Anda di halaman 1dari 12

Metabolik dan Endokrin

Standar Kompetensi Dokter Indonesia


Tingkat kemampuan 1 : Mengetahui dan Menjelaskan
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini, sehingga dapat
menjelaskan kepada teman sejawat, pasien maupun klien tentang konsep, teori, prinsip maupun
indikasi, serta cara melakukan, komplikasi yang timbul, dan sebagainya.
Tingkat kemampuan 2 : Pernah Melihat atau pernah didemonstrasikan
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selain itu, selama
pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini.
Tingkat kemampuan 3 : Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah
supervisi
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selama pendidikan
pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini, dan pernah menerapkan
keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi.
Tingkat kemampuan 4 : Mampu melakukan secara mandiri
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selama pendidikan
pernah melihat atau pernah didemonstrasikan ketrampilan ini, dan pernah menerapkan
keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi serta memiliki pengalaman untuk
menggunakan dan menerapkan keterampilan ini dalam konteks praktik dokter secara mandiri.
No

Kemampuan Dasar

Standar kompetensi

Injeksi Intra Vena

Injeksi Sub Cutan

Injeksi Intra Muscular

Pungsi vena

Pemeriksaan kelenjar tiroid

Ketrampilan Kompetensi Dasar Injeksi


Perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang kedokteran dan teknologi sangat berkembang.
Pilihan obat-obatan yang digunakan juga sangat bermacam-macam. Pengobatan yang diberikan
kepada pasien memerlukan pengetahuan yang cukup, sehingga dapat dilakukan secara rasional.
Pengobatan yang rasional menuntut pendekatan yang logis dan akal sehat. Prinsip-prinsip
pemilihan dan pemakaian obat dalam klinik secara benar sangat perlu untuk dipahami.
Pedoman dasar pemilihan obat adalah memilih obat yang paling bermanfaat, paling aman dan
mengakibatkan efek samping yang minimal, paling ekonomis dan paling sesuai atau cocok untuk
pasien.
Pengobatan yang diberikan kepada pasien dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung pada
beberapa faktor, yaitu :
a. Sifat Fisiko-kimia obat, misalnya benzil penilisin selalu harus diberikan perinjeksi karena
obat ini dirusak oleh asam lambung.
b. Tujuan pemakaian obat sesuai kondisi pasien. Cara pemberian obat dipilih yang paling
memungkinkan untuk pasien dan yang paling optimal memberikan efek yang diharapkan.
Misalnya obat perinjeksi diberikan pada pasien yang tidak dapat minum obat peroral.
Aminofilin supositoria diberikan pada pasien dengan luka lambung.
Pemilihan bentuk sediaan obat yang sangat bervariasi perlu mempertimbangkan beberapa hal,
antara lain adalah bagaiman absorbsinya, efek sampingnya, stabilitas obat dalam tubuh dan
pertimbangan harga.
Cara pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara enteral (oral)
dan secara parenteral (selain oral). Berikut macam-macam injeksi, yaitu :
1. Injeksi Intravena

Lokasi pada vena perifer yang dapat dijangkau yaitu vena mediana cubiti dan vena dorsalis.
Kelebihannya pada kasus emergency, untuk digunakan pada volume yang besar dan substansi

yang iritatif jika diencerkan. Sedangkan keterbatasannya adalah meningkatkan resiko terjadinya
efek samping, harus menginjeksi larutan secara perlahan dan tidak diperkenankan pada bahan
sediaan minyak atau bahan tidak larut.
Alat dan bahan:
- Spuit steril dengan obat injeksi yang akan digunakan
- Kapas alkohol 70 %
- Torniquet
-

Plester

Prosedur :
- Spuit disiapkan dengan memeriksa jarum dan penutupnya.
- Pasang ikatan pembendungan (Torniquet) pada lengan atas dan responden diminta untuk
-

mengepal dan membuka telapak tangan berulang kali agar vena jelas terlihat.
Lokasi penusukan di desinfeksi dengan kapas alkohol 70% dengan cara berputar dari dalam

keluar, biarkan hingga kering.


Setelah itu vena ditusuk dengan posisi sudut 450 dengan jarum menghadap keatas.
Lepas torniquet dan aspirasi untuk memastikan lokasi injeksi sudah benar
Injeksikan obat secara perlahan dan bertahap
Kemudian jarum ditarik dengan tetap menekan lubang penusukan dengan kapas alkohol

(agar tidak sakit).


Jarum ditarik dengan tetap menekan lubang penusukan dengan kapas alkohol
Tempat bekas penusukan ditekan dengan kapas alkohol sampai tidak keluar darah lagi.
Setelah itu bekas tusukan ditutup dengan plester.

