Anda di halaman 1dari 35

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA I

Disusun Oleh

ANANG WIJANGKORO

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR

ILMU KEPERAWATAN (KARYAWAN)

2010

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahhirobilalamin segala puji dan syukurpenulis panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Kebutuhan eliminasi urine. Makalah ini
dibuat untuk mengetahui prinsip pemenuhan kebutuhan eliminasi urine. Dalam
penulisan Makalah ini Penulis sering kali menemui sedikit kesulitan dalam mencari
sumber data , namun dengan berjalannya waktu serta dorongan dari pihak keluarga
dan teman-teman sebagai penyemangat, Alhamdulillah Penulis dapat

menyelesaikan dengan sebaik mungkin. Dengan mengetahui tentang kebutuhan


eliminasi urine, Penulis dapat menambah ilmu tentang tentang pemenuhan
kebutuhan eliminasi urine. Semoga Makalah ini bisa memberikan hasil yang baik
dan menjadi sumber bacaan atau sebagai ilmu yang bermanfaat. Penulis menyadari
bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu saran dan kritik yang
membangun sangat Penulis harapkan. Akhirnya Penulis ucapkan terima kasih
kepada keluarga serta teman-teman yang telah memberi dukungan penuh, baik
moril maupun materi. Mudahmudahan makalah ini dapat diterima dengan baik dan
menjadi inspirasi bagi pembaca.

Banjar, 06 Juni 2010

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 2

1.3 Metoda Penulisan 2

1.4 Sistematika Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Anatomi Fisiologi sistem Perkemihan 4

2.2 Organ yang berperan dalam sistem Perkemihan 6

2.3 Proses berkemih 9

2.4 Faktor yang mempengaruhi proses berkemih 9

2.5 Pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan gangguan eliminasi

urine 11

2.6 masalah-masalah dalam kebutuhan eliminasi urine 11

2.7 Perubahan Pola berkemih 13

BAB III Konsep dasar Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan

Eliminasi urine

3.1 Pengkajian 14

3.2 Diagnosa 15

3.3 Perencanaan dan intervensi 16

3.5 Enuresis 18

3.6 Evaluasi 18

BAB IV Prosedur tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah elimi

Minasi urine

4.1 Pengumpulan urine 19

4.2 Menolong BAK dengan menggunakan urinal 20

4.3 Melakukan kateterisasi 21

4.4 Pemasangan kondom kateter 24

4.5 Bladder Training 27

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 28

5.2 Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto,
2001)

Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua
umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi,
dari dua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi
umu, kurang lebih 5 15 %.

Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang
disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat
dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis
perkemiha, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker,
dkk, 1998)

Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang
berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan
jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam
cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI paa pria

jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya
abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

1.2 TUJUAN

Mengetahui konsep anataomi dasar dari system perkemihan


Mengetahui organ yang berperan dalam proses eliminasi
Mengetahui prinsip dasar pemenuhan kebutuhan eliminasi
Mengetahui proses berkemihan
Mengetahui beberapa faktor yang berpengaruh dalam proses eliminasi
Mengetahui pemeriksaan diagnostis pada pasien dengan gangguan eliminasi urine.
Mengetahui masalah-masalah dalam kebutuhan eliminasi urine
Mengetahui perubahan eliminasi urine
Mengetahui tindakan atau penanganan secara medis mengatasi masalah eliminasi
urine
1.3

METODE PENULISAN

Penulisan Makalah ini mengunakan metode dengan studi kepustakaan, dan


pengumpulan data- data dari berbagai sumber-sumber buku atau pencarian dengan
melalui penyelusuran situs atau blog kesehatan.

1.4

SISTIMATIKA PENULISAN

Bab I

: Pendahuluan

Bab II

: Konsep dasar Anatomi Fisiologo Sistem Perkemihan

Bab III
: Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan gangguan
Eliminasi urine meliputi : Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, pelaksanaan dan
Evaluasi.

Bab IV : Prosedur tindakan Keperawatan pada pasien dengan masalah eli-minasi


urine.

Bab V

: Kesimpilan, Saran

BAB II

PEMBAHASAN

2.1

KONSEP DASAR ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN

1.Proses pembentukan urine

Ginjal mengandung lebih dari 1 juta neprhon yang terdiri dari satu renal karpuskal
dan tubulus-tubulus dengan bentuk yang jelas.Setiap hari ada sekitar 1700L

Darah (1,2L/menit),yang mengalir melalui nepron yang terletak di dalam korteks


renalis.Kapile-kapiler gromerolus menghasilkan sekitar 180L cairan filtrat setiap
hari,99% akan di serap kembali oleh system tubulus dan masuk ke dalam
darah.Sisa cairan akan menjadi lebih pekat di dalam medulla renalis di ansa henle
dan tubulus colligentos.Akhirnya cairan mengalir ke dalam renal cilicus,urn dan
pelvis renis melalui ureter masuk ke dalam vesica urinaria dan dari sini dikeluarkan
melalui uretra (kira-kira 1,5L/hari).

Komposisi normal urine

jimlah:900-1500ml/24 jam (bervariasi sesuai dangan asupan cairan dan jumlah


cairan yang keluar melalui jalan lain).

Berat jenis:N02-1003(yang menandakan jumlah substansi yang terr=larut di


dalamnya),

Reaksi:Asam PH sekitar 0,6.

Warna:Sehubungan dengan urokom (pigmen yang berasal tak tentu).

-Kompisisi

a.Air

b.Urea 20-30 dalam 24 jam

c.Asam urat 0,6 gram dalam 24 jam

d.Kretinin 1-2 gram dalam 24 jam

e.Natrium kaium ffosfat

f.klorida sulfat.

Bagian-Bagian Nefron

nefron terbentuk dari tubulus renalis,merupakan gromerolus dan berhubungan


dengan pembuluh darah.Masing-masing tubulus renalis merupakan tubulus yang
berbengkok-bengkok,di selaputi oleh lapisan sel-ssel kuboid.Tubulus renalis mulai
sebagai kapsula bowmandula,lapisan terbentuk mangkuk menutupi
gromerolus;saling melilitkan diri membentuk tubulus kovolute proksimal,menjalar
dan korteks sebagian medulla dan sebagian lagi ke bagian korteks membentuk
tubulus konvolute distal berakhir dgn memasuki tubulus pengumpul.

Pencernaan

1.mulut:Memasukkan makanan

2.Lambung:Menampung makana dalam kantung dan melepaskan makanan tersebut


secara bertahap dalam usus.

3.Usus halus:Mensekresikan cairan usus,menerima cairan empedu dan


pancreas,mencerna makanan,mengabsorbsi air,gram dan vitamin.

4.Usus Besar

mernsekresikan kalium ke dalam klandungan kolon.

Perkemihan

1. Ureter

2. kandung kemih

3. uretra

proses feses

Bahan makanan di serat pembuluh getah bening melalui lipatan usus kemudian
masuk usus besar kemudian bubur bahabn makanan itu di padatkan,di tampung
melalui gerak antiperistaltik yang terdiri dari bakteri yang dikeluarkan.

5.Suplai darah dari arteria renalis dari aorta,kemudian arteria renalis kanan
melewati bagian belakang vena kava inferior,jumlah darah lewat melalui ginjal
nadalah sangat besar .Sedangkan suplai darah yang melalui vena renalis ke dalam
vena kava inferior lalu vena kava renalis kiri melalui bagian depan.

2.2 ORGAN YANG BERPERAN DALAM SISTEM PERKEMIHAN

urinarytract adalah suatu sistem urinal saluran di dalam tubuh kita, yang
diantaranya meliputi ginjal dan saluran keluarnya berfungsi untuk membersihkan
tubuh manusia dari zat-zat yang mungkin tidak diperlukan lagi oleh tubuh manusia.
sistem ini selalu mengolah mejadi zat-zat yang berupa sesuatu yang larut dalam air.

