Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah Singkat CV. Tekindo Grena Mandiri


Perseroan Komanditer CV. Tekindo Grena Mandiri adalah sebuah
perusahaan swasta yang melakukan kegiatan Usaha Pelaksanaan Konstruksi
(Kontraktor) dibeberapa bidang pekerjaan antara lain: Sipil, Arsitektur dan
Tata Lingkungan. Salah satu pekerjaan yang sedang ditangani oleh CV.
Tekindo Grena Mandiri saat ini adalah pemboran air tanah.
Pada tanggal 13 Januari 2012 CV. Tekindo Grena Mandiri didirikan
dibawah pimpinan Bapak Agus Albert Porayouw dengan Nomor: 54
berdasarkan Akta Pendirian Notaris Silvester J. Mambaitfeto, SH dan
didaftarkan pada Kantor Panitera Pengadilan Negeri Kupang dengan
Nomor: 351/Lgs/2014/PN-KPG tanggal 3 Desember 2014. CV. Tekindo
beralamat di RT.020/RW.005 Kelurahan Liliba.
Kemudian pada tanggal 6 Juli 2015 berdasarkan Akta Perubahan
Notaris

Emmanuel Mali, SH, MH dengan Nomor 22 diberikan kuasa

kepada Bapak Deni Meldrik Sioh untuk menangani Pekerjaan Pemboran di


Dinas Pertanian, Pangan & Holtikultura Kabupaten Kupang.
Pekerjaan Pemboran di Dinas Pertanian, Pangan & Holtikultura
Kabupaten Kupang yang ditangani oleh CV. Tekindo Grena Mandiri
Kupang dibawah pimpinan Bapak Deni Meldrik Sioh berlokasi di Desa
Bipolo Kecamatan Sulamu Kabupaten Kupang.
Adapun struktur organisasi dari CV. Tekindo Grena Mandiri dapat
dilihat pada gambar 2.1.
Deni Meldrik Sioh, ST
Kuasa Direktur

Manajer Proyek/ PJT

Divisi Teknik

Administrasi

Logistik

Surveyor

Supporting Staf

Supporting Staf

Supporting Staf

Supporting Staf

Proyek

Proyek

Proyek

Proyek

Sumber : CV. Tekindo Tekindo Grena Mandiri, 2015


Gambar 2.1. Struktur Organisasi CV. Tekindo Grena Mandiri
2.2. Lokasi Dan Kesampaian Daerah
2.2.1. Lokasi Kerja Praktek
Lokasi kerja praktek terletak di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu,
Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2.2.2. Kesampaian Daerah
Perjalanan dari Kupang menuju lokasi kerja praktek yang berjarak
kurang lebih 48 km dari pusat Kota Kupang dapat ditempuh melalui
kendaraan roda dua maupun roda empat dengan waktu tempuh kurang lebih
1 jam 30 menit.

Sumber : Peta Administrasi Kabupaten Kupang, 2010


Gambar 2.2. Peta Lokasi Kegiatan Kerja Praktek
2.3. Iklim Dan Curah Hujan
Iklim di wilayah Kabupaten Kupang sama halnya dengan iklim di
daerah lainnya di Propinsi NTT yaitu musim kering dan musim hujan. Dari
luas wilayah yang ada, 3% atau 7.453 Ha merupakan tanah sawah kering
dan 97% atau 572.365 Ha merupakan tanah kering dalam bentuk
pekarangan dan tegalan (Anonim, 2003).
Iklim di Kabupaten Kupang ditandai dengan musim hujan yang
pendek, yaitu sekitar 3-5 bulan sedangkan musim kemarau mencapai 7-8
bulan. Grafik Sebaran Curah Hujan Kabupaten Kupang dapat dilihat pada
gambar 2.3.

GRAFIK CURAH HUJAN KAB. KUPANG

Curah Hujan (mm)

