Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Tugas observasi ini dilakukan sebagai salah satu tugas dalam Mata kuliah Psikologi Bermain.
Psikologi Bermain itu sendiri merupakan salah satu Mata Kuliah Pilihan dari Psikologi
Perkembangan. Sebagai mata kuliah pilihan, maka diharapkan mahasiswa tidak hanya
memahami konsep materi perkuliahan namun lebih lanjut lagi, mahasiswa diharapkan dapat
memahami penerapan konsep yang telah dipelajari secara langsung di lapangan.
Bermain sebagai salah satu metode yang dapat diterapkan dalam berbagai konteks kehidupan
sehari-hari, dan salah satunya adalah dalam dunia pendidikan. Melalui observasi, diharapkan
mahasiswa dapat lebih memahami penerapan dari konsep-konsep psikologi bermain, terutama
dalam dunia pendidikan anak usia dini.
KEPUSTAKAAN
II.1 Psikologi Bermain
II.1.1 Bermain
Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu sendiri. Bermain juga
harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan
akan menghasilkan proses belajar pada anak.
II.1.2 Fungsi bermain bagi anak kaitannya dengan aspek-aspek perkembangan
Aspek-aspek perkembangan yang dapat dioptimalkan dalam kegiatan bermain, antara lain :
a. Bermain untuk Pengembangan Kognitif Anak
Bermain membantu anak membangun konsep dan pengetahuan, misalnya pengetahuan
tentang sekolah, pengetahuan tersebut dibangun anak lewat informasi yang didengarnya
dari orang lain (termasuk teman sebaya), mengamati bangunan sekolah atau apapun
tentang sekolah, maka hal itu akan diolahnya sehingga membentuk konsep yang semakin
lama semakin sempurna.
Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, bermain ini
terjadi ketika anak bermain peran dan bermain pura-pura, misalnya ketika anak bermain
telepon-teleponan, anak belajar bagaimana memahami perspektif orang lain dan
memecahkan masalah.
Bermain mendorong anak untuk berpikir kreatif, karena didalam bermain anak memilih
sendiri kegiatan yang mereka sukai, belajar membuat identifikasi tentang banyak hal,
belajar menikmati proses sebuah kegiatan, belajar mengontrol diri mereka sendiri dan
belajar mengenali makna sosial dan keberadaan diri di antara teman sebaya.
b. Bermain untuk Pengembangan Sosial Emosi
Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan mengorganisasi dan
menyelesaikan masalah, misalnya ketika bermain dokter-dokteran, anak harus berpikir
dimana ruang dokter, apa yang digunakan sebagai stetoskop, dan anak juga akan
memikirkan tugas dokter serta mempertimbangkan materi-materi tertentu, seperti warna,
ukuran, dan bentuk agar sesuai dengan karakteristik dokter yang diperankan.
Bermain meningkatkan kompetensi sosial anak Menurut Catron dan Allen (1999),
bermain mendukung perkembangan sosialisasi dalam hal interaksi sosial, kerja sama,
menghemat sumber daya, dan peduli terhadap orang lain.
Bermain membantu anak mengekspresikan dan mengurangi rasa takut, misalnya ketika
anak menyaksikan kecelakaan ditaman bermain maka anak akan mengungkapkan

ketakutan mereka melalui permainan rumah sakit rumah sakitan atau permainan lain
yang menceritakan orang yang kesakitan.
Bermain membantu anak meningkatkan kemampuan komunikasi, karena dengan bermain
anak dapat berinteraksi dengan orang lain, seperti saling berbicara, mengeluarkan
pendapat, bernegosiasi, dan menemukanjalan tengah bagi setiap persoalan yang muncul,
terlebih ketika anak bermain peran.
Bermain menyediakan konteks yang aman dan memotivasi anak belajar bahasa kedua,
karena pada saat bermain, anak- anak mempraktikan serpihan-serpihan bahasa lain,
seperti Hello, how are you?. Oleh karena serpihan-serpihan bahasa memberikan efek
kebanggaan, maka anak semakin terpacu untuk menambah kosakata bahasa kedua
tersebut.

II.1.3 Jenis-jenis permainan


Terdapat beberapa jenis permainan, sebagai berikut :
1. Bermain Peran
Bermain peran disebut juga main simbolik, pura-pura, make believe, fantasi, imajinasi, atau main
drama, sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia 3-6 tahun
(Vygotsky, 1967; Erikson, 1968). Bermain peran terdapat 2 jenis, yaitu sebagai berikut:
Makro
Anak berperan sesungguhnya dan menjadi seseorang atau sesuatu. Saat anak memiliki
pengalaman sehari-hari dengan main peran makro (tema sekitar kehidupan nyata),
mereka belajar banyak keterampilan praakademis seperti : mendengarkan, tetap dalam
tugas, menyelesaikan masalah, dan bermain kerja sama dengan yang lain.
Mikro
Anak memegang atau menggerak-gerakkan benda-benda berukuran kecil untuk
menyusun adegan. Saat anak main peran mikro, mereka belajar untuk menghubungkan
dan mengambil sudut pandang dari orangh lain.
2. Bermain Konstruktif
Bermain Konstruktif membantu anak mengembangkan keterampilan yang mendukung tugastugas di sekolahnya dikemudian hari (Piaget: 1962). Bahan bahan bermain konstruktif
diantaranya sebagai berikut:
Bahan Sifat Cair
Bahan sifat cair/ bahan alam (penggunaan & bentuk ditentukan oleh anak) oleh karena itu ada
bermacam-macam alat bermain yang digunakan diantaranya adalah:
a. Air, Pasir, Cat Jari, Lumpur
b. Tepung, Tanah Liat, Play Dough, Plastisin, Clay Dough
c. Krayon, Pensil Warna, Spidol, Pensil, Pulpen
d. Arang, Kapur
e. Cat Air dengan Kuas, Cat Minyak
Bahan Terstruktur
Bahan pembangunan yang terstruktur (penggunaan dikontrol oleh
bentuk dari bahan) oleh karena itu ada bermacam-macam alat
bermain yang digunakan diantaranya adalah:
a. Balok Unit, Hollow Balok, Balok Berongga, Balok Berwarna

b. LegoTM, Lincoln LogsTM, Bristle BlocksTM, Tinker Toys


c. Puzzle dua dimensi, Puzzle tiga dimensi
d. Barang barang bekas : dus besar-kecil, botol, cup es krim, stik, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai