Anda di halaman 1dari 12

Pajanan Panas di Lingkungan Kerja Terhadap Dehidrasi Pada Pekerja

Muhamad Azhan Bin Ramli


102012504
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana,
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
azhanramli@yahoo.com
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Di dalam lingkungan kerja, faktor fisik lebih banyak memberikan pengaruh terhadap lingkungan
sekitarnya dan berakibat langsung terhadap tenaga kerjanya dan salah satunya adalah iklim kerja
yang mencakup suhu lingkungan, kelembapan, kecepatan gerak udara dan panas radiasi. Tubuh
juga menghasilkan panas namun diatur supaya tetap dalam paras yang normal untuk memelihara
kelangsungan fungsi organ tubuh. Biasanya panas dari tubuh terhasil oleh aktivitas sehari-harian
serta tergantung juga kadar metabolism tubuh seseorang. Suhu lingkungan yang tinggi dapat
menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat meningkat dan menyebabkan
kekurangan cairan eksternal. Hal ini lama kelamaan akan berefek terjadinya dehidrasi dimana
adanya ketidak kesimbangan antara asupan cairan dan pengeluaran cairan sama ada asupan
cairan yang berkurang atau kelebihan pengeluaran cairan. Konsenkuensinya, dehidrasi dapat
menyebabkan masalah kesehatan terutamanya pada organ ginjal.
Panas yang dihasilkan selama proses produksi akan menyebar ke seluruh lingkungan kerja,
sehingga mengakibatkan suhu udara lingkungan kerja juga meningkat. Pekerja yang bekerja di
lingkungan tersebut akan mengalami proses evaporasi (melalui keringat yang berlebihan) sebagai
mekanisme kompensasi tubuh untuk mengeluarkan panas dari tubuh. Bila proses kompensasi ini
tidak dibarengi dengan asupan cairan yang mencukupi, maka tubuh akan mengalami kekurangan
cairan. Akibatnya, terjadi dehidrasi, dimana produksi urin akan menurun dan kepekatan urin juga
akan meningkat sehingga akan mendorong kepada kondisi yang lebih parah terjadinya
gangguan ginjal akibat proses yang berulang-ulang.1
Jadi, persaingan di dunia industry semakin lama semakin meningkat dan lebih banyak tenaga
kerja yang diperlukan agar sesebuah industri dapat memproduksi suatu produk dengan
semaksimalnya dan berkualitas, tapi kadang kalanya kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan
pekerja kurang diperhatikan. Justru, perlu perlunya perlindungan kepada pekerja supaya dapat
dicegah terjadinya kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja baik secara
langsung mau pun tidak langsung.