2. Injeksi Subcutan
Penyuntikan subkutan (hipodermolisis) menyiapkan sebuah alternatif ketika rute intravena tidak
dapat digunakan. Cairan volume besar secara relatif dapat digunakan tetapi injeksi harus
diberikan secara lambat. Dibandingkan dengan rute intravena, absorpsinya lebih lambat, lebih
nyeri dan tidak menyenangkan, jenis cairan yang digunakan lebih kecil (biasanya dibatasi untuk
larutan isotonis) dan lebih terbatas zat tambahannya.
Kegunaan khususnya adalah untuk sediaan yang tidak larut Keterbatasan injeksi subcutan yaitu
tidak cocok untuk volume besar dan dapat menimbulkan rasa nyeri dan nekrosis dari substansi
yang iritatif.
Alat dan bahan:
- Spuit steril dengan obat injeksi yang akan digunakan

Kapas alkohol 70 %

Prosedur :
- Mengidentifikasi klien, menyiapkan klien dan menjelaskan tentang prosedur yang akan
-

dilakukan dan pasang sampiran


Bersihkan / desinfeksi lokasi injeksi dengan alkohol dengan tekhnik sirkuler atau dari atas ke

bawah sekali hapus


Pegang spuit dengan salah satu tangan di lokasi antara jempol dan jari-jari pada area injeksi
dengan telapak tangan menghadap ke arah samping atau atas untuk kemiringan 45 atau

dengan telapak tangan menghadap ke bawah untuk kemiringan 90.


Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk mengangkat atau merentangkan kulit, lalu

secara hati-hati dan mantap tangan yang lain menusukkan jarum.


Lakukan aspirasi, bila tidak muncul darah, maka pelan-pelan dorong obat ke dalam jaringan
Cabut spuit lalu usap dan massage pada area injeksi.
Bila tempat penusukan mengeluarkan darah, maka tekan area tusukan dengan kassa steril
kering sampai perdarahan berhenti.

3. Injeksi Intramuskular
Lokasi untuk injeksi Intra Muskular (IM) dipilih lokasi yang memiliki ukuran otot yang adekuat
dan vasa nervus yang minimal, misalnya glutealis, deltoid, dan vastus lateralis. Aksi yang
terjadi berefek sistemik, lebih cepat dibanding Subcutan, digunakan untuk obat yang iritatif,
suspensi, cairan, dan larutan dalam minyak. Keterbatasan cara ini yaitu tidak dapat dilakukan
pada pasien yang mendapat terapi antikoagulan
Alat dan bahan
-

Spuit dan jarum

Torniquet

Kapas dan alkohol 70%

Prosedur :
-

Jelaskan bahwa kita akan melakukan penyuntikan.

Tentukan daerah penyuntikan dengan tepat.

Bersihkan area tersebut dengan kapas dan alkohol.

Biarkan mengering.

Suntikkan jarum membentuk 90% pada daerah yang telah diidentifikasi untuk dilakukan
penyuntikan.

Lakukan aspirasi untuk meyakinkan lokasi sudah benar

Jika darah mengisi syringe, dorong plunge secara perlahan untuk mengalirkan seluruh obat
yang ada didalam spuit.

Tarik jarum suntik kembali keluar dengan cepat, usap dan lakukan desinfeksi pada area
penyuntikan dengan kapas alkohol.

Referensi :
Alimul, Aziz.H. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta. Salemba Medika
Priharjo, Robert. 1995. Teknik Dasar Pemberian Obat. Jakarta: EGC

Check List Ketrampilan Injeksi


Nama
NIM
Kelompo
k
Tanggal

:
:
:
:

No

Jenis Kegiatan

1
2
3
4
5

Perkenalkan diri dan inform consent


Menyiapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan
Mencuci tangan
Memakai handscoen
Menentukan tempat penyuntikan
Mengambil obat dari tempatnya dan menghilangkan udara dalam
spuit
Melakukan tindakan asepsis
Melakukan penyuntikan dengan beberapa cara (IV, IM, SC)
Menusukkan jarum secara tepat (bedakan masing-masing cara)
melakukan aspirasi untuk mengecek ketepatan posisi
Menginjeksikan obat dan mencabut kembali jarum injeksi
Plester didaerah bekas tusukan
Jumlah nilai

6
7
8
9
10
11
12

Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tetapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Penilaian :
Jumlah nilai / 24 x 100

