Anda di halaman 1dari 13

1

LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama

: Tn. MA

Usia

: 45 tahun

Alamat

: Kali Buntu, Pabedilan, cirebon

Status Marietal

: Menikah

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Buruh

Suku

: Sunda

Pendidikan terakhir

: SMA

Tanggal pemeriksaan : 02 Maret 2015


ANAMNESIS
Keluhan utama

Anamnesa Umum

Pasien merasa nyeri

nyeri pada hidung


sejak

1 minggu yang lalu, nyeri dirasakan pada

pangkal hidung awalnya dan sekarang nyeri juga dirasakan pada wajah atau
daerah pipi. Nyeri dirasakan pasien secara tiba-tiba dan hilang timbul. Nyeri
akan lebih terasa pada saat istirahat. Selain nyeri, pasien juga mengeluhkan
adanya rasa bau yang tidak enak pada kedua hidung muncul 1 minggu yang
lalu setelah terasa nyeri. Pasien juga megeluh kedua hidung terasa
tersumbat, keluhan dirasakan bersamaan dengan nyeri.

Penurunan

penciuman pada hidung disangkal, rasa gatal pada hidung disangkal, sering
bersin-bersin disangkal, batuk disangkal, demam disangkal.

Pasien belum berobat sebelumnya, pasien juga tidak mengkonsumsi obat


sebelumnya untuk mengatasi keluhan ini.

Riwayat penyakit sebelumnya

Riwayat sakit gigi (+)

Riwayat alergi debu, maknan dan binatang disangkal

Riwayat trauma disangkal

Riwayat sakit seperti ini sebelumnya disangkal

Riwayat penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan seperti pasien

Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
: Pasien tampak sakit ringan
Kesadaran
: Composmentis E4V5M6
Tanda-tanda Vital: Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 90x/menit
Nafas
: 24x/menit
Suhu

Status General
Kepala
Leher
Toraks

Abdomen
Status Lokalis

Organ
Telinga
Retroaurikular
Aurikular
CAE
Membrane Timpani

Hidung (luar)

Vestibulum

: 360 C

: Ca (+/+)
Si (-/-)
: KGB
: pulmo: normotoraks (Rh -/-) (Wh -/-)
Cor : BJ + ,murmur - ,gallop
: datar, lembut, nyeri tekan - ,peristaltic +
Kelainan

Dextra

Sinistra

Bengkak
Kemerahan
Fistula
Bengkak
Kemerahan
Fistula
Serumen
Secret
Intak
Reflex cahaya
Bulging
Perforasi
Bentuk
Inflamasi
Nyeri tekan
Deformitas
Bentuk

Normal
+
Normal

+
Normal
+
Normal

Cavum nasi
Meatus media
Konka nasi inferior
Septum nasi

Nyeri tekan

Ulkus
Bentuk
Sekret
Mukosa hiperemis
Sekret
Masa
Mukosa hiperemis
Edema
Mukosa hiperemis
Deviasi
Benda asing
Perdarahan
Ulkus
Sinus Frontalis
Sinus Maksilaris

Normal
+
+
+
+
+

Normal
+
+
+
+
+

Mulut dan orofaring:


Mukosa
: hiperemis (-)
Lidah
: bersih, basah
Palatum molle
: tenang, ulkus (-), hiperemis (+)
Gigi
: caries (+)
Uvula
: simetris, tidak hiperemis
Leher:
Kelenjar getah bening : Pembengkakan (-)
Masa
: (-)
RESUME
Seorang bapak beruaisa 45 tahun datang ke poli THT-KL dengan keluhan
utama nyeri pada hidung. Pasien merasa nyeri sejak 1 minggu yang lalu, nyeri
dirasakan pada pangkal hidung awalnya dan sekarang nyeri juga dirasakan pada
wajah atau daerah pipi kanan dan kiri. pasien juga mengeluhkan adanya rasa bau
yang tidak enak pada kedua hidung muncul 1 minggu yang lalu setelah terasa
nyeri. Pasien juga megeluh kedua hidung terasa tersumbat, keluhan dirasakan
bersamaan dengan nyeri. Pasien belum berobat sebelumnya, pasien juga tidak
mengkonsumsi obat sebelumnya untuk mengatasi keluhan ini. Riwayat sakit gigi
positif.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal, status
lokalis didapatkan mukosa hidung hiperemis, sekret (+), konka inferior hipertrofi
dan hiperemis, nyeri pada pangkal hidung (+), nyeri pada sinus maksilaris (+),
caries gigi (+), telinga dan nasooropharynx dalam batas normal
DIAGNOSIS BANDING

