Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Pengembangan kesehatan masyarakat yang dilakukan melalui Puskesmas


didasarkan pada misi didirikannya Puskesmas sebagai pusat pengembangan
kesehatan (Centre For Health Development) di wilayah kerja tertentu. Puskesmas
merupakan organisasi pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk
masyarakat yang tinggal di suatu wilayah tertentu. Salah satu upaya yang
dilaksanakan Puskesmas adalah pengadaan peralatan dan obat-obatan yang
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Mengingat pengobatan merupakan
salah satu kegiatan Puskesmas maka penyediaan peralatan dan obat-obatan perlu
pengelolaan yang baik dan benar.
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut
aspek perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat yang
dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis
perbekalan farmasi dan alat kesehatan, dengan memanfaatkan sumber-sumber
yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana, dan perangkat lunak (metoda dan tata
laksana) dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan diberbagai tingkat unit
kerja.
Pengelolaan obat bertujuan memelihara dan meningkatkan penggunaan
obat secara rasional dan ekonomis di unit-unit pelayanan kesehatan melalui
penyediaan obat-obatan yang tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tempat.
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) merupakan salah satu
contoh pengelolaan obat yang bermanfaat untuk mengendalikan tingkatan stok,

perencanaan distribusi, perencanaan kebutuhan obat dan memantau penggunaan


obat.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Identifikasi Kebutuhan Obat untuk 5 Penyakit Terbanyak di Puskesmas


Pulorejo Bulan Juli 2013
Dari 2222 kunjungan pasien selama bulan Juli 2013, terdapat lima
penyakit terbanyak di Puskesmas Pulorejo berdasarkan data kunjungan sakit dan
kunjungan resep pada bulan Juli tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Data Kunjungan Sakit
No Urut
Penyakit
Terbanyak
1.
2.
3.
4.
5.

Kode
ICD
(A09 )
( J06 )
(I.10 )
(K92 )
(K31 )

Nama Penyakit

Diare
Infeksi saluran pernafasan atas
Hipertensi
Colic Abdomen
Abdomen

Jumlah

202
157
53
44
41

Daftar kebutuhan obat pilihan dari 5 penyakit terbanyak berdasarkan data


kunjungan resep bulan Juli 2013 :
1. Diare dan gastreonteritis lainya yang diduga karena infeksi

Kotrimoksazol

Becarbon/Norit

Metronidazole

2. Infeksi akut pernafasan atas lainnya

Antibiotik :
a)

Amoksisilin kapsul 250 mg

b)

Amoksisilin kapsul 500 mg

c)

Amoksisilin sirup 125mg/5ml

d)

Viccilin vial injeksi 1 gram

Antipiretik, analgetik:
a) Paracetamol tablet 500mg
b) Paracetamol tablet 100mg
c) Paracetamol sirup 120mg/5ml
d) Ibuprofen tablet 400 mg
e) Ibuprofen tablet 200 mg

Ekspektoran :
a) Gliseril guaiakolat tablet 100 mg
b) OBH Sirup

Antitusif :
a) Dekstrometorpan tablet 15 mg
b) Dekstrometorpan sirup 10 mg/5ml

Dekongestan :
a) Efedrin HCl tablet 25mg

Antihistamin
a) Chlorfeniramin maleat tablet 4 mg
Anti inflamasi
a) Deksametason tablet 0,5 mg
3. Hipertensi

Antihipertensi :
a) Captopril tablet 25mg
b) Hidroklortiazid (HCT) tablet 25mg

c) Nifedipin 10mg
4. Penyakit oesophagus, lambung dan usus dua belas jari

Antasida tablet

Antasida syrup

Ulsikur injeksi (cimetidin)

Ranitidin ampul

5.

Gangguan gusi, periodental dan tulang alveolaris (jaringan


penyangga gigi)

Antibiotik
a)

Amoksisilin kapsul 250 mg

b)

Amoksisilin kapsul 500 mg

c)

Amoksisilin sirup 125mg/5ml

d)

Metronidazole tablet 250 mg

Analgetik
a)

Asam mefenamat kaplet 500 mg

b)

Antalgin tablet 500 mg

Jumlah keperluan obat berdasarkan data jumlah penderita selama bulan Juni 2010
dari 5 penyakit terbanyak diatas : (Lampiran 1)
Analisa jumlah keperluan obat berdasarkan data jumlah penderita dalam 1
bulan :
Contohnya : obat Gliseril Guaiakolat (GG) untuk penyakit ISPA. Pemberian
gliseril guaiakolat pada tiap kasus ISPA sesuai kunjungan resep yaitu rata-rata 3
kali sehari selama 3 hari. Jadi rata-rata pasien mendapat obat 10 biji. Jadi bila

jumlah kasus ISPA selama 1 bulan sejumlah 156 berarti pemakaian obat GG
kurang lebih 1560 biji.

