Anda di halaman 1dari 13

SEORANG WANITA 20 TAHUN dengan FARINGITIS

Oleh :
Ova Rachmawati., S. Ked
G0006210

Pembimbing :
Dyah Poerwohastuti, S. Farm, Apt

KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
S U R AK AR TA
2011

PENDAHULUAN

Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang
tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau kuman, disebabkan daya tahan yang lemah. Pengobatan
dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena kuman. Kadangkala makan makanan yang
sehat dengan buah-buahan yang banyak, disertai dengan vitamin bisa menolong. Gejala radang
tenggorokan seringkali merupakan pratanda penyakit flu atau pilek. Faringitis ada yang akut dan
kronis, Faringitis akut, radang tenggorok yang masih baru, dengan gejala nyeri tenggorok dan
kadang disertai demam dan batuk. Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung
dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang
mengganjal di tenggorokan.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Faringitis akut adalah suatu sindrom inflamasi dari faring dan/atau tonsil yang disebabkan oleh
beberapa grup mikroorganisme yang berbeda. Faringitis dapat menjadi bagian dari infeksi saluran
napas atas atau infeksi lokal didaerah faring 1.
Epidemiologi
Faringitis dapat terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin2, dengan frekuensi
yang lebih tinggi terjadi pada populasi anak-anak3. Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di
bawah 1 tahun. Insidensinya meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap
berlanjut sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa4. Kematian yang diakibatkan
faringitis jarang, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini3.
Faringitis akut baik disertai demam atau tidak, pada umumnya disebabkan oleh virus4,5,6, seperti
Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenzavirus, Coksakievirus, Coronavirus, Echovirus, Epstein-Bar
virus (mononukleosis) dan Cytomegalovirus2,5. Dari golongan bakteri seperti streptokokus beta
hemolitikus kelompok A, merupakan kelompok bakteri yang sering ditemukan4,6, sedangkan jenis
bakteri yang lain seperti Neisseria gonorrhoeae, Corynobacterium diphtheriae, Chlamydia
pneumonia, grup C dan G streptokokus2,3.
Penyebab faringitis yang lain seperti Candida albicans (Monilia) sering didapatkan pada bayi dan
orang dewasa yang dalam keadaan lemah atau terimunosupresi3,7. Hal-hal seperti udara kering,
rokok, neoplasia, intubasi endotrakeal, alergi, dan luka akibat zat kimia dapat juga menyebabkan
faringitis2,3.
Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel
terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear6. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi
yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi
kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring
menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel
atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring
posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak5.

Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang


Manifestasi klinis berbeda-beda tergantung apakah streptokokus atau virus yang menyebabkan
penyakit tersebut. Bagaimanapun, terdapat banyak tumpang tindih dalam tanda-tanda serta gejala
penyakit tersebut dan secara klinis seringkali sukar untuk membedakan satu bentuk faringitis dari
bentuk lainnya4.
Faringitis oleh virus biasanya merupakan penyakit dengan awitan yang relatif lambat, umumnya
terdapat demam, malaise, penurunan nafsu makan disertai rasa nyeri sedang pada tenggorokan
sebagai tanda dini. Rasa nyeri pada tenggorokan dapat muncul pada awal penyakit tetapi biasanya
baru mulai terasa satu atau dua hari setelah awitan gejala-gejala dan mencapai puncaknya pada hari
ke-2-3. Suara serak, batuk, rinitis juga sering ditemukan. Walau pada puncaknya sekalipun,
peradangan faring mungkin berlangsung ringan tetapi kadang-kadang dapat terjadi begitu hebat
serta ulkus-ulkus kecil mungkin terbentuk pada langit-langit lunak dan dinding belakang faring.
Eksudat-eksudat dapat terlihat pada folikel-folikel kelenjar limfoid langit-langit dan tonsil serta
sukar dibedakan dari eksudat-eksudat yang ditemukan pada penyakit yang disebabkan oleh
streptokokus. Biasanya nodus-nodus kelenjar limfe servikal akan membesar, berbentuk keras dan
dapat mengalami nyeri tekan atau tidak. Keterlibatan laring sering ditemukan pada penyakit ini
tetapi trakea, bronkus-bronkus dan paru-paru jarang terkena. Jumlah leukosit berkisar 6000 hingga
lebih dari 30.000, suatu jumlah yang meningkat (16.000-18.000) dengan sel-sel polimorfonuklear
menonjol merupakan hal yang sering ditemukan pada fase dini penyakit tersebut. Karena itu jumlah
leukosit hanya kecil artinya dalam melakukan pembedaan penyakit yang disebabkan oleh virus
dengan bakteri. Seluruh masa sakit dapat berlangsung kurang dari 24 jam dan biasanya tidaka kan
bertahan lebih lamna dari 5 hari. Penyulit-penyulit lainnya jarang ditemukan4.
Faringitis streptokokus pada seorang anak berumur lebih dari 2 tahun, seringkali dimulai dengan
keluhan-keluhan sakit kepala, nyeri abdomen dan muntah-muntah. Gajala-gajala tersebut mungkin
berkaitan dengan terjadinya demam yang dapat mencapai suhu 40OC (104O F); kadang-kadang
kenaikan suhu tersebut tidak ditemukan selama 12 jam. Berjam-jam setelah keluhan-keluhan awal
maka tenggorokan penderita mulai terasa sakit dan pada sekitar sepertiga penderita mengalami
pembesaran kelenjar-kelenjar tonsil, eksudasi serta eritem faring. Derajat rasa nyeri faring tidak
tetap dan dapat bervariasi dari yang sedikit hingga rasa nyeri demikian hebat sehingga membuat
para penderita sukar menelan. Dua per tiga dari para penderita mungkin hanya mengalami eritema
tanpa pembesaran khusus kelenjar tonsil serta tidak terdapat eksudasi. Limfadenopati servikal
anterior biasanya terjadi secara dini dan nodus-nodus kelenjar mengalami nyeri tekan. Demam
mungkin berlangsung hingga 1-4 hari; pada kasus-kasus sangat berat penderita tetap dapat sakit
hingga 2 minggu. Temuan-temuan fisik yang paling mungkin ditemukan berhubungan dengan
penyakit yang disebabkan oleh streptokokus adalah kemerahan pada kelenjar-kelenjar tonsil beserta

tiang-tiang lunak, terlepas dari ada atau tidaknya limfadenitis dan eksudasi-eksudasi. Gambarangambaran ini walaupun sering ditemukan pada faringitis yang disebabkan oleh streptokokus, tidak
bersifat diagnostik dan dengan frekuensi tertentu dapat pula dijumpai pada faringitis yang
disebabkan oleh virus4.
Konjungtivitis, rinitis, batuk, dan suara serak jarang terjadi pada faringitis yang disebabkan
streptokokus dan telah dibuktikan, adanya 2 atau lebih banyak lagi tanda-tanda atau gejala-gejala ini
memberikan petunjuk pada diagnosis infeksi virus4.
Bahan biakan tenggorokan merupakan satu-satunya metode yang dapat dipercaya untuk
membedakan faringitis oleh virus dengan streptokokus2,4. Menurut Simon, diagnosa standar
streptokokus beta hemolitikus kelompok A adalah kultur tenggorok karena mempunyai sensitifitas
dan spesifisitas yang tinggi tergantung dari teknik, sample dan media. Bakteri yang lain seperti
gonokokus dapat diskrening dengan media Thayer-Martin hangat. Virus dapat dikultur dengan
media yang khusus seperti pada Epstein-Bar virus menggunakan monospot. Secara keseluruhan dari
pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukositosis2.
Terapi
Terapi faringitis virus adalah aspirin atau asetaminofen, cairan dan istirahat baring. Komplikasi
seperti sinusitis atau pneumonia biasanya disebabkan oleh invasi bakteri karena adanya nekrosis
epitel yang disebabkan oleh virus. Antibiotika dicadangkan untuk komplikasi ini7.
Faringitis streptokokus paling baik diobati dengan pemberian penisilin oral (200.000-250.000
unit penisilin G,3-4 kali sehari, selama 10 hari). Pemberian obat ini biasanya akan menghasilkan
respon klinis yang cepat dengan terjadinya suhu badan dalam waktu 24 jam. Eritromisin atau
klindamisin merupakan obat lain dengan hasil memuaskan, jika penderita alergi terhadap
penisilin4,6.
Dengan tambahan untuk mencukupi terapi antibiotik terhadap pasien-pasien yang menderita
faringitis, tanpa menghiraukan etiologinya, seharusnya diberikan antipiretik untuk mengatasi nyeri
atau demam. Obat yang dianjurkan seperti ibuprofen atau asetaminofen2.
Jika penderita menderita nyeri tenggorokan yang sangat hebat, selain terapi obat, pemberian
kompres panas atau dingin pada leher dapat membantu meringankan nyeri. Berkumur-kumur
dengan larutan garam hangat dapat pula memberikan sedikit keringanan gejala terhadap nyeri
tenggorokan, dan hal ini dapat disarankan pada anak-anak yang lebih besar untuk dapat bekerja
sama4.
Seorang anak dengan infeksi streptokokus tidak akan menularkan lagi kepada orang-orang lain
dalam beberapa jam setelah mendapatkan pengobatan antibiotik. Sementara itu anak-anak dengan
infeksi virus akan tetap dapat menularkan selama beberapa hari4.

