Anda di halaman 1dari 34

10

BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kinerja Guru
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan nasional, pemerintah
khususnya melalui depdiknas terus menerus berupaya melakukan berbagai
perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan. Lahirnya Undang-Undang
No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, dan Peraturan Pemerintah
No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya
merupakan kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha
pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia.
Michael G. Fullan mengemukakan bahwa educational change depends on
what teacher do and think ... .(Suyanto & Djihad Hisyam, 2000:206)
Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan
sistem pendidikan sangat bergantung pada penguasaan kompetensi guru.
Kinerja merupakan terjemah dari bahasa inggris work performance
atau job performance atau performance saja. Dalam kamus besar bahasa
indonesia Kinerja adalah suatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan
dalam kemampuan kerja. (Depdiknas, 2003)
Kinerja sangat berkaitan dengan hasil kerja. Menurut LAN Kinerja
atau performansi dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja,

11

pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja. (Mulyasa, 2003:136)


Sejalan dengan itu Smith yang dikutip oleh Mulyasa, menyatakan bahwa
Kinerja adalah merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses.
(2003:136)
Selanjutnya

Hasibuan menyimpulkan Kinerja atau prestasi kerja

adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas
yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman,
dan kesungguhan serta waktu. (2007:94)
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan kinerja guru adalah hasil kerja atau kemampuan kerja
yang dapat dicapai oleh seorang guru yang sesuai dengan tanggung
jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan.
Kinerja mengajar guru yang baik jika guru telah melakukan unsurunsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas
mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan
dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam melaksanakan
pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang
menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur dan objektif dalam
membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya.
Guru harus mempunyai kesadaran peran dan tanggung jawab dalam
menjalankan tugas. Standar kompetensi guru yang dikeluarkan Direktorat

12

Tenaga Kependidikan Depdiknas tahun 2004 dengan tegas menguraikan


bahwa ada tiga komponen kompetensi yaitu : 1)Kompetensi pengelolaan
pembelajaran,

2)Kompetensi

pengembangan

potensi,

3)Kompetensi

penguasaan akademik.
Menurut Mulyasa, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seorang
guru antara lain:
1) Sikap mental berupa motivasi, disiplin dan etika kerja.
2) Tingkat pendidikan, pada umumnya orang yang mempunyai
pendidikan lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih
luas.
3) Keterampilan, makin terampil tenaga kependidikan akan lebih
mampu bekerja sama serta mengguinakan fasilitas dengan baik.
4) Manajemen atau gaya kepemimpinan kepala sekolah, artikan
dengan hal yang berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh
pimpinan untuk mengelola dan memimpin serta mengendalikan
tenaga pendidikan.
5) Hubungan industrial, menciptakan ketenangan kerja dan
memberikan motivasi kerja, menciptakan hubungan kerja yang
serasi dan dinamis dalam bekerja dan meningkatkan harkat dan
martabat tenaga kependidikan sehingga mendorong mewujudkan
jiwa yang ber dedikasi dalam upaya peningkatan kinerjanya.
6) Tingkat penghasilan atau gaji yang memadai, ini dapat
menimbulkan konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya.
7) Kesehatan, akan meningkatkan semangat kerja.
8) Jaminan sosial yang diberikan dinas pendidikan kepada tenaga
pendidikan, dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan
semangat kerjanya.
9) Lingkungan sosial dan suasana kerja yang baik, ini akan
mendorong tenaga kerja kependidikan dengan senang bekerja dan
meningkatkan tanggung jawabnya untuk melekukan pekerjaan
yang lebih baik.
10) Kualitas sarana pembelajaran, akan berpengaruh pada
peningkatan kinerjanya.

13

11) Teknologi yang dipakai secara tepet akan mempercepat


penyelesaian proses pendidikan, menghasilkan jumlah lulusan
yang berkualitas serta memperkecil pemborosan.
12) Kesempatan berprestasi dapat menimbulkan dorongan psikologis
untuk meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang
dimiliki dalam meningkatkan kinerjanya. (2005:140)
Pada tingkatan institusional dan instruksional guru berada di lapisan
terdepan berhadapan langsung dengan peserta didik dan masyarakat. Dilihat
dari posisinya itu, guru merupakan unsur penentu utama bagi keberhasilan
pendidikan.
Guru sebagai sebuah profesi yang sangat strategis dalam pembentukan
dan pemberdayaan anak-anak penerus bangsa, memiliki peran dan fungsi
yang akan semakin penting di masa yang akan datang. Oleh karena itu
pemberdayaan dan peningkatan kualitas guru

sebagai guru merupakan

suatu keharusan yang memerlukan penanganan lebih serius.


Faktor internal lebih mengarah pada guru itu sendiri, baik secara
individual maupun secara institusi sebagai sebuah entitas profesi yang
menuntut adanya kesadaran, dan tanggung jawab yang lebih kuat dalam
menjalankan peran dan fungsinya sebagai guru. Diperlukan sebuah
komitmen yang dapat dipertanggung jawabkan, baik secara ilmiyah maupun
moral, benar-benar berfikir dan bertindak secara profesional sebagaimana
profesi-profesi lain yang menuntut adanya suatu keahlian yang lebih
spesifik.