Skenario
Seorang laki-laki berusia 45 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri bila buang air
kecil sejak tadi pagi.
Pembahasan
Pemeriksaan Terhadap Pasien
1. Anamnesis
Merupakan riwayat kesehatan dari seorang pasien dan merupakan informasi yang diperoleh
dokter dengan cara menanyakan pertanyaan tertenu, dan pasien dapat memberikan jawaban yang
sesuai dengan pertanyaan. Sekiranya pasien berada dalam keadaan yang mengakibatkan dia
sukar untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, seorang dokter mampu menggunakan
alloanamnesis, dengan cara menanyakan kepada orang yang terdekat dengan pasien dalam tujuan
untuk mengobati pasien. Informasi haruslah diperolehi selengkapnya untuk menegakkan
diagnosis. Antara yang harus ditanyakan adalah;
1. Nama, usia, jenis kelamin, tinggi, berat badan, pekerjaan
2. Masalah atau keluhan utama pasien beserta riwatnya penyakitnya; Site
Onset
Character
Radiation
Associations
Time
Exacerbating and Alleviating factors
Severity
3. Riwayat kesehatan pada masa lalu
4. Riwayat keluarga
5. Riwayat pendidikan
6. Status sosial keluarga
7. Lingkungan
8. Alergi dan kebiasaan pasien
Antara pertanyaan lain yang bisa ditanyakan pada pasien adalah;a. Apakah punya gejala-gejala lain seperti urin berdarah, BAK sedikit?
b. Adakah terdapat pajanan sewaktu bekerja?
c. Adakah memakai alat pelindung diri sewaktu bekerja?
2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan adalah bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit yang dialami oleh
pasien. Pemeriksaan fisik yang dilakukan harus bersifat umum. Pada pemeriksaan fisik yang
dilakukan adalah melalui pemeriksaan yang sistematis seperti: Observasi umum
Pada pasien diperhatikan keadaan umumnya seperti apa, adakah sakit berat atau tidak.
Diperiksa tahap kesedarannya bagaimana.
Pemeriksaan Tanda Tanda Vital
Pemeriksaan ini harus dijalankan untuk mengetahui kelainan pada tekanan darah, denyut
nadi, suhu kulit dan frekuensi napas.
Pemeriksaan fisik abdomen
Dilakukan inspeksi untuk melihat kelainan yang mungkin terdapat pada bagian rongga
abdomen dan palpasi untuk menentukan jika lokasi yang spesifik terjadinya kelainan
seperti pada kasus pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil jadi palpasi bias dilakukan
pada daerah supra pubis dan pemeriksaan spesifik dengan palpasi ginjal.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
i. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan hemokonsentrasi darah, leukositosis, gula darah, dan juga kadar kreatinin
serum pasien untuk melihat fungsi ginjal. Biasanya pada orang dehirasi adanya
penigkatan kadar hematokrit serta peningkatan serum kreatinin jika ada kelainan pada
fungsi ginjal.
ii. Pemeriksaan Urinalisis
Untuk pemeriksaan urin ruin yang terdiri dari jumlah urin, warna urin, berat jenis,
protein, glukosa dan pemeriksaan sedimen. Digunakan guna urinalisis untuk pemeriksaan
bakteriologi jika terdapat infeksi pada salur kemih.
b. Radiologi
i. Foto Polos Abdomen
Merupakan foto skrining untuk pemeriksaan kelainan urologi, yang dapat diperhatikan
pada foto adalah bayangan, besar dan posisi ke dua ginjal.
ii. Ultrasonografi
3

Pemeriksaan invasive dan tidak menimbulkan efek radiasi. USG dapat membedakan
antara massa padat (hiperechoik) dengan massa kistus (hipoechoik). Pemeriksaan pada
ginjal adalah bertujuan 1) untuk mendeteksi posisi dan keadaan ginjal, 2) sebagai
penuntun saat melakukan pungsi ginjal dan 3) pemeriksaan skrining adanya dugaan
trauma ringan pada ginjal.
4. Pemeriksaan Tempat Kerja
Ditempat kerja diperiksa apa ada kejadian serupa seperti pasien sebelumnya. Memeriksa kondisi
dan keadaan di sekitar kawasan tempat kerja. Adakah terdapat perkara yang bisa mendatangkan
masalah kesehatan berdasarkan faktor pajanan ditempat kerja yang didapatkan oleh pasien baik
pajanan secara kimia, fisik, psikologis, biologis dan ergonomi.
5. Diagnosis Klinis
Dehidrasi ringan adalah diagnosis klinis yang dibuat. Diagnosis PAK (penyakit akibat kerja)
hanya dapat ditegakkan apabila adanya hubungan antara pajanan dengan penyakit yang dialami
pasien. Oleh itu diperlukan anamnesis lanjut menurut 7 Langkah Diagnosis Okupasi untuk
mencari perkaitan antara penyakit yang dialami adalah disebabkan oleh faktor pajanan tertentu
ditempat kerja. Justeru harus diselidiki tentang faktor pajanan seperti apa yang menyebabkan
timbulnya penyakit yang dideritakan oleh pasien baik secara fisik, biologis, kimia, psikologis
dan ergonomi.
Dari yang didapatkan pada kasus pasien mengalami keluhan nyeri bila membuang air kecil sejak
tadi pagi namun kondisi ini dirasakan oleh pasien sejak dua minggu yang lalu. Pasien juga
mengatakan kencingnya sedikit. Kebiasaan makan pasien selesai makan pasien suka minum teh.
Pasien merupakan pekerja di pabrik gelas dimana pekerjaan pasien adalah memasuki bahan
material ke tungku pemanas. Pasien sudah 5 tahun bekerja di pabrik tersebut dan bekerja selama
8 jam sehari. Namun 2 bulan kebelakangan ini produksi meningkat jadi pasien harus bekerja
lebih lama. Pasien juga memberitahukan yang pasien sering keringatan saat bekerja. Dari hasil
pemeriksaan fisik dalam batas normal kecuali lidah pasien kering. Pada pemeriksaan penunjang
dilakukan urinalisis ditemukan adanya kristal di dalam urin (++).
Dehidrasi merupakan gangguan keseimbangan cairan atau air yang disebabkan oleh lebih banyak
cairan yang keluar dari cairan yang masuk. Keadaan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal
antaranya:-1
a. Lingkungan yang terlalu panas
Lingkungan kerja yang terlalu panas akan mengakibatkan proses metabolisme pada
pekerja berjalan lebih cepat karena pekerja akan lebih mudah berkeringat sehingga hal ini
jika tidak diperhatikan akan mengakibatkan dehidrasi pada pekerja.
b. Diare

