BAB 1
PENDAHULUAN
Premedikasi dan induksi pada anak dan bayi merupakan tantangan bagi para ahli
anestesi karena pada waktu induksi seringkali menjadi trauma psikis pada anak
dan bayi. Keberhasilan penata laksanaan anestesi pada anak sangat tergantung
pada kelancaran saat pemberian premedikasi dan induksi ( Smith ) Jadi diperlukan
sekali ketrampilan dan pengetahuan dalam penata lakasanaan anestesi pada anak
dan bayi , karena hubungannya sangat erat dengan hasil yang akan dicapai.
Banyak sekali dilakukan penelitian cara yang terbaik yang bagaimana yang layak
untuk premedikasi dan induksi , ada penelitian yang menyebutkan bahwa
premedikasi melalui nasal adalah yang terbaik. Tetapi yang penting pada tindakan
anestesi untuk anak yang diperlukan adalah melakukan pendekatan dahulu
sebelum melakukan premedikasi ataupun induksi sehingga diharapkan tindakan
anestesi dapat berjalan lancar.
BAB 2
TINJAUANPUSTAKA
2.1
Rasa takut terhadap dokter, jarum suntik , masker dan tindakan pembedahan
merupakan hal yang umum dan wajar bagi anak dan tidak dipermasalahkan atau
dikuatirkan. Pemberian premedikasi sebelum tindakan anestesi ataupun tindakan
induksi merupakan hal yang ditakutkan oleh anak dan hal ini dapat menyebabkan
trauma psikis dan apabila kita melakukan tidak hati hati dapat menyebabkan
kelainan psikologis sampai dewasa. Derajat perubahan perilaku dapat ditentukan
oleh beberapa factor :
a. Usia.
Bayi usia 6 12 bulan sudah memperlihatkan adanya perhatian pada lingkungan
sekelilingnya. Perasaan cemas atau takut akan timbul pada saat anak dibawa
kerumah sakit atau kekamar bedah , karena tempat ini merupakan hal yang asing
baginya. Selain dari pada itu juga akan terjadi tauma karena dipisahkan dari kedua
orang tuanya dan harus berhadapan dengan orang orang yang tidak dikenal dan
lingkungan yang asing. Pada usia ini sangat diperlukan sekali obat sedative
sehingga pada waktu dibawa kekamar bedah anak dalam keadaan sedasi dan
tenang. Sedangkan pada usia dibawah 6 bulan , bayi tidak terlalu sulit untuk
dipisahkan dari kedua orang tuanya dan dapat digantikan oleh perawat.
Bayi
sudah ada hubungan yang baik antara dokter anestesi dan anak. Pendekatan ini
dapat dilakukan pada waktu kunjungan pre operatif dan kalau bisa diperlihatkan
foto foto atau alat yang akan dipakai sehingga anak sudah tau sebelumnya apa
yang akan dilakukan ,ini merupakan penatalaksanaa anestesi yang ideal.
Pada
b..Glikopirolat
Merupakan senyawa garam amonium kwartener dengan khasiat anti kholenergik
yang kuat dan panjang efek sampingnya tidak begitu kuat dibanding dengan sulfas
atropin. Glikopirolat sering digunakan sebagai alternative pilihan lain sealain
ataropi. Dosis : 5 10 U gr / kg BB intra vena.
c. Promethazine ( Phenergan )
Termasuk golongan antihistamin yang mempunyai efek sedasi cukup baik , dapat
diberikan secara peroral dengan dosis 1mg per kg BB. Dosis maksimal 30 mg.
d. Trimeprazine ( Valergan ) Telah digunakan untuk premedkasi pada anak
sejak tahun 1959 , dalam bentuk larutan dengan dosis 2 4 mg per kg BB per oral
2 jam sebelum induksi.. Dengan dosis ini cukup efektif untuk anak usia 2 10
tahun. Kerugian dari obat ini menimbulkan takikardia post operatif , tetapi
keuntungannya selain menimbulkan sedasi , juga bersifat anti emetic.
