Anda di halaman 1dari 10

MODUL 3.

PERPINDAHAN PANAS DASAR

Sabtu 05 November 2011


KONDUKSI PANAS PADA STRUKTUR GABUNGAN
I.

Pendahuluan.
Metoda umum untuk menganalisa soal-soal aliran panas yang
melintasi struktur gabungan (komposit) akan dijelaskan lebih lanjut.
Marilah kita bahas beberapa contoh struktur gabungan dimana aliran
panasnya masih satu dimensi atau setidak-tidaknya hanya satu arah
aliran panas. Agar penggarapannya dapat ditrapkan pada hal-hal
praktis dimana temperature-temperatur oermukaan pada umumnya
tidak diketahui, maka aliran panas melalui tahanan panas pada batasbatas struktur akan dibahas juga.
Akan diasumsikan bahwa pada satu sisinya sistem bersinggungan
dengan medium bertemperatur tinggi (sumber panas) yang
temperaturnya tetap dan diketahui, sedangkan pada sisi lainnya sistem
bersinggungan dengan medium bertemperatur rendah (heat sink), juga
dikenal dengan istilah sumber panas dan sungap panas yang
temperaturnya tetap dan diketahui. Pada suatu permukaan tertentu,
konduktivitas permukaan antara medium dan permukaan dianggap
tetap.

2. Contoh dinding gabungan.


Perhatikan Gambar 1 yang menunjukkan dinding gabungan (komposit)
dari berbagai jenis yang dan khas dipergunakan pada tanur tinggi yang
besar.

[Sket gambar diberikan langsung saat tatap muka]

{Gambar 1. Perambatan panas konduksi dinding gabungan)


Dengan syarat-syarat ini akan terjadi aliran panas secara teus menerus
dari gas-gas panas melalui dinding ke sekitarnya. Karena aliran panas
melalui luas A yang tertentu sama besarnya untuk bagian dinding yang
manapun, maka akan diperoleh hubungan, sebagai berikut:
q = hirat A (Ti Tl) = (A . k1 /L1) x (T1 T2)

11

Perpindahan Panas
Ir. Pirnadi, M.Sc.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar


Universitas Mercu Buana

MODUL 3. PERPINDAHAN PANAS DASAR

= [A . k2 /L2](T2 T3) = (A . k3 /L3) x (T3 T4)=


(A . ko) x (T4 To)
Simbol-simbol yang digunakan dapat dilihat pada gambar di atas, dan
dari persamaan di atas dapat ditulis sebagai fungsi tahanan-tahanan
panas dari berbagai bagian dinding, sebagai berikut:
q = (Ti T1)/ R1 = (T1 T2)/ R2 = (T2 T3) / R3 = (T3 T4) / R4 = (T4 To) /
R5.
Dimana, tahanan-tahanan ersebut dapat ditentukan dengan
persamaan-persamaan di atas atau dengan membandingkan
temperatur-temperatur yang berpasangan persamaan di atas.
Menyelesaikan persamaan di atas terakhir untuk berbagai beda
temperaturnya, akan diperoleh sebagai berikut:
Ti T1 = q R1
T1 T2 = q R2
T2 T3 = q R3
T3 T4 = q R4
T4 To = q R5
Penjumlahan ruas kiri dan ruas kanan persamaan-persamaan di atas
akan menghasilkan, hubungan, sebagai berikut:
Ti To = q (R1 + R2 + R3 + R4 + R5)
Atau dapat ditulis, sebagai berikut:
q = [ Ti To) / sigma [(n = 1 -5) Rn]
Hasil persamaan terakhir, yaitu bahwasanya aliran panas melalui kelima bagian yang dalam kondisi seri tersebut sama dengan potensial
temperatur keseluruhan dibagi dengan jumlah tahanan panas pada
lintasan aliran panas, dapat pula diperoleh dari rangkaian panas yang
ditunjukkan pada gambar 1 di atas. Maka persamaan terakhir di atas
dapat langsung dituliskan dengan menggunakan analogi antara aliran
panas dan arus listrik.
3.

11

Contoh 1.