Diare merupkan gangguan kesehatan yang akan mempenaruhi pengeluaran cairan tubu
sehingga hal ini juga akan mempengaruhi keadaan dehidrasi pada individu.
c. Muntah
Merupakan keluarnya isi lambung sampai ke mulut. Isi muntahan dapat berupa cairan
bercampur makanan atau cairan lambung sahaja.
d. Penggunaan obat deuretik yang mengakibatkan ginjal mengeluarkan sejumlah besar air
dan eletrolit melalui urin.
e. Kurangnya asupan cairan
Akan berpengaruh terhadap kondisi cairan di dalam tubuh karena cairan dalam tubuh
berfungsi dalam proses metabolisme sehingga harus diimbangi dengan asupan cairan
yang cukup untuk menjaga keseimbangan homeostasis.
6. Pajanan yang Dialami
Pajanan yang dialami oleh pasien adalah pajanan fisik yang disebabkan oleh suhu lingkungan di
tempat kerjanya yang terlalu tinggi dan panas. Karena pasien merupakan seorang pekerja di
pabrik gelas dan dari anamnesis pasien bekerja dalam lingkungan suhu yang tinggi dengan
memasukan material ke dalam tungku pemanas dan menerima pajanan dengan cukup lama.
Justeru, adalah wajar untuk mengatakan bahawa pajanan terhadap suhu lingkungan yang tinggi
secara berterusan untuk jangka waktu yang lama menyebabkan pasien mengalami gejala-gejala
dehidrasi seperti lidah kering, jumlah urin sedikit dan ditemukan kristal di dalam urin akibat
proses superkonsetrasi urin oleh karena kurangnya cairan di dalam tubuh.
7. Hubungan Pajanan dengan Penyakit
Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pekerja untuk
dapat bekerja secara optimal. Lingkungan kerja juga dapat mempengaruhi emosi tenaga kerja.
Jika lingkungan kerjanya kondusif dan nyaman bagi pekerja makan segala aktifitas kerja dapat
digunakan secara efektif dan optimal. Namun sebaliknya jika bekerja pada tekanan suhu yang
tinggi akan berpengaruh terhadap tenaga kerja sehingga dapat mempengaruhi metabolisme tubuh
dan berisiko untuk dehidrasi.
Temperatur yang paling baik yang dianjurkan di tempat kerja adalah 24 26oC (suhu kering)
dengan kelembapan 85% - 95% dan suhu basah antara 22 30oC. Batas toleransi untuk suhu
tinggi adalah 35 40oC, kecepatan gerakan udara 0,2 m/detik, dengan kelembapan udara 40% 50% dan perbedaan suhu permukaan 40oC. Sedangkan suhu optimal tubuh untuk
mempertahankan fungsinya adalah sekitar 36,5 39,5oC.2
Di dalam standar nasional Indonesia didapatkan indeks suhu bola basah (ISSB) tidak
diperkenankan untuk melebihi bagi beban kerja ringan: 30 oC, beban kerja sedang: 26,7oC dan
beban kerja berat: 25oC.3
Ada beberapa faktor yang terdapat dalam lingkungan kerja yang biasa menyebabkan timbulnya
penyakit akibat kerja diantaranya:5