2.3.3
rasa
sakit
Golongan
nekrosis
Narkotik
dan
abses.
Analgetik.
Narkotik jarang diberikan sebagai obat premedikasi pada bayi / anak kecil karena
sering menimbulkan rasa pusing, mual , muntah dan sampai depresi pernafasan.
Pemberian morfin biasanya diberikan atas indikasi adanya cacat jantung bawaan
yang sianotik dengan dosis 0,05 0,20 mg per kg BB IM , 1 jam pra bedah.
Meperidine ( Pethidin ) merupakan obat golongan narkotik dengan sedasi ringan
dan juga sering menimbulkan muntah sehingga jarang dipergunakan untuk
premedikasi pada anak. Methadone merupakan obat golongan narkotik yang dapat
diberikan per oral dengahn dosis 0,1 0,3 mg per kg BB.
2.4
Cara
Pemberian
Premedikasi.
Sampai saat ini belum ditemukan cara cara pemberian premedikasi pada bayi
/anak yang dianggap ideal yaitu sederhana , efektif , dan tidak menimbulkan
trauma
2.4.1
psikis
Metoda
Cara
yang
lazim
Parenteral
dipakai
IM
adalah
/
:
IV
Masih sering dipergunakan , walaupun sering ditolak oleh anak karena rasa takut
akan jarum dan sakit. Pemberian premedikasi secara parenteral ( IM /IV )
memerlukan pendekatan secara psikologis dan perlu pengalaman/ ketrampilan
menyuntik . Hampir seluruh obat premedikasi dapat diberikan secara parenteral.
2.4.2
Per
oral
Pemberian cara ini sebenarnya paling ideal diberikan pada bayi / anak yang masih
kecil karena tidak akan menimbulkan trauma atau rasa sakit. Agar pemberian
secara oral ini dapat lebih efektif , biasanya waktunya lebih lama dan agar anak /
bayi suka biasanya dicampur dengan aroma obat yang lain agar terasa manis dan
disukai . Kerugian dari pemberian secara per oral : a. ditakutkan volume lambung
akan bertambah , sehingga dapat terjadi regurgitasi dan aspirasi, terutama pada
waktu induksi. Tetapi masalah ini dapat diatasi dengan cara pemberian cukup
hanya minum satu sendok makan saja dan tanpa susu. b . kadang kadang aroma
obat tidak enak dan sering ditolak . c . absorbsi dilambung sukar untuk dipastikan
sehingga tidak dapat dipastikan apakah obat sudah berefek. d . tidak semua obat
premedikasi bisa diabsorbsi dilambung. e . kesulitan mendapatkan obat
premedikasi yang dapat diberikan peroral.
15
20
2.4.3Per
gr
per
kg
BB
rectal
Per
Nasal
Metode pemberian secara nasal masih dalam penelitian dan cara cara yang paling
baru. Obat diberikan secara tetesan atau semprotan (nose spray ) kedalam
mukosa hidung. Selanjutnya obat akan diserap lewat mukosa hidung dan masuk
dengan cepat kedalam sirkulasi darah karena mukosa hidung kaya akan pembuluh
darah. Pemberian obat secara ini akan dengan cepat memberikan efek , sehingga
kadang kadang disebut sebagai Pra Induksi. Jenis Obat : - Midazolam : 0,2 mg per
kg BB ( untuk anak 1 5 thn ) - Sulfentanil : 1,5 3 U gr per kg BB.
2.5 Permasalahan Dalam Induksi.
Seperti pemberian premedikasi , induksi juga menjadi permasalahan pada bayi
dan anak sehingga penata laksanaan anestesi pada anak mempunyai perhatian
yang khusus. Induksi anestesi harus dilakukan secara halus dan hati hati, penuh
dengan kesabaran dan sebelumnya harus dilakukan pendekatan secara psikologis.