800

2011

600

2012

400

2013

200

2014

0
Bulan

Sumber : BMKG Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang, 2013


Gambar 2.3. Grafik Sebaran Curah Hujan Kab. Kupang

Grafik di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013 curah hujan


tertinggi terjadi pada bulan Januari dan menurun hingga menjadi nol pada
bulan Oktober. Jika dilihat pada grafik, maka musim hujan telah dimulai
pada bulan November dan meningkat terus hingga bulan Desember dan
puncaknya pada bulan Januari dan selanjutnya menurun hingga memasuki
musim kemarau hingga bulan Oktober.
2.4. Stratigrafi
Stratigrafi dalam arti luas adalah ilmu yang membahas tentang, aturan,
hubungan dan kejadian (genesa) macam-macam batuan di alam dengan
ruang dan waktu, sedangkan dalam arti sempit ialah ilmu pemerian batuan
( Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).
2.4.1. Morfologi
Wilayah kerja praktek terletak di dekat persawahan masyarakat dan di
sekitar lokasi pemboran terdapat beberapa sungai kecil yang mempunyai
debit yang kecil bahkan kering saat musim kemarau dan banjir pada saat
musim hujan. Lokasi kerja praktek berada di daerah dengan ketinggian
rendah, yaitu bekisar 25 175 meter dari permukaan laut.
2.4.2. Geologi Lokal
Berdasarkan pengamatan di lapangan, kondisi litologi pada daerah
kerja praktek berupa lempung, pasir, kerikil dan kerakal. Mengacu pada peta
Geologi skala 1:175.000, secara regional dapat disebandingkan dengan
formasi Aluvium (Qa).

Sumber : Peta Administrasi Kabupaten Kupang, 2010


Gambar 2.4. Peta Geologi Lokasi Kerja Praktek
2.4.3. Hidrogeologi
Berdasarkan peta Hidrogeologi Indonesia skala 1:250.000, kondisi
hidrogeologi

pada

daerah

kerja

praktek

secara

regional

dapat

disebandingkan dengan akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas


atau dengan kata lain akuifer dengan keterusan sedang sampai rendah, muka
air tanah beragam dan debit sumur umumnya kurang dari 5 liter/detik. Peta
Hidrogeologi Lokasi Kerja Praktek dapat dilihat pada gambar 2.5.

Sumber : Peta Administrasi Kabupaten Kupang, 2010


Gambar 2.5. Peta Hidrogeologi Lokasi Kerja Praktek
2.5. Prosedur Pekerjaan Pemboran Dan Konstruksi Sumur
Untuk memulai pekerjaan pemboran di tiap lokasi, kontraktor harus
memberitahukan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) paling lambat
24 jam sebelumnya. Kalau tidak ditentukan lain oleh Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK), maka pemboran akan dilakukan dengan metode Direct


Circulation Mud flush.
Secara umum urutan pekerjaan pemboran dan konstruksi sumur adalah
sebagai berikut:
1. Persiapan Lokasi
Persiapan lokasi ini dilakukan dengan meninjau lokasi di lapangan
secara langsung, menentukan titik bor berdasarkan hasil Geolistrik yang
dilakukan oleh pihak pelaksana, dan melapor pada pejabat pemerintah
setempat.
2. Mobilisasi Peralatan
Setelah peninjauan lapangan secara langsung, penentuan titik bor
yang dilakukan oleh pihak pelaksana, serta melapor pada pejabat
pemerintah setempat maka mobilisasi peralatan pemboran, material,
personil, pembuatan sarana dan prasarana selama pemboran seperti bak
penampung air, bak lumpur, saluran sirkulasi, pendirian rig atau menara
dan lain-lain dapat dilakukan.
Mobilisasi peralatan pemboran serta peralatan bantu dan semua
perlengkapannya memerlukan perhatian yang khusus agar tercapainya
efisiensi tenaga, waktu, dana dan keamanan peralatan.

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015


Gambar 2.6. Mobilisasi Peralatan Pemboran

3. Pemasangan Peralatan Pemboran


Setelah mobilisasi peralatan pemboran, maka tahap selanjutnya
adalah pemasangan peralatan pemboran yang meliputi: pendirian Rig atau
menara, pembuatan bak lumpur, pencampuran bentonit dan lain-lain.

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015


Gambar 2.7. Pendirian Rig atau Menara
Pembuatan bak lumpur dilakukan dengan cara menggali tanah dengan
ukuran 2 x 1 x 1 meter, berfungsi sebagai bak penampung lumpur
pemboran yang akan dialirkan melalui selang bor ke lubang bor.

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015


Gambar 2.8. Bak Lumpur (Mud Pit)
Selanjutnya pemasangan selang bor pada kelly untuk mengalirkan
lumpur pemboran dari mud pit ke swivel (stand pipe). Swivel adalah

bagian teratas dari kelly yang berfungsi memungkinkan lumpur


pemboran untuk bersikulasi tanpa mengalami kebocoran.

