Anda di halaman 1dari 22

Anatomi Makroskopik Ginjal

Gambar 1-1.
Ren
dextra
dilihat dari anterior
ANATOMI MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK GINJAL
ANATOMI MAKROSKOPIK GINJAL
Kedua ginjal (ren) berfungsi mensekresikan sebagian besar produk sisa
metabolisme. Ren mempunyai peran penting mengatur keseimbangan
air dan elektrolit di dalam tubuh dan mempertahankan keseimbangan
asam-basa darah.
Ren bewarna coklat-kemerahan dan terletak di belakang
peritoneum, tinggi pada dinding posterior abdomen samping kanan dan
kiri columna vertebralis; dan sebagian besar tertutup oleh arcus
costalis. Ren dextra terletak sedikit lebih rendah dibanding ren sinistra
karena adanya lobus hepatis dexter yang besar. Bila diaphragma
berkontraksi pada waktu respirasi, kedua ren turun ke arah vertikal
sampai sejauh 2,5 cm. Pada kedua margo medialis ren yang cekung,
terdapat celah vertikal yang dibatasi oleh pinggir-pinggir substansi ren
yang tebal dan disebut hilum renale. Hilum renale meluas ke suatu
ruangan yang besar, disebut sinus renalis.
Ren mempunyai selubung sebagai berikut:
Capsula fibrosa, meliputi dan melekat de
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 1

ngan erat pada permukaan luar ren.


Capsula adiposa, meliputi capsula fibrosa
Fascia renalis, merupakan kondensasi jaringan ikat yang terletak di
luar capsula adiposa serta meliputi ren dan glandula suprarenalis. Di
lateral, fascia ini melanjutkan diri sebagai fascia transversalis.
Corpus adiposum pararenale, terletak di luar fascia renalis dan
sering didapatkan dalam jumlah besar. Corpus adiposum pararenale
membentuk sebagian lemak retroperitoneal.

Letak
Ren Dextra
Anterior
Flexura coli dextra
Colon ascendens
Duodenum (II)
Hepar (lob. dextra)
Mesocolon transversum

Posterior
M. psoas dextra
M.
quadratus
lumborum
dextra
M. transversus abdominis
dextra
N. subcostalis (VT XII) dextra
N. ileohypogastricus dextra
N. ileoinguinalis (VL I) dextra
Costae XII dextra

Ren Sinistra
Anterior
Posterior
Flexura coli sinistra
M. psoas sinistra
Colon descendens
M.
quadratus
lumborum
Pancreas
sinistra
Pangkal
mesocolon M.
transversus
abdominis
transversum
sinistra
Lien
N. subcostalis (VT XII) sinistra
Gaster
N. ileohypogastricus sinistra
N. ileoinguinalis (VL I) sinistra
Pertengahan costae XI & XII
sinistra

VASKULARISASI REN
Arteria renalis berasal dari aorta abdominalis setinggi vertebra lumbalis II.
Masing-masing arteria renalis biasanya bercabang menjadi arteriae
segmentales yang masuk ke dalam hilum renalis, empat di depan dan
satu di belakang pelvis renalis. Arteiae ini mendarahi segmen-segmen atau
area renalis yang berbeda. Arteriae lobares berasal dari arteria
segmentalis, masing-masing satu buah untuk satu pyramid renalis.
Sebelum
masuk
substansia
renalis,
setiap
arteria
lobaris
mempercabangkan dua atau tiga arteriae interlobares. Arteriae
interlobares berjalan menuju cortex di anatara pyramides renales. Pada
perbatasan cortex dan medula renalis, arteriae interlobares bercabang
menjadi arteriae arcuatae yang melengkung di atas basis pyramides
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 2

renales. Arteriae arcuatae mempercabangkan sejumlah arteriae


interlobulares yang berjalan ke atas di dalam cortex. Arteriol aferen
glomerulus, yang masuk ke kapsul Bowman, merupakan cabang arteriae
interlobulares.
PERSARAFAN REN
Serabut plexus renalis. Serabut-serabut aferen yang berjalan melalui plexus
renalis masuk ke medulla spinalis melalui nervi thoracici X, XI, dan XII.

ANATOMI MIKROSKOPIK GINJAL


Glomerulus
Glomerulus adalah massa kapiler yang berbelit-belit terdapat
sepanjang perjalanan arteriol, dengan sebuah arteriol aferen
memasuki glomerulus dan sebuah arteriol eferen meninggalkan
glomerulus. Diameter arteriol aferen lebih besar dibanding diameter
arteriol eferen dan akibatnya glomerulus menjadi sebuah sistem yang
bertekanan relatif tinggi, membantu pembentukan cairan jaringan
dalam jalinan kapiler.
Epitel parietal, yaitu podosit, mengelilingi sekelompok kecil
kapiler dan di antara ansa kapiler dekat arteriol aferen dan eferen
terdapat tangkai dengan daerah bersisian dengan lamina basal
kapiler yang tidak dilapisi endotel. Dalam daerah seperti itu terletak
sel mesengial. Sel ini berbentuk bintang mirip perisit ang dijumpai
di tempat lain dengan cabang-cabang sitoplasma yang kadangkadang meluas di antara endotel dan lamina basal. Sel mesangial ini
dapat berkerut jika dirangsang oleh angiotensin, dengan akibat
berkurangnya aliran darah dalam kapiler glomerulus. Selain itu, sel
mesangial dianggap bersifat fagositik dan akan bermitosis untuk
proliferasi pada beberapa penyakit ginjal.
Berdekatan dengan glomerulus, sel-sel otot polos dalam tunika
media arteriol aferen bersifat epiteloid. Intinya bulat dan
sitoplasmanya mengandung granula, walaupun granula itu tak
tampak dengan pulasan rutin hematoksilin dan eosin. Sel-sel ini
adalah sel Juksta-glomerular (JG). Dalam arteriol aferen, lamina
elastika interna tidak ada, sehingga sel JG berdekatan dengan
endotel, jadi berdekatan dengan darah dalam lumen. Sel-sel itu juga
berhubungan erat dengan makula densa, suatu bagian khusus
tubulus kontortus distal yang terdapat di antara arteriol aferen dan
eferen. Makula densa tidak mempunyai lamina basal. Berhubungan
dengan sel yang bergranul, terdapat beberapa sel warna pucat yang
disebut sel Lacis atau sel mesangial ekstraglomerular. Fungsinya
tidak diketahui, akan tetapi mungkin menghasilkan eritropoietin
(EPO), hormon yang merangsang eritropoiesis di dalam sumsum
tulang.
Sel JG menghasilkan enzim yang disebut renin. Dalam darah,
renin mempengaruhi angiotensinogen (suatu protein plasma) untuk
menghasilkan angiotensin I. Bentuk ini tidak aktif, akan tetapi
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 3

