PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan suatu negara tidak dapat terlepas dari suatu sistem
yang disebut dengan Sistem Kesehatan. Pada intinya sistem kesehatan merupakan
seluruh aktifitas yang mempunyai tujuan utama untuk mempromosikan,
mengembalikan dan memelihara kesehatan.
Sistem kesehatan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, sistem kesehatan tidak hanya mencakup
“health care” atau pelayanan kesehatan, tetapi meliputi pengembangan pembiayaan
dan mekasnisme risk pooling sehingga dapat melindungi masyarakat dari beban
keuangan dan beban ekonomi karena penyakit. Dimensi lain menyangkut
peningkatan kepuasan konsumen dan memberikan informasi dan pilihan, juga
merupakan bagian penting dari sistem kesehatan.
Sistem kesehatan juga harus mampu memberikan manfaat kepada
masyarakat dengan disitribusi yang adil. Sistem kesehatan tidak hanya menilai dan
berfokus pada “tingkat manfaat” yang diberikan, tetapi juga bagaimana manfaat itu
didistribusikan. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, sistem kesehatan
melakukan setidaknya empat fungsi yang meliputi pembiayaan, pemberian
pelayanan, produksi sumber daya dan pembimbingan.
Dengan melihat fungsi-fungsi tersebut, maka sistem kesehatan dapat dilihat
sebagai sistem produksi. Untuk memproduksi barang dan jasanya, sistem kesehatan
harus memobilisasi sumber daya, kemudian menyalurkan sumber daya tersebut ke
lembaga menghasilkan produk dan jasa atau individual yang membelinya.
Banyak faktor yang menentukan kecukupan, efisiensi dan kualitas dari
barang dan jasa sistem kesehatan. Salah satunya berkaitan dengan mobilisasi
sumber pendanaan, bagaimana sumber daya ini diorganisasikan serta bagiamana
sumber daya digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. National Health
1
Account merupakan alat yang sangat membantu untuk mengelola organisasi,
fungsi, dan dampak dari pembiyaaan sistem kesehatan tersebut.
Dalam perspektif lain, NHA juga akan menyediakan informasi tentang: a)
Financing sources, sumber pembiayaan termasuk pemerintah dan non pemerintah;
b) Financing agent, institusi yang mengelola dana kesehatan termasuk berbagai
lembaga pemerintah, swasta, asuransi, LSM, rumah tangga; c) Providers: lembaga
yang menerima dana untuk menyediakan dan menyelenggarakan program dan
pelayanan kesehatan, termasuk milik pemerintah, swasta, LSM serta rumah tangga
(dalam kasus”self treatment”); d) Functions, yaitu jenis program atau intervensi
atau kegiatan yang merupakan peruntukan penggunaan biaya kesehatan; e) Cost of
factors of production: rincian biaya kesehatan menurut mata anggaran; dan f)
Beneficiaries, yaitu klasifikasi penggunaan dana kesehatan menurut batasan
geografis, administratif, demografis, strata ekonomi dan katagori masalah
kesehatan (penyakit).
Selanjutnya, NHA juga merupakan instrumen untuk memonitor dan
mengevaluasi efektifitas, efisiensi, fairness (keadilan): Apakah biaya yang tersedia
“cukup”? Apakah secara ekonomis, alokatif dan teknis efisien? Apakah alokasi dan
penggunaannya “fair” (pro poor)? Apakah penggunaannya efektif seperti
ditunjukkan oleh indicator kinerja output dan outcome?
NHA merupakan intrument penting untuk mewujudkan “stewardship”
sistem kesehatan, yaitu menjamin akuntabilitas dalam kegiatan pembangunan
kesehatan yang responsive terhadap kebutuhan kesehatan penduduk.
Dari uraian diatas jelas bahwa NHA sangat diperlukan untuk perumusan
kebijakan kesehatan, khususnya pembiayaan kesehatan. Juga sangat diperlukan
dalam perencanaan dan penganggaran kesehatan, baik di pusat maupun di daerah,
terlebih-lebih dengan adanya kebijakan nasional untuk menerapkan anggaran
berbasis kinerja di semua lini pembangunan kesehatan.
NHA sudah mulai dilaksanakan secara terencana di Indonesia sejak akhir
1980-an yaitu melalui proyek HSF (Health Sector Financing) yang dibiayai oleh
USAID. Kegiatan tersebut terfokus pada analisis pembiayaan yang bersumber dari:
Pemerintah pusat dan daerah, Asuransi, Rumah tangga, dan Perusahaan.
2
Beberapa hambatan dialami dalam kegiatan, terutama dalam melakukan
survey biaya kesehatan di daerah dan perusahaan swasta (non-respons). Kegiatan
ini juga tidak berkelanjutan karena terhenti setelah proyek HSF berakhir (project
based activity). Institusionalisasi kegiatan ini tidak dilakukan secara sungguh-
sungguh. Semula ada di Biro Perencanaan sebagai bagian dari proyek manajemen
HSF, kemudian 2 tahun terakhir dipindahkan ke Badan Litbangkes.
Dalam proyek Health Sector Work (HSW)-pinjaman Bank Dunia, dilakukan
kegiatan PERT (Public Expenditure Review and Tracking), semacam NHA parsial,
yang dikontrakan kepada sebuah perusahaan konsultan. Pelaksanannya tidak
memuaskan karena kurangnya expert yng terlibat dan tidak ada pengarahan serta
kerja sama dengan instansi-instansi sumber data, apalagi instansi penentu kebijakan
kesehatan dan pembiayaan kesehatan. PERT dilakukan terbatas di provinsi proyek
HSW dan hasilnya tidak jelas sampai sekarang.