LAPORAN KASUS

A. STATUS PENDERITA
Identitas Penderita
Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin :
Agama
;
Pekerjaan
:
Alamat
:

Nn. A
20 tahun
Wanita
Islam
Mahasiswa
Kentingan, Surakarta

B. DATA DASAR
1. Keluhan Utama

: Nyeri pada tenggorokan

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengeluhkan sudah 2 hari batuk, dahak (-), darah (-), pasien juga
mengeluhkan rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Nyeri dirasakan terutama pada pagi hari
setelah bangun tidur. Nyeri tersebut dirasakan hilang jika penderita minum air hangat.
Pasien juga mengeluhkan susah tidur pada waktu malam hari
C. Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat alergi

: (-)

: (-)

Riwayat sakit serupa

D. Riwayat penyakit keluarga


- Riwayat alergi

: (-)

E. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat merokok

: Disangkal

- Riwayat minum alkohol

: Disangkal

- Riwayat minum jamu

: Disangkal

- Riwayat minum obat-obatan

: Disangkal

- Riwayat minum-minuman suplemen : Disangkal


- Riwayat tidur dengan lampu menyala : (+)

F. Riwayat Perkawinan dan Sosial Ekonomi


Penderita adalah seorang mahasiswa yang belum menikah.
G. Riwayat Gizi
Sebelum sakit, penderita makan teratur tiga kali sehari dengan nasi, sayur, tahu, dan
tempe, terkadang daging, telur dan ikan. Sering mengkonsumsi buah-buahan terutama sayursayuran mentah.
H. Anamnesis Sistem
Kepala

Sakit kepala (-), pusing (-), nggliyer (-), jejas (-), leher kaku (-)

Mata

Penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-),


pandangan berputar (-), berkunang-kunang (-).

Hidung

Telinga

: Pendengaran berkurang(-) keluar cairan (-),

Mulut

Pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)

Sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah-pecah (-),
gusi berdarah (-), mulut kering (-).

Tenggorokan

Sakit menelan (+), suara serak (-), gatal (-).

Sistem respirasi

Sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-), batuk darah (-), mengi (-),
tidur mendengkur (-)

Sistem kardiovaskuler :

Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada


(-) , berdebar-debar (-)

Sistem gastrointestinal :

Mual (-), muntah (-), perut sebah (-), diare (-),nyeri ulu hati (-),
perut seperti diremas-remas (-)

Sistem muskuloskeletal :

Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-) hiperkinetik (-)

Sistem genitourinaria

Susah kencing (-), nyeri saat kencing (-),

keluar darah (-), kencing nanah (-), sulit memulai kencing (-),
warna kencing kuning jernih
Ekstremitas: Atas

Luka (-), flapping tremor (-), ujung jari terasa

dingin (-),

kesemutan (-), bengkak(-), sakit sendi (-), panas (-), berkeringat


(-), palmar eritema (-)
Bawah

Luka (-), tremor (-), ujung jari terasa dingin (-),


kesemutan di kedua kaki (-), sakit sendi (-), bengkak (-) kedua
kaki

Sistem neuropsikiatri

Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-), mengigau (-), emosi tidak
stabil (-)

Sistem Integumentum :

Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-), bercak merah kehitaman di
bagian dada, punggung, tangan dan kaki (-)

I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup.
2. Tanda vital

: Tekanan darah

: 120/ 80 mmHg

Frekuensi nafas : 20 x/menit, kussmaul (-), Cheyne Stokes (-)


Nadi

: frekuensi 98 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup,


equal
: 37,20C per axiller

Suhu
3. Status Gizi

: BB
TB

50 kg
150 cm

BMI 50 / (1,50)2 = 22,22 kg/m2 kesan normoweight.