14

Guru yang profesional ialah guru yang mempunyai keahlian baik


menyangkut materi keilmuan yang dikuasai maupun keterampilan
metodologinya. Keahlian yang dimiliki guru profesional diperoleh melalui
suatu proses peningkatan kemampuan seperti pendidikan dan latihan yang
diprogramkan dan terstuktur secara khusus.
Seorang guru yang profesional harus memenuhi empat kompetensi
guru yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yaitu:
1) Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan
peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimiliki.
2) Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berahlak mulia,
menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, megevaluasi kinerja
senndiri dan mengembangkan secara berkelanjutan.
3) Kompetensi professional yaitu merupakan kemampuan penguasaan
materi secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing
peserta didik memenuhi standar nasional pendidikan.
4) kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan peserta didik sebagai
bagian dari masyarakat untuk:
a) Berkomunikasi lisan dan tulisan,
b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional,
c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua, atau wali peserta didik.
d) dan bergaul secara santun dalam masyarakat.
Selanjutnya untuk meningkatkan kinerja guru perlu melakukan
beberapa upaya antara lain melalui pembinaan disiplin, pemberian motivasi,
penghargaan dan persepsi.

15

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung


jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga
menuntut

guru untuk

senantiasa melakukan berbagai

peningkatan

penyesuaian penguasaan kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan


kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa.
2. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru
Tugas kepala sekolah selaku manajer adalah melakukan penilaian
terhadap kinerja guru. Penilaian penting untuk dilakukan mengingat
fungsinya sebagai alat motivasi bagi pimpinan kepada guru maupun bagi
guru itu sendiri. Pelaksanaan pembinaan, bimbingan, dan motivasi yang
diberikan oleh kepala sekolah akan berdampak kepada kinerja guru dalam
kualitas pengajaran.
Kegiatan kepala sekolah dalam memotivasi guru akan berpengaruh
secara psikologis terhadap kinerja guru dalam mengajar, guru yang puas
akan pemberian motivasi kepala sekolah maka dia akan bekerja dengan
sukarela yang akhirnya akan membuat kinerja guru meningkat. Tetapi jika
guru kurang puas dengan pemberian motivasi kepala sekolah maka guru
dalam bekerja kurang bergairah, hal ini berakibat kinerja guru menurun.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional terdapat delapan
peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai :
1) Educator ( Pendidik ).
2) Manajer.

16

3)
4)
5)
6)
7)
8)

Administrator.
Supervisor.
Leader.
Penciptaan iklim kerja.
Wirausahawan.
Motivator. ( Depdiknas, 2006 )

Merujuk kepada delapan peran kepala sekolah sebagaimana di atas, di


bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan peran kepala sekolah
untuk meningkatkan kompetensi guru:
1) Peran kepala sekolah sebagai Educator ( Pendidik )
Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah
harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme
tenaga pendidikan di sekolahnya. Dikutip dari Mulyasa, Sumidjo,
mengemukakan bahwa :
Memahami arti pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi
yang terkandung dalam definisi pendidik, melainkan harus
dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sarana
pendidikan, dan bagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan.
Untuk kepentingantersebut, kepala sekolah harus berusaha
menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat
macam nilai, yakni pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik.
(2003:99)
Sebagai edukator kepala sekolah harus senantiasa meningkatkan
kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini
faktor pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme kepala
sekolah, terutama dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga
kependidikan terhadap pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa

17

menjadi guru, menjadi wakil kepala sekolah, atau menjadi anggota


organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi kemampuan kepala
sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, demikian halnya pelatihan
dan penataran yang pernah diikutinya.
2) Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Manajemen

pada

hakekatnya

merupakan

suatu

proses

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan


mengendalikan usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan
seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu proses, karena semua manajer
dengan ketangkasan dan ketrampilan yang dimilikinya mengusahakan
dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk
mencapai tujuan.
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer,
kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan
tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi
kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan
dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.

18

3) Peran Kepala Sekolah Sebagai Administrator


Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang
sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang
bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program
sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan
untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik,
mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan
prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi
keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien
agar dapat menunjang produktivitas sekolah.
4) Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan
tujuannya adalah kegiatan pembelajaran sehingga seluruh aktivitas
organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas
pembelajaran. Oleh karena itu salah satu tugas kepala sekolah adalah
sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga kependidikan. Dikutip dari Mulyasa (2003:111), Sergiovani dan
Strarrat menyatakan bahwa:
Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus
untuk mambantu para guru dan supervisor dalam mempelajari
tugas sehari-hari disekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan
dan kemampuaannya untuk memberikan layanan yang lebih baik
pada orang tua peserta didik dan sekolah,serta berupaya
menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang efektif.

19

Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam


kemampuan menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan,
serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi
pendidikan harus diwujudkan dalam menyusun program supervisi kelas,
pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstra kurikuler
pengembangan program supervisi perpustakaan, laboraturium, dan ujian.
Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan dengan efektif
antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan
individual, dan simulasi pembelajaran. Pada prinsipnya setiap guru harus
disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya.keberhasilan
kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilihat dari meningkatnya
kesadaran guru untuk meningkatkan kinerjanya, dan meningkatnya
ketrampilan guru dalam melaksanakan tugasnya.
5) Peran Kepala Sekolah Sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk
dan pengawasan, meningkatkan kemauan guru, membuka komunikasi
dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo mengemukakan
bahwa: Kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus
yang mencangkup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan
pengetahuan

profesional,

serta

pengawasan. (Mulyasa, 2003:115)