2.2.1 Ginjal

Letak ginjal pada dinding posterior abdomen, didaerah lumbal kanan dan kiri
columna vertebratis. Kedudukan ginjal dari belakang mulai ketinggian vertebra
terakolis ke 22 sampai vertebra lumbal ke 3.

Ginjal adalah organ yang berbentuk seperti kacang berwarna merah tua,
panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm ( kurang lebih sebesar kepalan
tangan ). Beratnya antara 125 175 g pada laki-laki dan 115 155 g pada wanita.
Ginjal terletak pada dinding abdomen posterior berdekatan dengan dua pasang iga
terakhir, dan merupakan organ

Ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri. Bentuknya seperti kacang dengan warna
coklat kemerah merahan. Satuan fungsional ginjal disebut Nefron terdapat
1.000.000 nefron dalam 1 ginjal. Setiap nefron terdiri dari elomelorus / badan
malpighi.

Fungsi Ginjal:

Produksi sel darah merah


Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah atau asam amino darah
Mengeluarkan konsentrasi ion penting
Mengeluarkan zat sisa organik.
Pengaturan tekanan darah
Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh
Pengeluaran zat beracun.
2.2.2 Ureter

berjenis 2 pipa pipa saluran yang bersambung dengan ginjal mengarah ke kantung
kencing (vesika urinaria). Ureter mencapai panjang 35-40 cm dengan diameter
3mm.

Ureter terdiri 3 lapisan, yaitu :

a. Lapisan luar (fibrosa)

b. Lapisan tengah yang berotot

c. Lapisan dalam (lapisan mukosa)

Vesika urinasia = bladder =buli-buli

Bladder merupakan sebuah kantor yang terdiri atas otot halus yang berfungsi
sebagai penampang urine (air seni). Kandung kemih ini bentuknya oblight untuk
menghindari urine kembali keatas. urine dikatan masih normal sampai 200-400 ml.
Kapasitas kandung kaemih dewasa 100-150 ml

2.2.3 Uretra

Uretra adalah organ yang berfungsi saluran urine ke bagian luar. Namun fungsi
uretra pada wanita berbeda pada uretra laki-laki. Pada laki-laki, uretra digunakan
sebagai tempat pengaliran urine dan sistem reproduksi, berukuran panjang 18
20cm, dan terdiri dari atas 3 bagian; yaitu prostat, selaput (membran) dan bagian
yang berongga ( ruang ). Pada wanita, uretra berfungsi hanya untuk menyalurkan
urine kebagian luar tubuh dengan panjang 4 cm.

Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urin oria berisi kurang
lebih 250-450 cc (dewasa) dan 200-250 cc (anak-anak). Karena berkemih
merupakan proses pengosongan Vesika Urinaria.

Buli-buli/bladder atau yang sering di sebut kandung kemih adalah sebuah kantong
yang meliputi atas otot halus, fungsinya menampung urine. Di dalam kandung
kemih terdapat beberapa lapisan jaringan otot yang paling dalam, memanjang
ditengah, dan melingkar yang sering disebut sebagai destrusor, fungsinya sebagai
pengeluaran urine bila terjadi kontraksi.

2.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BERKEMIH

Faktor yg Mempengaruhi Eliminasi Urine

1. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih

Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine


banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria
dan jumlah urine.

2. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam


kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.

3. Diet dan Asupan ( intake )

Jumlah dan tipe makanan merupakan faiKtcw utama yang memengaruhi output
urine ( jumlah urine ). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain
itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.

4. Stres Psikologis

Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan


berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan
jumlah urine yang diproduksi.

6. Tingkat Perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih.


Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan
untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam
mengontrol buang air kecil.

7. Kondisi Penyakit

Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.

8. Sosiokultural

Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya


kultur pada masyarakat tertentu yang meaarang untuk buang air kecil di tempat
tertentu.

9. Kebiasaan Seseorang

Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalami kesulitan untuk


berkemih dengan melalui urineal / pot urine bila dalam keadaan sakit.

10. Tonus Otot

Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah
otioti kandung kemih, otot abdomen dan pelvis.

2.5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ELIMINASI


URINE.

Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia)

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya inkontinensi urine.

Resiko infeksi berhubungan dengan retensi urine, pemasangan kateter.

v
Potensial defisit volume cairan berhubungan dengan gangguan fungsi saluran
urinary akibat proses penyakit.

v
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah

2.6. MASALAH-MASALAH DALAM ELIMINASI

Masalah-masalahnya adalah : retensi, inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola


urine (frekuensi, keinginan (urgensi), poliurine dan urine suppression).

Penyebab umum masalah ini adalah :

1.

Obstruksi

2.

Pertumbuhan jaringan abnormal

3.

Batu

4.

Infeksi

Masalah-masalah lain.

1. Retensi

Penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung kemih
untuk mengosongkan diri. Menyebabkan distensi kandung kemih Normal urine
berada di kandung kemih 250 450 ml Urine ini merangsang refleks untuk
berkemih.

Dalam keadaan distensi, kandung kemih dapat menampung urine sebanyak 3000
4000 ml urine

Tanda-tanda klinis retensi


Ketidaknyamanan daerah pubis.
Distensi kandung kemih
Ketidak sanggupan unutk berkemih.
Sering berkeih dalam kandung kemih yang sedikit (25 50 ml)
Ketidak seimbangan jumlah urine yang dikelurakan dengan intakenya.
Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih.
Penyebab
Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih, urethra.
Pembesaran kelenjar prostat
Strikture urethra.
Trauma sumsum tulang belakang.

2.

Inkontinensi urine

Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna untuk


mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih, Jika kandung kemih dikosongkan
secara total selama inkontinensi inkontinensi komplit, Jika kandung kemih tidak
secara total dikosongkan selama inkontinensia inkontinensi sebagian

Penyebab Inkontinensi
Proses ketuaan
Pembesaran kelenjar prostat
Spasme kandung kemih
Menurunnya kesadaran

Menggunakan obat narkotik sedative

2.7 PERUBAHAN POLA BERKEMIH

Masalah-masalah yang timbul karena saluran urinaria diantaranya

1. Urinari suppresi

Adalah berhenti mendadak produksi urine. Secara normnal urine diproduksi oleh
ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60 120 ml/jam (720 1440 ml/hari)
dewasa. Keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urine kurang dari 100 ml/hari
disanuria. Produksi urine abnormal dalam jumlah sedikit oleh ginjal disebut oliguria
misalnya 100 500 ml/hari.

2. Urgency

Adalah perasaan seseorang untuk berkemih

Sering seseorang tergesa-gesa ke toilet takut mengalami inkontinensi jika tidak

berkemih

Pada umumnya anak kecil masih buruk kemampuan mengontrol sfingter


eksternal.

3. Frekuensi

Normal, meningkatnya frekuensi berkemih, karena meningkatnya cairan

Frekuensi tinggi tanpa suatu tekanan intake cairan dapat diakibatkan karena
cystitis

Frekuensi tinggi pada orang stress dan orang hamil

Canture / nokturia meningkatnya frekuensi berkemih pada malam hari, tetapi ini

tidak akibat meningkatnya intake cairan.

4. Dysuria

Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih. Dapat terjadi karena : striktura
urethra, infeksi perkemihan, trauma pada kandung kemih dan urethra.

5. Polyuria

Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500 ml/hari,
tanpa adanya peningkatan intake cairan. Dapat terjadi karena : DM, defisiensi ADH,
penyakit ginjal kronik. Tanda-tanda lain adalah : polydipsi, dehidrasi dan hilangnya
berat badan.

BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN GANGGUAN ELIMINASI URINE

3.1 PENGKAJIAN

Dalam melakukan pengkajian pada klien gangguan kemih menggunakan


pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :

Data biologis meliputi :

1)Identitas klien

2)Identitas penanggung

Riwayat kesehatan :

1)Riwayat infeksi saluran kemih

2)Riwayat pernah menderita batu ginjal

3)Riwayat penyakit DM, jantung.