diubah menjadi angiotensin II oleh sekresi suatu enzim konversi


yang terdapat dalam paru (angiotensin converting enzyme/ACE).
Angiotensin II berperan terhadap korteks adrenal dan menyebabkan
pelepasan aldosteron yang pada gilirannya mempengaruhi tubulus
renal (terutama tubulus distal) untuk menambah reabsorpsi natrium
dan klorida; jadi air yang menambah volume plasma. Angiotensin II
juga merupakan suatu vasokonstriktor yang kuat.
Kapsul Bowman
Kapsul Bowman, pelebaran nefron yang dibatasi epitel, diinvaginasi
oleh jumbai kapiler glomerulus sampai mendapatkan bentuk seperti
cangkir yang berdinding ganda. Terdapat rongga berupa celah yang
sempit, rongga kapsula, di antara lapisan luar atau parietal (epitel
kapsula) dan lapisan dalam atau viseral (epitel glomerulus) yang
melekat erat pada jumbai kapiler. Korpuskel ginjal mempunyai polus
vaskular, tempat arteriol aferen dan eferen masuk dan keluar
glomerulus dan tempat lapisan kapsula membalik untuk melapisi
pembuluh darah sebagai lapisan viseral. Korpuskel ginjal juga
mempunyai polus urinarius pada sisi sebelahnya, tempat rongga
kapsula berhubungan dengan lumen tubulus kontortus proximal dan
tempat epitel parietal (gepel) melanjutkan diri pada epitel kuboid atau
silindris rendah tubulus kontortus proximal.
Lapisan parietal kapsul Bowman tersusun dari epitel selapis
gepeng dengan inti agak menonjol ke rongga kapsula. Pada polus
urinari, sel-sel gepeng ini bertambah tinggi melebihi 4-5 sel untuk
berhubungan dengan epitel silindris rendah yang melapisi dinding
tubulus kontortus proximal. Lapisan viseral epitel melekat erat pada
kapiler glomerulus dengan inti sel-sel epitel ini pada sisi kapsula
lamina basal, akan tetapi tidak membentuk lembaran yang utuh dan
sel-selnya telah mengalami perubahan.
Sel ini disebut podosit dan pada dasarnya berbentuk bintang,
dengan badan selnya yang hampir tidak pernah melekat pada lamina
basal kapiler glomerulus, akan tetapi terpisah sejauh 1-2 m.
Tubulus Kontortus Proximal
Tubulus kontortus proximal, mulai dari polus urinarius korpuskel ginjal,
panjangya hampir 14 mm dengan diameter luar 50-60 m. Tubulus ini
berakhir sebagai saluran yang lurus dan berjalan menuju berkas
medular yang paling dekat tempat tubulus melanjutkan diri dengan
ansa Henle.
Pada pangkalnya terdapat bagian sempit yang disebut leher
(neck), tempat terjadinya peralihan yang mendadak dari epitel
gepeng (parietal) kapsul Bowman ke epitel selapis silindris rendah
tubulus proximal. Sel-sel tubulus proximal bersifat eosinofilik dengan
batas sikat (brush border) dan garis-garis basal (basal striations)
dan lumen biasanya nyata lebar. Batas sel tak jelas karena sistem
interdigitasi yang rumit dan membran plasma lateral sel-sel yang
bersisian.
Ansa Henle
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 4

Segmen tipis. Peralihan dari pars descendens yang tebal (tubulus


proximal pars rekta) ke segmen tipis biasanya mendadak, berselang
beberapa sel dengan perubahan epitel kuboid dan torak rendah ke
gepeng. Diameter luar segmen tipis hanya 12-15 m, dengan
diameter lumen relatif besar, sedangkan tinggi epitel hanya 1-2 m.
Segmen tebal. Peralihan segmen tipis ke segmen tebal tiba-tiba,
dengan sel-sel yang bertambah tinggi dari gepeng sampai kuboid.
Pada nefron panjang, perubahan terjadi di pars ascendens. Pada
nefron pendek, perubahan biasanya terdapat pada pars descendens
sehingga segmen tebal membentuk ansa. Melihat strukturnya,
segmen tebal mirip tubulus kontortus distal pars kontorta, akan tetapi
tinggi epitel lebih pendek dan inti cenderung menonjol ke lumen. Pars
rekta tubulus distal berjalan dari medula ke korteks, menuju korpuskel
renal asal dan menempati tempat bersisian dengan arteriol aferen
dan eferen sebagai makula densa, dengan demikian membentuk
bagian akhir ansa Henle.
Tubulus Kontortus Distal
Di daerah makula densa, nefron melanjutkan diri sebagai tubulus
kontortus distal yang menempuh perjalanan yang pendek berkelokkelok di korteks dan berakhir dekat sebuah berkas medula dengan
melanjutkan diri ke dalam duktus koligens. Tubulus kontortus distal
lebih pendek dari tubulus kontortus proximal sehingga pada sediaan
tampak dalam jumlah yang lebih kecil, diameter lebih kecil dan selselnya kuboid lebih kecil dan tidak mempunyai brush border.
Biasanya 6-8 inti tampak dalam potongan melintang. Umumnya sel
kurang mengambil warna bila dibandingkan dengan sel-sel tubulus
kontortus proximal. Di dalam sitoplasma bagian basal terdapat
interdigitasi tonjolan-tonjolan sel lateral yang rumit mirip dengan
yang tampak pada tubulus proximal. Hal ini memberikan gambaran
bergaris pada bagian basal sel dan merupakan mekanisme pompa
natrium yang aktif dari cairan tubular. Setiap tubulus kontortus distal
dihubungkan oleh saluran penghubung pendek ke duktus koligens
yang kecil.
Duktus Koligen
Duktus koligen atau duktus eksretorius bukan merupakan bagian dari
nefron. Setiap tubulus kontortus distal berhubungan dengan duktus
koligens melalui sebuah cabang sampai duktus koligen yang pendek
yang terdapat dalam berkas medular; terdapat beberapa cabang
seperti itu. Duktus koligen berjalan dalam berkas medula menuju
medula. Di bagian medula yang lebih ke tengah, beberapa duktus
koligens bersatu untuk membentuk duktus yang besar yang bermuara
ke apeks papila. Saluran ini disebut duktus papilaris (Bellini)
dengan diameter 100-200 m atau lebih. Muara ke permukaan papila
sangat besar, sangat banyak dan sangat rapat, sehingga papila
tampak seperti sebuah tapisan (area cribrosa).
Sel-sel yang yang melapisi saluran ekskretorius ini bervariasi
ukurannya, mulai dari kuboid rendah di bagian proximal sampai
silindris tinggi di duktus papilaris utama. Batas sel teratur dengan
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 5

sedikit interdigitasi dan umumnya sel tampak pucat dengan beberapa


organel. Duktus koligen menyalurkan kemih dari nefron ke pelvis
ureter dengan sedikit absorpsi air yang dipengaruhi oleh hormon antidiuretik (ADH).