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015


Gambar 2.9. Swivel yang merupakan bagian teratas dari kelly
Kelly kemudian dipasangkan pada rangkaian mesin bor. Pada bagian
bawah kelly dipasangkan mata bor. Kelly memiliki panjang rata-rata 5,25
meter dengan diameter 3 inci.

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015


Gambar 2.10. Pemasangan Kelly pada rangkaian mesin bor
Pencampuran bentonit pada bak lumpur yang akan digunakan
sebagai lumpur pemboran dilakukan pada saat kegiatan pemboran akan
dimulai.

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015


Gambar 2.11. Pencampuran Bentonit pada bak lumpur
Pada kegiatan pemboran ini jenis mesin bor yang digunakan adalah
mesin bor XY42.

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015


Gambar 2.12. Mesin Bor Tipe XY42
Mata bor yang digunakan adalah tipe Tricon dengan ukuran 10 inci.

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015

Gambar 2.13. Mata Bor Tricon


4. Pemasangan Pipa Konduktor
Pipa konduktor ini berposisi sebagai struktur dasar yang berfungsi
sebagai penghubung kepala bor dengan permukaan sumur. Pipa konduktor
dipasang sampai pada kedalaman 6 meter dari permukaan tanah dengan
diameter 12 inci.
5. Pemboran Pilot Hole
Pilot Hole dilakukan untuk melihat formasi apakah ada potensi
sumber air supaya tidak terjadi kegagalan atau tidak ada air.
Pilot Hole bertujuan untuk mendapatkan lubang bukaan untuk
keluarnya air tanah (lubang produksi). Pilot Hole dilakukan dengan
menembus kedalaman lebih daripada yang direncanakan. Kelebihan ini
diperlukan untuk memberikan ruang bagi kegiatan konstruksi. Pemilihan
mata bor disesuaikan dengan diameter lubang bor yang direncanakan.
Pemboran Pilot Hole diameter 6-5/8 inci mulai dari kedalaman 6 mter
(di bawah pipa konduktor).
Saat kegiatan pemboran dimulai, lumpur pemboran akan dialirkan
melalui selang menuju kelly dan stang bor menggunakan pompa lumpur.

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015


Gambar 2.14. Selang Lumpur dan Mud Pump Jenis NS 100

Penambahan stang bor dilakukan setiap kedalaman 5 meter. Stang bor


(drill pipe) berfungsi sebagai penyambung mata bor untuk menembus
lapisan batuan, penerus putaran dari rotary table sehingga mata bor bisa
berputar dan juga sebagai saluran sirkulasi lumpur pemboran.
Slip digunakan untuk menahan beban stang bor selama proses
pemboran ini berlangsung.

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015


Gambar 2.15. Slip untuk menahan beban Stang Bor
Selama kegiatan pemboran berlangsung dilakukan pengambilan
cutting setiap 1 meter. Bertujuan untuk mengetahui litologi tiap lapisan
tanah.
Pemboran ini dilakukan hingga mencapai kedalaman 25 meter.

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015


Gambar 2.16. Proses Pengambilan Cutting

6. Air-lift Test
Air-lift Test dilakukan selama 12 jam (bila diperlukan), termasuk
pengukuran EC (Electrical Conductivity) dan pengambilan contoh air
untuk analisa kimia lengkap di laboratorium.
7. Pembesaran Lubang Bor (Reaming)
Lubang hasil pemboran pilot hole biasanya mengalami penyusutan
diameter dikarenakan dinding lubang bor yang sedikit runtuh atau karena
penyerapan air sehingga tanah atau batuan mengembang, oleh karena itu
perlu dilakukannya reaming.
Reaming dilakukan setelah dinyatakan adanya potensi sumber air
melalui pemboran pilot hole. Pemboran pembesaran lubang (reaming)
menggunakan mata bor dengan diameter 10 5/8 inch sampai pada
kedalaman yang ditentukan.
Tujuan pembesaran lubang bor (reaming) adalah:
1) Memberikan kemudahan dalam peletakan pipa dan saringan pada
tahapan konstruksi sumur.
2) Mempermudah peletakan pipa pengantar saat pengisian gravel dan
grouting cement.
3) Mempermudah peletakan pipa pelindung sementara (temporary casing).
8. Konstruksi Sumur
Konstruksi sumur yang sebelumnya telah direncanakan dan
disesuaikan dengan stratigrafi litologi dari hasil cutting, dilakukan
sesegera mungkin setelah dilakukan pembesaran lubang bor (reaming) dan
pembersihan sumur awal.
Berikut adalah tahapan kegiatan dalam konstruksi sumur, antara lain:
1) Instalasi Pipa Pelindung dan Pipa Saringan
Pipa pelindung biasanya hanya dipasang pada litologi yang mudah
runtuh, seperti material lepas. Sedangkan saringan ditempatkan pada
lapisan akuifer mengandung air tanah atau ada zona jenuh air.