Dalam poyek USAID/MSH (Management Science for Health) untuk
meningkatkan kapasitas daerah dalam konteks desentralisasi, dilakukan
pengembangan DHA (Distric Health Account). Kegiatan ini menghasilkan
instrumen untuk DHA dan pertama kali diaplikasikan di Kabupaten Cianjur dan
Cirebon. Beberapa kabupaten lain sudah mendapat pelatihan (Jawa Barat melalui
Provincial Health Project II (PHP-II) bantuan WB) dan beberapa kabupaten
wilayah proyek DHS-1 bantuan ADB. Kegiatan ini juga bersifat parsial dan uji
coba, dan tidak berkaitan dengan kegiatan pengembangan NHA. Upaya untuk
melembagakan DHA terbatas pada pelatihan beberapa kabupaten.
Sejak awal 2000-an WHO memberikan dukungan kepada Departemen
Kesehatan (Biro Keuangan) untuk melakukan NHA. Kegiatan tersebut ternyata
sangat eksklusif, dilakukan secara nyaris individual (unit-unit lain di Depkes tidak
terlibat bahkan tidak mengetahui). Dalam pertemuan regional, Indonesia mendapat
penilaian negatif karena tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain yang
didukung WHO/SEARO. Kelemahan pelaksanaan tersebut adalah tidak adanya
pelibatan unit dan instansi lain yang relevan dan tidak jelas “lingkage” kegiatan
tersebut dengan pengambil kebijakan. Sampai sekarang upaya tersebut belum
menghasilkan NHA yang bermakna.
3
Dengan mempelajari pengalaman atau sejarah singkat diatas maka bisa
dipahami bila ternyata NHA merupakan instrumen penting dalam meningkatkan
kinerja pembangunan kesehatan, dalam konteks sekarang berarti juga penting untuk
memacu pencapaian RPJPM bidang kesehatan, Renstra Depkes dan target-target
MDG. Selain itu, NHA di Indonesia ternyata belum bisa berkembang karena tidak
dilakukan proses pelembagaan NHA sehingga NHA mampu menghasilkan
data/informasi yang valid dan timely, serta menjadi kegiatan berkesinambungan.
Oleh karena itu diperlukan suatu proses pelembagaan (institutionalisasi NHA)
secara sistematis dan melibatkan semua institusi yang relevan.
Kajian ini terkait dengan salah satu tugas dan fungsi Direktorat Kesehatan
dan Gizi Masyarakat yaitu melakukan perencanaan khususnya dalam hal kebijakan
yang bersifat nasional. National Health Accounts (NHA) sendiri telah teruji dan
digunakan di banyak negara sebagai alat untuk merangkum, menjelaskan, dan
menganalisa pembiyaan suatu sistem kesehatan nasional. Sehingga diharapkan
hasil kajian ini merupakan langkah dasar menuju penggunaan pembiayaan yang
lebih baik dalam rangka peningkatan kinerja sistem kesehatan.
B. PERUMUSAN MASALAH
4
4. Belum tersedianya data NHA detil tahun 2002 dan NHA Global tahun 2003-
2004
C. TUJUAN
6
demikian kajian pengembangan NHA ini diharapkan memberikan informasi yang
lebih komprehensif baik dari sisi konsep pelembagaan NHA maupun penyediaan
data NHA baik secara detil maupun global yang memenuhi standar internasional.
7
BAB II
METODOLOGI
8
a. Departemen Kesehatan (Biro Keuangan, Biro Perencanaan, Pusdatin, Badan
Litbangkes, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Keseshatan, dan unit lainnya
yang terkait)
b. Departemen Keuangan
c. Departemen Dalam Negeri
d. Departemen Tenaga Kerja
e. Kementerian BUMN
f. BPS
g. Bappenas
h. PT Askes
i. PT Jamsostek
j. Kadin
k. Perguruan Tinggi
2. Legitimasi kelembagaan
Hasilnya adalah sebuah draft dasar hukum (peraturan atau keputusan) dari
lembaga negara sesuai dengan kesepakatan stakeholder.
Dengan adanya dasar hukum tentang pembentukan, tugas pokok dan fungsi
lembaga pelaksana NHA tersebut, maka langkah selanjutnya adalah membentuk
lembaga tersebut, yang meliputi:
a. Organisasi
b. Ketenagaan
c. Sarana
d. Perumusan rinci kegiatan manajemen dan kegiatan NHA
9
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan institusionalisasi NHA terdiri dari empat tahap, yaitu :
(1) Perumusan konsep dan pencapaian kesepakatan kelembagaan NHA,
(2) Rekomendasi legitimasi pelembagaan NHA,
(3) Rekomendasi pembentukan/pendirian lembaga NHA dan
(4) Kegiatan NHA yaitu analisis Hasil NHA Tahun 2002-2004, terdiri dari :
a. Analisis Detil Tahun 2002
b. Analisis NHA Global/ Nasional Tahun 2003-2004
10
6. Bali
7. Nusa Tenggara Barat
Dasar pemilihan daerah sampel adalah : 1) daerah tersebar dari barat sampai
timur Indonesia; 2) daerah tersebut telah pernah mendapat pemaparan tentang
NHA/PHA/DHA; 3) daerah juga mewakili daerah yang telah menjalankan DHA
dan belum menjalankan DHA.
