemeriksaan Leopold :
I

: Teraba tinggi fundus uteri setinggi dua jari dibawah processus


xiphoideus, teraba bagian besar dan lunak di fundus, kesan bokong

II : Teraba bagian besar janin di sebelah kiri, kesan punggung, bagian


kecil di sebelah kanan
III : Teraba bagian bulat dan keras, kesan kepala
IV : Bagian terendah janin masuk panggul > 1/3 bagian
Ekstremitas bawah : Oedem (+) akral dingin (-)
Ekstremitas atas

: Oedem (-) akral dingin (-)

Auskultasi
DJJ (+) 12-12-12, reguler.
Pemeriksaan Dalam (VT) :
V/U tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio lunak mencucu di
belakang, pembukaan (-), effacement 10%, kulit ketuban belum dapat
dinilai, preskep, bagian terbawah janin sudah masuk panggul di Hodge II,
penunjuk belum dapat dinilai, air ketuban (-), lendir darah (-).
13

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urinalisa
Protein

: +3

Lab Darah
Hb

: 11,7 g/dl

Na

:137mmol/L

Hct

: 37 %

: 4,6 mmol/L

AE

:4,24. 106/L

Cl

: 110 mmol/L

AL

: 9,3 . 103/L

Albumin

: 3,7 mg/dl

AT

: 165 . 103/L

Gol darah

: AB

SGOT

: 19 ug/dl

HbsAg

: (-) non reactive

GDS

: 103 mg/dl

SGPT

: 10 ug/dl

Ureum

: 13 mg/dl

LDH

: 278 ug/dl

Kreatinin

: 0,6 mg/dl

USG
Tampak janin tunggal, intra uteri, memanjang, presentasi kepala, punggung kiri,
DJJ (+), dengan biometri :
BPD : 91,6 mm

AC : 31,69 mm

FL : 72,2 mm

EFBW : 2928 gram

Air ketuban kesan cukup.


Plasenta berinsersi di corpus kanan grade I-II
Tidak tampak jelas kelainan kongenital mayor
Kesan : saat ini janin dalam keadaan baik
KESIMPULAN
Seorang G2P1A0, 25 tahun, umur kehamilan 37+6. Riwayat fertilitas dan
riwayat obstetrik baik. T : 170/110 mmHg. Janin tunggal, intra uteri, memanjang,
presentasi kepala, punggung kiri, his (-), DJJ (+) 12-12-12 reguler. Kepala masuk
panggul < 1/3 bagian. Portio lunak mencucu di belakang, pembukaan (-),
effacement 10%, kulit ketuban belum dapat dinilai, TBJ: 3000 gram. Penunjuk

14

belum dapat dinilai, air ketuban (-), lendir darah (-). Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan proteinuria +3, trombosit 165 ribu/ul, SGOT 19 u/L,
SGPT 10 u/L, LDH 278 u/L.
DIAGNOSIS
Pre-eklamsia berat pada sekundigravida hamil aterm belum dalam persalinan.
PROGNOSIS
Dubia et malam
TERAPI
-

SCTP emergensi + insersi IUD

Infus RL

O2 3 liter/menit

MgSO4 40% injeksi 8 gr IM (4 gr bokong kanan, 4 gr bokong kiri)


dilanjutkan 4 gr / 6 jam selama 24 jam (jika syarat terpenuhi)

Nifedipin tab 3x10 mg jika tekanan darah >160/110

Cek darah lengkap

Pasang DC balance cairan

RESEP
R/

Infus Ringer laktat flab. No III


Cum infus set No. I
IV catheter no.22 No. I
IV 3000 No. I
Three way No.I
S imm

15

R/

Sulfas magnesikus 40% inj. fl No. I


Cum disposable syringe cc 10 No. I
Aquabides fl No.I
S imm

R/

Nifedipin tab mg 10 No. III


S prn (1-3) dd tab I

Pro : Ny.M (25 tahun)

16

BAB III
PEMBAHASAN

PEMBAHASAN OBAT
1. Magnesium Sulfat
a. Sediaan
: 10 gr dalam flacon 25 ml
b. Indikasi
: Anti kejang untuk pasien preeklampsia dan eklampsia
c. Mekanisme Kerja : Menekan pengeluaran asetilkolin pada motor end
plate sehingga mencegah Ca masuk, menjadi Ca
d. Efek Samping
e. Dosis

antagonis
: Mual, muntah hipotensi, mengantuk, pernapasan
lemah
: Loading doses : 8 gr i.m. : 4 gram bo-ka, 4 gram bo ki
Maintenence doses : dilanjutkan 4 gr / 6 jam selama
24 jam (jika syarat terpenuhi)

2. Nifedipin
a. Sediaan
b. Indikasi
c.

Kontraindikasi

: 10 mg
: Pengobatan dan pencegahan angina pektoris,
dan terapi pada hipertensi
: Pasien dengan riwayat alergi pada nifedipin,
pasien dalam keadaaan syok kardiovaskuler,
tidak boleh diberikan bersama rifampicin,
pasien dengan gangguan riwayat gangguan

d.

Farmakokinetik

fungsi hati dan ginjal yang berat


: Profil farmakokinetik penghambat kanal Ca
bervariasi. Walaupun absorbsi per oral hampir
sempurna, tetapi bioavabilitasnya berkurang
karena merabolisme lintas pertama dalam hati.
Efek obat tampak setelah 30-60 menit
pemberian. Pemberian nifedipin kerja singkat
karena

mula

kerja

yang

cepat

dapat

menyebabkan terjadinya penurunan tekanan


darah

17

yang

berlebihan.

Obat-obatan

ini

sebagian besar terikat pada protein plasma


dengan waktu paruh eliminasi 1.3-64 jam.
: Menghambat kanal Ca2+
: Hipotensi, disfungsi hati, nyeri kepala,

e. Mekanisme Kerja
f. Efek Samping

pusing berputar, mual muntah, mulut kering


: Tab 2x10mg jika tekanan darah melebihi dari

g. Dosis

160/100

Antidotum: Ca gluconas 10% diberikan IV selama 3 menit.


R/ Ca gluconas 10% = 70ml No. I.
NaCl 0,4 flab No. I
Cum disposable syringe cc 10 No. I
imm

DAFTAR PUSTAKA

Angsar, M. Dikman. (2004) Kuliah Dasar Hipertensi dalam Kehamilan (EPHGestosis). Surabaya: Lab/UPF Obstetri dan Ginekologi FK UNAIR/RSUD Dr.
Sutomo.
Cunningham, Mac Donald, Gant. (2009) Williams Obstetrics. 23rd edition. New
York: McGraw-Hill.
Kelompok Kerja Penyusunan Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di
Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2005) Pedoman
18

Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia. Jakarta: Himpunan


Kedokteran Fetomaternal POGI.
Prawirohardjo, Sarwono dan Wiknjosastro. 2009. Ilmu kandungan. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Roeshadi, Haryono. (2004) Sindroma HELLP dalam Ilmu Kedokteran Maternal.
Surabaya: Himpunan Kedokteran Fetomaternal.
S., Abdul Bari. (2006) Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Wibowo, Budiono. (2010) Pre eklampsia dan Eklampsia. Dalam: Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

19

Anda mungkin juga menyukai