pengetahuan

administrasi

dan

20

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader


dapat dianalisis dari

kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga

kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan,


dan kemampuan berkomunikasi.
6) Peran Kepala Sekolah Sebagai Pencipta Iklim Kerja
Peran kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja dapat dilihat dari
menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada
warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh guru, serta
melaksanakan model pembelajaran yang menarik.
Kepala sekolah harus mampu menciptakan iklim kerja yang
kondusif. Hal tersebut bisa dilakukan dengan pengaturan ruang kerja
yang kondusif, ruang belajar, ruang perpustakaan, ruang laboraturium,
bengkel, serta mengatur lingkungan kerja sekolah yang menyenangkan.
Suasana kerja yang menyenangkan akan membangkitkan kinerja guru.
Untuk itu kepala sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja
yang harmonis dengan guru, serta menciptakan lingkungan sekolah yang
aman dan menyenangkan.
7) Peran Kepala Sekolah Sebagai Usahawan
Dalam rangka melakukan peran kepala sekolah sebagai usahawan,
kepala sekolah dituntut untuk selalu bersikap seperti wiraswasta yaitu
menerapkan

prinsip-prinsip

kewirausaan

dihubungkan

dengan

21

peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah dapat menciptakan


pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai
peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan
berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya,
termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses
pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya. Kreatif dan inovatif
harus selalu dimiliki oleh kepala sekolah untuk menciptakan hal-hal baru
yang bermanfaat dan diperlukan untuk sekolah. Untuk menghadapi
permasalahan-permasalahan yang sering kali muncul dalam lingkungan
sekolah, kepala sekolah harus selalu menanamkan sikap untuk pantang
menyerah menghadapi hambatan-hambatan yang timbul.
Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja guru, kepala sekolah
harus memperhatikan memotivasi guru dan faktor-faktor yang berpengaruh.
Mulyasa menjelaskan terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan
kepala sekolah untuk mendorong guru agar mau meningkatkan kinerjanya.
Prinsip-prinsip tersebut adalah:
a. Guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya
menarik, dan menyenangkan.
b. Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan
kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dalam
bekerja. Guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan
tersebut.
c. Guru harus selalu diberitahu tentang hasil dari setiap pekerjaannya.
d. Pemberian hadiah lebih baik dari pada hukuman, namun sewaktuwaktu hukuman itu diperlukan.

22

e. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan guru dengan jalan


memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman,
menunjukan bahwa kepala sekolah memperhatikan mereka,
mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap pegawai
pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan. (2003:149)
3. Kepala Sekolah sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk memberikan motivasi kepada guru dalam melakukan berbagai tugas
dan fungsinya. Menurut Mulyasa Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui
beberapa hal yaitu pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja,
disiplin, dorongan, penghargaan, dan pengembangan pusat sumber belajar
(2003:120). Merujuk kepada pernyataan tersebut, dibawah ini akan
diuraikan secara ringkas tentang hal-hal yang dapat menumbuhkan motivasi.
Pengaturan lingkungan fisik perlu dilakukan untuk memotivasi guru.
Lingkungan yang kondusif akan menumbuhkan motivasi guru dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu
membangkitkan motivasi guru agar dapat melaksanakan tugas secara
optimal. Pengaturan lingkungan fisik tersebut antara lain mencangkup ruang
kerja yang kondusif, ruang belajar, ruang perpustakaan, ruang laboraturium,
bengkel, serta mengatur lingkungan kerja sekolah yang menyenangkan.
Kemudian pengaturan suasana kerja. Seperti halnya iklim fisik,
suasana kerja yang menyenangkan juga akan membangkitkan kinerja guru.
Untuk itu kepala sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja yang

23

harmonis dengan guru, serta menciptakan lingkungan sekolah yang aman


dan menyenangkan.
Selanjutnya yaitu disiplin. Disiplin dimaksudkan bahwa dalam
meningkatkan kinerja guru di sekolah, kepala sekolah harus berusaha
menanamkan disiplin kepada semua bawahannya. Melalui disiplin ini
diharapkan dapat tercapai tujuan secara efektif dan efisien, serta dapat
meningkatkan produktivitas sekolah. Beberapa strategi yang dapat
digunakan kepala sekolah dalam membina disiplin guru adalah: membantu
guru dalam mengembangkan pola perilakunya, membantu guru dalam
meningkatkan standar perilakunya, dan melaksanakan semua peraturan yang
telah disepakati bersama. Dalam membina disiplin guru kepala sekolah
harus berpedoman pada sikap demokratis.
Keberhasilan suatu lembaga organisasi dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Dari berbagai faktor tersebut motivasi merupakan suatu faktor yang
cukup dominan dan dapat menggerakan faktor-faktor lain ke arah efektifitas
kerja, bahkan motivasi sering disamakan dengan mesin kemudi mobil yang
berfungsi sebagai penggerak atau pengarah.
Penghargaan ini sangat penting untuk meningkatkan kinerja guru, dan
untuk

mengurangi

kegiatan

yang

kurang

produktif.