Struktur detail
Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11 cm dan
ketebalan 5 cm dengan berat sekitar 150 gram. Ginjal memiliki bentuk seperti
kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap ginjal terdapat
bukaan yang disebut hilus yang menghubungkan arteri renal, vena renal, dan
ureter.
Organisasi
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut
medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal
manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran
pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut
kapsula. Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah
lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron
berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan
dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urin. Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen
penyaring yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh
saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler
darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap
glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari
glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat
disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan
kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma
darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang
telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen. Di antara darah
dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula Bowman terdapat
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 6

tiga lapisan:
1. kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus
2. lapisan kaya protein sebagai membran dasar
3. selapis sel epitel melapisi dinding kapsula Bowman (podosit)
Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus,
melewati ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula
Bowman dalam bentuk filtrat glomerular. Filtrat plasma darah tidak
mengandung sel darah ataupun molekul protein yang besar. Protein dalam
bentuk molekul kecil dapat ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia
melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 liter per menit,
menghasilkan 125 cc filtrat glomerular per menitnya. Laju penyaringan
glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi ginjal.
Jaringan ginjal. Warna biru menunjukkan satu tubulus
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang
mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi
proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada
tubulus konvulasi distal. Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya
yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle
menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk
filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang
menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk
menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian
besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus
kolektivus melalui osmosis. Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke
dalam sistem pengumpul yang terdiri dari:
tubulus penghubung
tubulus kolektivus kortikal
tubulus kloektivus medularis
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus
juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel
juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin Cairan
menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin,
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 7

yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.


FISIOLOGI PEMBENTUKAN URIN
FUNGSI GINJAL:
a. Pengeluaran zat sisa organik. Ginjal mengekresi urea, asam urat,
kreatinin, dan produk penguraian hemoglobin dan hormon.
b. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting. Ginjal mengekresi ion
natrium, kalium, kalsium, magnesium, sulfat, dan fosfat. Ekskresi ion-ion
ini seimbang dengan asupan dan ekskresinya melalui rute lain, seperti
pada saluran gastrointestinal atau kulit.
c. Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh. Ginjal mengendalikan
ekskresi ion hidrogen (H+), bikarbonat (HCO3-), dan amonium (NH4+) serta
memproduksi urin asam atau basa, bergantung pada kebutuhan tubuh.
d. Pengaturan produksi sel darah merah. Ginjal melepas eritropoietin
(EPO), yang mengatur produksi sel darah merah dalam sumsum tulang.
e. Pengaturan tekanan darah. Ginjal mengatur volume cairan yang
esensial bagi pengaturan tekanan darah, dan juga memproduksi enzim
renin. Renin adalah komponen penting dalam mekanisme reninangiotensi-aldosteron (RAA), yang meningkatkan tekanan darah dan
retensi air.
f. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan
asam amino darah. Ginjal, melalui ekskresi glukosa dan asam amino
berlebih, bertanggung jawab atas konsentrasi nutrien dalam darah.
g. Pengeluaran zat beracun. Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan
makanan, obat-obatan, atau zat kimia asing lain dari tubuh.
PEMBENTUKAN URIN
Ginjal memproduksi urin yang mengandung zat sisa metabolik dan
mengatur komposisi cairan tubuh melalui tiga proses utama: filtrasi
glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus.
a. Filtrasi glomerulus
Filtrasi glomerulus adalah perpindahan cairan dan zat terlarut dari kapiler
glomerulus, dalam gradien tekanan tertentu ke dalam kapsul Bowman.
Filtrasi ini dibantu oleh faktor berikut:
Membran kapiler glomerulus lebih permeabel dibanding kapiler
lain dalam tubuh sehingga filtrasi berjalan dengan sangat cepat.
Tekanan darah dalam kapiler glomerulus lebih tinggi dibanding
tekanan darah dalam kapiler lain karena diameter arteriol eferen lebih
kecil dibanding diameter arteriol aferen.
b.Reabsorpsi tubulus
Sebagian besar filtrat (99%) secara selektif direabsorpsi dalam tubulus
ginjal melalui difusi pasif gradien kimia atau listrik, transpor aktif
terhadap gradien tersebut, atau difusi terfasilitasi. Sekitar 85%
NaCl dan air serta semua glukosa dan asam amino pada filtrat
glomerulus diabsorpsi dalam tubulus kontortus proximal, walaupun
reabsorpsi berlangsung pada semua bagian nefron.
c. Sekresi tubulus
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 8

Mekanisme sekresi tubulus adalah proses aktif yang memindahkan zat


keluar dari darah dalam kapiler peritubulus melewati sel-sel tubulus
menuju cairan tubulus untuk dikeluarkan dalam urin.
Tabel 2-1. Ringkasan transportasi zat-zat yang menembus tubulus
kontortus proximal dan distal nefron
Tubulus Kontortus Proximal
Reabsorpsi
Sekresi
67% Na+ yang difiltrasi secara Sekresi
H+
bervariasi,
aktif
direabsorpsi;
Cl
bergantung pada status asammengikuti secara pasif
basa tubuh
Semua glukosa dan asam Sekresi ion organik
amino
yang
difiltrasi
direabsorpsi oleh transportasi
aktif sekunder
PO4- dan elektrolit lain yang
difiltrasi direabsorpsi dalam
jumlah yang bervariasi;
65% H2O yang difiltrasi secara
osmosis direabsorpsi
Semua K+ yang difiltrasi
direabsorpsi