a. Faktor Fisik
Adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika yng di dalamnya meliputi iklim
kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu dan medan magnet.
b. Faktor Kimia
Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia yang dapat berupa
dalam partikel padat, cair, gas, kabut, aerosol, dan uap yang berasal dai bahan-bahan
kimia.
c. Faktor biologi
Faktor biologi ditempat kerja biasanya dikenal dalam betuk mikroorganisme seperti virus,
bakteri, jamur, protozoa, cacing, kutu, pinjal, tumbuhan dan juga dalam bentuk
mikkroorganisme seperti binatang berbisa, binatang buas dan sebagainya.
d. Ergonomi
Faktor eronomi merupakan bentuk kesesuaian design alat kerja dengan pekerja sehingga
pekerja saat melakukan kerjanya merasa nyaman dan terhindar dari penyakit akibat kerja
dan kecelakaan kerja.
e. Faktor psikologi
Faktor psikologi dalam lingkungn kerja meliputi hubungan pekerja dengan teman
sejawatnya, atau pekerja dengan atasan atau bawahannya.
Berdasarkan skenario, pasien bekerja dibawah lingkungan bertekanan panas. Tekanan panas di
suatu lingkungan merupakan satuan antara suhu udara, kelembapan, radiasi, kecepatan gerak
udara dan panas metabolisme sebagai aktifitas dari seseorang (secara fisik maupun kimia) yang
dapa mengakibatkan kelelahan, panas krem dan stroke panas.2
Nilai ambang batas tekanan panas menurut ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah yng
berkaitan iklim kerja, Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia,
nomor Per/Men/X/2001 tentang nilai ambang batas faktor lingkungan fisik dan nilai ambang
batas untuk faktor kimia. Nilai ambang batas adalah standar faktor bahaya di tempat kerja
sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.2,3
Pengukuran tekanan panas dapat digunakan dengan alat Heat Stress Monitor yang mengukur
indek suhu basah dan bola (ISSB) dan memperhatikan beban kerja yang dilakukan oleh pekerja;
beban kerja ringan 30,66oC, beban kerja sedang 28,0oC, dan beban kerja berat maksimal 25,9oC.
Tekanan panas diukur menggunakan heat stress monitor pada proses produksi berlangsung.4

Dampak tekanan panas pada lingkungan kerja dapat menimbulkan kelainan atau gangguan
secara klinis dapat dibagi kepada empat yaitu:41) Miliaria Rubra (Heat Rash)

Sering dijumpai pada militer atau pekerja fisik lainnya yang tinggal di daerah iklim
panas. Tampak adanya bintik papulovesikel kemerahan pada kulit yang terasa nyeri bila
kepanasan. Hal ini terjadi sebagai akibat sumbatan kelenjar keringat dan terjadi retensi
keringat disertai reaksi peradangan. Kelainan ni dapat mengganggu tidur sehingga
effesiansi fisiologik menurun dan meningkatkan kelelahan. Merupakan faktor
presdiposisi untuk terjadi faktor yang lebih serius. Adanya kelainan kulit mengakibatkan
proses berkeringat dan evaporasi terhambat sehingga mengganggu proses pendinginan
tubuh.
2) Kejang Panas (Heat Cramps)
Adalah kejang otot yang hebat akibat keringat berlebihan, yang terjadi selama melakukan
aktivitas pada cuaca yang sangat panas Kejang panas disebabkan oleh hilangnya banyak
cairan dan dan eletrolit akibat keringatan yang berlebihan yang terjadi ketika melakukan
aktivitas fisik yang berat. Sering terjadi pada pekerja manual seperti pekerja di ruang
mesin, pekerja pertambangan dan lain lain. Kejang panas seringkali timbul tiba-tiba
mulai dari tangan, betis atau kaki, dan terasa sangat nyeri. Otot menjadi sangat keras,
tegang dan sulit untuk dikendurkan. Kejang panas dapat dicegah dengan resusitasi cairan
dan elektrolit.
3) Kelelahan Panas (Heat Exhaustion)
Merupakan suatu keadaan yang terjadi akibat terkena paparana panas yang lama,
menyebabkan hilanya banyak cairan karena berkeringat menyebabkan kelelahan, tekanan
darah rendah dan kadang pingsan. Gejala utama adalah kelelahan, kelemahan dan
kecemasan yang meningkat, serta keringat berlebihan. Dalam keadaan berdiri yang lama,
penderia akan merasakan pusing karena darah banyak terkumpul di pembuluh darah
tungkai yang melebar akibat panas. Penderita kelihatan lemah, kulit dingin, pucat dan
lembab.
4) Sengatan Panas (Heat Stroke)
Sengatan panas adalah suatu keadaan darurat medik dengan angka kematian yng tinggi.
Pada kelelahan panas, mekanisme pengaturan suhu bekerja berlebihan tetapi masih
berfungsi, sedangkan pada sengatan panas mekanisme pengaturan suhu tidak lagi
berungsi disertai terhambatnya proses evaporasi secara total. Suhu tinggi biasanya
berkaitan dengan pelbagai penyakit seperti pukulan panas, kejang panas, kegagalan
penyesuaian panas, dehidrasi, kelelahan tropis dan miliari.
Tekanan panas berlebihan merupakan beban tambahan (panas lingkungan) dapat menyebabkan
beban fisiologis misanya kerja jantung jadi bertambah. Tekanan panas yang berlebih juga dapat
mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia serta
dapat mengakibatkan rasa letih dan mengantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatnya
jumlah angka kesalahan kerja sehingga dapat menurunkan efisiensi kerja.
Tekanan panas pada lingkungan kerja selain menganggu kenyamanan, juga dapat
memepengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Hal ini disebabkan oleh proses
metabolisme tubuh yang meningkat yang menyebabkan ekskresi cairan melalui keringat dan
7