Pengkajian fisik :

1)Palpasi kandung kemih

2)Inspeksi daerah meatus

a)Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine

b)Pengkajian pada costovertebralis

Riwayat psikososial

Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan

Persepsi terhadap kondisi penyakit

Mekanisme kopin dan system pendukung

Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga

1)Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit

2)Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis

3.2

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Perubahan konsep diri berhubungan dengan inkontinensi

Perubahan dalam eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine,

inkontinensi & enuresis


Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya inkontinensi urine
Perubahan dalam rasa nyaman berhubungan dengan dysuria

Resiko infeksi berhubungan dengan retensi urine, pemasangan kateter


Potensial defisit volume cairan berhubungan dengan gangguan fungsi saluran

urinary akibat proses penyakit

Gangguan body image berhubungan dengan pemasangan urinary diversi ostomy

Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterampilan pemasangan diversi

urinary ostomy

3.3

PERENCANAAN & INTERVENSI

Tujuan :

Mencegah kerusakan kulit

Mencegah infeksi saluran kemih


Memberikan intake cairan secara tepat
Memastikan keseimbangan intake dan output cairan
Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional

3.4

TINDAKAN

3. 4.1 Tindakan secara umum

Pasien dengan infeksi perkemihan, cairannya sering ditingkatkan. Pasien dengan


edema cairannya dibatasi.
Mengukur intake dan output cairan. Jumlah caiaran yang masuk dan keluar
dalam setiap hari
harus diukur, untuk mengetahui kesimbangan cairan.
Membantu pasien mempertahankan posisi normal untuk berkemih
Memberikan kebebasan untuk pasien
Memberikan bantuan pada saat pasien pertama kali merasa ingin buang air kecil
Jika menggunakan bedpan atau urinal yakin itu dalam keadaan hangat.
Bila pasien menggunakan bedpan, tinggikan bagian kepala tempat tidur dengan
posisi fowler
dan letakkan bantal kecil dibawah leher untuk meningkatkan
support dan kenyamanan fisik (prosedur membantu memberi pispot/urinal)
Tuangkan air hangat dalam perineum
Mengalirkan air keran dalam jarak yang kedengaran pasien
Memberikan obat-obatan yang diperlukan untuk mengurangi nyeri dan
membantu relaks otot. Letakkan secara hati-hati tekan kebawah diatas kandung
kemih pada waktu berkemih
Menenangkan pasien dan menghilangkan sesuatu yang dapat menimbulkan
kecemasan.

3.4.2 Tindakan hygienis

Tujuannya untuk memberikan rasa nyaman dan mencegah infeksi. Untuk


mempertahankan kebersihan di daerah genital.

3.4.3 Tindakan spesifik masalah perkemihan

1. Retensi urin

Membantu dalam mempertahankan pola berkemih secara normal. Jika tejadi pada
post operasi - berikan analgetik. Kateterisasi urin

Inkontinensi
Meningkatkan aktifitas fisik untuk meningkatkan tonus otot dan sirkulasi darah
selanjutnya menolong pasien mengontrol berkemih

Menetapkan rencana berkemih secara teratur dan menolong pasien


mempertahankan itu

Mengatur intake cairan, khususnya sebelum pasien istirahat, mengurangi


kebutuhan berkemih

Tindakan melindungi dengan menggunakan alas untuk mempertahankan laken


agar tetap kering

Merasa yakin bahwa toilet dan bedpan dalam jangkauannya

Untuk pasien pria yang dapat berjalan/berbaring ditempat tidur, inkontinensi


tidak dikontrol dapat menggunakan kondom atau kateter penis.

Untuk pasien yang mengalami kelemahan kandung kemih pengeluaran manual


dengan tekanan kandung kemih diperlukan untuk mengeluarkan urin.

3.5 ENURESIS

Untuk enuresis yang kompleks, maka perlu dikaji komprehensif riwayat fisik dan
psikologi, selain itu juga urinalisis ( fisik, kimia atau pemeriksaan mikroskopis )
untuk mengetahui penyebabnya.
Mencegah agar tidak terjadi konflik kedua orang tua dan anak-anaknya.