Perpindahan Panas
Ir. Pirnadi, M.Sc.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar


Universitas Mercu Buana

MODUL 3. PERPINDAHAN PANAS DASAR

Sebuah dinding tanur tinggi terdiri dari dua lapisan, bata tahan api (k=
0,8 Btu/h ft F) setebal 9 inch dan bata isolasi (k = 0,1 Btu/h ft F)
setebal 5 inch. Temperatur di dalam tanur 3000 F dan konduktivitas
permukaan satuan pada dinding dalam besarnya 12 Btu/h ft F.
Temperatur udara sekitar 80 F dan konduktansi permukaan satuan
pada dinding-luar besarnya 2 Btu/h ft F. Denganmengabaikan tahanan
panas kampuh-kampuh (sambungan) adukan semen, perkirakan:
a). laju kerugian panas dan per ft persegi dinding dan temperatur
b). dinding dalam, dan
c)

dinding luar.

Jawab.
a). Dengan menggunakan persamaan terakhir di atas, maka laju aliran
panas diperoleh, sebagai berikut:
q/A = (3000 80) / [(1/12 + 9/12/0,8 + 3/12 / 0,1 + )]
= 2920/ (0,083 + 0,94 + 4,17 + 0,50)
= 2920/ 5,69
= 513 Btu/h ft2.
Adalah menarik bahwa bata isolasi yang tebalnya hanya 1/3 tebal
dinding menyebabkan tiga perempat dari tahanan panas total.
b). Dengan menerapkan persamaan :
q = (Ti T1)/ R1 = (T1 T2)/ R2 = (T2 T3) / R3 = (T3 T4) / R4 = (T4
To) / R5.
Jatuh temperatur antara gas-gas tanur tinggi pada permukaan
dalam adalah Ti T1 = q / R1 = 513 (0,083) = 43 F. Beda temperatur
yang relatif kecil ini sesuai dengan pembahasan sebelumnya yang
menunjukkan bahwa tahnan panas bagian pertama rangkaian
dapat diabaikan. Jadi panas dapat mengalir tana potensial yang
besar dan temperatur pada dinding-dalam hampir sama dengan
temperatur gas, yaitu:
T1 = Ti 43 = 2457 F.

11

Perpindahan Panas
Ir. Pirnadi, M.Sc.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar


Universitas Mercu Buana

MODUL 3. PERPINDAHAN PANAS DASAR

c). Temperatur permukaan luar, yang diperoleh denga cara serupa,


adalah 336 F.
Dalam banyak pentrapan dalam praktek, dijumpai kombinasi
lintasan-lintasan aliran panas yan terhubung seri dan yang
terhubung parallel. Contoh ini perhatikan Gambar 2, yang
merupakan dinding gabungan seri dan parallel. Sedangkan
penyelesaiannya secara pengira-iraan dapat diperoleh dengan
asumsi bahwa aliran panas pada hakekatnya bersifat satu dimensi.
Maka dinding gabungan itu dapat dibagi dalam tiga bagian.
Tahanan panas masing-masing bagian dapat ditentukan dengan
bantuan rangkaian panas ang ditunjukkan pada Gambar 2. Lapisnantaranya terdiri dari dua lintasan panas parallel yang terpisah dan
konduktansi panasnya sama dengan jumlah konduktansi masingmasing lintasan. Untuk bagian dindin yang tingginya b 1 + b2 pada
Gambar 2 konduktansinya adalah, sebagai berikut:

[Sket gambar diberikan langsung saat tatap muka]

{Gambar 2. Rangkaian panas dinding seri-paralel)


K2 = k2 b1/L2 + k1 b2/L2 = 1/R2
per panjang satuan dinding. Dengan mempergunakan persamaan,
berikut:
U A = 1 /(R1 + R2 + R3 + . + Rn)
Maka konduktansi satuan keseluruhan U dari permukaan ke
permukaan, adalah:
U = 1 /(b1 + b2)(R1 + R2 + R3)
= 1 / {L1/k1 + (b1 + b2)/[(k1 b2 / L2) + ( k2 b1/L2) + L3/k3]}
3.