Pelaksanaan

penghargaan dapat dikaitkan dengan prestasi guru secara terbuka, sehingga


mereka memiliki peluang untuk meraihnya. Kepala sekolah harus berusaha

24

menggunakan penghargaan ini secara tepat, efektif, dan efisien, untuk


menghindari dampak negatif yang bisa ditimbulkanya.
Pengembangan pusat sumber belajar dapat memperkaya kegiatan
pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak membosankan. Kepala sekolah
harus tanggap akan perkembangan teknologi yang dapat digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar.
4. Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah seorang tenaga profesional guru yang diberi
tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar
mengajar. Wahjosumidjo mengartikan kepala sekolah secara umum yaitu:
Pemimpin sekolah atau suatu lembaga dimana tempat menerima dan
memberi pelajaran. Kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru
yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana
diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi
interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang
menerima pelajaran. (2002:84)
Jadi seorang kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk
menggerakan segala sumber yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat
didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Sebagai orang yang mendapat tugas tambahan berarti tugas pokok
kepala sekolah tersebut adalah guru yaitu sebagai tenaga pengajar dan
pendidik, di sini berarti dalam suatu sekolah seorang kepala sekolah harus

25

mempunyai tugas sebagai seorang guru yang melaksanakan atau


memberikan pelajaran atau mengajar bidang studi tertentu atau memberikan
bimbingan.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang
paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam pasal 12
ayat 1 PP 28 tahun 1999 dikemukakan bahwa: Kepala sekolah bertanggung
jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah,
pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana.
Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan luas kepada
kepala sekolah seperti dalam konteks saat ini, akan lebih mudah melakukan
pengembangan terhadap berbagai potensinya yang ada. Akan tetapi
pengembangan itu memerlukan peningkatan kemampuan kepala sekolah
dalam berbagai aspek manajerialnya, agar dapat tercapai tujuan sesuai
dengan visi dan misi yang diemban sekolahnya.
Kompetensi minimal yang wajib kepala sekolah miliki menurut
Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 terhimpun dalam lima kompetensi:
a.
b.
c.
d.

Kewibawaan
Manajerial, inovatif, bekerja keras
Kewirausahaan
Supervisi dalam rangka meningkatkan mutu profesi pendidik, dan
memiliki kompetensi,
e. Sosial.

26

Kepala sekolah berkompeten dalam melaksanakan supervisi akademik


dan manajerial. Menggunakan teknik dan pendekatan yang tepat dalam
rangka meningkatkan mutu profesi pendidik, memiliki kompetensi sosial
meliputi mampu bekerja sama, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
memiliki kepekaan terhadap orang tua atau kelompok lain.
Ada dua strategi utama yang harus diperankan oleh kepala sekolah,
yaitu strategi manajerial dan strategi substansial. Strategi manajerial yaitu
strategi pengembangan sekolah yang berhubungan dengan masalah internal
dan eksternal sekolah. Dalam strategi manajerial internal, pertama kepala
sekolah harus membinan komunikasi dan koordinasi antar personalia yang
ada dalam lingkungan sosial sekolah sebaik-baiknya, dengan demikian
terjadi hubungan baik, sehingga sumber daya yang tersedia dapat dikelola
secara tepat.
Kedua, menempatkan sumber daya manusia yang tepat. Termasuk
dalam strategi manajerial intern ini adalah membentuk sinergi kerja yang
harmonis antara pimpinan, staf, guru, siswa dalam mengemban visi, misi
dan tujuan

yang telah ditetapkan bersama. Pimpinan hendaknya

memberikan bimbingan akomodatif terhadap staf sehingga jika terjadi


konflik dapat segera ditangani. Suasana belajar akan terjadi lebih kondusif
jika pimpinan juga dapat menumbuhkan rasa saling menyayangi dan
menghargai, rasa ikhlas dari setiap sanubari warga sekolah untuk

27

mengembangkan kreativitas, sehingga program pendidikan dapat dilakukan


secara inovatif dan efektif.
Strategi manajerial eksternal, kepala sekolah berupaya menfokuskan
pada hubungan sekolah dengan faktor pendukung di luar sekolah, yaitu
melaui koordinasi dan sinkronisasi program sekolah dengan orang tua,
dewan pendidikan, komite sekolah, masyarakat dan pemerintah. Membina
hubungan baik dengan masyarakat diluar gedung sekolah adalah penting,
karena dengan hubungan baik ini ternabangun partisipasi aktif sehingga
akan memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam pengembangan
sekolah untuk mencapai tujuan yang dicitakan. Adapaun terkait dengan
pemerintah, kepala sekolah perlu memiliki power sharing sebagai jalan
untuk menjembatani antara keinginan sekolah dengan pemerintah.
Sementara strategi substansial yaitu strategi pengembangan sekolah
yang berbasis pada kesatuan visi, misi dan tujuan sekolah yang dijabarkan
dalam program pendidikan dan diaplikasikan dalam bentuk muatan
kurikulum, serta kegiatan intra dan ekstra kurikuler bagi siswa.
Orientasi visi, misi, dan tujuan pembelajaran di sekolah harus
berpedoman pada amanah yang diemban oleh lembaga pendidikan, tidak
hanya kecakapan akademik melainkan juga pendidikan itu berorientasi pada
kecakapan hidup yang integratif, memadukan potensi generik, dan spesifik
guna menghadapi problem kehidupan. Melalui strategi substansial ini,

28

sekolah diharapkan menunjukkan spesifikasi dan keunggulan yang secara


khusus dimiliki.
Menurut Ngalim Purwanto

beberapa sifat yang diperlukan dalam

kepemimpinan pendidikan antara lain :


a.
b.
c.
d.
e.
f.