4. Kulit

: Ikterik (-), ekhimosis di kaki (-), turgor (+) normal,


kulit kering (-).

5. Kepala

: Bentuk mesocephal, rambut warna hitam beruban, mudah rontok (-),


mudah dicabut (-), luka (-)

6. Wajah

: Moon face (-), atrofi musculus temporalis (-)

7. Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjungtiva


(-/-), pupil isokor dengan diameter 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+)
normal, edema palpebra(-/-), strabismus (-/-), arcus senilis (-/-)

8. Telinga

: Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-)

gangguan fungsi

pendengaran (-/-)
9. Hidung

: Epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-), fungsi pembau baik,
foetor ex nasal (-)

10. Mulut

: Sianosis (-), gusi berdarah (-), mukosa basah (+), bibir kering (-),
sariawan (-), pucat (-), lidah kotor (-), tepi lidah hiperemis (-), lidah
tremor (-), papil lidah atropi (-), luka pada sudut bibir (-),pharyng
hiperemis (-), tonsil (T1/T1).

11. Leher

: JVP normal (R+2 cm H2O); trakea di tengah, simetris;


membesar, pembesaran limfonodi (-)

kel.tiroid tak

12. Thoraks

: Bentuk normochest, simetris, atrofi musculus pectoralis (-/-), retraksi


interkostalis (-), spider nevi (-), pernafasan thorakoabdominal, sela iga
melebar (-), pembesaran kelenjar getah bening aksilla(-), rambut ketiak
rontok (-/-).

Jantung :
Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS, tidak kuat angkat

Perkusi

: Batas jantung kiri atas : SIC II Linea Sternalis Sinistra


Batas jantung kiri bawah : SIC V 2 cm medial

Linea

Medioclavicularis sinistra
Batas jantung kanan atas

: SIC II Linea Sternalis Dextra

Batas jantung kanan bawah : SIC IV Linea Sternalis Dextra


Auskultasi

: bunyi jantung I-II intensitas murni, reguler, HR 96x / menit, bising


(-), gallop (-).

Pulmo :
Depan
Inspeksi

Statis
dinamis

: simetris, sela iga tidak melebar


: Simetris, pengembangan dada kanan = kiri,
sela iga tidak melebar, retraksi interkostalis

Palpasi

Perkusi

Statis
dinamis

(-), retraksi supraklavikula (-).


: Simetris
: Simetris, pengembangan dada kanan = kiri,

kanan
Kiri

fremitus raba kiri = kanan


: Sonor, batas relatif paru hepar SIC III
: Sonor, mulai redup pada batas paru jantung

Auskultasi Kanan

: suara dasar vesikuler (+), suara tambahan


wheezing (-), ronki basah kasar (-), ronki

Kiri

basah halus (-).


: suara dasar vesikuler (+), suara tambahan
wheezing (-),

ronki basah kasar (-), ronki

basah halus (-).

Belakang
Inspeksi

Statis
: simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-)
Dinamis : Simetris, pengembangan dada kanan=kiri,
sela iga tidak melebar, retraksi intercostalis
(-)

Palpasi

Perkusi

Statis
: simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-)
Dinamis : Simetris, pergerakan kanan = kiri, fremitus
Kanan

raba kiri = kanan


: Sonor, sampai batas paru bawah di vertebra
thorax IX

Kiri

Sonor, sampai batas paru bawah di vertebra

Auskultasi Kanan

: thorax X
: suara dasar vesikuler (+), suara tambahan
wheezing (-)

ronki basah kasar (-), ronki

basah halus (-).


: suara dasar vesikuler (+), suara tambahan

Kiri

wheezing(-), ronki basah kasar (-), ronki


13. Punggung

basah halus (-).


: kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra (-) .

14. Abdomen

Inspeksi

: dinding perut lebih tinggi dinding dada,

, venektasi (-),

sikatrik (-), striae (-), vena kolateral (-), hernia umbilikalis (-)
Auskultasi

: peristaltik (+) Normal

Perkusi

Palpasi

: supel (+),Ballotement (-),

timpani, pekak alih (-), ascites (-), undulasi (-)


Hepar dan lien tidak teraba

16. Genitourinaria

: ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)

17. Kelenjar getah bening inguinal : KGB inguinal tidak membesar


18. Ekstremitas

Akral dingin

J.

oedema

ASSESMENT
Faringitis dan batuk

K. PENATALAKSANAAN
R/ Chloramfecort cream gr 10 no I
S 2dd ue
Pro : Nn. A (20 th)

DAFTAR PUSTAKA

1.
2.