Contoh 2.
Suatu lapisan bata tahan api (k = 1,0 Btu/h ft F) yang tebalnya 2
inch ditempatkan di antara dua pelat baja (Ks = 30 Btu/h ft F) yang
tebalnya inch. Permukaan bata yang bersinggungan dengan pelat
tersebut kasar, dan persinggungan antara zat padat dengan zat

11

Perpindahan Panas
Ir. Pirnadi, M.Sc.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar


Universitas Mercu Buana

MODUL 3. PERPINDAHAN PANAS DASAR

padat hanya meliputi 30 % dari luas keseluruhan, dengan tinggi


rata-rata tonjolan bata 1/32 inch. Jika temperature luar pelat baja
masing-masing 200 dan 800 F, tentukan laju aliran panas perluas
satuan. Perhatikan Gambar 3, sebagai berikut:

[sket gambar diberikan langsung saat tatap muka]

{Gambar 3. Perambatan konduksi panas dinding seri-paralel)


Jawab.
Dengan memperhatikan gambar 3, dan dengan mengidealkan
beberapa asumsi dari tonjolan-tonjolan permukaan bata seperti
terlihat pada gambar dan anggap dinding gabungan itu adalah
simitrik
terhadap
bidang
tengahnya,
maka
kita
cukup
memperhatikan separo sistem. Maka koefisien perpindahan panas
keseluruhan untuk dinding gabungan, adalah sebagai berikut:
U =()/ [(R1 + (R4 R5/(R4 + R5) + R3)]
Diperoleh dari kondisi rangkaian panasnya, sedangkan tahanan
panas pelat baja R3, dengan dasar luas satuan besarnya adalah,
sebagai berikut:
R3 = L3/k3 = ()/(12)(30) = 0,694 x 10-3 h ft2F/Btu
Dan tahanan panas tonjolan bata R4, dengan dasar luas satuan,
besarnya sama dengan, berikut:
R4 = L2/0,3 x kb = (1/32)/(12)(30)(1,0) = 8,7 x 10 -3 h
ft2 F/Btu
Karena udara terkurung dalam rongga-rongga yang kecil, maka
pengaruhnya konveksi kecil pula dan diasumsikan bahwa panas
mengalir melalui udara dengan konduksi. Pada temperatur 300 F
konduktivitas udara ka adalah 0,02 Btu/h ft F. Maka R s, tahanan
panas udara yang terkurung di antara tonjolan-tonjolan bata,
dengan dasar luas satuan, akan sama dengan, berikut:
R5 = L2/0,7 ka = (1/32)/[(12)(0,7)(0,02) = 187 x 10-3 h ft2 F/Btu

11

Perpindahan Panas
Ir. Pirnadi, M.Sc.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar


Universitas Mercu Buana

MODUL 3. PERPINDAHAN PANAS DASAR

Faktor 0,3 dan 0,7 dalam R4 dan R5 meunjukkan persentase dari


luas keseluruhan untuk masing-masing lintasan aliran panas.
Tahanan panas total bagi kedua lintasan, R 4 dan R5 yang parallel,
adalah:
R2 = (R4 x R5)/ (R4 + R5) = (8,7) (187) x 10-6 /[(8,7 + 187) x 10-3 =
8,3 x 10-3 h ft2 F / Btu.
R1 = / (L1/kb) = (1/2)/ (2/(12) (30) = 83,5 x 10-3 h ft2 F/Btu
Dan untuk U koefisien perpindahan panas keseluruhan, adalah
sebagai berikut:
U = (1/2 x 103)/[(83,5 + 8,3 + 0,69)] = 5,4 Btu/h ft2 F
Pengamatan terhadap harga berbagai tahanan panas tersebut
menunjukkan bahwa lapisan baja memberikan tahanan yang dapat
diabaikan, sedangkan bagian persinggungan menyebabkan sepuluh
persen dari seluruh tahanan, meskipun tebalnya hanya 1/32 inch.
Dari persamaan terdahulu, laju aliran panas per luas satuan, adalah
sebagai berikut:
q/A = U delta T = 5,4 (800 200) = 3250 Btu/h ft2.
Tahanan panas antara permukaan disebut tahanan singgung.
Analisa tentang tahanan singgung dalam soal yang lalu hanya
merupakan pengira-iraan karena tahanan singgung tergantung pula
pada tekanan singgung selain pada kekasaran, perhatikan pada
beberapa buku acuan yang digunakan.
4.