Jumlah pemberian obat pada tiap kasus =


{ obat sekali minum x frekuensi minum perhari} x hari minum obat
Jumlah pemakaian GG = { 1 biji x 3 kali } x 3 hari = 10 hari
Jumlah keperluan GG berdasarkan jumlah kasus ISPA dalam 1 bulan =
10 x 156 = 1560 biji.
Pada lampiran 1 tertulis bahwa jumlah pemakaian GG selama 1 bulan
sebesar 2.588 biji sedangkan menurut hasil analisa sebesar 1560 biji. Hal ini
membuktikan bahwa pengeluaran obat secara garis besar tidak sesuai dengan
kunjungan resep. Jumlah pemakaian yang lebih besar dibandingkan dengan hasil
analisa kemungkinan karena pasien yang sama datang berobat dengan keluhan
sama kemudian diberikan obat GG lagi atau obat GG diberikan untuk waktu lebih
dari 3 hari. Jadi berdasarkan analisa salah satu contoh obat dapat disimpulkan
bahwa pemakaian obat yang tertera di LPLPO tidak sesuai dengan kunjungan
resep.
b.2 Harga untuk Pengadaan Obat
Pengadaan obat di puskesmas Pulorejo berasal dari 2 macam yaitu obat
yang berasal dari pemerintah (DINKES) dan obat yang diadakan sendiri oleh
puskesmas (SWADANA) . Obat yang dipasok oleh DINKES disediakan untuk
kebutuhan selama 2 bulan. Apabila suatu saat persediaan obat tersebut kurang dari
jumlah yang dibutuhkan, maka pihak Puskesmas tidak dapat mengajukan
permohonan pengadaan obat ke DINKES.
Obat SWADANA pengadaannya dilakukan tiap 1 bulan sekali. Penetapan
harga untuk obat SWADANA tersebut melibatkan peran serta kepala puskesmas
dan tim pengadaan. Pasien yang mendapat obat SWADANA ini adalah pasien
umum atau non askes, dan pasien askes namun dikenakan tambahan biaya.
Daftar jumlah kebutuhan obat berdasarkan data jumlah penderita dan
harga pengadaan obat SWADANA berdasarkan 5 penyakit terbanyak selama
bulan Juli 2013 terdapat pada lampiran 1.

b.3 Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas di Puskesmas untuk Tim


Obat dan Alat Kesehatan
Pada puskesmas Pulorejo, terdapat tim khusus yang menangani
manajemen obat dan alat kesehatan yaitu tim pengadaan, tim pemeriksa,
bendahara barang, dengan kepala puskesmas sebagai penanggungjawab. Tim
pengadaan terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota masing-masing 1 orang. Tim
pengadaan ini bertugas untuk mengelola perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian, dan pemantauan obat. Dalam pelaksanaannya, manajemen obat
tersebut dipegang oleh 1 orang yang merupakan anggota dari tim pengadaan. Tim
pemeriksa terdiri dari ketua dan 1 orang anggota. Tim pemeriksa bertugas untuk
memeriksa obat dan alat kesehatan yang sudah diterima untuk memastikan
kecocokan antara LPLPO/faktur penjualan dengan obat dan alat kesehatan yang
diterima. Bendahara barang terdiri dari ketua dan anggota masing-masing 1 orang
yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan.
Bendahara barang di sini menerima alat kesehatan yang telah diadakan oleh tim
pengadaan.

Bagan 1. Struktur organisasi manajemen obat dan alat kesehatan


KEPALA PUSKESMAS

TIM PENGADAAN

BENDAHARA BARANG

TIM PEMERIKSA

Bagan 2. Alur distribusi obat dan alat kesehatan di Puskesmas Ploso


DINKES TK IIGUDANG FARMASI
KABUPATEN (GFK)

KAMAR
OBAT/APOTIK
Melayani kebutuhan
obat di Puskesmas

UNIT-UNIT

Poli
UGD
KIA
Lab

PUSTU, POSYANDU,
POLINDES

Pustu Mojoagung
Pustu JOmpu

Obat yang telah diterima dari DINKES (GFK) dan apotik swasta masuk ke
kamar obat/ apotik yang sekaligus menyimpan semua obat yang masuk dari