Rhinosinusitis akut maksila dekstra dan sinistra

Rhinitis Alergi

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto waters

Expertise Foto Waters:

Sinus frontalis D/S normal

Sinus maksilaris D/S tampak perselubungan dengan air fluid level (+)

Penebalan konka kanan dan kiri

Kesimpulan : suspek sinusitis maksilaris duplex dengan hipertrofi konka

DIAGNOSA KERJA
Rhinosinusitis akut maksila dekstra dan sinistra
PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa :
Edukasi agar menjaga higenitas gigi dan mulut
Edukasi cara membuang ingus yang benar
Medikamentosa :
Antibiotik oral 10-14 hari
Dekongestan
Pencuci rongga hidung

PROGNOSIS

Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanam

: bonam
: bonam
: dubia et bonam

TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Rinosinusitis adalah penyakit peradangan mukosa yang melapisi hidung
dan sinus paranasalis dan masalah umum pada anak-anak dengan infeksi
saluran pernapasan atas (Poachanukoon et al., 2012). Rinosinusitis merupakan
terminologi dari rhinitis dan sinusitis. Rhinitis adalah radang pada mukosa
hidung. Diagnosis rhinitis biasanya dibuat berdasarkan adanya keluhan rinore,
hidung tersumbat, dan bersin-bersin, atau hidung gatal. Sinusitis didefinisikan
sebagai inflamasi pada sekurang-kurangnya satu sinus. Gejala sinusitis
bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat. Pasien anak dengan sinusitis
biasanya datang dengan keluhan batuk kronik, post nasal drip, dan sakit
kepala. Rinosinusitis ini merupakan inflamasi yang sering ditemukan dan akan
terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis diklasifikasikan dalam 3 kriteria,
yaitu rinosinusitis akut, rinosinusitis subakut dan rinosinusitis kronik
(Arivalagan et al, 2013).
Ada delapan (empat pasang) sinus paranasal pada manusia, terletak
pada masing-masing sisi hidung, yang terdiri dari sinus frontal kanan dan kiri,
sinus etmoid kanan dan kiri (anterior dan posterior), sinus maksila kanan dan
kiri (antrum Highmore), dan sinus sphenoid kanan dan kiri. Seluruh rongga
sinus dilapisi mukosa yang merupakan lanjutan dari mukosa hidung, berisi
udara, dan bermuara ke rongga hidung melalui ostium masing-masing. Pada
masa anak dan remaja, lapisan mukosa ini sering mengalami infeksi dan