Silinder konsentrik.
Aliran panas radial melalui silinder-silinder kosentrik yang
konduktivitas panasnya berbeda-beda dijumpai
pada banyak
instalasi industry. Contoh yang khas dari soal demikian adalah pipa
yang diisolasi, dengan fluida panas yang mengalir di dalamnya, dan
yang bersinggunan dengan zat yang lebih dingin di luarnya,
perhatikan Gambar 4.

[sket gambar diberikan langsung saat tatap muka]

11

Perpindahan Panas
Ir. Pirnadi, M.Sc.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar


Universitas Mercu Buana

MODUL 3. PERPINDAHAN PANAS DASAR

(Gambar 4. Sketsa dinding silinder gabungan)


Jika pipa tersebut relatif panjang, maka aliran panas melalui dinding
akan terjadi dalam arah radial. Dalam keadaan stedi, laju aliran
panas melalui tiap bagian sama besarnya dan diberikan oleh
beberapa persamaan, sebagai berikut:
q = 2 phi r1 l hi (Ti T1) = (Tpanas Ti)/R1 untuk permukaan dalam
q = [(2 phi k1 l)/(ln (r2/r1)] (T1 T2) = (T1 T2)/R2 untuk silinder
dalam
q = [(2 phi k2 l)/(ln (r3/r2)] (T2 T3) = (T2 T3)/R3 untuk silinder
luar
q = 2 phi r3 l ho (T3 To) = (T3 Tdingin)/R4 untuk permukaan luar
Dalam kebanyakan penerapan dalam praktek temperatur fluida di
dalam dan temperatur zat di sekitar isolasi diketahui atau
ditetapkan. Temperatur-temperatur antara dapat dilenyapkan
(dieleminir) dengan penjumlahan suku-sku beda temperatur dan
tukar-menukar tempat. Maka rumus yng dihasilkan untuk laju aliran
panas melalui dua silinder yang konsentrik menjadi, sebagai
berikut:
q = (Ti To)/[(1/2 phi r1 l hi) + (ln(r2/r1)/2 phi k1 l) +
ln(r3/r2)/2 phi k2 l) + (1/2 phi r3 l ho)].
= (Tpanas Tdingin)/[ sigma n(1-4) Rn].
Koefisien perpindahan panas keseluruhan U untuk sistem ini dapat
didasarkan pada luas yang sama saja, tetapi harga angkanya akan
tergantung pada luas yang dipilih. Karena di dalam praktek garistengah-luar paling mudah diukurnya, maka biasanya sebagai luas
dasar dipilih Ao = 2 phi r3 l dan laju aliran panas adalah, sebagai
berikut.
Q = U Ao (Tpanas T

dingin

Maka, dengan membandingkan dengan persamaan (q = (T i To)/


[(1/2 phi r1 l hi) + (ln(r2/r1)/2 phi k1 l) + ln(r3/r2)/2 phi k2 l) + (1/2 phi

11

Perpindahan Panas
Ir. Pirnadi, M.Sc.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar


Universitas Mercu Buana

MODUL 3. PERPINDAHAN PANAS DASAR

r3 l ho)]). Koefisien perpindahan panas keseluruhan sistem, menjadi


sebagai berikut:
U = ( 1 )/[ (r3/r1 hi) + r3 (ln (r2/r1))/k1 + r3 (ln(r3/r2))/k2 )+ (1/ho)]
5.

Contoh 3.
Hitunglah kerugian panas per meter panjang dari pipa baja 80
skedul 40 (diameter luar 89,1 mm, diameter dalam 78,1 mm, k =
43 W/m K), yang dilapisi dengan isolasi asbes (k = 0,19 W/m K)
setebal 15 mm. Di dalam pipa mengalir fluida yang bertemperatur
420 K. Konduktansi permukaan satuan sebelah dalam adalah 227
W/m2 K. Pipa itu terdapat dalam udara sekitar yang temperaturnya
300 K. Konduktansi permukan-satuan rata-rata sebelah luar adalah
22,7 W/m2 K.
Jawab.
Dengan menggunakan rumusan, berikut:
q = (Ti To)/[(1/2 phi r1 l hi) + (ln(r2/r1)/2 phi k1 l) +
ln(r3/r2)/2 phi k2 l) + (1/2 phi r3 l ho)].
Maka laju perpindahan panas untuk panjang l = 1 m, adalah:
q = (Ti To)/[(R1) + (R2) + (R3) + (R4)].
Dengan subsitusi harga-harga yang diketahui dengan benar akan
diperoleh hasil, laju aliran perpindahan panas untuk l = 1 m, adalah
316,4 W/m.
Perlu kiranya dicatat bahwa tahanan panas tersebut terpusat pada
isolasi dan pada konduktansi ermukaan yang rendah harganya
pada permukaan-luar. Sedangkan tahanan dinding logam dapat
diabaikan. Seandainya pipa tidak diisolasi, maka kerugian panas
akan menjadi 973 W/m, atau kurang-lebih 3 x lebih besar daripada
bila dibanding dengan menggunakan isolasi.

