Oleh :
Ova Rachmawati., S. Ked
G0006210
Pembimbing :
Dyah Poerwohastuti, S. Farm, Apt
PENDAHULUAN
Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang
tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau kuman, disebabkan daya tahan yang lemah. Pengobatan
dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena kuman. Kadangkala makan makanan yang
sehat dengan buah-buahan yang banyak, disertai dengan vitamin bisa menolong. Gejala radang
tenggorokan seringkali merupakan pratanda penyakit flu atau pilek. Faringitis ada yang akut dan
kronis, Faringitis akut, radang tenggorok yang masih baru, dengan gejala nyeri tenggorok dan
kadang disertai demam dan batuk. Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung
dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang
mengganjal di tenggorokan.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Faringitis akut adalah suatu sindrom inflamasi dari faring dan/atau tonsil yang disebabkan oleh
beberapa grup mikroorganisme yang berbeda. Faringitis dapat menjadi bagian dari infeksi saluran
napas atas atau infeksi lokal didaerah faring 1.
Epidemiologi
Faringitis dapat terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin2, dengan frekuensi
yang lebih tinggi terjadi pada populasi anak-anak3. Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di
bawah 1 tahun. Insidensinya meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap
berlanjut sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa4. Kematian yang diakibatkan
faringitis jarang, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini3.
Faringitis akut baik disertai demam atau tidak, pada umumnya disebabkan oleh virus4,5,6, seperti
Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenzavirus, Coksakievirus, Coronavirus, Echovirus, Epstein-Bar
virus (mononukleosis) dan Cytomegalovirus2,5. Dari golongan bakteri seperti streptokokus beta
hemolitikus kelompok A, merupakan kelompok bakteri yang sering ditemukan4,6, sedangkan jenis
bakteri yang lain seperti Neisseria gonorrhoeae, Corynobacterium diphtheriae, Chlamydia
pneumonia, grup C dan G streptokokus2,3.
Penyebab faringitis yang lain seperti Candida albicans (Monilia) sering didapatkan pada bayi dan
orang dewasa yang dalam keadaan lemah atau terimunosupresi3,7. Hal-hal seperti udara kering,
rokok, neoplasia, intubasi endotrakeal, alergi, dan luka akibat zat kimia dapat juga menyebabkan
faringitis2,3.
Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel
terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear6. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi
yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi
kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring
menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel
atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring
posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak5.
tiang-tiang lunak, terlepas dari ada atau tidaknya limfadenitis dan eksudasi-eksudasi. Gambarangambaran ini walaupun sering ditemukan pada faringitis yang disebabkan oleh streptokokus, tidak
bersifat diagnostik dan dengan frekuensi tertentu dapat pula dijumpai pada faringitis yang
disebabkan oleh virus4.
Konjungtivitis, rinitis, batuk, dan suara serak jarang terjadi pada faringitis yang disebabkan
streptokokus dan telah dibuktikan, adanya 2 atau lebih banyak lagi tanda-tanda atau gejala-gejala ini
memberikan petunjuk pada diagnosis infeksi virus4.
Bahan biakan tenggorokan merupakan satu-satunya metode yang dapat dipercaya untuk
membedakan faringitis oleh virus dengan streptokokus2,4. Menurut Simon, diagnosa standar
streptokokus beta hemolitikus kelompok A adalah kultur tenggorok karena mempunyai sensitifitas
dan spesifisitas yang tinggi tergantung dari teknik, sample dan media. Bakteri yang lain seperti
gonokokus dapat diskrening dengan media Thayer-Martin hangat. Virus dapat dikultur dengan
media yang khusus seperti pada Epstein-Bar virus menggunakan monospot. Secara keseluruhan dari
pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukositosis2.
Terapi
Terapi faringitis virus adalah aspirin atau asetaminofen, cairan dan istirahat baring. Komplikasi
seperti sinusitis atau pneumonia biasanya disebabkan oleh invasi bakteri karena adanya nekrosis
epitel yang disebabkan oleh virus. Antibiotika dicadangkan untuk komplikasi ini7.
Faringitis streptokokus paling baik diobati dengan pemberian penisilin oral (200.000-250.000
unit penisilin G,3-4 kali sehari, selama 10 hari). Pemberian obat ini biasanya akan menghasilkan
respon klinis yang cepat dengan terjadinya suhu badan dalam waktu 24 jam. Eritromisin atau
klindamisin merupakan obat lain dengan hasil memuaskan, jika penderita alergi terhadap
penisilin4,6.
Dengan tambahan untuk mencukupi terapi antibiotik terhadap pasien-pasien yang menderita
faringitis, tanpa menghiraukan etiologinya, seharusnya diberikan antipiretik untuk mengatasi nyeri
atau demam. Obat yang dianjurkan seperti ibuprofen atau asetaminofen2.
Jika penderita menderita nyeri tenggorokan yang sangat hebat, selain terapi obat, pemberian
kompres panas atau dingin pada leher dapat membantu meringankan nyeri. Berkumur-kumur
dengan larutan garam hangat dapat pula memberikan sedikit keringanan gejala terhadap nyeri
tenggorokan, dan hal ini dapat disarankan pada anak-anak yang lebih besar untuk dapat bekerja
sama4.