Aung, K. Pharyngitis, Viral. eMedicine.Com 2005; (online),


(http://www.emedicine.Com/med/topic.1812.htm. diakses 2 Mei 2005).
Simon, HK. Pediatrics, Pharyngitis. eMedicine.Com 2005; (online),
(http://www.emedicine.Com/emerg/topic.395.htm. diakses 30 april 2005).

3.

Kazzi, AA. Pharyngitis. eMedicine.Com 2005; (online),


(http://www.emedicine.Com/emerg/topic.419.htm. diakses 30 april 2005).
4. Berhman, E. Richard dan Victor C.V.1992. Sistem pernafasan: Infeksi-infeksi Saluran Nafas
Bagian Atas dalam: Nelson Ilmu Penyakit Anak Bagian 2. EGC. Jakarta; 297-98.
5. Adam, Goerge L.1997. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring dalam: Boeis Buku Ajar
Penyakit THT Edisi 6. EGC. Jakarta; 328-29.
6. Mansjoer, A (ed). 1999. Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok: Tenggorok dalam:
Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. FK UI. Jakarta; 118.
7. Eugen B.K, D. Thaher R.C, dan Bruce W.P. 1993. Sakit Tenggorokan. Dalam: Penyakit Telinga,
Hidung, dan Tenggorok. EGC, Jakarta;297-98
8. Katzung BG. 1995. Obat dengan Indikasi Khusus dalam: Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi
3. EGC. Jakarta; 675-78.
9. Setiabudy, R.1995. Antimikroba Lain dalam Ganiswarna, S (ed). 1995. Farmakologi dan Terapi
Edisi 4. Bagian Farmakologi FK UI. Jakarta;675-78.
10. Departemen kesehatan Republik Indonesia. 2000. Obat yang Digunakan untuk Pengobatan
Infeksi. Dalam: Informatorium Obat nasional Indonesia 2000 (IONI). Jakarta: Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan makanan;199-230.
11. Departemen kesehatan Republik Indonesia. 2000. Obat yang Digunakan untuk Pengobatan
Penyakit Otot Skelet dan Sendi. Dalam: Informatorium Obat nasional Indonesia 2000 (IONI).
Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan makanan; 354-76.
12. Wilmana P.F. 1995. Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai
dalam Ganiswarna, S (ed). 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Bagian Farmakologi FK UI.
Jakarta;675-78.

Pengendalian Obat
Diagnosa kasus ini adalah faringitis akut. Berdasarkan hasil anamnesis di asumsikan penderita
menderita faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri. Karena menurut Harold, faringitis virus
biasanya ditandai oleh gejala batuk, hidung berair, dan bersin-bersin. Pernyataan ini diperkuat oleh
Berhman dan teman-teman yang menyatakan bahwa konjungtivitis, rinitis, batuk dan suara serak,

telah dibuktikan lebih sering ditemui pada faringitis yang diakibatkan oleh virus. Dengan demikian
penderita memerlukan terapi antibiotik dan analgetik.
Pilihan antibiotik pada kasus ini adalah antibiotik golongan makrolid yaitu eritromisin.
Pertimbangannya yaitu penderita sensintif terhadap penisilin dan eritromisin juga memiliki khasiat
bakteriostatik dan/atau bakterisid sehingga dapat digunakan untuk menggantikan penisilin.
Analgetik yang digunakan yaitu golongan para amino fenol yaitu asetaminofen karena memiliki
kerja analgetik dan antipiretik.
Resep yang diberikan terdiri dari antibiotik oral dan analgetik oral dalam bentuk suspensi karena
penderita mengeluh nyeri tenggorokan. Antibiotik diberikan selama 10 hari dimaksudkan untuk
mencegah rekurensi dan mencegah komplikasi seperti demam rheumatik dan glomerulonefritis
pasca infeksi streptokokus3. Analgetik diberikan hanya dalam waktu 3 hari karena hanya
digunakan untuk mengurangi apabila terdapat gejala demam dan nyeri

Anda mungkin juga menyukai