Nilai
1

Ketrampilan Kompetensi Pemeriksaan Kelenjar Tiroid


Hormon tiroid, yaitu Triodotironin (T3) dan Tiroksin (T4) yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid
berperan dalam mengatur sejumlah fungsi homeostasis termasuk produksi energi dan panas.
Hormon tiroid memiliki keunikkan yaitu hormon tersebut memerlukan unsur yodium bagi
aktivitas biologinya. Serangkaian reaksi fisiologis dan biokimiawi yang ekstensif telah
berkembang untuk menjamin kecukupan jumlah yodium bagi biosintesis T3 dan T4. Proses ini
melibatkan Tiroglobulin yaitu salah satu bentuk protein yang disintesis oleh sel-sel folikel
kelenjar tiroid.
1. Anatomi
Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus yang berada di kanan dan kiri trakea anterior dan
dihubungkan oleh suatu ismus. Ismus kelenjar tiroid terletak tepat dibawah kartilago tiroid, di
pertengahan antara apeks kartilago tiroid dan incisura suprasternum.
Kelenjar tiroid mempunyai suplai darah yang kaya. Aliran darah ke kelenjar tiroid adalah sekitar
5 ml/g/menit dan pada penderita hipertiroid aliran darah meningkat dengan nyata, dan suatu
suara siulan atau Bruit pada permukaan lobus lateralis.
Pada pemeriksaan mikroskopis, kelenjar tiroid terdiri dari rangkaian folikel denganukuran
bervariasi. Sel-sel folikel ini menjadi kolumner jika dirangsang oleh TSH (Tiroid Stimulating
Hormone) dan gepeng saat istirahat. Sel-sel folikel mensintesis Tiroglobulin, yang dikeluarkan
ke dalam lumen folikel. Biosintesis T3 dan T4 berlangsung di dalam Tiroglobulin pada interaksi
sel koloid. Banyak mikrovili menonjol dari permukaan folikel dalam llumen, mikrovili ini
berperan dalam endositosis dari tiroglobulin, yang kemudian dihidrolidid dalam sel untuk
melepaskan hormon tiroid.
2. Fungsi normal
a. Sekresi dan sirkulasi hormon tiroid
Pada kelenjar tiroid, T3 dan T4 terikat pada tiroglobulin, tempat berlangsungnya biosintesa
hormon ini. Pembebasan T3 dan T4 dari Tiroglobulin diatur oleh mekanisme umpan balik
dari pituitari. Proses ini memerlukan enzim proteolitik yang distimulasi oleh TSH yang
mengaktivasi adenilat siklase.

T3 dan T4 yang berada disirkulasi diangkut dalam ikatan serum dengan protein carrier.
Terdapat tiga protein transpor utama untuk hormon tiroid yaitu globulin pengikat tiroksin
(TBG), prealbumin pengikaat tiroksin (TBPA), atau transtiretin dan albumin. Pengikatan
dengan protein ini mengantarkan hormon pada target selnya serta jalan bagi hormon untuk
dapat diekskresikan melalui ginjal.
b. Efek dari hormon tiroid
Efek-efek yang ditimbulkan hormon tiroid yaitu meningkatkan metabolisme, meningkatkan
pertumbuhan sel, meningkatkan detak jantung, dan meingkatkan pemakaian energi oleh sel.
Hormon tiroid juga berefek pada TRH (Tirotropin Releasing Hormone) di hipotalamus dan
Tirotrops di adenohipofisis untuk mereduksi sekresi TSH.
3. Kelainan pada hormon tiroid
a. Hipertiroid
Yaitu produksi hormon tiroid yang lebih dari normal. Folikel tiroid yang hiperaktif
menyebabkan melebarnya epitel folikel dan peningkatan sedimen tiroglobulin sehingga
terjadi pembesaran glandula tiroid.
Tanda-tanda dari hipertiroid adalah cemas berlebih, palpitasi, kelemahan otot, fatigue,
penurunan berat badan dengan nafsu makan yang baik, sering merasa haus, tidak tahan
terhadap cuaca panas, dan emosi yang tidak stabil.
b. Hipotiroid
Dikenal juga sebagai kretinisme pada anak-anak dan miksedem pada orang dewasa. Karena
kurangnya iodium dalam asupan nutrisi menyebabkan berkurangnya produksi tiroksin dan
produksi TSH yang berlebih.
Tanda-tanda yang muncul adalah tidak tahan terhadap cuaca dingin, penurunan kemampuan
motorik, peningkatan berat badan, dan wajah yang terlihat membengkak.
Alat dan bahan
1. Stetoskop
2. Air minum
Prosedur
1. Inspeksi

Minta pasien untuk menyandarkan kepalanya

Inspeksi glandula tiroid pada daerah kartilago krikoidea

Minta pasien untuk meminum air

Lihat pergerakan glandula tiroid, permukaan, dan kesimetrisannya

2. Palpasi
-

Dengan posisi menghadap punggung pasien, letakkan kedua tangan di kanan dan kiri
leher pasien sehingga jari-jari pemeriksa dapat meraba kartilago krikoidea

Leher pasien harus dalam keadaan ekstensi

Bersamaan dengan pasien meminum air, rasakan ismus tiroid pada jari-jari pemeriksa

Kemudian turut diperiksa juga keadaan lobus lateralis

Nilai ukuran, konsistensi, dan permukaan glandula tiroid

3. Auskultasi
-

Jika tiroid membesar, cari suara Bruit dengan menggunakan stetoskop.

Referensi :
Ganong, W. F. 1995. Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Price, Sylvia Anderson., 1995. Patofisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.

Check List Ketrampilan Pemeriksaan Leher dan Glandula Tiroid


Nama
NIM
Kelompo
k
Tanggal

:
:
:
:

No

Aspek yang dinilai

Perkenalkan diri dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan


kepada pasien
Pemeriksaan Leher
Inspeksi
Melihat adakah asimetri/simetri
Melihat adakah bekas luka (sikatrik)
Melihat letak trakea
Melihat apakah ada benjolan abnormal
Palpasi
Meraba adakah nyeri tekan, krepitasi
Meraba adakah tumor
Pemeriksaan Glandula Tiroid
Inspeksi
Minta pasien untuk melakukan ekstensi kepala
Melihat warna kulit pada benjolan
Melihat keadaan kulit diatas benjolan (venektasi, punctum, luka)
Melihat apakah kelenjar tiroid membesar dan dapat dilihat
Melihat apakah terdapat pulsasi pada kelenjar tiroid
Palpasi
Berdiri dibelakang pasien menghadap punggung pasien
Letakkan jari-jari tangan di kanan dan kiri os cricoidea dan minta
pasien menelan air (menelan air liur)
Auskultasi
Apabila terdapat pembesaran, lakukan auskultasi pada lobus
lateralis glandula tiroid dan cari suara bruit
Laporkan kesimpulan hasil pemeriksaan
Jumlah nilai

Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tetapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Penilaian :
Jumlah nilai / 34 x 100

Nilai
1

Ketrampilan Kompetensi Pengambilan Darah Vena


Alat :
- Spuit disposable 10 ml
- Torniquet (alat ikat pembendungan)
Bahan :
- Kapas alkohol 70%
Prosedur :
- Lokasi penusukan harus bebas dari luka dan bekas luka/sikatrik.
- Lokasi pengambilan darah dapat dilakukan didaerah vena mediana cubiti pada lipat siku dan
vena dorsalis manus
- Spuit disiapkan dengan memeriksa jarum dan penutupnya.
- Pasang ikatan pembendungan (Torniquet) pada lengan atas dan responden diminta untuk
mengepal dan membuka telapak tangan berulang kali agar vena jelas terlihat.
- Lokasi penusukan di desinfeksi dengan kapas alkohol 70% dengan cara berputar dari dalam
keluar, biarkan hingga kering.
- Setelah itu vena ditusuk dengan posisi sudut 450 dengan jarum menghadap keatas.
- Darah dibiarkan mengalir kedalam jarum dan agar aliran bebas responden diminta untuk
membuka kepalan tangannya, darah kemudian dihisap sebanyak yang dibutuhkan.
- Torniquet dilepas, kemudian jarum ditarik dengan tetap menekan lubang penusukan dengan
kapas alkohol (agar tidak sakit).
- Tempat bekas penusukan ditekan dengan kapas alkohol sampai tidak keluar darah lagi.
- Setelah itu bekas tusukan ditutup dengan plester.

Check List Ketrampilan Pengambilan Darah Vena


Nama
NIM
Kelompo
k
Tanggal

:
:
:
:

No.

Jenis Kegiatan

1
2
3
4
5
6

Menjelaskan tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan kepada pasien


Cuci tangan
Memakai handscoen
Periksa dan tentukan lokasi yang akan ditusuk dengan spuit
Periksa dan persiapkan spuit
Pasang ikatan pembendungan (Torniquet) pada lengan atas
Pasien diminta untuk mengepal dan membuka telapak tangan berulang kali
agar vena jelas terlihat.
Lokasi penusukan di desinfeksi dengan kapas alkohol 70% dengan cara
berputar dari dalam keluar, biarkan hingga kering.
Setelah itu vena ditusuk dengan posisi sudut 450 dengan jarum menghadap
keatas.
Darah dibiarkan mengalir kedalam jarum dan agar aliran bebas responden
diminta untuk membuka kepalan tangannya, darah kemudian dihisap
sebanyak yang dibutuhkan.
Torniquet dilepas, kemudian jarum ditarik dengan tetap menekan lubang
penusukan dengan kapas alkohol.
Tempat bekas penusukan ditekan dengan kapas alkohol sampai tidak
keluar darah lagi.
Setelah itu bekas tusukan ditutup dengan plester.
Jumlah nilai

7
8
9
10
11
12
13

Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tetapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Penilaian :
Jumlah nilai / 26 x 100

Nilai
0
1
2

Anda mungkin juga menyukai