urin. Ini disebabkan karena perubahan pada kelenjar keringat yaitu meningkatnya jumlah
kelenjar keringat yang aktif serta meningkatnya sekresi kelenjar keringat sehingga keringat yang
dikeluarkan akan berlebih apabila tidak di imbangi dengan asupan cairan yang cukup dan
menyebabkan dehidrasi. Aktifitas fisik pada lingkungan panas dan lembab mengeluarkan
keringat lebih banyak dibandingkan dengan aktifitas fisik pada lingkungan yang dingin dan
kering.
Lingkungan kerja yang panas atau pun jenis pekerjaan yang berat membutuhkan minum 2,8
liter/hari, sedangkan untuk jenis pekerjaan ringan atau pekerjaan dengan suhu lingkungan tidak
panas membutuhkan air minum minimal 1,9 liter/hari. Namun menurut Institute of Medicine
tentang rekomendasi asupan air, kebutuhan cairan pada pekerja dalam lingkungan panas (30 oC
35oC ISSB) dengan intensitas kegiatan fisik aktif sampai sangat aktif adalah sebesar 6-8
liter/hari.5
8. Jumlah Pajanan Yang Cukup
Tekanan panas pada lingkungan kerja mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Meningkatnya proses metabolisme tubuh berakibat kepada meningkatnya ekskresi cairan melalui
keringat dan urin. Aktifitas fisik pada lingkungan panas dan lembab mengeluarkan keringat lebih
banyak dibandingkan dengan aktifitas fisik pada lingkungan yang dingin dan kering. Aktifitas
fisik yang berat juga mempengaruhi proses metabolisme tubuh sehingga berpengaruh terhadap
pengaturan suhu tubuh dimana pada aktifitas berat lebih banyak energi digunakan jadi lebih
banyak panas tubuh akan dihasilkan. Makanya tubuh akan berkompensasi untuk mengatur suhu
tubuh supaya tetap dalam batas normal dengan meningkatkan pengeluaran keringat dan
penghasilan urin.
Pekerjaan seperti di pabrik gelas jelas menunjukkan adanya pajanan yang cukup besar terhadap
tekanan panas. Selain itu memerlukan tenaga kerja manual yang bisa digolongkan dalam beban
kerja berat. Ditambah dengan peningkatan produksi meningkatkan pajanan dimana pasien harus
bekerja lebih lama untuk memenuhi kebutuhan permintaan. Di dalam standar nasional Indonesia
didapatkan indeks suhu basah dan bola (ISSB) tidak diperkenankan untuk melebihi bagi beban
kerja ringan: 30oC, beban kerja sedang: 26,7oC dan beban kerja berat: 25oC.