Tubulus Kontortus Distal


Reabsorpsi
Sekresi
Rebasorpsi Na+ bervariasi, Sekresi
H+
bervariasi,
dikontrol oleh aldosteron; Cl
bergantung pada status asammengikuti secara pasif
basa tubuh
Reabsorpsi H2O bervariasi, Sekresi K+ bervariasi, dikontrol
dikontrol oleh vasopresin
oleh aldosteron
Duktus Koligen
Reabsorpsi
Sekresi
Reabsorpsi H2O bervariasi, Sekresi
H+
bervariasi,
dikontrol oleh vasopresin
bergantung pada status asambasa tubuh
KARAKTERISTIK URIN
a. Komposisi. Urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut
sebagai berikut:
Zat buangan nitrogen meliputi urea dari deaminasi protein, asam
urat dari katabolisme asam nukleat, dan kreatinin dari proses
penguraian kreatin fosfat dalam jaringan otot.
Asam hipurat adalah produk sampingan pencernaan sayuran dan
buah.
Badan keton yang dihasilkan dalam metabolisme lemak adalah
konstituen normal dalam jumlah kecil.
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 9

Elektrolit meliputi ion natrium, klor, kalium, amonium, sulfat, fosfat,


kalsium, dan magnesium.
Hormon atau metabolit hormon ada secara normal dalam urin.
Berbagai jenis toksin atau zat kimia asing, pigmen, vitamin, atau
enzim secara normal ditemukan dalam jumlah yang kecil.
Konstituen abnormal meliputi albumin, glukosa, sel darah merah,
sejumlah besar badan keton, zat kapur (terbentuk saat zat mengeras
dalam tubulus dan dikeluarkan), dan batu ginjal atau kalkuli.
b.Sifat fisik
Warna. Urin encer biasanya kuning pucat dan kuning pekat jika kental.
Urine segar biasanya jernih dan menjadi keruh jika didiamkan.
Bau. Urin memiliki bau yang khas dan cenderung berbau amonia jika
didiamkan. Bau ini dapat bervariasi sesuai dengan diet; misalnya,
setelah makan asparagus. Pada diabetes yang tidak terkontrol, aseton
menghasilkan bau manis pada urin.
Asiditas atau alkalinitas. pH urin bervariasi antara 4,8 sampai 7,5
dan biasanya sekitar 6,0; tetapi juga bergantung pada diet. Ingesti
makanan yang berprotein tinggi akan meningkatkan asiditas,
sementara diet sayuran akan meningkatkan alkalinitas.
Berat jenis urin berkisar antar 1,001 sampai 1,035; bergantung pada
konsentrasi urin.
GLOMERULONEFRITIS AKUT
Definisi
Glomerulonefritis Akut (GNA) ialah suatu reaksi imunologis pada ginjal
terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi
kuman Streptococcus hemolitikus grup A yang nefritogenik.
Etiologi
Penyakit ini sering ditemukan pada anak berumur 3 7 tahun dan lebih sering
mengenai anak pria dibandingkan anak wanita. Timbulnya GNA didahului oleh
infeksi ekstra renal, terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh
kuman Streptococcus beta hemolyticus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 49.
Hubungan antara GNA dan infeksi Streptococcus ini dikemukakan pertama kali
oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa :
1. Timbulnya GNA setelah infeksi skarlatina.
2.Diisolasinya kuman Streptococcus beta hemolyticus golongan A.
3.Meningkatnya titer anti streptolisin pada serum penderita.
Antara infeksi bakteri dan timbulnya GNA terdapat masa laten selama lebih
kurang 10 hari. Dari tipe tersebut di atas, tipe 12 dan 25 lebih bersifat
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 10

netrifogen dari pada yang lain. Mengapa tipe yang satu lebih bersifat
nefritogen dari pada yang lain, tidaklah diketahui.
Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi
mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman Streptococcus.
GNA juga dapat disebabkan oleh sifilis, keracunan (timah hitam, tridion),
penyakit amiloid, trombosis vena renalis, purpura anafilaktoid dan lupus
eritematous.
Patogenesis
Hasil

penyelidikan

klinis

imunologis

dan

percobaan

pada

binatang

menunjukkan adanya kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab.


Beberapa penyelidik mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1.Terbentuknya kompleks antigen antibodi yang melekat pada membrana
basalis glomerulus dan kemudian merusaknya.
2. Proses autoimun kuman Streptococcus yang nefritogen dalam tubuh
menimbulkan badan autoimun yang merusak glomerulus.
3.Streptococcus nefritogen dan membrana basalis glomerulus mempunyai
komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung
merusak membrana basalis ginjal.
Gejala Klinis
Gambaran klinis dapat bermacam macam. Kadang kadang gejala ringan
tetapi tidak jarang anak datang dengan gejala berat. Gejala yang sering
ditemukan ialah hematuria / kencing berwarna merah daging. Kadangkala
disertai edema ringan yang terbatas di sekitar mata atau di seluruh tubuh.
Pasien kadang kadang datang dengan gejala gagal jantung kongestif atau
sembab

paru.

Hipertensi

sering

dijumpai

bahkan

terlihat

ensefalopati

hipertensif yang ditunjukkan dengan adanya gejala sakit kepala, muntah,


letargi, disorientasi dan kejang. Oliguria serta anuria tidak jarang dikeluhkan
beberapa pasien menampakkan gejala anemia. Umumnya edema berat
terdapat oligouria dan bila ada gagal jantung. Hipertensi terdapat pada 60 70
% anak dengan GNA pada hari I, kemudian pada akhir minggu I menjadi normal
kembali. Bila terdapat kerusakan jaringan ginjal maka tekanan darah akan
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 11

tetap tinggi selama beberapa minggu dan menjadi permanen bila keadaan
penyakitnya menjadi kronis. Hipertensi ini timbul karena vasospasme atau
iskemia ginjal dan berhubungan dengan gejala serebrum dan kelainan jantung.
Suhu badan tidak seberapa tinggi tetapi dapat tinggi sekali pada hari pertama.
Kadang kadang gejala panas tetap ada, walaupun tidak ada gejala infeksi lain
yang mendahuluinya. Gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu
makan, konstipasi dan diare tidak jarang menyertai penderita glomerulonefritis
akut.
Selama

fase

akut

terdapat

vasokontriksi

arteriola

glomerulus

yang

mengakibatkan tekanan filtrasi menjadi kurang dan karena hal ini kecepatan
filtrasi glomerulus pun menjadi kurang. Filtrasi air, garam, ureum dan zat zat
lainnya berkurang dan sebagai akibatnya kadar ureum dan kreatinin dalam
darah meningkat. Fungsi tubulus hati relatif kurang terganggu. Ion natrium dan
air diresorpsi kembali sehingga diuresis mengurang (timbul oliguria dan anuria)
dan ekskresi natrium mengurang, ureumpun diresorpsi kembali lebih dari
biasa. Akhirnya terjadi insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia,
hidremia dan asidosis metabolik.
Pemeriksaan Laboratorium
Laju endap darah meninggi, kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia
(retensi garam dan air). Pada pemeriksaan urin didapatkan jumlah urin
mengurang, berat jenis meninggi. Hematuria makroskopis ditemukan pada 50
% penderita. Ditemukan pula albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder
leukosit, eritrosit dan hialin.
Albumin serum sedikit menurun, demikian juga komplemen serum (globulin
beta lC). Ureum dan kreatinin darah meningkat. Titer anti streptolisin
umumnya meningkat, kecuali kalau infeksi Streptococcus yang mendahuluinya
hanya mengenai kulit saja. Uji fungsi ginjal normal pada 50 % penderita.
GLOMERULONEFRITIS (GN)
A. DEFINISI GN
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral yang
dimulai dalam glomerulus dan bermanifestasi sebagai proteinuria
dan/atau hematuria. Meskipun lesi terutama ditemukan pada
glomerulus, tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 12