Membatasi cairan sebelum tidur dan mengosongkan kandung kemih sebelum tidur /
secara teratur.
3.6. EVALUASI

Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan gangguan pemenuhan
eliminasi urine adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah
terdapat :

1. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin


kencing, menetes setelah berkemih.

2. Nyeri yang menetap atau bertambah

3. Perubahan warna urine

BAB IV

PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN MASALAH ELIMINASI URINE

4.1 PENGUMPULAN URINE UNTUK BAHAN PEMERIKSAAN

Pentingnya pemeriksaan dengan bahan urine tersebut berbeda-beda, maka dalam


pengambilan atau pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan tujuannya. Di
antara cara pengambilan urine tersebut antara lain: pengambilan urine biasa,
pengambilan urine steril, dan pengumpulan selama 24 jam.

Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine de:ngan menggunakan alat


stieril, dilakukan dengan cara kateterisasi atau fungsi suprapubis yang bertujuan
mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal, atau saluran kemih lainnya.
Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan cara mengeluarkan
urine secara biasa yaitu buang air kecil. Pengambilan urine biasa ini biasanya
digunakan untuk pemeriksaan kadar gula dalam urine, pemeriksaan kehamilan, dan
lain-lain.
Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan
dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah urine selama 24 jam dan
mengukur berat jenis, asupan dan output, serta mengetahui fungsi ginjal.
A.

Alat

Botol penampung beserta penutup.


Etiket khusus.
B.

Prosedur Kerja ( untuk pasien mampu buang air kecil sendiri )

Cuci tangan.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Bagi pasien yangtidak mampu sendiri untuk buang air kecil maka bantu untuk
buang air kecil ( lihat prosedur menolong buang air kecil), keluarkan urine, setelah
itu tampung ke dalam botol.
Bagi pasien yang mampu untuk buang air kecil sendiri anjurkan pasien untuk buang
air kecil biarkan urine yang pertama keluar dahulu, kemudian anjurkan menampung
urine ke dalam botol.
Catat nama pasien, dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.
Cuci tangan.
4.2

MENOLONG BUANG AIR KECIL DENGAN MENGGUNAKAN URINAL

Tindakan perawat dengan membantu pasien yang dapat buang air kecil sendiri di
kamar kecil dengan menggunakan alat penapung (urineal) dengan tujuan
manampung urine dan mengetahui kelainan dari urine (warna, dan jumlah).
Alat dan bahan :
1. Urineal.
2. Pengalas.
3. Tisu.

Prosedur Kerja

1. Cuci tangan ,
2. Jelaskan prosedur pada pasien.
3. Pasang alas urineal di bawah glutea.
4. hepas pakaian bawah pasien.
5. Yasang urinceal di bawah glutea/pinggul atau di antara kedua paha.
6. Anjurkan pasien untuk berkemih.
7. Setelah selesai rapikan alat.
8. Cuci tiangan, catat warna, dan jumlah produksi urine.

4.3 LANGKAH-LANGKAH MELAKUKAN KATETERISASI

Sarana dan persiapan pada wanita dan laki-laki

A.

Alat

a.

Tromol steril berisi

b.

Gass steril

c.

Deppers steril

d.

Handscoen

e.

Cucing

f.

Neirbecken

g.

Pinset anatomis

h.

Doek

i.

Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan

j.

Tempat spesimen urine jika diperlukan

k.

Urobag

l.

Perlak dan pengalasnya

m. Disposable spuit
n.

Selimut

B. Obat

a.

Aquadest

b.

Bethadine

c.

Alkohol 70 %

C.

Petugas

a. Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak


dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi

b. Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud

c. Usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita, melakukan


tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati

d. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur


dan tujuan tindakan.

D.

Penderit

Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang
akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed
consent. Penatalaksanaan :

1. Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang


sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent

2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik

3. Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya

4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita

5.

Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine

6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :

Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak
lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar
kateter mudah dimasukkan . desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis
dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol.

Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan
memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai
dari atas ( clitoris ), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3
kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk
mempertahankan penampakan meatus urethra.
Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk
penderita laki- laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita lakilaki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk
karena urethra berbelit-belit.
Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta
untuk menarik nafas dalam.
Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus
tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan
memegang kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati
bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika
ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan
kateterisasi dihentikan.
Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan
kateter sampai urine keluar sedalam 5 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi
+/- 3 cm.
Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan
kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafas
dalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi
dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar.
Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 18 23 cm dan selanjutnya
dimasukkan lagi +/- 3 cm.
Mengambil spesimen urine kalau perlu
Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera
pada label spesifikasi kateter yang dipakai
Memfiksasi kateter :
Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha

Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung
kemih
Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi :
Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan
Nama terang dan tanda tangan pemasang
4.4

LANGKAH-LANGKAH PEMASANGAN KONDOM KATETER

1. Pengertian

Alat drainase urine eksternal yang mudah digunakan dan aman untuk mengalirkan
urine pada klien

2. Tujuan

a.

Mengumpulkan urine dan mengontrol urine inkontinen

b.
Klien dapat melakukan aktifitas fisik tanpa harus merasa malu karena
adanya kebocoran urine (ngompol)

c.

Mencegah iritasi pada kulit akibat urine inkontinen

3. Persiapan
a. Persiapan pasien
1)

Mengucapkan salam terapeutik

2)

Memperkenalkan diri

3)
Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan
yang akan dilaksanakan.

4)

Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya

5)
Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam.
6)

Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi

7)

Privacy klien selama komunikasi dihargai.

8)
Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta
respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9)

b.

Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

Persiapan alat

1)

Selaput kondom kateter

2)

Strip elastic

3)

Kantung penampung urine dengan selang drainase

4)

Baskom dengan air hangat dan sabun

5)

Handuk dan waslap

6)

Selimut mandi

7)

Sarung tangan

Gunting

c. Prosedur

Cuci tangan

Tutup pintu atau tirai samping tempat tidur

Jelaskan prosedur pada klien

Gunakan sarung tangan

*
Bantu klien pada posisi terlentang. Letakkan selimut diatas bagian tubuh
bagian atas di tutup ekstremitas bawahnya dengan selimut mandi sehingga hanya
genitalia yang terpajan

Bersihkan genitalia dengan sabun dan air, keringkan secara menyeluruh

*
Siapkan drainase kantong urine dengan menggantungkannya ke rangka
tempat tidur.
*
Dengan tangan nonn dominan genggam penis klien dengan kuat sepanjang
batangnya. Dengan tangan dominan, pegang kantung kondom pada ujung penis
dan dengan perlahan pasangkan pada ujung penis
*

Sisakan 2,5 sampai 5 cm ruang antara glands penis dan ujung kondom

Lilitkan batang penis dengan perekat elastic.

Hubungkan selang drainase pada ujung kondom kateter

Posisikan klien pada posisi yang aman

Pasien dirapihkan kembali

Alat dirapihkan kembali

Mencuci tangan

Melaksanakan dokumentasi :

1)
Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar
catatan klien
2)
Catat tgl dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan
dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien

4.5 BLADDER TRAINING

Definisi

pelatihan kandung kemih adalah perawatan teknik modifikasi perilaku untuk


inkontinensia yang melibatkan menempatkan pasien pada jadwal pergi ke toilet.
Interval waktu antara buang air kecil secara bertahap meningkat untuk melatih
pasien untuk remain

Tujuan pelatihan kandung kemih digunakan untuk mengobati inkontinensia


mendesak kemih. Mendesak inkontinensia terjadi ketika seseorang merasakan
kebutuhan tiba-tiba untuk buang air kecil dan tidak dapat mengendalikan dorongan
untuk melakukannya dan, sebagai akibatnya, tanpa sadar kehilangan urin sebelum
membuat ke ke toilet

Tindakan pencegahan Inkontinensia dapat dikontrol melalui sejumlah pilihan


pengobatan invasif dan non-invasif, termasuk latihan kegel, biofeedback, pelatihan
kandung kemih, obat-obatan, perangkat inkontinensia insertable, dan pembedahan.
Setiap pasien harus menjalani penuh diagnostik kerja-up untuk menentukan jenis
dan penyebab inkontinensia dalam rangka untuk menentukan jalan terbaik
pengobatan.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Faktorfaktor yang mempengaruhi eliminasi urine adalah diet, asupan, respon keinginan
awal untuk berkemih kebiasaan seseorang dan stress psikologi. Gangguan
kebutuhan eliminasi urine adalah retensi urine, inkontinensia urine dan enuresis.