Rendah hati dan sederhana


Bersifat suka menolong
Sabar dan memiliki kestabilan emosi
Percaya pada diri sendiri
Jujur, adil, dan dapat dipercaya
Keahlian dalam jabatan. (2005:55)

Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dituntut untuk


senantiasa meningkatkan efektifitas kerjanya sehingga dapat meningkatkan
mutu pendidikan dan mencapai tujuan sekolah. Menurut Mulyasa,
kepemimpinan kepala sekolah yang efektif mempunyai kriteria sebagai
berikut:
a. Meningkatkan kerjasama dalam pemecahan masalah dan
berkomunikasi secara terbuka.
b. Mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan data dalam
mengidentifikasi kebutuhan sekolah.
c. Menggunakan data untuk mengidentifikasi dan merencanakan
perubahan yang dibutuhkan dalam pengembangan program
meningkatkan mutu pengajaran.
d. Melakukan dan memantau rencana perbaikan sekolah.
e. Berfikir sistematis dalam menetapkan fokus yang jelas untuk
meraih prestasi siswa sebagai tujuan sekolah.
f. Berhasil menetapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan
tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain disekolah.
g. Bekerja dengan tim manajemen.
h. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. (2006:126)

29

Kepemimpinan kepala sekolah menjadi salah satu masukan sekolah


yang

menjalankan

tugas

dan

fungsinya

serta

berpengaruh

pada

berlangsungnya proses persekolahan.


5. Kepemimpinan
Kepemimpinan

sangat

dibutuhkan

dalam

organisasi.

Dalam

kepemimpinan, baik pemimpin maupun yang dipimpin, harus berusaha


untuk mencapai tujuan kelompok.
Menurut

Ordway

Tead,

Kepemimpinan

adalah

aktivitas

mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai


beberapa tujuan yang mereka inginkan. (F.Winarni, 2006:5 ) Kemudian
G.L. Freeman & E. K. Taylor mengemukakan bahwa, Kepemimpinan
adalah kemampuan untuk menciptakan kegiatan kelompok dalam kerjasama
untuk mencapai tujuan organisasi. (F.Winarni, 2006:5)
Sejalan dengan itu Menurut John D. Piffner & Robert Prestus,
Kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memotivasi individuindividu

serta

kelompok-kelompok

untuk

mencapai

tujuan

yang

diinginkan. (F.Winarni, 2006:5) Dari bermacam-macam pendapat yang


mengemukakan pengertian kepemimpinan maka Blancard merumuskan inti
pengertian kepemimpinan. Menurut Blancard Kepemimpinan adalah
proses

mempengaruhi

kegiatan-kegiatan

seseorang

atau

kelompok.(F.Winarni, 2006:6) Dalam pengertian tersebut hal yang penting

30

yang perlu mendapat tekanan adalah bahwa didalam kepemimpinan terdapat


aktivitas

mempengaruhi

dan

saling

mempengaruhi.

Perbedaan

mempengaruhi dan saling mempengaruhi terdapat pada arah pengaruh yakni


bersifat searah, sedangkan saling mempengaruhi bersifat timbal balik.
Didalam realita sebenarnya pengertian mempengaruhi terkandung pula
pengertian timbal balik.
Berdasarkan beberapa pengertian kepemimpinan di atas dapat
disimpulkan

bahwa

kepemimpinan

adalah

suatu

kegiatan

dalam

membimbing suatu kelompok, sedemikian rupa sehingga tujuan kelompok


dapai tercapai dengan baik.
Dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama itu, pemimpin dan
kelompok yang satu bergantung pada kelompok yang lain. Seseorang tidak
dapat menjadi pemimpin jika terlepas dari kelompok. Setiap orang sebagai
anggota suatu kelompok dapat

memberikan sumbangannya

untuk

kesuksesan kelompoknya.
Didalam suatu kelompok harus ada persatuan. Oleh karena itu baik
pemimpin maupun yang dipimpin, harus bekerjasama untuk mencapai
tujuan kelompok. Berdasarkan pernyataan diatas maka harus ada seseorang
yang dapat mengembangkan perasaan kelompok dan mengkoordinasi, yaitu
seorang pemimpin. Pemimpin harus dapat memperlihatkan kelebihan dan
kesanggupan dalam membina kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan.

31

Pemimpin sangat dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi


oleh kelompoknya.
Ada beberapa teori yang menjadi pegangan dalam membahas
kepemimpinan diantaranya yaitu teori sifat dan teori situasi. Dalam teori
sifat disebutkan, jika seseorang dijadikan pemimpin ia harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Apabila dalam dirinya terdapat sifat serta sikap
tertentu, barulah ia dijadikan pemimpin. Kemudian pada teori situasi
disebutkan jika seseorang dijadikan pemimpin dalam situasi-situasi tertentu
karena kelebihan ketrampilan dan sifat tertentu yang tampak padanya,
sehingga dapat memecahkan masalah kelompok maka kepemimpinan ini
didasari oleh situasi yang ada.
Kepemimpinan mempunyai dua macam fungsi yaitu, fungsi yang
berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai dan fungsi yang berkaitan
dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan sambil
memeliharanya. Berikut antara lain fungsi pemimpin yang bertalian dengan
tujuan yang hendak dicapai: Pemimpin berfungsi memikirkan dan
merumuskan dengan teliti tujuan kelompok, memberi dorongan kepada
anggota-anggota kelompok untuk merumuskan kegiatan kelompok,
membantu anggota kelompok, menggunakan kesanggupan dan minat
khusus anggota kelompok, memberi dorongan untuk memecahkan masalah