6.

Tebal Kritis isolasi.


Pemasangan isolasi di sekeliling pipa atau kawat kecil tidak selalu
mengurangi perpindahan panas. Telah kita catat bahwa laju aliran
panas radial melalui silinder berlubang berbanding terbalik dengan
logaritma jari-jari luar dan laju pembuangan panas dari permukaan-

11

Perpindahan Panas
Ir. Pirnadi, M.Sc.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar


Universitas Mercu Buana

MODUL 3. PERPINDAHAN PANAS DASAR

luar berbanding lurus dengan jari-jari ini. Jadi, untuk pipa


berdinding tunggal dengan jari-jari ri yang tetap, pembesaran jarijari luar ro (missal dengan tambah isolasi), akan memperbesar
tahanan panas yang disebabkan ole konduksi secara logaritmik dan
sekaligus memperkecil tahanan panas pada permukaan luar secara
linier terhadap ro.
Karena tahanan panas total sebanding dengan jumlah kedua
tahanan ini, maka laju aliran panas dapat bertambah jika isolasi
dipasangkan pada pipa atau kawat telanjang. Jika tebal isolasi terus
dinaikkan, maka berangsur-angsur berkurang sampai menjadi lebih
kecil daripada kerugian dari permukaan telanjang. Prinsip ini
dipakai secara luas di bidang teknik listrik dimana kawat dan kabel
yang mengalirkan arus listrik dibalut tidak untuk mengurangi
kerugian panas tetapi untuk menmbahnya. Hal ini juga penting di
bidang pendinginan, dimana aliran panas ke zat pendingin yang
dingin harus diusahakan sekecil-kecilnya. Pada banyak instalasi
seperti itu, dimana dipakai pipa yang bergaris tengah kecil,
pengisolasian permukaan luarnya akan meningkatkan laju aliran
panas.
Hubungan antara perpindahan panas dan tebal isolasi dapat
dipelajari secara kuantitatif dengan bantuan persaman di atas
terakhir. Pada banyak keadaan yang dijumpai di dalam praktek
tahanan panasnya terpusat pada isolasi dan pada permukaan luar.
Karena itu kita akan melakukan penyederhanaan dari persamaan
terakhir dengan asumsi Ti adalah temperature pada ermukaan
dalam dari isolasi. Syarat batas ini berlaku untuk kawat listrik
berisolasi yang temperatur permukaan luarnya Ti ditentukan oleh
kerapatan arus, ukuran kawat dan bahannya. Maka, berlaku
rumusan:
q = (2 phi k l (Ti To)/ [ln(ro/ri) + k/ho ro)].
Dimana:

11

ro

: adalah jari-jari luar

ri

: jari-jari dalam dan

: konduktivitas panas isolasi.

Perpindahan Panas
Ir. Pirnadi, M.Sc.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar


Universitas Mercu Buana

MODUL 3. PERPINDAHAN PANAS DASAR

Untruk harga ri yang tetap, laju aliran panas adalah fungsi r o, yaitu
q = q (ro) dan akan menjadi maksimum pada harga r o untuk mana
diturunkan satu x ke ro.
dq/dro = - 2phi k l (Ti To) [1/ro (k/ho ro2)]/ [ln (ro/ri) + k /ho ro)]2 = 0
Contoh perhitungan tebak kritis suatu isolasi panas akan diberikan
menyusul (saat kuliah berjalan).

11

10

Perpindahan Panas
Ir. Pirnadi, M.Sc.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar


Universitas Mercu Buana

Anda mungkin juga menyukai