DINKES karena di puskemas pulorejo masih belum mempunyai gudang obat


puskesmas induk. Setelah diperiksa oleh tim pemeriksa lalu obat-obatan
didistribusikan ke kamar obat, unit-unit seperti poli, UGD, KIA, laboratorium,
dan pustu-pustu. Stok obat yang berada di UGD dan KIA digunakan untuk
pemberian yang bersifat segera misalkan pemberian obat emergensi, pemasangan
infus, rawat luka, dll. Setelah itu, pasien atau keluarga pasien diberi resep untuk
mengganti obat maupun alat kesehatan yang telah digunakan untuk ditebus ke
kamar obat yang kemudian diserahkan kembali ke unit tersebut. Sedangkan di
poli, kebanyakan pasien hanya di beri resep yang di tebus ke kamar obat.
Untuk PUSTU obat-obat yang telah keluar direkap untuk laporan
pengeluaran obat dan alat kesehatan. Bila stok obat habis, bagian tersebut berhak
mengadakan permintaan obat dan alat kesehatan ke puskesmas pulorejo.

2.4 Perencanaan Kebutuhan Obat dan Alat Kesehatan


Perencanaan obat di Puskesmas dimaksudkan agar ketersediaan obat di
unit pelayanan dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan dana yang tersedia
secara efektif dan efisien, sehingga dapat dihindari tumpang tindih penggunaan
anggaran perencanaan obat dan mengurangi kemungkinan menumpuknya suatu
jenis obat tertentu.
Dasar yang digunakan dalam menetapkan perencanaan kebutuhan obat
dan alat kesehatan di puskesmas adalah berdasarkan pemakaian 1 bulan terakhir
(dari 5 penyakit terbanyak, jumlah kunjungan pasien, dan permintaan dari hasil
pelayananan di klinik di polindes, pustu, dan apotik). Untuk obat dari DINKES,
perencanaan kebutuhan didasarkan atas pemakaian obat 1 bulan terakhir dikali 3
yang diperuntukkan selama 2 bulan. Untuk obat SWADANA perencanaannya

10

didasarkan pemakaian obat 1 bulan terakhir dikali 2 yang diperuntukkan selama 1


bulan. Obat-obat SWADANA disediakan untuk pasien-pasien umum atau non
askes maupun maskin yang dikenakan tambahan biaya.
Berdasarkan sistem perencanaan tersebut, puskesmas Plulorejo telah
menerapkan prinsip preventif management. Hal itu dapat dilihat dengan
permintaan yang diberi tambahan persediaan obat untuk 1 bulan ( persediaan obat
yang sesuai untuk waktu 3 bulan digunakan untuk waktu 2 bulan), sehingga
diharapkan dapat mengatasi kebutuhan obat pada kasus emergensi. Selain itu,
khusus untuk kasus emergensi, dapat meminta sewaktu-waktu pada gudang obat
farmasi DINKES atau dengan SWADANA di apotik tertentu.

2.5 Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan


Pengadaan atau permintaan obat di puskesmas dilakukan untuk
memperoleh jenis dan jumlah obat, obat dengan mutu yang tinggi, menjamin
tersedianya obat dengan cepat dan tepat waktu. Oleh karena itu pengadaan atau
permintaan obat harus memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa obat yang
diminta atau diadakan sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang telah
direncanakan.
Pengadaan atau permintaan obat di puskesmas, baik yang melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten/GFK maupun SWADANA dilakukan dengan mengajukan
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). LPLPO untuk obat
DINKES ini dibuat tiap 2 bulan sekali atau bila ada KLB atau obat habis bisa
meminta sewaktu-waktu ke GFK (DINKES) tanpa harus menunggu jatuh tempo 2
bulan, sedangkan alat kesehatan dilakukan setahun sekali sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan setiap akhir tahun. Obat dipesan melalui gudang obat
farmasi. Pengadaan obat SWADANA dilakukan tiap 1 bulan sekali. Tidak ada tim

11

pengadaan khusus dari staf farmasi yang ditunjuk. Pengadaan hanya dipegang
oleh satu orang pengelola obat.
2.6 Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan
Penyimpanan obat ditujukan untuk menjaga kestabilan obat. Semua obat
DINKES disimpan di ruangan farmasi khusus obat, yang disusun di rak kayu
(tanpa kaca) dan rak dengan kaca. Obat DINKES dan obat SWADANA yang
terdapat di kamar obat/apotik disusun di almari kaca dan untuk membedakannya
puskesmas menyediakan rak terpisah. Sedangkan obat lain yang perlu suhu dingin
diletakkan dalam lemari pendingin. Secara umum persyaratan penyimpanan obat
didasarkan atas:
-

Tidak terkena sinar matahari langsung,


Disimpan dalam suhu kamar,
Mudah terjangkau
Obat tertentu yang membutuhkan suhu dingin diletakkan dalam lemari

pendingin
Obat disusun berdasarkan urutan alfabet dan sesuai dengan sediaan obat
Obat juga disusun berdasarkan yang sering digunakan agar mudah terjangkau.