32

kelompok, dan memberi kepercayaan dan menyerahkan tanggung jawab


kepada anggota kelompok dalam melaksanakan tugas.
Berikut ini antara lain fungsi pemimpin yang berkaitan dengan
penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan : pemimpin
berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan di dalam kelompok,
mengusahakan suatu tempat bekerja yang menyenangkan, menanamkan
perasaan kepada para anggota bahwa mereka termasuk dalam bagian dari
kelompok, dan pemimpin dapat menggunakan kelebihannya untuk
mencapai tujuan organisasi.
6. Motivasi Kerja
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia motivasi secara etimologis
diartikan sebagai alasan, dorongan, sedangkan pengertian motivasi dilihat
dari segi taksonomi motivasi berasal dari kata Movere dalam bahasa latin
yang berarti bergerak. (2000:407)
Callahan dan Clark mengmukakan bahwa Motivasi adalah tenaga
pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah
tujuan tertentu.(Mulyasa, 2003:143) Mengacu pada pendapat tersebut,
dapat dikemukakan bahwa motivasi merupakan suatu bagian yang sangat
penting dalam suatu lembaga. Guru akan bekerja dengan sungguh-sungguh
apabila memiliki motivasi yang tinggi.

33

Motivasi merupakan bagian penting dalam setiap kegiatan, tanpa


motivasi tidak ada kegiatan yang nyata. Maslow mengemukakan Motivasi
adalah tenaga pendorong dari dalam yang menyebabkan manusia berbuat
sesuatu atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. (Mulyasa,2003:144)
Perilaku seseorang biasanya diwarnai oleh haikat tujuan yang ingin
dicapai, dengan mengetahui tujuan tersebut maka relatif mudah untuk
mengetahui motif dari tindakannya. Karena motif biasanya menjelaskan
alasan seseorang melakukan tindakan-tindakan tertentu dalam rangka
pemuasan kebutuhan.
Motivasi atau dorongan untuk bekerja ini sangat penting bagi tinggi
rendahnya produktivitas seseorang ataupun organisasi. Tanpa adanya
motivasi maka tujuan organisasi tidak dapat tercapai. Oleh karena itu kepala
sekolah harus selalu menimbulkan dorongan atau motivasi kerja yang tinggi
kepada guru guna melaksanakan tugas-tugasnya.
Motivasi sebagai salah satu fungsi pemimpin yang menyangkut
langsung pengelolaan sumber daya insani organisasi dapat didefinisikan
Sebagai keseluruhan proses pemberian motif atau dorongan bekerja para
bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerjasama dengan iklas
demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.
(F.Winarni,2006:52).

34

Dari beberapa pengertian motivasi diatas maka dapat di simpulkan


bahwa, motivasi adalah keinginan yang menggerakan atau mendorong
seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu, berusaha dan bekerja
dengan optimal untuk mencapai tujuan yang di harapkan.
7. Teori Motivasi
Ada beberapa teori yang menjadi pegangan dalam membahas motivasi
diantaranya yaitu teori kepuasan dan teori proses. Dalam teori kepuasan,
memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang
menggerakan, mengarahkan, mendukung, dan menghentikan perilaku. Teori
kepuasan sering juga disebut teori isi. Empat teori kepuasan adalah teori
hirarki kebutuhan maslow, teori ERG Alderfer, teori Douglas Mc, teori dua
faktor Herzberg, dan teori kebutuhan Mc Clelland. (F.Winarni,2006:53)
Berikut akan diuraikan secara ringkas adalah macam-macam teori kepuasan:
a. Hirarki Kebutuhan Maslow, bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam
satu hierarki. Setiap orang memberi prioritas kepada suatu kebutuhan
sampai kebutuhan itu terpenuhi. Menurut Maslow yang dikutip dari
Mulyasa membagi kebutuhan manuusia dalam lima katagori kebutuhan
yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih
sayang, kebutuhan akan rasa hargadiri, kebutuhan akan aktualisasi diri.
(2003:146)

35

b. Teori ERG Alderfer, sama dengan pendapat Maslow akan tetapi hanya
meliputi tiga hierarki yaitu: Eksistensi, Keterkaitan, dan Pertumbuhan.
c. Teori Douglas Mc, menurut teori ini ada dua pendekatan menejemen
yang dapat diterapkan dalam memotivasi karyawan. Masing-masing
pendekatan ini mendasarkan diri pada serangkaian asumsi mengenai sifat
manusia yang dinamai teori X pada umumnya manusia tidak senang
bekerja, tidak berambisi, tidak ingin tanggung jawab dan selalu ingin
diarahkan dan teori Y bekerja adalah kodrat manusia, jika kondisi
menyenangkan. Manusia dapat mengawasi diri sendiri dan memberi
prestasi pada pekerjaan yang diberi motivasi dengan baik.
d. Teori pemeliharaan motivasi atau teori dua faktor, teori ini dikemukakan
oleh Frederick Herzberg. Dalam teori ini ditemukan dua faktor penting
yang mempengaruhi produktivitas kerja seseorang. Kondisi pertama
disebut faktor motivator atau satisfier ( pekerjaan ), sedangkan kondisi
kedua dinamakan faktor hygiene atau dissatisfier (lingkungan).
(Mulyasa,2003:147)
e. Teori David Mc Clelland, menurut teori ini yang menjadi faktor motivasi
setiap individu adalah: kebutuhan kekuasaan, kebutuhan afiliasi dan
kebutuhan berprestasi
Selanjutnya teori proses, teori ini menguraikan dan menganalisis
bagaimana perilaku itu digerakan, diarahkan, didukung, dan dihentikan.