Pengelolaan data untuk data daerah dilakukan melalui editing, coding, entry
data, dan cleaning.
a. Editing, diperlukan agar kualitas data dapat terjamin, untuk itu ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam melakukan editing data yaitu :
- Apakah data sudah lengkap ?
- Apakah data sudah cukup jelas tulisannya untuk dapat dibaca?
- Apakah semua catatan dapat dipahami?
- Apakah semua data sudah cukup konsisten?
- Apakah data sudah cukup uniform?
- Apakah ada respons yang tidak sesuai?
Dalam melakukan editing, dicek pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya tidak
cocok, hal ini perlu diklarifikasi dengan tim pengumpul data, apakah data ini
harus dikumpulkan ulang atau cukup diklarifikasi didalam tim saja.
b. Coding, untuk memudahkan analisa data yang sudah dilakukan editing, maka
data tersebut diberi kode. Pemberian kode dapat dilakukan dengan melihat jenis
pertanyaan, apakah jawaban tersebut berupa, angka, jawaban dari pertanyaan
tertutup, jawaban dari pertanyaan terbuka, jawaban dari pertanyaan semi
terbuka, atau jawaban kombinasi. Jika data semua sudah diberi kode, berarti
data siap untuk dientry.
c. Entry data, jika semua data sudah diberi kode, berarti data siap untuk dientri
kedalam komputer. Selanjutnya dilakukan entry data dangan bantuan fasilitas
softwre statistik.
11
d. Cleaning data, sebelum dilakukan analisis dilakukan pengecekan data untuk
melihat apakah nilai-nilainya sudah sesuai seperti yang diinginkan. Setelah
selesai membersihkan data, berarti data siap untuk dilakukan analisis.
12
BAB III
NHA (NATIONAL HEALTH ACCOUNT)
1
Charu C. Garg, health economist, Department of Health System Financing, WHO, Indonesia NHA
Workshop 3-5 Sept 2007
13
Menurut WHO (1988), sumber pembiayaan kesehatan antara lain berasal
dari pajak (APBN/APBD), pendanaan masyarakat seperti dana sehat, jaminan
kesehatan baik dari pemerintah maupun swasta, asuransi komersial, LSM, dan
bantuan luar negeri.
Alur pembiayaan dalam NHA dapat ditelusuri melalui empat pertanyaan
pokok yaitu :
- Siapa yang membiayai pelayanan kesehatan ?
- Berapa besar biaya yang mereka keluarkan untuk pelayanan kesehatan
tersebut?
- Kemana dana kesehatan itu disalurkan ?
- Siapa yang memperoleh keuntungan dari pengeluaran kesehatan ini?
Alur pembiayaan dalam NHA secara garis besar terdiri dari 3 bagian yang
pokok yaitu sumber pembiayaan, intermediasi pembiayaan dan provider, hubungan
ketiga bagian tersebut diperlihatkan dalam gambar 3.1.
Depkes
Depkes Fasilitas kesehatan,
Depkes
PT, sekolah
(Diknas)
Fasilitas kesehatan
Asuransi/ Askes PT/sekolah, Diknas
BUMN
Organisasi publik
( kementrian,TNI, BUMN) Fasilitas kesehatan
( kementrian,TNI,
BUMN)
Swasta
Asuransi/sawsta
Fasilitas kesehatan
swasta
Perusahaan swasta
Donor
donor Farmasi
Rumahtangga
Rumah Fasilitas kesehatan
tangga
(Donor/ LSM)
LSM/yayasan
sosial
14
Dalam perhitungan NHA seringkali dihadapkan dengan kesulitan data
dengan berbagai alasan, untuk itu perlu interpretasi data. Data NHA dapat
diinterpretasikan dengan menggunakan berbagai type data lain yaitu :
- Indikator sosial ekonomi
- Data ouput pelayanan kesehatan
- Data outcome kesehatan
- Data demografi lainnya
Pada prinsipnya NHA yang dihasilkan melalui suatu proses yaitu meliputi
pengumpulan data, organisasi data, analisis hasil untuk kebijakan bidang kesehatan,
dan medesiminasikan informasi NHA kepada seluruh stakeholder. Alur proses data
NHA secara garis besar diperlihatkan pada gambar 3.2.
Private
Pusat
Database
Tabel
Laporan
16
Hasil dari NHA untuk 6 (enam) negara di Asia pada tahun 2003 berupa
pengeluaran dan outcome untuk kesehatan diperlihatkan pada tabel 3.2. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa Indonesia untuk pengeluaran dan outcome bidang kesehatan
masih tertinggal dari negara lainnya walaupun masih sedikit lebih baik
dibandingkan dengan negara India. Bila dilihat dari total pengeluaran untuk
kesehatan terhadap GDP ternyata Indonesia merupakan negara terendah nilainya
dibandingkan 5 negara asia lainnya (lihat tabel 3.2) dengan demikian kebijakan
yang harus diambil adalah diperlukan peningkatan alokasi untuk bidang kesehatan.
5
TT
PP 4
THE/GDP
KK
/ 3
/
GG
DD 2
PP
1
0
India Indonesia Sri Lanka Thailand Malaysia Philippines
Sumber : WHO
17
C. NHA dan Pembiayaan Kesehatan di Indonesia
2
Somanathan, A, et al. Indonesia Public Health Expenditure Review, Institute of Policy Study, Health
Policy Program, Srilangka, 2004.