Sedangkan system tubuh yang berperan dalam proses eliminasi alvi atau buang air
besar adalah system gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus
besar. Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi terjadi proses defekasi. Defekasi
adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Faktor-faktor
yang mempengaruhi eliminasi alvi antara lain: usia, diet, asupan cairan, aktifitas,
gaya hidup dan penyakit.

B. SARAN

Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urine dan alvi dalam
kehidupan kita Sehari-hari. Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine dan
alvi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton. Anatomi fisiologi

2. Dr. H. Abdurauf, MMR. Materi mata kuliah anatomi system urinaria (2010).

3. Harmawatia . (2008). Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine


( internet)

4. Asmadi. Tehnik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar


Klien

5. Barbara Kozier.. Fundamental of Nursing. (1985)

6. Ostergard DR, Seift SE. Ostergards Urogynecology and Pelvic Floor


Dysfunction,5th ed. Lipiincoltt Willian & Wilkins, USA,1992: 285-91

7. Hellerstein S. Voiding Disfunction. Available at: http://www.emedicine.com.


Accessed 25 February 2006

8. Saultz JW, Toffler WL, Shackles JY. Postpartum urinary retention. Available at:
http://www.pubmed.gov. Accessed 25 February 2006

Anda mungkin juga menyukai

  • Nora
    Nora
    Dokumen14 halaman
    Nora
    Afnan Hafiy
    Belum ada peringkat
  • Spiritual
    Spiritual
    Dokumen4 halaman
    Spiritual
    Afnan Hafiy
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawn
    Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawn
    Dokumen1 halaman
    Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawn
    Muhammad Ikhwanul Hakim
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Muhammad Ikhwanul Hakim
    Belum ada peringkat
  • Betty
    Betty
    Dokumen5 halaman
    Betty
    Afnan Hafiy
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen22 halaman
    Bab Ii
    Afnan Hafiy
    Belum ada peringkat
  • Marasmus
    Marasmus
    Dokumen9 halaman
    Marasmus
    Afnan Hafiy
    Belum ada peringkat
  • Lautan Dan Isinya
    Lautan Dan Isinya
    Dokumen2 halaman
    Lautan Dan Isinya
    Afnan Hafiy
    Belum ada peringkat
  • Askep CHF
    Askep CHF
    Dokumen13 halaman
    Askep CHF
    Annha Dicayank Bunda
    Belum ada peringkat
  • Kata PengantJar
    Kata PengantJar
    Dokumen2 halaman
    Kata PengantJar
    Afnan Hafiy
    Belum ada peringkat
  • Enes
    Enes
    Dokumen8 halaman
    Enes
    Afnan Hafiy
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen16 halaman
    Daftar Isi
    Afnan Hafiy
    Belum ada peringkat
  • SEKSUALITAS
    SEKSUALITAS
    Dokumen6 halaman
    SEKSUALITAS
    Afnan Hafiy
    Belum ada peringkat
  • FaktorPredisposisiGagalJantung
    FaktorPredisposisiGagalJantung
    Dokumen2 halaman
    FaktorPredisposisiGagalJantung
    Chandra P
    80% (5)
  • Format SPTK
    Format SPTK
    Dokumen3 halaman
    Format SPTK
    Afnan Hafiy
    100% (1)
  • Spiritual
    Spiritual
    Dokumen4 halaman
    Spiritual
    Afnan Hafiy
    Belum ada peringkat
  • Spiritual
    Spiritual
    Dokumen4 halaman
    Spiritual
    Afnan Hafiy
    Belum ada peringkat