Bahkan ahli anestesi dapat menjadi sahabat baru bagi anak tersebut , yang akan
memudahkan melakukan tindakan anestesi. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
apa yang disebut Stormy Anesthetic Induction yaitu suatu keadaan dimana
induksi anestesi berlangsung tidak mulus yang akibatnya akan menimbulkan
trauma psikis yang dampaknya akan memperlihatkan perubahan perilaku pasca
anestesi / bedah. Sampai saat ini dikenal tiga metode / cara induksi yang lazim
digunakan yaitu Inhalasi , Parenteral dan Per Rectal . Induksi lewat nasal masih
merupakan
1
2
.
.
cara
Keahlian
Faktor
faktor
dan
pengalaman
penderita
usia
pribadi
,
ahli
keadaan
anestesiologi.
umum
dll.
Induksi anestesi pada bayi / anak selalu menimbulkan masalah baik dengan
metoda inhalasi , par enteral maupun per rectal . Pada induksi anestesi inhalasi
bayi akan menahan nafas , kadang kadang timbul spasme laring dan distensi
lambung, pemasangan masker juga sangat sulit . Kesulitan induksi anestesi
cenderung berkurang dengan bertambahnya usia bayi / anak . Anak anak usia pra
sekolah , pada umumnya sulit untuk dipisahkan dari orang tuanya walaupun untuk
sementara. Pada anak yang seperti demikian biasanya induksi anestesi didampingi
oleh orang tuanya dan setelah anak tertidur baru ditinggal. Dari beberapa
penelitian pada usia anak 6 7 tahun membuktikan bahwa kehadiran orang tua
pada saat induksi akan mengurangi rasa`takut dan gelisah sehingga induksi dapat
dilakukan
dengan
baik
dan
berjalan
lancar.
Obat
yang
digunakan
tekanan
darah.
BB.
atau
sumbatan
jalan
nafas.
10
Intramuskular.
Metode ini dipilih apabila ada kesulitan dalam mencari pembuluh darah vena atau
cara induksi lain tidak memungkinkan. Sebenarnya induksi anestesi cara ini lebih
pasti dan praktis dibanding dengan cara induksi per rektal dan dapat dilakukan
pada saat bayi /anak sudah ada dimeja operasi. Kerugian metode ini adalah
suntikan sangat ditakuti anak / bayi dan volume yang diberikan cukup banyak .
Obat yang digunakan biasanya Ketamin ,dosis : 6 10 mg per kg BB dan
biasanya
akan
tidur
setelah
menit.
Intravena.
Keuntungan cara ini adalah selain cepat juga menyenangkan karena dapat berjalan
secara mulus dan cepat, terutama apabila telah terpasang infus. Kerugiannya
biasanya sangat sukar untuk memasang infus dan anak anak / bayi sering berontak
juga kesukaran mencari pembuluh vena . Untuk memudahkan pemasangan infus ,
ada beberapa pegangan : - lakukakan dahulu pendekatan secara psikologis - cari
pembuluh darah yang meyakinkan sehingga dapat sekali tusuk, misalnya vena
dilengan bagian dorsalis. - apabila kesukaran mendapatkan vena , bisa memakai
jarum sayap dahulu, sebaiknya mempergunakan jarum sayap no 25/27 - dapat
memakai anastesi lokal atau spray agar tidak terlalu sakit. - sebelum melakukan
tindakan sebaiknya diberitahukan dahulu - bahwa akan terasa sakit sedikit seperti
digigit
semut.
Obat
obat
yang
dipergunakan
1 . Pentothal . Dapat diberikan pada bayi / anak hanya perlu diiingat neonetus
sangat peka terhadap obat ini dan metabolisme berlangsung lama. Dosis untuk
induksi
bayi
anak
5mg
per
kg
BB
11
lebih cepat dibanding pentothal dan pada anak sering menimbulkan twitching otot
dan singultus apabila dosisnya tinggi. Karena obat ini sering menimbulkan rasa
sakit pada dinding pembuluh darah , maka pemakaian sering dicampur dengan
lidocaine 2% . Liu et al melakukan penelitian pada anak usia 6 15 tahun induksi
anesthesia dengan dosis 1 2 mg per kg BB , memberikan hasil yang baik.