3
Biro Perencanaan Depkes
4
World Development Report 1993: Investing in Health. World Bank 1993.
18
lapangan/masyarakat. Perbaikan indikator kinerja yang melekat pada penduduk
(beneficiary) sangat ditentukan oleh kecukupan biaya operasional tersebut5.
Sinyalemen lain adalah pola “pyramida terbalik” dalam anggaran kesehatan,
yaitu belanja yang berlebihan untuk kegiatan penunjang (pendidikan, pelatihan,
pertemuan, lokakarya) yang diselenggarakan oleh jenjang administrasi lebih tinggi,
sedangkan belanja pada jenjang yang lebih bawah berkekurangan dibandingkan
dengan kebutuhan. Padahal perubahan-perubahan riil dalam indikator kinerja dan
status kesehatan adalah hasil dari kegiatan langsung yang dilaksanakan oleh jajaran
administrasi dan pelayanan ditingkat yang lebih bawah (Dinas Kesehatan, RSU,
Puskesmas, dll).
Berikutnya adalah masalah “substitusi”, yaitu kecenderungan daerah
mengurangi alokasi APBD untuk kesehatan apabila ada dana bantuan PHLN atau
hibah atau alokasi APBN. Akibatnya, tambahan dana dari sumber bantuan dan
pusat tersebut tidak meningkatkan anggaran kesehatan secara total.
Gambaran masalah-masalah pembiayaan kesehatan seperti diuraikan diatas
diketahui dari analisis biaya kesehatan semacam health account yang dilakukan
secara partial dan insidental di beberapa daerah. Di beberapa daerah gambaran
pembiayaan kesehatan tersebut telah disampaikan dalam kegiatan advokasi, dengan
sasaran pemerintah daerah dan lembaga legislatif setempat. Beberapa pemerintah
daerah ternyata menunjukkan repsons positif, yaitu peningkatan alokasi untuk
kesehatan. Bahkan peningkatan alokasi tersebut difokuskan pada masalah
kesehatan tertentu yang menjadi prioritas6, atau difokuskan pada peningkatan biaya
operasional untuk kegiatan di lapangan7. Uraian diatas adalah beberapa contoh
tentang manfaat health account untuk meningkatkan sistem pembiayaan kesehatan.
Kebutuhan akan kegiatan health account baik pada tingkat nasional (NHA)
maupun daerah (PHA dan DHA) semakin meningkat dengan adanya beberapa
masalah dan tantangan dalam sub-sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia.
Beberapa masalah dan tantangan tersebut adalah sebagai berikut:
5
Prescott, Nicholas. Bank Dunia, Jakarta 1990.
6
. Ascobat G. Advokasi Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Proyek DHS-1. 2006
7
. Kabupaten Sumba Timur. Alokasi APBD untuk honorarium Juru Malaria Desa
19
Prospek beban biaya kesehatan
8
. Analisis biaya kesehatan pada tahun 1994 menunjukkan tingkat inflasi antara 14% sampa9 16%.
9
. Ascobat G. Analisis biaya kesehatan daerah di Kabupaten Sikka, Ended an Sumba Timur. Persiapan
proyek KIA AusAID, 2006.
20
nasional dimana peranan pusat diarahkan sebagai instrument pemerataan
(equalizing role).
Desentralisasi fiskal adalah satu dari 3 arus besar (main streams) proses
desentralisasi di Indonesia. Dua arus desentralisasi lainnya adalah desentralisasi
politik dan desentralisasi fungsi10. Desentrallisasi fiskal tersebut dilakukan melalui
mekanisme DAU, DAK, Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan (TP). Masing-
masing “fund channeling” tersebut
Reformasi pembiayaan
Hal lain yang menjadi alasan kenapa NHA/PHA dan DHA sangat
dibutuhkan adalah kebijakan dan rencana besar untuk melakukan reformasi sistem
pembiayaan kesehatan. Pada tingkat nasional, undang-undang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) mengarahkan agar Asuransi Kesehatan Sosial
dikembangkan di Indonesia. Sementara itu di banyak daerah telah dikembangkan
sistem pembiayaan kesehatan daerah yang modelnya cukup beragam. Ada yang
menerapkan sistem asuransi sukarela bersubsidi (Toba Samosir), asuransi model
JPKM terpadu (Jaminan Kesehatan Jembrana), pelayanan dasar gratis (Kota
Medan, Kota Batam), dll. Hasil NHA dan DHA akan membantu strategi yang tepat
dalam mengembangkan sistem asuransi tersebut.
10
. Ascobat Gani.Fiscal Decentralizarion in Indonesia. Senior Policy Seminar. Word Bank, Denpasar
September 2007.
21
fungsi tertentu kepada daerah, termasuk tanggung jawab pembiayaan, pelaksanaan
dan pertanggung jawaban kinerja fungsi tersebut. Sampai saat ini memang daftar
program/fungsi yang dimasukkan dalam SPM kesehatan sedang dalam proses
penyempurnaan.
Mampukah daerah membiayai semua fungsi yang ada dalam daftar SPM
tersebut? Pertanyaan ini bisa dijawab apabila DHA dilakukan di daerah. Manakala
DHA menunjukkan bahwa daerah tidak memiliki kemampuan fiskal untuk
menyelenggarakan SPM, maka perlu dipertimbangkan peran pusat untuk
menutupinya.