kerusakan sehingga terjadi gagal ginjal kronik. Penyakit yang mula-mula


digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827 (Brights disease),
sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak penyakit dengan
berbagai etiologi (sebagian besar tidak diketahui), meskipun respons
imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis.
KLASIFIKASI GN
B. GLOMERULONEFRITIS PRIMER:
GN membranosa (nefropati membranosa). Penyakit dengan
progresif lambat ini, sering terjadi pada usia antara 30 dan 50 tahun,
secara morfologis ditandai dengan adanya endapan berisi
imunoglobulin di subepitel sepanjang membran basa glomerulus
(GBM). Pada awal penyakit, glomerulus mungkin tampak normal
dengan mikroskop cahaya, tetapi kasus yang sudah terbentuk
sempurna memperlihatkan penebalan difus dinding kapiler.
Nefrosis lipoid (minimal change disease). Gangguan yang relatif
jinak ini merupakan penyebab paling sering sindrom nefrotik pada
anak. Penyakit ini ditandai dengan glomerulus yang pada
pemeriksaan mikroskop cahaya tampak normal, tetapi di bawah
mikroskop elektron memperlihatkan hilangnya tonjolan-tonjolan kaki
sel epitel visera. Walaupun dapat timbul pada semua usia, penyakit
ini paling sering ditemukan pada usia 2-3 tahun.
Glomerulosklerosis segmental fokal (FSG). FSG secara histologis
ditandai dengan sklerosis yang mengenai sebagian, tetapi tidak
semua glomerulus dan melibatkan hanya segmen setiap glomerulus.
Gambaran histologik ini sering berkaitan dengan sindrom nefrotik dan
dapat terjadi:
berkaitan dengan penyakit lain, seperti infeksi HIV (nefropati HIV),
kecanduan heroin (nefropati kecanduan heroin);
sebagai proses sekunder pada bentuk lain GN (misal, nefropati IgA);
sebagai komponen nefropati ablasi glomerulus;
pada suatu bentuk kongenital herediter yang terjadi akibat mutasi
gen sitoskeletal yang diekspresikan di podosit; atau
sebagai penyakit primer.
GN membranoproliferatif (MPGN). MPGN secara histologis
bermanifestasi sebagai perubahan membran basal dan mesangium
serta proliferasi sel glomerulus. Penyakit ini membentuk sekitar 510% kasus sindrom nefrotik idiopatik pada anak dan dewasa.
GN proliferatif akut (pascastreptokokus, pascainfeksi). GN
proliferatif (PGN) difus, salah satu penyakit glomerulus yang sering
ditemukan, biasanya disebabkan oleh kompleks imun. Antigen pemicu
mungkin berasal dari eksogen atau endogen. Infeksi oleh organisme
lain selain streptokokus juga dapat berkaitan dengan PGN difus.
Ditemukan gambaran tipikal pada penyakit kompleks imun, seperti
hipokomplementemia dan endapan granular IgG dan komplemen di
GBM
GN progresif cepat (RPGN/cresentic). RPGN adalah suatu sindrom
klinis dan bukan bentuk spesifik GN. Apa pun penyebabnya,
gambaran histologis ditandai dengan adanya bulan sabit di sebagian
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 13

besar glomerulus (GN cresentic/CrGN). Bulan sabit ini sebagian


disebabkan oleh proliferasi sel epitel parietal di kapsula Bowman dan
sebagian oleh sebukan monosit dan makrofag.
Nefropati IgA (Bergers disease). Penyakit ini biasanya mengenai
anak dan dewasa muda dan berawal sebagai hematuria makroskopik
yang terjadi dalam 1 atau 2 hari setelah infeksi saluran napas atas
nonspesifik. Nefropati IgA merupakan salah satu penyebab umum
hematuria mikroskopik dan makroskopik berulang dan merupakan
penyakit glomerulus tersering di seluruh dunia. Tanda utama
patogenik adalah pengendapan IgA di mesangium.
GN kronis (CrGN kronis). CrGN kronis adalah salah satu penyebab
penting penyakit ginjal stadium-akhir yang bermanifestasi sebagai
gagal ginjal kronis. Saat CrGN ditemukan, kelainan glomerulus telah
sedemikian lanjut sehingga sulit diketahui sifat lesi awal. CrGN kronis
mungkin mencerminkan stadium akhir berbagai entitas, yang
terutama adalah RPGN, FSG, MGN, dan MPGN.
PENYAKIT SEKUNDER (SISTEMIK)
Lupus eritematosus sistemik (LES)
Diabetes melitus (DM)
Amiloidosis
Sindrom Goodpasture
Poliarteritis nodosa
Granulomatosis Wegener
Purpura Henoch-Schnlein
Endokarditis bakterialis

GANGGUAN HEREDITER
Sindrom Alport
Penyakit Fabry

C. ETIOLOGI GN AKUT
Kasus
klasik GN akut terjadi setelah infeksi sterptokokus pada
tenggorokan atau kadang-kadang pada kulit sesudah masa laten 1-2
minggu.
Organimsme
lazim
yang
menyebabkannya
adalah
Streptococcus -hemolyticus grup A tipe 12 atau 4 dan 1; jarang
oleh penyebabnya. Namun, sebenarnya bukan streptokokus yang
menyebabkan kerusakan pada ginjal, tetapi diduga terdapat suatu
antibodi yang ditujukan terhadap antigen khusus yang merupakan unsur
membran plasma streptokokal-spesifik.
Glomerulonefritis akut pascastreptokokus paling sering menyerang
anak usia 3-7 tahun, meskipun orang dewasa muda dan remaja dapat
juga terserang. Perbandingan penyakit ini pada laki-laki dan perempuan
adalah sekitar 2:1.
a. PATOGENESIS GN AKUT
Terbentuk kompleks antigen-antibodi dalam darah dan bersikulasi ke
dalam glomerulus tempat kompleks tersebut secara mekanis
terperangkap dalam membran basalis. Selanjutnya komplemen akan
terfiksasi mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik leukosit
polimorfonuklear (PMN) dan trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis
dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endotel dan membran
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 14