12

2.7 Pemantauan Obat dan Alat Kesehatan


Terdapat buku khusus untuk mencatat keluar masuk obat dan alat
kesehatan. Untuk obat-obatan tidak disimpan terlebih dahulu di gudang obat
karena puskesmas pulorejo masih belum mempunyai gudang obat yang khusus,
obat yang datang dari DINKES langsung di simpan dikamar obat puskesmas
pulorejo, kecuali obat untuk imunisasi disimpan di lemari pendingin di ruangan
KIA , sedangkan untuk alat kesehatan disimpan sementara di puskesmas
kemudian didistribusikan langsung pada tiap-tiap unit yang memerlukan.
Mekanisme keluar masuknya obat tergantung penggunaan dari pihak
puskesmas pulorejo serta berdasarkan tanggal kadaluarsa. Untuk mencocokkan
dengan buku keluar masuk, maka masing-masing obat di catet dalam buku
khusus. Pencatatan obat dilakukan setiap kali ada obat yang masuk maupun
keluar (tanpa jadwal yang tetap). Untuk obat-obat yang telah kadaluarsa dicatat
dalam bentuk berita acara yang kemudian dikembalikan ke gudang farmasi untuk
dihanguskan.
Pemantauan obat dan alat kesehatan dilakukan oleh 1 orang yang sama
dengan pengelola manajemen obat dan alat kesehatan. Pemantauan obat dilakukan
sebulan sekali, sedangkan alat kesehatan dilakukan setahun sekali. Pemantauan
(khususnya obat) mencakup laporan dari masing-masing unit kerja (polindes,
pustu, apotik). Kemudian pada masing-masing periode pelaporan diserahkan
kepada kepala puskesmas sebagai penanggung jawab untuk dipantau lebih lanjut.
Jaminan kualitas obat tidak dapat diketahui secara pasti oleh karena
pengadaan obat-obatan tersebut dari pusat, dimana yang bertanggungjawab atas
kualitas obat dalam hal ini adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Dari segi keamanan, dengan sistem manajemen obat di puskesmas Pulorejo sudah
dapat terjamin keamanannya. Bila ada perubahan fisik dari obat, maka obat

13

disingkirkan dan dianggap sebagai obat keluar, kemudian obat dijadikan satu
untuk dilaporkan mengenai langkah pemusnahannya kepada DINKES. Dalam hal
ketersediaan obat, tidak ditemukan masalah yang cukup berarti.
2.8 Mekanisme Pemeliharaan dan Perbaikan Alat Kesehatan
Tanggung jawab pemeliharaan alat kesehatan dilakukan oleh masingmasing ruangan (BP, KIA, rawat inap, laboratorium, poli gigi). Bila ada
kerusakan pada alat kesehatan, laporan ditujukan pada bendahara barang,
kemudian dilaporkan kepada kepala puskesmas sebagai penanggung jawab. Lalu,
untuk perbaikannya tergantung dari tingkat kerusakan alat kesehatan tersebut.
Bila ringan dan memungkinkan, alat kesehatan tersebut diperbaiki oleh petugas
alat kesehatan, namun bila kerusakan cukup berat dan membutuhkan anggaran
yang besar maka dilaporkan kepada kepala puskesmas.
Sistem pemeliharaan alat kesehatan di puskesmas Pulorejo bersifat aktif
atau pasif. Aktif pada pemeliharaan oleh masing-masing unit kerja atau unit
kesehatan lainnya di luar puskesmas (polindes, pustu) dan pasif pada pelaporan
dari masing-masing unit kerja dan unit kesehatan lainnya (pustu, polindes).
Pelaporan alat kesehatan diberikan kepada

kepala puskesmas sebagai

penanggung jawab alat kesehatan.


2.9 Form yang Digunakan di Puskesmas Pulorejo
Form yang digunakan di puskesmas Pulorejo terdiri dari :
a)
Kartu stok adalah kartu yang dipergunakan untuk mencatat mutasi obat
(penerimaan dan pengeluaran) dan harus berada di ruang obat puskesmas.
Fungsinya dari kartu stok obat puskesmas adalah :
-

Untuk mencatat mutasi obat (penerimaan dan pengeluaran).


Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan pemakaian obat
dengan format Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

14

(LPLPO/LB2) dan sebagai data pembanding terhadap keadaan fisik obat


dalam tempat penyimpanan.
Form ini mencatat tanggal transaksi, pihak pemberi (gudang farmasi obat)
atau penerima obat (Polindes/Pustu/Apotik), jumlah obat yang diterima dari
pihak pemberi dan jumlah obat yang dikeluarkan untuk pihak penerima obat,
sisa stok obat pada ruang obat puskesmas, tanggal kadaluarsa. Informasi dan
manfaat kartu stok :
o Informasi
Jumlah obat yang tersedia (sisa stok)
Jumlah obat yang diterima selama 1 bulan/1 periode
Jumlah obat yang keluar selama 1 bulan/1 periode
Jangka waktu/lama kekosongan obat
Neraca pemasukan dan pengeluaran obat
o Manfaat
Untuk pengisian LPLPO/LB2
Menentukan jenis dan jumlah permintaan obat
Mengawasi neraca pemasukan dan pengeluaran obat.

Gambar 1. Kartu stok gudang obat puskesmas


b. Kartu Stelling

15

Kartu ini digunakan hanya untuk mencatat tanggal dan jumlah obat yang
keluar atau masuk serta sisa obat.

Pada Puskesmas Pulorejo tidak di

pergunakan kaartu stelling.


c. Laporan penggunaan psikotropika
Digunakan khusus untuk mencatat pihak pemberi atau penerima obat
golongan psikotopika, jumlah obat golongan psikotropika yang diterima dari
pihak pemberi dan jumlah obat golongan psikotropika yang dikeluarkan
untuk pihak penerima obat, serta stok awal dan akhir obat golongan
psikotropika yang ada di gudang puskesmas. Pencatatan pada form ini
dilakukan tiap bulan.
d. Laporan penggunaan narkotika
Digunakan khusus untuk mencatat pihak pemberi atau penerima obat
golongan narkotika, jumlah obat golongan narkotika yang diterima dari pihak
pemberi dan jumlah obat golongan narkotika yang dikeluarkan untuk pihak
penerima obat, serta stok awal dan akhir obat golongan narkotika yang ada di
gudang puskesmas. Pencatatan pada form ini dilakukan setiap bulan.
e. Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat dinas kesehatan
Digunakan untuk mencatat jumlah penerimaan, pemakaian, stok awal dan sisa
stok obat dan alat kesehatan habis pakai yang ada di puskesmas, tujuan
pemberian obat (PKD/ASKES/APBD/lain-lain). Pencatatannya dilakukan
setiap bulan.

16

Gambar 3. Laporan pemakaian dan lembar obat (LPLPO)


f. Laporan inventaris peralatan kesehatan puskesmas
Digunakan untuk mencatat jumlah alat kesehatan pada masing-masing unit
(ruangan-ruangan di puskesmas, pustu, polindes), keadaan alat kesehatan,
kebutuhan, pengadaan sendiri, permintaan serta penerimaan alkes. Pencatatan
pada form ini dilakukan setiap tahun.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan data internal 5 penyakit terbanyak puskesmas Pulorejo pada
bulan Juli 2013 adalah diare, infeksi akut pernafasan atas, hipertensi;
penyakit colic abdomen, dan abdomen; Diare menempati urutan pertama
dengan pilihan terapi pilihannya yaitu ..........................................
2. Pengadaan obat di puskesmas Pulorejo berasal dari 2 macam yaitu obat
yang berasal dari pemerintah (DINKES) dan obat yang diadakan sendiri

17

oleh puskesmas (SWADANA). Harga pengadaan obat SWADANA


melibatkan peran kepala puskesmas dan tim pengadaan.
3. Di puskesmas Pulorejo, terdapat tim khusus yang menangani manajemen
obat dan alat kesehatan yaitu tim pengadaan, tim pemeriksa, bendahara
barang, dengan kepala puskesmas sebagai penanggung jawab.

18

c.2 Saran
1.

Perlu penambahan petugas dalam proses pengadaan obat dan bagian


pelayanan di kamar obat, sehingga dalam pelaksanaan manajemen obat
maupun pelayanan di puskesmas menjadi lebih ringan dan terorganisir.

2.

Penyimpanan obat-obat yang telah kadaluwarsa hanya pada satu tempat,


sehingga dalam proses pembuatan berita acara, pengecekan dan
pengembalian ke Gudang farmasi.

3.

Perlu di adakannya ruangan khusus Gudang Obat di puskemas pulorejo


sehingga ruangan kamar obat tidak dijadikan satu sebagai tempat
penyimpanan obat dari gudang obat farmasi.

4.

Pencatatan keluar masuk obat di UGD sebaiknya didata dengan baik dan
perlu penambahan jenis maupun jumlah obat yang tersedia di UGD.

19

Anda mungkin juga menyukai