22
dari 1,96 % (2002) menjadi 2,33 % (2003), akan tetapi pada tahun 2004 menurun
menjadi 2,20 %. Sedangkan bila dibandingkan dengan pendapatan perkapita maka
mengalami peningkatan dari tahun 2002 sebesar 150.256 rupiah menjadi 195.539
rupiah pada tahun 2003 dan 206.156 rupiah pada tahun 2004.
Total Pengeluaran Kesehatan (TPK) (dlm milyar Rp) 31.713,4 41.791,1 44.693,2
23
Gambar 3.4 Pengeluaran Kesehatan menurut Agent Tahun 2002-2004
45,000,000.0
40,000,000.0
35,000,000.0
30,000,000.0
Non
25,000,000.0
Public
20,000,000.0 Pulic
15,000,000.0
10,000,000.0
5,000,000.0
-
2002 2003 2004
24
Hasil perhitungan NHA detil tahun 2002 dan NHA Global tahun 2003 dan
2004 secara lengkap dan rinci menurut agent, sumber, provider dan fungsi disajikan
pada lampiran kajian ini.
Perlunya pelembagaan
Dari semua uraian diatas termasuk hasil perhitungan data NHA maka
harapannya dapat meningkatkan sistem kesehatan nasional, khususnya dalam sub-
sistem pembiayaan kesehatan. Oleh karena itu untuk pelaksanaan NHA ke depan
perlu lebih sistematik dan berkelanjutan. Dalam proses pelembagaan NHA ini, agar
dapat berfungsi dengan baik maka perlu ada semacam “focal point”, yaitu unit yang
bertanggung jawab dalam organisasi pemerintah untuk menggerakkan,
mengkoordinir, melakukan dokumentasi dan diseminasi hasil NHA.
25
- Sudah tepatkah alokasi anggaran kesehatan?
- Sudah efisien dan efektifkah dana tersebut dibelanjakan?
- Sudah dapatkah data yang ada, dipakai sebagai alat untuk evaluasi, dan
pengambilan keputusan?
26
BAB IV
PENGEMBANGAN NHA/PHA/DHA
27
16. Tanggapan bila ada lembaga khusus NHA
Data dikumpulkan dari hasil wawancara dan FGD dengan responden dari
Dinas Kesehatan Provinsi sebanyak 22 orang. Hasilnya sebagai berikut;
Dari 22 orang responden yang diwawancarai, hampir 70 % yang
mengatakan bahwa unit yang bertanggung jawab melakukan PHA adalah dinas
kesehatan provinsi, selebihnya responden mengatakan bahwa unit yang
bertanggung jawab melakukan PHA adalah Bappeda.
Semua responden mengatakan bahwa PHA perlu kerjasama antar unit terkait
dan semua responden mengatakan kerjasama dengan unit terkait tersebut perlu
dikukuhkan oleh SK Gubernur.
28
Lebih dari 60 % responden mengatakan permintaan data PHA dari Provinsi
sebaiknya adalah Bappeda Provinsi dan selebihnya responden mengatakan Dinas
Kesehatan Provinsi.
29
Lebih dari 70 % responden mengatakan pernah mengikuti pelatihan PHA
dan selebihnya responden mengatakan tidak pernah mengikuti pelatihan PHA.
N
Informasi Hasil / Tanggapan Responden
o.
1. Kapasitas melakukan PHA
- Penaggungjawab PHA - Dinkes Provinsi 70%
- Pelatihan PHA - Pernah dilatih 70%
- Kerjasama dengan unit terkait - Dikukuhkan dg SK Gubernur 100%
- Sumber pembiayaan PHA - APBD Provinsi 60%
2. Mekanisme hubungan kerja dengan
Kabupaten/Kota /Provinsi
- Penanggung jawab permintaan data PHA - Bappeda 60%
3. Mekanisme hubungan kerja dengan Pusat
- Permintaan data oleh pusat - Depkes 86%
- Peran provinsi dlm pelaksanaan NHA - Mengirimkan data PHA 90%
4. Mekanisme Pengumpulan Data
- Katagori sumber data PHA - Program kesehatan 90%
- Mekanisme pengumpulan data - Melalui Tim khusus 60%
- Penanggungjawab pengumpulan data - Tim khusus dg SK Gubernur 80%
- Faktor pendukung - Sarana dan prasarana 50%
- Faktor penghambat - SDM, sarana dan prasarana, 50%
dan legalitas
5. Pelaksanaan PHA
- Pelaksanaan 5 tahun terakhir - Pernah dilakukan 70%
- Unit yang melakukan - Dinkes provinsi 80%
- Sumber biaya yang dihitung - Dana Dekonsentrasi 100%
30
B. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Data dikumpulkan dari hasil wawancara dan FGD dengan responden dari
Dinas Kesehatan kabupaten/kota sebanyak 12 orang. Hasilnya sebagai berikut.
Dari 12 responden yang diwawancarai, hampir 70 % yang mengatakan
bahwa unit yang bertanggung jawab melakukan DHA adalah Bappeda
Kabupaten/Kota, selebihnya responden mengatakan adalah Dinas kesehatan.
Lebih dari separuh responden mengatakan bahwa permintaan data DHA dari
kabupaten/kota adalah Bappeda Provinsi dan selebihnya responden mengatakan
Dinas Kesehatan Provinsi.
Untuk sumber data health account, dalam hal kategori, hampir semua
responden (lebih dari 90 %) mengatakan sebaiknya dikatagorikan menurut program
kesehatan.