basalis glomerulus (GBM). Sebagai respons terhadap lesi yang terjadi,


timbul proliferasi sel-sel endotel yang diikuti sel-sel mesangial dan
selanjutnya sel-sel epitel. Meningkatnya kebocoran kapiler glomerulus
menyebabkan protein dan sel darah merah keluar ke dalam urine yang
sedang dibentuk oleh ginjal sehingga mengakibatkan proteinuria dan
hematuria.
b. MANIFESTASI KLINIS GN AKUT
Onset penyakit ginjal cenderung akut, didahului oleh malaise, demam
ringan, mual, dan sindrom nefritik. Pada kasus yang biasa, oliguria,
azotemia, edema, dan hipertensi biasanya hanya ringan sampai sedang.
Biasanya terdapat hematuria makroskopik, urine tampa cokelat berasap
(bukan merah terang). Proteinuria adalah gambaran konstan pada
penyakit ini, tetapi kadang-kadang cukup berat sehingga terjadi sindrom
nefrotik. Kadar komplemen serum rendah selama fase aktif penyakit,
dan
titer
antistreptolisin
O
serum
meningkat
pada
kasus
pascastreptokokus. Gejala biasanya berkurang dalam beberapa hari,
meskipun hematuria mikroskopik dan proteinuria dapat menetap selama
berbulan-bulan.
DIAGNOSIS GN
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanda dan gejala spesifik dapat mengindikasikan glomerulonefritis,
tetapi kondisi yang sering muncul adalah ketika hasil urinalisis rutin
abnormal. Urinalisis dapat memperlihatkan hal-hal sebagai berikut:
Sel darah merah dan silinder eritrosit, merupakan indikator yang
menyatakan bahwa telah terjadi kerusakan pada glomeruli
Sel darah putih, indikator umum yang menyatakan adanya infeksi
atau inflamasi
Protein yang meningkat, yang mengindikasikan kerusakan pada
nefron.
Untuk menegakkan diagnosis GN, prosedur diagnostik yang dapat
dilakukan selain urinalisis adalah:
Tes darah. Hal ini dapat memberikan informasi tentang kerusakan
yang terjadi pada ginjal dan gangguan mekanisme filtrasi yang dapat
diketahui dengan cara mengukur kadar zat-zat sisa (seperti kreatinin
dan urea) dalam darah.
Tes pencitraan. Jika dokter mendeteksi adanya kerusakan pada
ginjal, maka ia berhak untuk merujuk pasien untuk melakukan
pemeriksaan pencitraan ginjal, seperti X-ray, ultrasonografi, atau CTscan (computerized tomography scan).
Biopsi ginjal. Prosedur ini dilakukan menggunakan metode khusus
untuk mengekstraksi bagian kecil dari ginjal yang nantinya akan
diperiksa secara mikroskopik. Pemeriksaan ini dapat membantu untuk
mengetahui penyebab terjadinya reaksi inflamasi. Biopsi ginjal hampir
selalu diperlukan untuk memastikan diagnosis glomerulonefritis.
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 15

B. KOMPLIKASI GN
Gagal ginjal akut. Kehilangan fungsi filtrasi nefron dapat
menyebabkan penumpukan bahan-bahan yang tidak berguna. Kondisi
ini dapat membuat penderita membutuhkan terapi dialisis, yaitu
metode yang berguna untuk mengeluarkan cairan dan bahan-bahan
sisa dari dalam darah (menggunakan dializer).
Gagal ginjal kronik. Keadaan ini menyebabkan ginjal kehilangan
fungsinya. Fungsi ginjal yang kurang dari 10% dari normal
mengindikasikan penyakit ginjal stadium-akhir, yang biasanya
membutuhkan
dialisis
atau
transplantasi
ginjal
untuk
mempertahankan hidup.
Tekanan darah tinggi.
Sindrom nefrotik. Ini merupakan sekelompok tanda dan gejala yang
dapat menyertai glomerulonefritis (GN) dan kondisi lainnya yang
dapat mempengaruhi kemampuan filtrasi glomerulus. Sindrom
nefrotik ditandai dengan kadar protein yang tinggi dalam urin
sehingga menyebabkan kadar protein dalam darah menurun;
kolesterol darah yang tingg; dan edema kelopak mata, kaki, dan
abdomen.
a. PROGNOSIS GN
Diperkirakan lebih dari 90% anak yang menderita penyakit ini dapat
sembuh sempurna. Pada orang dewasa, prognosisnya menjadi kurang
baik (30-50%). Dua sampai lima persen dari semua kasus akut
mengalami kematian, sedangkan sisa pasien lainnya dapat berkembang
menjadi glomerulonefritis progresif cepat (RPGN), atau glomerulonefritis
kronik yang perkembangannya lebih lambat. Pada RPGN, kematian
akibat uremia biasanya terjadi dalam jangka waktu beberapa bulan saja,
sedangkan pada glomerulonefritis kronik, perjalanan penyakit dapat
berkisar antara 2-40 tahun.
Pengobatan
TERAPI FARMAKOLOGIS
Pengobatan spesifik pada GN ditujukan terhadap penyebab, sedangkan
non-spesifik untuk menghambat progresivitas penyakit. Kontrol tekanan
darah dengan diuretik, angiotensin converting enzyme inhibitors
(ACEi), angiotensin II receptor antagonists (AIIRA) terbukti
bermanfaat. Pengaturan asupan protein dan kontrol kadar lemak darah
dapat membantu menghambatt progresivitas GN.
Efektivitas penggunaan obat imunosupresif GN masih belum
seragam. Diagnosis GN, faktor pasien, efek samping, dan faktor
prognostik
merupakan
pertimbangan
terapi
imunosupresif.
Kortikosteroid efektif pada beberapa tipe GN karena dapat
menghambat sitokin proinflamasi seperti IL- atau TNF- dan aktivitas
transkripsi NFkB yang berperan pada patogenesis GN. Siklofosfamid,
klorambusil, dan azatioprin mempunyai efek antiproliferasi dan dapat
menekan inflamasi glomerulus. Imunosupresif lain seperti metil
mikofenolat, takrolimus, dan sirolimus juga belum diindikasikan
secara penuh untuk pengobatan glomerulonefritis.
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 16