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015


Gambar 2.17. Pemasangan Pipa Pelindung dan Saringan

Saringan (screener) memiliki panjang 3 meter dan diameter 6 inci.


Pipa pelindung memiliki panjang 6 meter dan diameter 6 inci.

Pipa Saringan

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015


Gambar 2.18. Saringan dan Pipa Pelindung

2) Uji Ketegaklurusan (Verticality Test)


Uji ketegaklurusan (Verticality Test) dilakukan untuk pemeriksaan
ketegaklurusansumur. Uji ketegaklurusan termasuk dalam tahap konstruksi
sumur agar sumur itu berdiri tegak dan lurus sehingga dalam pompapompa turbin penggerak poros vertikal dapat bekerja lebih baik.

Nilai ketegakan yang diizinkan yaitu bahwa penyimpanan maksimum


yang boleh terjadi tidak lebih dari 8 cm untuk setiap 30 cm kedalaman.
3) Pengisian Kerikil (Gravel Packing)
Setelah tahap pertama dan kedua konstruksi sumur selesai dilakukan,
maka tahap berikutnya adalah pengisian gravel (gravel packing) yang
telah diayak.

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015


Gambar 2.19. Pengayakan Gravel
Kegiatan ini adalah mengisikan gravel yang berukuran 2-5 mm ke dalam
ruang antara dinding sumur atau lubang bor dengan pipa pelindung atau
saringan.

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015


Gambar 2.20. Pengisian Gravel

Pengisian gravel dilakukan bersamaan dengan pemompaan lumpur


dari pompa melalui ruang pipa konstruksi. Pengerjaan pemompaan ini
harus dilakukan dengan mengusahakan agar lumpur keluar melalui
dinding pipa konstruksi dan dinding lubang bor tempat beradanya gravel
diisikan dengan menutup ruangan di dalam pipa konstruksi sumur.
Pemompaan sumur (spulling) bertujuan untuk membuat gradasi gravel
yang dimasukkan sehingga gravel terpilah dengan baik dan padat (wellsorted and solid).

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015


Gambar 2.21. Pemompaan Lumpur
9. Pembersihan Dan Pengembangan Sumur ( Well Development)
Pembersihan sumur dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1) Pengadukan Mekanis (Surging)
Pengadukan mekanis biasanya dilakukan dengan mengangkatmenurunkan secara periodik batang bor di dalam lubang bor yang berisi
fluida bor. Pengocokan mekanis dilakukan secara menerus, dengan

disertai sirkulasi fluida, sampai fluida bor (dalam hal ini biasanya air)
sampai pada kondisi yang terlihat jernih atau dianggap bersih.
2) Penyemprotan Air Bertekanan Tinggi (Water Jetting)
Penyemprotan air bertekanan tinggi dilakukan menggunakan pipa
penghantar dan mesin penyemprot jetting tool. Penyemprotan diarahkan
pada saringan yang terpasang. Penyemprotan dilakukan beberapa kali
dan lebih baik dilakukan secara berurutan juga. Tahapan water jetting
berakhir jika air yang keluar dari sumur sudah benar-benar bersih.
10. Grouting
Penyemenan (grouting) dilakukan pada bagian annulus mulai dari
bagian atas gravel packing sampai ke permukaan tanah.
11. Pencabutan Pipa Konduktor
Setelah proses grouting selesai dilakukan maka tahap selanjutnya
adalah pencabutan pipa konduktor.
12. Pembongkaran Rig
Setelah proses pencabutan pipa konduktor selesai dilakukan maka
tahap selanjutnya adalah pembongkaran rig.
13. Pembuatan concrete slab
Pembuatan concrete slab dengan ukuran 1.5 m x 1.5 m x 0.30 m,
pemasangan tutup sumur (well cap) dan patok sumur.
14. Uji pemompaan (Pumping Test)
Uji Pemompaan (Pumping Test) dilakukan untuk mengetahui
karakteristik akuifer

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015


Gambar 2.22. Persiapan Uji Pemompaan

Sumber : Dokumentasi penulis, 2015


Gambar 2.23. Uji Pemompaan

Anda mungkin juga menyukai