31
Mengenai stakeholder penyediaan data di tingkat kabupaten/kota, semua
responden jawabannya adalah pemerintah.
32
Tabel 4.2 Pelaksanaan DHA di Tingkat Kabupaten/Kota
N
Informasi Hasil / Tanggapan Responden
o.
1. Kapasitas melakukan DHA
- Penaggungjawab DHA - Bappeda 70%
- Pelatihan DPHA - Pernah dilatih 50%
- Kerjasama dengan unit terkait - Dikukuhkan dg SK 100%
Bupati/Walikota
- Sumber pembiayaan DHA - APBD Kab/Kota 70%
2. Mekanisme hubungan kerja dengan
Kabupaten/Kota /Provinsi
- Penanggung jawab permintaan data DHA - Bappeda 50%
3. Mekanisme hubungan kerja dengan Pusat
- Permintaan data oleh pusat - Depkes 100%
- Informasi yang dikirim ke pusat - Isian formulir 100%
4. Mekanisme Pengumpulan Data
- Katagori sumber data DHA - Program kesehatan 90%
- Mekanisme pengumpulan data - Melalui Tim khusus 60%
- Penanggungjawab pengumpulan data - Tim khusus dg SK 80%
Bupati/Walikota
- Faktor pendukung - Sarana dan prasarana 40%
- Faktor penghambat - SDM, sarana dan prasarana, 100%
dan dana operasional
5. Pelaksanaan DHA
- Pelaksanaan 5 tahun terakhir - Pernah dilakukan 50%
- Unit yang melakukan - Dinkes kab/kota 100%
- Sumber biaya yang dihitung - Dana Dekonsentrasi 50%
Data dikumpulkan dari hasil wawancara dan FGD dengan responden dari
Rumah Sakit Umum Daerah sebanyak 10 orang. Hasilnya sebagai berikut:
Semua responden mengatakan bahwa PHA perlu kerjasama antar unit terkait
dan semua responden mengatakan kerjasama dengan unit terkait tersebut perlu
dikukuhkan oleh SK Gubernur.
33
Dari 10 responden yang diwawancarai, 70 % dari responden yang menjawab
bahwa pembiayaan PHA bersumber dari APBN khusus pusat, selebihnya
responden mengatakan dari APBD Provinsi.
Untuk sumber data health account, dalam hal kategori, hampir semua
responden (90%) memberikan jawaban data health account sebaiknya
dikatagorikan menurut program kesehatan.
34
Semua responden mengatakan bahwa selama 5 tahun terakhir tidak
dilakukan health account di tingkat provinsi, dengan demikian laporannya juga
tidak ada.
N
Informasi Hasil / Tanggapan Responden
o.
1. Kapasitas melakukan PHA
- Penaggungjawab PHA - Dinkes Provinsi 70%
- Kerjasama dengan unit terkait - Dikukuhkan dg SK Gubernur 100%
- Sumber pembiayaan PHA - APBN Pusat 70%
2. Mekanisme hubungan kerja dengan
Kabupaten/Kota /Provinsi
- Penanggung jawab permintaan data PHA - Bappeda 50%
3. Mekanisme hubungan kerja dengan Pusat
- Permintaan data oleh pusat - Depkes 100%
- Informasi yang dikirim ke pusat - Data PHA dan DHA 100%
4. Mekanisme Pengumpulan Data
- Katagori sumber data DHA - Program kesehatan 90%
- Mekanisme pengumpulan data - Pertemuan Stakeholder 50%
- Penanggungjawab pengumpulan data - Tim khusus dg SK Gubernur 70%
- Faktor pendukung - Sarana dan prasarana 60%
- Faktor penghambat - Sarana dan prasarana 50%
35
Dari hasil tersebut di atas, maka dapat dibeberapa kesimpulan sebagai
berikut :
36
SDM, sarana & prasarana, dan legalitas, karena tanpa SDM, sarana &
prasarana, dan legalitas, tidak mungkin health account bisa diterapkan.
2. Tingkat Kabupaten/Kota
1. Unit yang bertanggung jawab untuk melakukan DHA adalah Bappeda
Kabupaten/Kota
2. Dalam pelaksanaan DHA perlu kerjasama dengan sector terkait. Kerjasama
ini perlu dikukuhkan dengan SK Bupati/Walikota
3. Sumber pembiayaan DHA adalah APBD kabupaten/kota, selebihnya
mengatakan APBD Prop, juga mencakup dana dekonsentrasi
4. Permintaan data DHA dari kabupaten/kota sebaiknya adalah Bappeda
Provinsi, sedangkan permintaan data NHA dari pusat, semua responden
mengatakan sebaiknya dilakukan oleh Depkes Pusat.
5. Pengumpulan data Health Account, sebaiknya oleh tim khusus yang
dibentuk, dan yang bertanggung dengan data Health Account juga tim
khusus yang dibentuk dengan SK Bupati/Walikota. Tim khusus tersebut
terdiri atas lintas badan/dinas.
6. Penyediaan data di tingkat kabupaten/kota, adalah pemerintah.
7. Data health account bermanfaat, terutama yang memanfaatkan data tersebut
adalah Dinas Kesehatan, Bappeda dan Biro Keuangan Pemda.
8. Sebaiknya yang melaksanakan health account di tingkat Kabupaten/Kota
adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
9. 50 % responden mengatakan pernah mengikuti pelatihan DHA dan 50 %
lainnya mengatakan tidak pernah mengikuti pelatihan DHA.