Tidak ada pengobatan khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan di


glomerulus.
1.Istirahat mutlak selama 3 4 minggu
Dulu dianjurkan istirahat selama 6 8 minggu untuk memberi kesempatan
pada ginjal untuk menyembuh. Namun penyelidikan terakhir menunjukkan
bahwa mobilisasi penderita setelah 3 4 minggu dari timbulnya penyakit tidak
berakibat buruk terhadap perjalanan penyakitnya.
2.Pemberian penisilin pada fase akut
Pemberian antibiotik ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis,
melainkan mengurangi menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin
masih ada.
Pemberian penisilin ini dianjurkan hanya untuk 10 hari, sedangkan pemberian
profilaksis yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab
tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap. Secara teoritis
seorang anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen lain, namun
kemungkinan ini sangat kecil sekali.
3.Makanan
Pada fase akut, diberi makanan rendah protein ( 1g / kgbb / hari) dan rendah
garam (1 g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi
dan makanan biasa bila suhu telah normal kembali.Bila ada anuria atau
muntah, maka diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10 %. Pada penderita
tanpa komplikasi, pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan
bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka
jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.
4.Pengobatan terhadap hipertensi
Hipertensi dapat diatasi secara efektif dengan vasodilator perifer (hidralazin,
nifedipin). Pemberian cairan dikurangi, pemberian sedatif untuk menenangkan
penderita sehingga dapat cukup beistirahat. Pada hipertensi dengan gejala
serebral, diberikan reserpin dan hidralasin. Mula mula diberikan reserpin
sebanyak 0,07 mg/kgbb secara I.M. Bila terjadi diuresis 5 10 jam kemudian,
maka selanjutnya reserpin diberikan per oral dengan dosis rumat 0,03
mg/kgbb/hari. Magnesium sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 17

memberi efek toksis.


5. Bila anuria berlangsung lama (5 7 hari), maka ureum harus dikeluarkan
dari dalam darah dengan beberapa cara, misalnya dialisis peritoneum,
hemodialisis, bilas lambung dan usus. Bila prosedur di atas tidak dapat
dilakukan karena kesulitan teknis, maka pengeluaran darah venapun dapat
dikerjakan dan adakalanya menolong juga.
6. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, namun akhir
akhir ini pemberian furosemid (Lasix) secara I.V. (1 mg/kgbb/hari) dalam 5 10
menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus
diperlukan untuk mengatasi retensi cairan dan hipertensi.
7. Bila timbul gagal jantung, maka diberikan digitalis, sedativum dan oksigen.
Prognosis
- Sebagian besar pasien akan sembuh, 5 % mengalami perjalanan penyakit
yang memburuk dengan cepat.
- Diuresis akan menjadi normal kembali pada hari ke 7 10 setelah awal
penyakit, dengan menghilangnya sembab dan secara bertahap TD menjadi
normal kembali.
- Fungsi ginjal (ureum, kreatinin) membaik dalam 1 minggu dan menjadi
normal dalam waktu 3 4 minggu.
- Komplemen serum menjadi normal dalam waktu 6 8 minggu.
- Kelainan sedimen urin akan tetap terlihat selama berbulan bulan bahkan
bertahun tahun pada sebagian besar pasien.
-Prognosa baik, dipengaruhi pada faktor makin muda umur penderita, beratnya
gangguan faal ginjal dan penyulitnya.
PENCEGAHAN
Sebagian besar GN tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa tindakan
bermanfaat yang dapat dilakukan:
Mengobati infeksi streptokokus pada radang tenggorokan
Untuk menghindari infeksi (seperti HIV dan hepatitis) yang dapat
menyebabkan GN, ikuti pedoman safe-sex, dan hindari penggunaan
obat-obatan terlarang secara intravena
Kontrol gula darah untuk membantu mencegah terjadinya diabetic
nephropathy.
Kontrol tekanan darah untuk mencegah bahaya hipertensi terhadap
ginjal.
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 18

ADAB BERKEMIH MENURUT PANDANGAN ISLAM


Sungguh nabi kalian telah mengajarkan segala sesuatu sampai-sampai
perkara adab buang hajat sekalipun. Salman menjawab: Ya, benar (HR.
Muslim No. 262)
Diantara adab-adab tersebut adalah:
1. Berdoa Sebelum Masuk WC
WC dan yang semisalnya merupakan salah satu tempat yang dihuni oleh setan.
Maka sepantasnya seorang hamba meminta perlindungan kepada Allah
subhanahu wataala dari kejelekan makhluk tersebut. Oleh karena itu
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mengajarkan doa ketika akan masuk
WC:








(
)




(Dengan menyebut nama Allah) Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari kejelekan setan laki-laki dan setan perempuan. (HR. AlBukhari no. 142 dan Muslim no. 375. Adapun tambahan basmalah diawal
hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh AlAlbani)
Doa ini dapat pula dibaca dengan lafazh:








(
)




(Dengan menyebut nama Allah) Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari segala bentuk kejahatan dan para pelakunya. (Lihat Fathul
Bari dan Syarhu Shahih Muslim pada penjelasan hadits diatas)
2. Mendahulukan Kaki Kiri Ketika Masuk WC Dan Mendahulukan Kaki
Kanan Ketika Keluar
Terdapat hadits Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata:
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menyukai mendahulukan yang kanan
pada setiap perkara yang baik. (HR. Muslim)
3. Tidak Membawa Sesuatu Yang Terdapat Padanya Nama Allah
subhanahu wataala Atau Ayat Al-Qur`an kedalam WC
Sesuatu apapun yang terdapat padanya nama Allah subhanahu wataala, atau
terdapat padanya ayat Al-Quran, atau terdapat padanya nama yang
disandarkan kepada salah satu dari nama Allah subhanahu wataala seperti
Abdullah, Muhammad dan yang lainnya, maka tidak sepantasnya dimasukkan
ke tempat buang hajat (WC). Allah subhanahu wataala berfirman:
Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu
timbul dari ketaqwaan hati. (QS. Al-Hajj: 32)
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 19