inflamasi,

sehingga

meningkatkan

angka

kesakitan,

tetapi

jarang

meninmbulkan komplikasi yang memerlukan pengobatan seumur hidup. Sinus


paranasal berfungsi untuk resonansi suara, humidifikasi udara, dan
meringankan kepala (Daulay et al., 2008).
2. Epidemiologi
Sinus etmoid dan sinus maksila telah terbentuk sempurna sejak lahir.
Sinus sphenoid mengalami penumatisasi pada usia 5 tahun, sedangkan sinus
frontal terbentuk pada usia 7 tahun, tetapi belum berkembang sempurna
hingga masa remaja. Sejak awal kehidupan, anak sudah merupakan faktor
predisposisi rinosinusitis paranasal. Pada anak yang lebih muda, sinus etmoid
dan sinus maksila sering terlibat, selain itu kejadian rinosinusitis akut sedikit
lebih banyak daripada IRA-atas atau adenoiditis. Pada anak yang lebih tua,
sinus sphenoid dan frontal lebih sering terlibat dan rhinitis alergik lebih sering
terjadi. Kejadian rinosinusitis, berturut-turut pada bayi, anak usia 5-9 tahun,
dan remaja, masing-masing adalah 1%, 5%, dan 15%. Rhinitis alergik
merupakan faktor predisposisi pertama terjadinya rinosinusitis paranasal,
sedangkan IRA-atas lainnya merupakan faktor predisposisi kedua (Daulay et
al., 2008).
3. Etiologi
1. Infeksi virus : Virus penyebab tersering adalah coronavirus, rhinovirus,
virus influenza A, dan respiratory syncytial virus (RSV).
2. Infeksi bakteri
a. Patogen akut dan subakut
1) Streptococcus pneumonia, 20-30%.
2) Haemophillus influenza, 15-20%.
3) Moraxella catharallis, 15-20%, tidak sering yang dijumpai pada
dewasa.
4) Streptococcus pyogenes (beta-hemolitik), 5%.
b. Patogen kronis
Populasi bakteri pathogen pada rinosinusitis tidak diketahui dengan
pasti. Rinosinusitis kronis umumnya disebabkan oleh infeksi berbagai
mikroba.

Hasil

kultur

yang

paling

sering

dijumpai

adalah

Streptococcus

-haemolyticus,

Staphylococcus

aureus,

Staphylococcus koagulase-negatif, Haemophillus influenza nontipe


(lebih sering daripada rinosinusitis akut), Moraxella catharallis,
bakteri anaerob, (Peptostreptococcus prevotella, Bakteroides, dan
spesies Fusobakterium), dan Pseudomonas (paling sering ditemukan
pada kelompok pasien yang memakai bermacam-macam antibiotik dan
kelompok dengan imunodefisiensi) (Ramadan, 2011; Daulay et al.,
2008).
4. Klasifikasi Rinosinusitis
Berdasarkan lamanya

gejala, terdapat banyak versi mengenai

pembagian rinosinusitis. Secara mudah dalam klinis dikategorikan akut atau


kronik. The Consensus Panel for Pediatric Rhinosinusitis yang terdiri dari
para ahli di Eropa dan US, membaginya menjadi beberapa kategori:
Rinosinusitis akut, yaitu infeksi sinus dengan resolusi dan gejala yang
komplit dalam waktu 12 minggu. Rinosinusitis akut dapat dikategorikan
menjadi severe atau nonsevere berdasarkan gejala klinis yang timbul.
American Academy of Pediatrics (AAP 2001) membagi kelompok ini
menjadi akut dan sub-akut. Akut apabila gejala kurang dari 30 hari dan subakut bila gealanya antara 30-90 hari (12 minggu). Rinosinusitis kronik, yaitu
infeksi sinus dengan gejala yang ringan-sedang yang menetap lebih dari 12
minggu. Rinosinusitis akut berulang, yaitu beberapa episode akut dengan
diselingi masa sembuh diantara 2 episode. Sebaliknya jika diantara 2 episode
pasien tidak pernah sembuh benar maka dikategorikan sebagai eksaserbasi
akut rinosinusitis kronik sinus (Daulay et al., 2008).
5. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Tatalaksana medis yang maksimal meliputi ketepatan pemberian
antibiotik, irigasi nasal dengan salin, steroid topikal, dan dekongestan.
a. Antibiotik pada rinosinusitis akut