10. untuk penyampaian laporan sebaiknya berjenjang yaitu dari kabupaten/kota
ke provinsi dan provinsi akan menyampaikan ke pusat.
11. Faktor pendukung penerapan health account adalah sarana dan prasarana,
selebihnya adalah legalitas dan kebijakan. Sedangkan faktor pnghambat
responden mengatakan bahwa adalah sarana dan prasarana, SDM dan dana
operasional, karena tanpa sarana dan prasana, SDM dan dana operasional,
tidak mungkin health account bisa diterapkan.
37
BAB V
PELEMBAGAAN NHA
B. Pengertian Pelembagaan
38
Pengertian kedua adalah pelembagaan dalam arti struktural, yaitu adanya
unit tertentu dalam organisasi pemerintah yang mempunyai mandat dan
kemampuan untuk melaksanakan atau mengkoordinasikan kegiatan NHA serta
melakukan diseminasi hasil NHA.
C. Model kelembagaan
39
2. Struktur organisasi :
Tugas dan fungsi seperti disampaikan diatas memerlukan sebuah organisasi
yang terdiri dari :
(1) Kepala,
(2) Sekretasis/Tata Usaha,
(3) Unit Manajemen Data,
(3) Unit analisis dan
(4) Unit dokumentasi dan diseminasi.
Selain itu perlu dibentuk Advisory Group yang terdiri dari wakil-wakil
lintas Departemen/Lembaga, termasuk Depkes, Bappenas, Depkeu, Depdagri, BPS,
Perusahaan Asuransi Kesehatan, Perguruan Tinggi dan Perorangan (Ahli), dll.
Advisory Group memberikan arahan dan bimbingan kepada unit pelaksana NHA
tersebut diatas.
3. Opsi kelembagaan
Kegiatan NHA, PHA, DHA perlu dilakukan secara rutin. Oleh sebab itu
diperlukan sebuah lembaga yang kuat yang selain mempunyai otoritas dan
kapasitas teknis pelaksanaan NHA, juga mempunyai jaringan kerja yang baik
dengan instansi-isntansi dalam organisasi pemerintah, perguruan tinggi, LSM dan
Swasta, juga memungkinkan mobilisasi dana pemerintah untuk mendukung
kegiatan NHA tersebut.
Beberapa kesepakatan Lokakarya berkaitan dengan opsi kelembagaan
tersebut adalah sebagai berikut:
- Perlu dibentuk sebuah Pusat yang menangani NHA
- Pusat tersebut sebaiknya berada dalam organisasi Departemen Kesehatan
- Karena pembentukan Pusat memerlukan waktu relatif lama, untuk
sementara fungsi-fungsi NHA tersebut diatas dapat dilaksanakan oleh
unit yang sudah ada.
- Saran peserta adalah menunjuk Pusat Pembiayaan Jaminan Kesehatan
(PPJK), dibantu oleh unit-unit lain dan Perguruan Tinggi
40
4. Legitimasi kelembagaan
Uraian diatas menunjukkan bahwa untuk memantapkan kelembagaan NHA
ada 3 (tiga) tahap dalam proses kelembagaan, dengan legitimasi sebagai berikut:
- Tahap-1: Untuk sementara pelaksanaan NHA dapat dilakukan dengan
Surat Keputusan Sekjen Depkes
- Tahap-2: Peleburan fungsi NHA pada unit yang ada, yaitu PPJK
dilakukan dengan Surat Keputusan Menkes
- Tahap-3: Pembentukan Pusat NHA dalam organisasi Depkes melalui
Surat Keputusan Menkes
5. Pembiayaan
Pelembagaan dan pelaksanaan NHA memerlukan pembiayaan. Dalam
jangka pendek, persiapan pembentukan pelembagaan NHA dalam bentuk kajian
dapat dibiayai dari anggaran Bappenas dan selanjutnya melalui anggaran Depkes
(DIPA PPJK).
Untuk pelaksanaan NHA secara rutin, anggarannya dapat dimasukkan dalam
DIPA PPJK dan kelak apabila Pusat NHA terbentuk, dibebankan pada DIPA Pusat
NHA tersebut.
Selain itu, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (nanti Pusat NHA)
dapat melakukan mobilisasi sumber dana lain (misalnya dari badan internasional:
WHO, bantuan bilateral, dll).
Biaya dalam pelembagaan dan pelaksanaan kegiatan NHA terdiri dari unsur-
unsur atau elemen sebagai berikut:
(1) Biaya ”start up” (investasi awal dan pengembangan) pelembagaan
- Pembentukan ”sub-unit” NHA di PPJK
- Pembentukan Pusat NHA di bawah Menteri Kesehatan
(2) Biaya operasional (rutin) lembaga NHA
- Biaya personil sekretariat
- Biaya ATK
- Biaya dokumentasi
- Biaya diseminasi hasil
41
(3) Biaya pelaksanaan NHA
- Biaya pengumpulan data (tergantung jenis dan skala kegiatan
pengumpulan data)
- Biaya analisis
- Biaya publikasi
42
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
1. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK) diusulkan sebagai
“focal point” dalam melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan NHA.
43
Untuk legitimasi (dasar hukum) pelaksanaan kegiatan NHA di Pusat
Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK) diperlukan surat keputusan
(SK) Menteri Kesehatan.
6. Penyusunan laporan data NHA detil untuk tahun 2005, 2006, 2007, dan
selanjutnya secara reguler dilaksanakan oleh PPJK Depkes.