4. Berhati-hati Dari Percikan Najis


Tidak berhati-hati dari percikan kencing merupakan salah satu penyebab
diadzabnya seseorang di alam kubur. Tetapi perkara ini sering disepelekan oleh
kebanyakan orang. Suatu ketika Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
melewati dua kuburan, seraya beliau shalallahu alaihi wasallam bersabda:
Sungguh dua penghuni kubur ini sedang diadzab. Tidaklah keduanya diadzab
melainkan karena menganggap sepele perkara besar. Adapun salah satunya, ia
diadzab karena tidak menjaga dirinya dari kencing. Sedangkan yang lainnya, ia
diadzab karena suka mengadu domba. (HR. Al-Bukhari no. 216 dan
Muslim no. 292)
Dan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah memperingatkan:
Bersucilah kalian dari kencing. Sungguh kebanyakan (orang) diadzab di alam
kubur disebabkan karena kencing. (HR. Ad-Daraquthni)
5. Tidak Menampakkan Aurat
Menutup aurat merupakan perkara yang wajib dalam Islam. Oleh karena itu
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam melarang seseorang dalam keadaan
apapun, termasuk ketika buang hajat, untuk menampakkan auratnya di
hadapan orang lain. Beliau shalallahu alaihi wasallam bersabda:
Apabila dua orang buang hajat, maka hendaklah keduanya saling menutup
auratnya dari yang lain dan janganlah keduanya saling berbincang-bincang.
Sesungguhnya Allah sangat murka dengan perbuatan tersebut. (HR. Ahmad
dishahihkan Ibnus Sakan, Ibnul Qathan, dan Al-Albani, dari Jabir bin Abdillah
radhiallahu anhu)
Oleh karena itu, kebiasaan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam adalah
menjauh dari pandangan para sahabatnya ketika hendak buang hajat.
Abdurrahman bin Abi Qurad radhiallahu anhu berkata:
Aku pernah keluar bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ke tempat
buang hajat. Kebiasaan beliau ketika buang hajat adalah pergi menjauh dari
manusia. (HR. An Nasai No. 16. Dishahihkan Asy Syaikh Muqbil dalam AlJamius Shahih, 1/495)
6. Tidak Beristinja dengan Tangan Kanan
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam melarang beristinja dengan tangan
kanan sebagaimana sabda beliau shalallahu alaihi wasallam:





















Janganlah seseorang diantara kalian memegang kemaluan dengan tangan
kanannya ketika sedang kencing dan jangan pula cebok dengan tangan
kanan. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Qotadah radhiallahu
anhu)
Hadits inipun mengandung larangan memegang kemaluan dengan tangan
kanan ketika sedang kencing. Hal ini menunjukkan bahwa Islam sangat
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 20

memperhatikan adab (etika yang baik) dan kebersihan, termasuk ketika buang
hajat sekalipun.
7. Boleh Bersuci dengan Batu (Istijmar)
Diantara bentuk kemudahan dari Allah subhanahu wataala ialah dibolehkan
bagi seseorang untuk bersuci dengan batu (istijmar). Abdullah bin Masud
radhiallahu anhu berkata:
Suatu hari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam buang hajat, lalu beliau
meminta kepadaku tiga batu untuk bersuci. (HR. Al-Bukhari No. 156)
Juga hadits dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah shalallahu alaihi
wasallam bersabda:
Jika kalian bersuci dengan batu (istijmar), maka hendaklah dengan bilangan
ganjil. (HR. Muslim)
Para ulama menyebutkan kriteria batu yang dipakai adalah batu yang suci lagi
kering. Tidak boleh jika batu tersebut dalam keadaan basah. Dibolehkan juga
menggunakan benda-benda lain selagi bisa menyerap benda najis dari tempat
keluarnya, yaitu qubul dan dubur, dengan syarat berjumlah ganjil dan minimal
3 (tiga) buah.
8. Larangan Beristinja dengan Tulang dan Kotoran Binatang
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam melarang beristinja dengan tulang atau
kotoran binatang, disamping keduanya merupakan benda yang tidak dapat
menyucikan. Jabir bin Abdillah radhiallahu anhu berkata:
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah melarang beristinja dengan
tulang dan kotoran binatang. (HR. Muslim)
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menyebutkan hikmah pelarangan
beristinja dengan tulang sebagaimana disebutkan dari Abu Hurairah
radhiallahu anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
Tulang adalah makanan saudara kalian dari kalangan jin. (HR. Al-Bukhari)
9. Tidak Menghadap Atau Membelakangi Kiblat Ketika Buang Hajat
Apabila seseorang dari kalian buang hajat, maka janganlah menghadap kiblat
atau membelakanginya. Akan tetapi hendaknya ia menyamping dari arah
kiblat. (HR. Al-Bukhari No. 394 dan Muslim No. 264)
Sebagian ulama lain berpendapat bahwa larangan buang hajat dengan
menghadap kiblat adalah apabila di tempat terbuka. Namun jika di tempat
tertutup, maka dibolehkan menghadap kiblat. Dalil yang menunjukkan
bolehnya perkara tersebut adalah hadits dari Ibnu Umar radhiallahu anhu, ia
berkata:
Aku pernah menaiki rumah saudariku Hafshah (salah satu istri Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam) untuk suatu kepentingan. Maka aku melihat
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sedang buang hajat dengan menghadap
Fitri Rahmawati 1102010104
Page 21

ke arah negeri Syam dan membelakangi Kabah. (HR. Al-Bukhari No. 148
dan Muslim No. 266)
Demikian pula hadits Jabir bin Abdillah radhiallahu anhu, ia berkata:
Beliau shalallahu alaihi wasallam melarang kami membelakangi atau
menghadap kiblat ketika buang hajat. Akan tetapi aku melihat beliau kencing
dengan menghadap kiblat setahun sebelum beliau wafat. (HR. Ahmad,
3/365, dihasankan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jamius Shahih, 1/493)
Pendapat inilah yang nampak bagi penulis lebih kuat. Dan ini pendapat yang
dipilih Al-Imam Malik, Ahmad, Asy-Syafii, dan mayoritas para ulama.
Namun dalam rangka berhati-hati, sebaiknya tidak menghadap kiblat ketika
buang hajat walaupun di tempat tertutup. Hal ini disebabkan karena perbedaan
pendapat yang sangat kuat diantara para ulama dalam masalah ini.
10. Berdoa Setelah Keluar WC
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mengajarkan doa yang dibaca ketika
keluar dari tempat buang hajat. Aisyah radhiyallahu anha berkata:
Bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam jika keluar dari tempat
buang hajat membaca doa:

(Aku memohon pengampunanmu). (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, AnNasai, Ibnu Majah dan dishahihkan Al-Albani dalam Irwaul Ghalil No. 52)
Terdapat riwayat-riwayat lain yang menyebutkan beberapa bentuk doa yang
dibaca setelah buang hajat. Namun seluruh hadits-hadits tersebut didhaifkan
para ulama pakar hadits. Al-Imam Abu Hatim Ar-Razi berkata: Hadits yang
paling shahih tentang masalah ini adalah hadits Aisyah (yang telah disebutkan
diatas). (Taudhihul Ahkam, 1/352)

Fitri Rahmawati 1102010104


Page 22

Anda mungkin juga menyukai