9. Faktor Individu5
a. Pengetahuan dan Perilaku
Pengetahuan tentang status hidrasi dan segala aspek yang dapat berpengaruh terhadap
status tersebut sangat penting. Seseorang harus mengetahui tentang proses terjadinya
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, dan apa saja yang menyebabkan
8

b.
c.

d.

e.

f.

gangguan status hidrasi seperti terpajan panas, melakukan aktivitas berat sehingga
banyak mengeluarkan keringat, dan minum yang kurang dari kebutuhan sehari-hari.
Kondisi Khusus
-Pekerja hamil memerlukan tambahan setidaknya 300ml asupan air per hari.
- Pekerja yang menyusui memerlukan tambahan 700 ml asupan air per hari.
Penyakit yang Diderita
Penyakit yang diderita oleh seseorang terutamanya yang berhubungan dengan
keseimbangan cairan dan elektrolit akan sangat berpengaruh terhadap statushidrasi
seseorang. Penyakittersebut antara lain demam, pendarahan, dan diare. Selain itu
penyakit yang berhubungan dengan fungsi ginjal juga berpengaruh, antara lain hipertensi,
diabetes mellitus, dan penyakit kardiovaskuler. Asupan cairan tambahan yang diperlukan
sebaiknya dengan anjuran dokter.
Obat-obatan yang diminum
Beberapa jenis oba dan suplemen diketahui mempunyai pengaruh terhadap fungsi ginjal
sehingga akan mempengaruhi proses keluarnya urin dari dalam tubuh. Oleh itu, tidak
dianjurkan minum obat-obatan dan suplemen dalam jangka panjang tanpa konsultasi
dokter.
Pakaian Kerja
Pemakain jenis pakaian kerja dan pelindung tertentu dapat menghambat pengeluaran
panas dari dalam tubuh seperti cooling vest. Selain itu tambahan berat pakaian pelindung
juga meningkatkan panas metabolik.
Alat Pelindung Diri
Pemakaian alat pelindung diri seperti masker dan respirator tidak memungkinkan pekerja
minum secara leluasa.

10. Faktor Lain di luar Pekerjaan


Berdasarkan kasus ini tidak terdapat faktor lain diluar dari pekerjaan pasien sebagai pekerja di
pabrik gelas yang bisa menyebabkan atau memperberat gejala yang dialami pasien.
11. Diagnosis Okupational
Pasien mengalami rehidrasi ringan diperberat oleh kerja. Hal ini dapat diperhatikan bahwa pasien
bekerja dalam lingkungan suhu yang tinggi dengan pajanan yang cukup lama. Dehidrasi
merupakan gangguan keseimbangan cairan atau air yang disebabkan oleh lebih banyak cairan
yang keluar dari cairan yang masuk. Keadaan ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang terlalu
panas yang akan mengakibatkan proses metabolisme pada pekerja berjalan lebih cepat karena
pekerja akan lebih mudah berkeringat sehingga hal ini jika tidak diperhatikan akan
mengakibatkan dehidrasi pada pekerja.
12. Tatalaksana
Secara prinsip tatalaksana yang dilakukan adalah dengan memenuhi kebutuhan cairan pasien.
Pada dasarnya seorang pekerja harus mengkonsumsi jumlah cairan yang cukup untuk
9

menggantikan cairan tubuh yang hilang selama bekerja agat tingkat hidrasinya dapat terjaga
dengan baik. Untuk itu di setiap tempat kerja harus tersedia air minum dalam jumlah yang cukup
di lokasi yang mudah terjangkau untuk dapat dikonsumsi pekerja secara teratur.5
Pilihan utama untuk mempertahankan tingkat hidrasi yang baik adalah dengan mengkonumsi air
secukupnya. Air yang baik adalah air yang dingin (10-15 oC) dan tidak berbau. Sangat tidak
dianjurkan untuk mengonsumsi cairan yang mengandung soda, kafein, kadar gula tinggi atau
alcohol karena justru akan mempermudah dehidrasi.5
Lakukan pemeriksaan berkala dengan mengamati tanda-tanda dehidrasi agar tubuh tidak
kekurangan air. Ciri paling mudah yaitu dengan bibir mulai terasa kering. Itu artinya sinyal dari
tubuh bahwa tubuh mulai kekurangan air. Bila tubuh kekurangan cairan 1-2% , maka akan timbul
rasa haus, lelah, lemah, tidak nyaman, dan kehilangan nafsu makan. Gejala dengan dehidrasi
semakin parah apabila kulit mulai memerah, elastisitas kulit menurun, adanya penurunan jumlah
urin serta warna urin yang pekat.5
13. Pencegahan
Langkah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya gangguan kesehatan akibat iklim kerja
panas adalah dengan memastikan pekerja dalam status dehidrasi yang baik sebelum mulai kerja.
Penting dijaga agar pekerja tetap berada dalam kondisi hidrasi yang cukup baik selama bekerja
dengan konsumsi air yang cukup. Untuk itu diperlukan penilaian terhadap iklim kerja dan beban
kerja untuk menetukan tingkat kebutuhan cairan pekerja.
a. Pemantauan Lingkungan Kerja
Dalam menentukan kebutuhan cairan selama bekerja diperlukan penilaian kondisi lingkungan
kerja. Iklim kerja perlu dinilai setiap hari, terutamanya di tempat kerja luar ruangan dengan
fluktuasi cuaca yang cukup esktrim. Hasil dari penilaian ini akan menentukan langkah
pencegahan yang dapat dilakukan secara spesifik.5
b. Edukasi dan Pelatihan bagi Pekerja
Setiap pekerja harus mendapatkan informasi yang baik dan benar tentang lingkungan kerja di
tempat kerja. Adapun hal-hal yang harus disampaikan setidaknya mencakup beberapa hal seperti
berikut;-5
1. Dampak pajanan panas terhadap kesehatan dan faktor-faktor lain yang turut berperan
terhadap munculnya gangguan kesehatan akibat panas.
2. Cara untuk dapat secara dini mengenali tanda dan gejala gangguan kesehatan yang
muncul.
3. Cara mencegah munculnya gangguan kesehatan serta langkah-langkah penanganan yang
perlu dilakukan.
4. Pentingnya proses aklimatisasi
10