44
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, T.R., Harbianto, D., Indrajaya, S., Mahlil., Malik,R., Yuslely, “ NHA
Development : Indonesian Progress Report”, Bangkok 28 Juni 2002.
Ascobat Gani, 2006, “ Analisis Biaya Kesehatan Daerah di Kabupaten Sikka, Ende
dan Sumba Timur”, Persiapan Proyek KIA AusAID
Departemen Kesehatan RI. 2007. Evaluasi Akhir Proyek PHP I (bahan laporan)
Poullier, J.P., et.al., “National Health Accounts: Concepts, Data Sources and
Methodology”, WHO
45
Republik Indonesia. 2005. Peraturan Presiden RI No.7 Tahun 2005 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009
46
LAMPIRAN
47
LAMPIRAN:
LAPORAN
NATIONAL HEALTH ACCOUNT (NHA) INDONESIA
TAHUN 2002, 2003, 2004
48
A. Latar Belakang
49
Tabel 1
Pembiayaan Kesehatan
Menurut Tingkat Pemerintahan
Source: World Bank, :”Indonesia Public Expenditure Review 2007, Chapter 4 – Health, table 4”
B. Tujuan
Tujuan Umum:
Diperoleh informasi pembiayaan kesehatan mengacu pada tabel standar
yang disiapkan oleh WHO
51
Tujuan Khusus:
• Menghasilkan tabel standar NHA untuk tahun 2002 menurut fungsi,
provider, cost of factor production, dan beneficiaries.
• Melakukan review atas estimasi total pembiayaan kesehatan di tahun
2003 dan 2004 (revisited)
• Menghasilkan tabel standar NHA untuk tahun 2003 dan 2004
menurut fungsi, provider, cost of factor production, dan beneficiaries.
C. Metodologi
Tujuan utama dari pekerjaan ini adalah menyusun tabel standar NHA seperti
yang telah dikembangkan oleh WHO. Diupayakan tidak ada data koleksi, sehingga
akan mengupayakan hasil studi-studi terkait yang tersedia.
Dalam menghasilkan tabel standar NHA, ada beberapa tahap yang dilakukan:
1. Mengumpulkan studi-studi yang terkait dengan fungsi, PPK
a. Kumpulkan studi-studi pada tingkat makro
o Survei Rumah Tangga
o Survei sebelumnya dalam pembiayaan kesehatan di BUMN
o Survei sebelumnya dalam pembiayaan kesehatan di
perusahaan swasta
o Survei pembiayaan kesehatan publik
o Hasil studi/laporan tentang asuransi sosial di Jamsostek dan
Askes
b. Kumpulkan studi-studi pada tingkat mikro
o Survei Rumah Tangga
o Survei-survei studi ekonomi di rumah sakit dan puskesmas
o Health financing studies: disctrict health financing
2. Mengumpulkan formula estimasi untuk men –disagregate data
- public spending:
o Public spending di Dinkes: by programs, by factor of
production, by providers
52
o Public spending in hospital: outpatients and inpatients
- private spending:
o Out of Pocket : hospital inpatient and outpatients
o Drugs : Produsen Obat lokal: Kimia Farma, Biofarma,
Indofarma, Kalbe Farma
3. Review dan pertajam formula untuk dis-agregate data (setelah Workshop)
• Pertajam estimasi formula
• Pencarian studi-studi terkait sebagai tambahan
• Revisi hasil estimasi formula
4. Review estimasi Total Pembiayaan Kesehatan di tahun 2003 dan 2004
(Revisited)
• Review estimasi pembiayaan kesehatan publik
• Review estimasi pembiayaan kesehatan swasta: data susenas
• Review methodology estimasi
• Draft hasil estimasi Total Pembiayaan Kesehatan di tahun 2003 dan
2004
5. Estimasi dis-agregasi data NHA
• Estimasi tabel standar NHA untuk tahun 2002 menurut fungsi,
provider, cost of factor production, dan beneficiaries.
• Estimasi tabel standar NHA untuk tahun 2003 & 2004 menurut
fungsi, provider, cost of factor production, dan beneficiaries.
6. Workshop 4 (empat) kali:
• Revisit angka total pembiayaan kesehatan bersumber publik untuk
tahun 2003 dan 2004
• Presentasi estimasi total pembiayaan publik: Depkes, World Bank,
WHO
• Presentasi estimasi total pembiayaan private: out of pocket
(Susenas)
• Presentasi awal untuk sosialisasi draft formula estimasi
53
• Presentasi draft formula estimasi berdasarkan rekap hasil studi
terkait
• Mendapat tanggapan, masukan dan perbaikan estimasi formula
dari stakeholders
• Presentasi lanjut untuk revisi formula estimasi & draft dis-agregasi
angka
• Presentasi hasil sementara disagregasi sesuai tabel standar NHA
• Mendapat tanggapan, masukan dan perbaikan hasil sementara
• Revisi metodology
• Revisi angka disagregasi sesuai tabel standar NHA (2002-2004)
• Presentasi lanjut metodology dan hasil revisi dis-agregasi
Nara sumber dari WHO Geneva dan Searo akan datang untuk
membantu menyempurnakan methodology estimasi menyusun
Tabel standar NHA
7. Estimasi Final dan penulisan laporan
D. Hasil NHA Detil Tahun 2002 dan NHA Global Nasional Tahun 2003-2004
54