36

Teori proses yang utama adalah teori penguatan,teori harapan, teori


keadilan dan teori penetapan tujuan.(F.Winarni,2006:53) Berikut ini akan
diuraikan secara ringkas teori proses:
a. Teori penguatan, teori ini dikemukakan oleh Skinner. Asumsi pokok dari
teori ini adalah perilaku dipengaruhi oleh konsekuensinyayakni imbalan
atau hukuman.
b. Teori keadilan, teori ini dikemukakan oleh Adam. Inti dari teori keadilan
adalah bahwa karyawan membandingkan usaha mereka terhadap imbalan
dengan imbalan karyawan lainnya dalam situasi kerja yang sama.
c. Teori penetapan tujuan, teori ini dikemukakan oleh locke. Menurut teori
ini tujuan dan maksud individu yang disadari adalah determinan utama
perilaku. Seseorang yang bertujuan untuk memulai suatu pekerjaan maka
orang tersebut terus terdorong sampai tercapainya tujuan.
8. Fungsi Motivasi
Perilaku seseorang biasanya diwarnai oleh hakekat tujuan yang ingin
dicapai meskipun yang bersangkutan tidak selalu sadar adanya kaitan antara
perilaku dan tujuan tersebut. Dengan mengetahui tujuan maka relatif mudah
untuk mengetahui motif dari tindakan-tindakannya. Motivasi atau dorongan
untuk bekerja ini sangat penting bagi tinggi rendahnya produktifitas suatu
organisasi. Sehubungan dengan itu ada tiga fungsi motivasi yaitu:

37

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor


yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai.dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan
yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi
sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.adanya motivasi yang
baik dalam bekerja akan menunjukan hasil yang memuaskan. Oemar
Hamalik menyebutkan ada tiga fungsi motivasi yaitu:
a. Mendorong timbulnya perbuatan.
b. Sebagai pengarah perbuatan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
c. Sebagai penggerak artinya berfungsi seperti mesin pada mobil.
Besar kecilnya suatu motivasi akan menentukan cepat lambatnya
suatu pekerjaan. (2002:175)
Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata merumuskan fungsi
motivasi sebagai berikut:
a. Mengarahkan ( Directional Function ), artinya mengarahkan
kegiatan. Motivasi berperan mengarahkan atau menjauhkan
individu dari tujuan yang ingin dicapai.
b. Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan ( activation and
energizing function ) (2003:62)

38

Dari fungsi-fungsi motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi


motivasi merupakan suatu yang mendorong atau mengarahkan seseorang
dalam melaksanakan atau melakukan suatu kegiatan. Mendorong artinya
membuat seseorang bersemangat untuk melakukan sesuatu hal, dan
mengarahkan berarti menunjukan atau membimbing seseorang dalam
melakukan sesuatu hal. Intinya fungsi dari motivasi adalah pemberian
semangat atau dorongan bagi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan.
9. Upaya Meningkatkan Motivasi
Dewasa ini pimpinan modern menekankan perhatian pada elemen
manusia ( penerapan teori Y) dalam manajemen. GR Terry mengemukakan:
Prinsip dalam hal usaha menggerakan manusia agar berhasil yakni
untuk memperlakukan karyawan sebagai mahluk yang mempunyai
kebutuhan untuk diperlakukan seperti apa adanya, memberikan
tantangan atau dorongan untuk tumbuh dan mengembangkan
kemampuannya, memberikan pengakuan atas hasil kerjanya dan
meyakinkan bahwa pelaksanaan semua pekerjaan dilakukan pada satu
aturan yang terbuka dan jelas. (F.Winarni, 2006:64)
Oleh karena itu seorang pimpinan apabila ingin memotovasi manusia
dalam organisasi, perlu lebih dahulu mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi hal tersebut. Untuk selanjutnya dapat mengambil teknik
yang tepat sesuai kebutuhan karyawan.
Schawartz David J. mengemukakan beberapa srategi yang dapat
diterapkan dalam upaya peningkatan motivasi yang dikutip oleh Ahmad
Sohnaji yaitu:

39

a. Mengenali dengan baik seluruh personil bawahannya.


b. Tempatkan bawahan pada tempat yang sesuai dengan minat,
kemampuan, dan keahlian serta kesenangannya.
c. Tidak ada bawahan yang dekat dan jauh atau anak emas dan
perak kembangkan motivasi bahwa produktivitas kerjanya baik
adalah memberi kesempatan yang sama dan tidak memprioritaskan
seseorang atau sekelompok saja.
d. Menetapkan strategi yang dirumuskan oleh Kihajar Dewantara
yakni:
1) Ing ngarso sung tulodo
2) Ing madya mangun karso
3) Tutwuri handayani. (2005:64)
Ahmad Sohnaji merumuskan teknik sukses untuk memotivasi orang
lain berupa:
a. Tunjukan kepada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan tentang
bagaimana untuk sukses.
b. Bagaimana membantu guru berprestasi dan memperoleh informasi.
c. Menguasai kekuatan pujian untuk guru.
d. Mengatakan kepada guru bahwa mereka kelihatan bagus.
e. Katakan sesuatu yang baik dengan guru ( keluarga, dll ).
f. Akuilah prestasi guru / aktualisasi diri.
g. Kagumi bila guru punya wawasan atau barang yang patut untuk
dikagumi.
h. Pujilah guru karena gagasan dan usahanya.
i. Berbicaralah tentang apa yang baik dan jangan menggunjing.
j. Teruskan pujian pada teman guru lain.
k. Hindarilah jebakan gunjingan
l. Bertekad untuk memajukan guru jangan pernah balas dendam.
(2005:67)
Salah satu faktor penting yang ada pada diri seorang pemimpin yang
sangat berpengaruh di dalam memotivasi bawahan, ialah kewibawaan
pemimpin. Sehingga berhasil tidaknya dalam memotivasi bawahan juga
sangat