5.
6.
7.
8.

Pentingnya konsumsi air secara teratur (sekalipun tidak merasa haus)


Dampak konsumsi alcohol dan obat pada iklim kerja panas
Menggunakan alat pelingdung diri yang disediakan secara benar
Prosedur tanggap darurat bila muncul gangguan kesehatan akibat pajanan panas.

c. Penilaian dan Proses Aklimatisasi


Aklimatisasi adalah proses bertahap yang memerlukan waktu supaya tubuh menjadi terbiasa
dengan suhu esktrim di lingkungan. Setelah mengalami aklimatisasi pekerja dapat bekerja
dengan lebih baik. Perubahan fisiologis yang terjadi pada keadaan aklimatisasi adalah
menurunnya denyut jantung dan pengeluaran keringat menjadi lebih cepat, lebih banyak dan
lebih encer karena konsentrasi garam dalam keringat berkurang sebagai upaya tubuh
memudahkan penguapan dan menurunkan temperature kulit dan tubuh.6
13. Prognosis
Prognosis pada pasien tersebut adalah baik. Terapinya cukup dengan resusitasi cairan dan ektrolit
dan mencegah berlakunya komplikasi yang lebih mempeparah kondisi kesehatannya.
Kesimpulan
Tekanan panas dapat menimbulkan terjadinya dehidrasi dan jika tidak dicegah sedini mungkin
boleh berakibat ke kondisi yang lebih perparah seperti kelelahan panas, sengatan panas dan lainlain. Pencegahan yang paling utama adalah pengendalian panas di linkgungan kerja, menjaga
keseimbangan cairan tubuh dengan menum sesuai kebutuhan dan tekanan panas yang ada di
lingkungan kerja. Diteksi dini jika diduga dehidrasi dapat diperhatikan sesegera mungkin dengan
menilai warna urin. Segera minum sesuai kebutuhan, bila tidak ada perbaikan dan keluhan makin
memberat segera ke dokter untuk terapi.

Daftar Pustaka
1. Bates GP, Schneider J. Hydration status and physiological workload of UAE construction
workers: A prospective longitudinal observational study. Journal of occupational medicine and
toxicology, 2008, 3:12.
11

2. Sumamar PK. Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta; Cetakan, 2009. Hal. 151-164
3. Soeripto. Hygiene Industri. Jakarta; Fakultas Kedokteran Indonesia, 2008.
4. Bernard TE. Thermal stress in fundamentals of industrial hygiene. Edited by Barbara AP. 5 th
ed. NSC Press, 2002.
5. Direktoral Kesehatan Kerja Kementrian Kesehatan RI bekerjasama Perhimpunan Spesialis
Kedokteran Okupasi Indonesia. Pedoman kebutuhan cairan bagi pekerja agar tetap sehat dan
produktif. Edisi 1. Jakarta, 2014.
6. Heat Ilness Prevention Program. California State University; Long Beach, April 2006.

12

Anda mungkin juga menyukai