3 . Diazepam . Masa pemulihan obat ini lebih lama dari pentothal atau
methohexitol. Dosis : 0,4 mg per kg BB, diberikan hati hati Karen menimbul kan
rasa
sakit
pada
pembuluh
darah.
4 . Ketamin . Dosis 2 mg per kg BB., dalam waktu 1 2 menit anak sudah tidur ,
dipergunakan untuk tindakan yang tidak memerlukan relaksasi , nafas spontan dan
yang
diutamakan
khasiat
analgetiknya.
5 . Propofol . Cukup efektif untuk anak anak , tapi sering menimbulkan rasa sakit
dan terbakar sehingga cara pemberiannya memerlukan teknik yang khusus.
Dosis
2.5
3,5
mg
per
kg
BB.
diberi rasa dan warna yang menarik. - pemasangan masker jangan langsung
menutupi
Obat
muka.
Anestesi
bisa
memakai
Untuk
tehnik
Inhalasi
single
breath.
.
12
N2O
O2
Induksi dengan gas ini karena tidak berbau , tidak merangsang tetapi induksi
anestesi akan lebih sempurna apabila ditambah gas lain seperti halothane ,
sevorane
isoflurane
sebagai
penu
njang.
Ether.
Karena baunya sangat merangsang dan tidak enak ,sering menimbulkan sekresi
yang berlebihan dan saat ini sudah tidak dipergunakan lagi. Saat induksi hamper
selalu menimbulkan batuk batuk bahkan sampai spasme larynx. Perlu pengalaman
yang
banyak.
Halothane.
Merupakan gas anestesi inhalasi yang sering dipergunakan untuk bayi / anak
karena baunya tidak merangsang dan induksi bisa berjalan mulus dan lancar. Gas
ini sering menimbulkan kejadian yang disebut drug induced hepatitis pada
pemakaian yang berulang terutama pada anak anak usia diatas 14 tahun. Induksi
anestesi berlangsung cepat, mulus dan lancar dibandingkan dengan obat anestesi
lainnya , karena baunya enak dan tidak merangsang. MAC untuk neonatus
0,87%
Bayi
1,02%
Anak
1,20%
dan
dewasa
0,75%
Isoflurane
Koefisien kelarutan gas ini dalam darah sangat rendah dibanding halothan
sehingga secara teoritis induksianestesi dan pemulihan berlangsung sangat cepat.
Gas ini hampir tidak mengalami metabolisme dalam tubuh dan dikeluarkan lewat
paru secara utuh dan sempurna . Baunya agak tidak sedap dan sedikit merangsang
jalan nafas , sehingga kadang kadang bayi / anak menahan nafas atau batuk .
Induksi anestesi dengan isoflurane perlu pengalaman yang cukup dan penuh
perhatian , karena baunya yang tidak sedap dan merangsang jalan nafas dimana
kadang
kadang
bayi
anak
.
akan
menahan
nafas.
Enflurane
Induksi anestesi dengan gas ini tidak begitu lancar dan mulus , anak sering
menahan nafas , batuk batuk , dapat terjadi spasme larynx. Koefisien kelarutan
gas`dalam lemak lebih rendah dari halothan , induksi lebih cepat dari halothan dan
pemulihannyapun lebih cepat.
13
KESIMPULAN
Anestesi pada pediatri terutama saat pemberian premedikasi dan induksi sering
menimbulkan trauma pada anak / bayi. Tehnik pemberian premedikasi dan induksi
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui oral , parenteral dan nasal.
Masing masing tehnik mempunyai keuntungan dan kerugiannya. Setiap ahli
anestesi mempunyai kemampuan yang berbeda dalam melakukan tindakan
anestesi baik untuk premedikasi , induksi maupun tehnik rumatan nya yang
tujuannya adalah untuk mengurangi trauma psikis pada bayi / anak.
14