Pemberian

antibiotik

merupakan

pengobatan

medis

utama

rinosinusitis pada anak. Pengobatan diberikan selama 10-14 hari atau


satu minggu setelah perbaikan gejala. Karena meningkatnya prevalensi
bakteri yang resisten terhadap beta-laktam di masyarakat, antibiotik
sebaiknya diberikan berdasarkan etiologi infeksi, dan harus didukung
oleh anamnesis dan pemeriksaan fisis dengan sangat hati-hati.
Rinosinusitis akut tanpa komplikasi pada anak menunjukkan
perbaikan setelah pengobatan dengan amoksisilin. Pengobatan ini
merupakan pengobatan lini pertama rinosinusitis anak, karena secara
umum amoksisilin efektif, aman, dapat ditoleransi, murah, dan
berspektrum sempit. Anak yang alergi penisilin (hanya reaksi alergi,
bukan hipersensitivitas tipe 1) diberikan sefalosporin generasi kedua
atau

ketiga.

Selain

itu

dapat

juga

digunakan

trimetoprim-

sulfametoksazol (70-80% gejala biasanya membaik dengan obat ini


dalam 2-3 hari) (Mangunkusumo, 2007).
b. Terapi tambahan pada rinosinusitis akut
Efikasi irigasi sinus dengan salin pada pengobatan rinosinusitis akut
dan kronis telah dapat dibuktikan. Tujuan pengobatan rinosinusitis
adalah untuk meningkatkan pergerakan mukosiliar dan vasokonstriksi.
Mekanisme ini akan membuang sekret, mengurangi jumlah bakteri, dan
membebaskan alergen di sekitar lingkungan hidung.
Steroid nasal sangat berguna untuk anak dengan rinitis alergik.
Dilaporkan bahwa 90% penyandang akan menunjukkan perbaikan
gejala termasuk kongesti nasal. Absorpsi melalui mukosa nasal ke
aliran darah sistemik sangat minimal. Supresi aksis hipofisis dan
glaukoma dilaporkan hanya terjadi pada dewasa. Beberapa steroid nasal
sedang diteliti keamanannya pada anak usia muda. Pemilihan obat harus
dilakukan dengan sangat hati-hati.
Efektivitas dekongestan nasal bevariasi. Dekongestan topikal dapat
memperbaiki keadaan dan memberikan rasa nyaman. Vasodilatasi
rebound dapat dicegah dengan memberikan dekongestan nasal selama

10

4-5 hari pertama pengobatan medis. Efektivitas mukolitik sangan


bervariasi. Hingga saat ini belum ada studi kontrol yang dilakukan
untuk mengetahui efektivitasnya. Antihistamin kebanyakan digunakan
pada anak dengan atopik. Pemberian imunoterapi akan efektif bila
alergen spesifiknya diketahui (Daulay et al., 2008).
b.

Tindakan bedah
I.

Adenoidektomi
Secara bermakna, terdapat gejala tumpang tindih antara adenoiditis
dengan rinosinusitis kronis. Adenoid rentan terhadap infeksi dan
sumber

obstruksi.

Dengan

hanya

melakukan

adenoidektomi,

penyembuhan gejala mencapai lebih dari 50%.


II. Tindakan bedah sinus dengan fungsional endoskopi
Tindakan bedah merupakan pilihan pengobatan terakhir pada
rinosinusitis anak. Teknik atraumatik dengan pemeliharaan mukosa
sangat penting. Kebanyakan tindakan bedah berupa pengangkatan
unsinatus, etmoidektomi anterior, dan antrostomi maksila. Keberhasilan
tindakan bedah mencapai lebih dari 80%. Apabila tindakan bedah
dilakukan bersamaan dengan adenoidektomi, keberhasilan pengobatan
akan lebih besar.
Prosedur kedua adalah pembersihan rongga dan pengangkatan debris
2-3 minggu setelah tindakan bedah. Tindakan ini tidak rutin dilakukan
dan tidak ada data yang menyokong keharusan prosedur ini dilakukan.
Pencucian sinus maksilaris dan pemberian antibiotik intravena tidak
dilakukan secara universal. Pasien membutuhkan nasal toilet pasca
operasi dan pengobatan kondisi medis yang terkait. Khusus untuk
pasien fibrosis kistik dibutuhkan tindakan bedah sinus untuk
meningkatkan efektivitas irigasi (Daulay et al., 2008).
6. Pencegahan
Nasal toilet yang dilakukan sebaik mungkin dengan menggunakan
irigasi salin, mungkin merupakan suatu cara untuk mencegah eksaserbasi
rinosinusitis akut dan kronis. Pengendalian maksimal kondisi terkait dan