dipengaruhi

bagaimana

pemimpin

di

dalam

menampilkan

kewibawaannya. Menurut Strauss dan Sayles yang dikutip oleh F.Winarni,

40

Enam macam teknik motivasi yaitu : Dengan kekerasan, bersikap baik,


melalui perundingan, berkompetisi, dan internalisasi. (2006:65)
10. Jenis - jenis Motivasi dan Hambatan Motivasi
Menurut Owen yang dikutip oleh Mulyasa ada dua jenis motivasi
yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. (2003:144 ) Motivasi intrinsik
adalah motivasi yang datang dari dalam diri seseorang, dan motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang. Sedangkan
menurut Nana Syaodih Sukmadinata membedakan tiga macam motivasi
yaitu:
a. Motivasi takut ( fear motivation ), seseorang melakukan perbuatan
karena takut.
b. Motivasi insentif ( incentive motivation ), seseorang melakukan
perbuatan dengan tujuan mendapatkan insentif.
c. Sikap ( attitude motivation / self motivation ), motivasi yang
muncul dari dalam diri karena menunjukan ketertarikan seseorang
terhadap suatu objek. (2003:63-64)
Motivasi dapat berlangsung secara efektif jika pemimpin bisa
menghadapi hambatan-hambatan yang sering muncul dalam melakukan
motivasi. Sejalan dengan itu seorang pimpinan apabila ingin memotovasi
manusia dalam organisasi, perlu lebih mengetahui cara pemberian motivasi
yang tepat untuk bawahanya, karena jika pemberian motivasi tidak sesuai
dengan apa yang dibutuhkan akan membuat penberian motivasi terhambat.

41

B. Penelitian yang Relavan


Penelitian yang dilakukan oleh Aryanto ( 2008 ) yang berjudul Pola
Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Guru
Di SMK 1 Pengasih Kulon Progo Yogyakarta hasil penelitian ini
menunjukan bahwa pola kepemimpinan kepala sekolah di SMK 1 Pengasih
termasuk pola atau pun gaya kepemimpinan demokratis. Pelaksanaan
kepemimpinan kepala sekolah meliputi : proses perencanaan dengan sistem
manajemen terbuka, proses pengorganisasian dilakukan dengan pengawasan
yang menyeluruh, jenis program untuk meningkatkan motivasi kerja guru
yang baik. Respon guru, karyawan dan siswa adalah mendukung dan
menerima dengan baik. Evaluasi yang dilakukan adalah melihat uraian
tugas, bukti-bukti dokumen, evaluasi akhir serta penilaian terhadap tugas
akhir. Faktor yang menghambat kepemimpinan kepala sekolah adalah
keterbatasan waktu para guru dan latar belakang pendidikan. Sedangkan
upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan waktu-waktu efektif
kegiatan belajar mengajar ( KBM ) untuk melaksanakan kegiatan kegiatan
tertentu.

42

C. Pertanyan Penelitian
a. Peran kepala sekolah sebagai motivator dalam mengoptimalkan kinerja
guru di SMK Muhammadiyah 1 Wonosobo
1) Bagaimana kepala sekolah mengatur lingkungan fisik sekolah?
2) Bagaimana suasana kerja yang di ciptakan oleh kepala sekolah?
3) Bagaimana cara kepala sekolah memberikan rewards kepada guru
yang berprestasi?
4) Bagaimana cara kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan
prasarana penunjang pembelajaran?
5) Bagaimana cara kepala sekolah dalam memberikan semangat dan
pengarahan kepada para guru?
6) Bagaimanakah cara kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin
kerja di sekolah?
b. Hambatan Yang Dihadapi Kepala Sekolah Dalam Mengoptimalkan
Kinerja Guru di SMK Muhammadiyah 1 Wonosobo
1) Apa saja hambatan yang dihadapi kepala sekolah sebagai motivator
dalam mengoptimalkan kinerja guru?
2) Bagaimana respon guru terhadap pengaturan lingkungan fisik oleh
kepala sekolah?
3) Bagaimana komunikasi yang terjadi antara kepala sekolah dengan
guru?

43

4) Bagaimanakah respon guru saat kepala sekolah memberikan


penghargaan kepala sekolah kepada guru yang berprestasi?
5) Apakah sarana dan prasarana penunjang belajar menurut para guru
sudah sesuai dengan kebutuhan di sekolah?
6) Bagaimana respon guru saat kepala sekolah memberikan semangat
dan pengarahan?
7) Apakah pelanggaran kedisiplinan sekolah sering terjadi?
c.

Upaya

kepala

sekolah

untuk

mengatasi

hambatan

dalam

mengoptimalkan kinerja guru dilihat dari peranya sebagai motivator.


1) Upaya apa saja yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam
mengatasi hambatan yang dihadapi dalam mengoptimalkan kinerja
guru?
2) Apakah kepala sekolah berusaha mendekatkan diri terhadap guru
yang berkepribadian tertutup?
3) Apakah kepala sekolah membuat rencana kegiatan untuk para
guru?
4) Apakah kepala sekolah mengevaluasi hasil kerja guru?
5) Apakah kepala sekolah selalu memberikan semangat dan
pengarahan kepada guru untuk mengoptimalkan kinerjanya?
6) Apakah kepala sekolah memberikan sangsi terhadap pelanggaran
disiplin kerja?

Anda mungkin juga menyukai