Seorang anak dengan infeksi streptokokus tidak akan menularkan lagi kepada orang-orang lain
dalam beberapa jam setelah mendapatkan pengobatan antibiotik. Sementara itu anak-anak dengan
infeksi virus akan tetap dapat menularkan selama beberapa hari4.
LAPORAN KASUS
A. STATUS PENDERITA
Identitas Penderita
Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin :
Agama
;
Pekerjaan
:
Alamat
:
Nn. A
20 tahun
Wanita
Islam
Mahasiswa
Kentingan, Surakarta
B. DATA DASAR
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan sudah 2 hari batuk, dahak (-), darah (-), pasien juga
mengeluhkan rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Nyeri dirasakan terutama pada pagi hari
setelah bangun tidur. Nyeri tersebut dirasakan hilang jika penderita minum air hangat.
Pasien juga mengeluhkan susah tidur pada waktu malam hari
C. Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat alergi
: (-)
: (-)
: (-)
E. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat merokok
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
Sakit kepala (-), pusing (-), nggliyer (-), jejas (-), leher kaku (-)
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah-pecah (-),
gusi berdarah (-), mulut kering (-).
Tenggorokan
Sistem respirasi
Sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-), batuk darah (-), mengi (-),
tidur mendengkur (-)
Sistem kardiovaskuler :
Sistem gastrointestinal :
Mual (-), muntah (-), perut sebah (-), diare (-),nyeri ulu hati (-),
perut seperti diremas-remas (-)
Sistem muskuloskeletal :
Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-) hiperkinetik (-)
Sistem genitourinaria
keluar darah (-), kencing nanah (-), sulit memulai kencing (-),
warna kencing kuning jernih
Ekstremitas: Atas
dingin (-),
Sistem neuropsikiatri
Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-), mengigau (-), emosi tidak
stabil (-)
Sistem Integumentum :
Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-), bercak merah kehitaman di
bagian dada, punggung, tangan dan kaki (-)
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup.
2. Tanda vital
: Tekanan darah
: 120/ 80 mmHg
Suhu
3. Status Gizi
: BB
TB
50 kg
150 cm
5. Kepala
6. Wajah
7. Mata
8. Telinga
gangguan fungsi
pendengaran (-/-)
9. Hidung
: Epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-), fungsi pembau baik,
foetor ex nasal (-)
10. Mulut
: Sianosis (-), gusi berdarah (-), mukosa basah (+), bibir kering (-),
sariawan (-), pucat (-), lidah kotor (-), tepi lidah hiperemis (-), lidah
tremor (-), papil lidah atropi (-), luka pada sudut bibir (-),pharyng
hiperemis (-), tonsil (T1/T1).
11. Leher
kel.tiroid tak
12. Thoraks
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Linea
Medioclavicularis sinistra
Batas jantung kanan atas
Pulmo :
Depan
Inspeksi
Statis
dinamis
Palpasi
Perkusi
Statis
dinamis
kanan
Kiri
Auskultasi Kanan
Kiri
Belakang
Inspeksi
Statis
: simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-)
Dinamis : Simetris, pengembangan dada kanan=kiri,
sela iga tidak melebar, retraksi intercostalis
(-)
Palpasi
Perkusi
Statis
: simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-)
Dinamis : Simetris, pergerakan kanan = kiri, fremitus
Kanan
Kiri
Auskultasi Kanan
: thorax X
: suara dasar vesikuler (+), suara tambahan
wheezing (-)
Kiri
14. Abdomen
Inspeksi
, venektasi (-),
sikatrik (-), striae (-), vena kolateral (-), hernia umbilikalis (-)
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
16. Genitourinaria
Akral dingin
J.
oedema
ASSESMENT
Faringitis dan batuk
K. PENATALAKSANAAN
R/ Chloramfecort cream gr 10 no I
S 2dd ue
Pro : Nn. A (20 th)
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Pengendalian Obat
Diagnosa kasus ini adalah faringitis akut. Berdasarkan hasil anamnesis di asumsikan penderita
menderita faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri. Karena menurut Harold, faringitis virus
biasanya ditandai oleh gejala batuk, hidung berair, dan bersin-bersin. Pernyataan ini diperkuat oleh
Berhman dan teman-teman yang menyatakan bahwa konjungtivitis, rinitis, batuk dan suara serak,
telah dibuktikan lebih sering ditemui pada faringitis yang diakibatkan oleh virus. Dengan demikian
penderita memerlukan terapi antibiotik dan analgetik.
Pilihan antibiotik pada kasus ini adalah antibiotik golongan makrolid yaitu eritromisin.
Pertimbangannya yaitu penderita sensintif terhadap penisilin dan eritromisin juga memiliki khasiat
bakteriostatik dan/atau bakterisid sehingga dapat digunakan untuk menggantikan penisilin.
Analgetik yang digunakan yaitu golongan para amino fenol yaitu asetaminofen karena memiliki
kerja analgetik dan antipiretik.
Resep yang diberikan terdiri dari antibiotik oral dan analgetik oral dalam bentuk suspensi karena
penderita mengeluh nyeri tenggorokan. Antibiotik diberikan selama 10 hari dimaksudkan untuk
mencegah rekurensi dan mencegah komplikasi seperti demam rheumatik dan glomerulonefritis
pasca infeksi streptokokus3. Analgetik diberikan hanya dalam waktu 3 hari karena hanya
digunakan untuk mengurangi apabila terdapat gejala demam dan nyeri