11

pasien dianjurkan untuk mengindari pajanan iritan dari lingkungan seperti


asap rokok (Daulay et al., 2008).
7. Prognosis
Prognosis rinosinusitis akut umumnya baik. Penanganan rinosinusitis
kronis sangat sulit, tetapi dengan tatalaksana optimal kondisi terkait dan
tatalaksana medis secara menyeluruh, maka prognosis menjadi baik.
Tindakan operasi sangat jarang dibutuhkan (Daulay et al., 2008).

ANALISIS DATA
1. Anamnesis
Seorang bapak beruaisa 45 tahun datang ke poli THT-KL dengan
keluhan utama nyeri pada hidung. Pasien merasa nyeri sejak 1 minggu
yang lalu, nyeri dirasakan pada pangkal hidung awalnya dan sekarang
nyeri juga dirasakan pada wajah atau daerah pipi kanan dan kiri. pasien
juga mengeluhkan adanya rasa bau yang tidak enak pada kedua hidung
muncul 1 minggu yang lalu setelah terasa nyeri. Pasien juga megeluh
kedua hidung terasa tersumbat, keluhan dirasakan bersamaan dengan
nyeri. Pasien belum berobat sebelumnya, pasien juga tidak mengkonsumsi
obat sebelumnya untuk mengatasi keluhan ini. Riwayat sakit gigi positif.
Gejala yang dirassakan oleh pasien merupakan nyeri pada hidung
dan pipi, berbau dan tersumbat pada hidung.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal,
status lokalis didapatkan mukosa hidung hiperemis, sekret (+), konka
inferior hipertrofi dan hiperemis, nyeri pada pangkal hidung (+), nyeri
pada sinus maksilaris (+), caries gigi (+), telinga dan nasooropharynx
dalam batas normal
3. Diagnosis banding

12

Rhinitis Alergi: kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore,


rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang

diperantarai oleh IgE.


Rhinosinusitis akut: infeksi sinus dengan resolusi dan gejala yang komplit
dalam waktu 12 minggu

4. Diagnosis kerja
Pasien didiagnosis rhinosinusitis akut maksila dekstra and sinistra
didasarkan pada anamnesis dimana didapatkan nyeri pada hidung dan pipi,
berbau dan tersumbat pada hidung. .
5. Penatalaksanaan
Pemberian antibiotik (amoxcilin) merupakan pengobatan medis utama.
Pengobatan diberikan selama 10-14 hari atau satu minggu setelah
perbaikan gejala. Pemberian dekongestan topikal dapat memperbaiki
keadaan dan memberikan rasa nyaman.
6. Pencegahan
Nasal toilet yang dilakukan sebaik mungkin dengan menggunakan
irigasi salin, mungkin merupakan suatu cara untuk mencegah eksaserbasi
rinosinusitis akut dan kronis. Pengendalian maksimal kondisi terkait dan
pasien dianjurkan untuk mengindari pajanan iritan dari lingkungan seperti
asap rokok.
7. Prognosis
Prognosis rinosinusitis akut umumnya baik. Penanganan rinosinusitis
kronis sangat sulit, tetapi dengan tatalaksana optimal kondisi terkait dan
tatalaksana medis secara menyeluruh, maka prognosis menjadi baik.
Tindakan operasi sangat jarang dibutuhkan.

13

Anda mungkin juga menyukai